Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 242436 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esi Lisyastuti
"Kualitas udara dalam ruang dipengaruhi antara lain kondisi bangunan, elemen interior, fasilitas pendingin ruangan, pencemar kimia dan pencemar biologi. Buruknya kualitas udara dalam ruang akibat keberadaan pencemar biologi yaitu bakteri dan jamur ditengarai menjadi salah satu sebab kejadian sick building syndrome (SBS). Menggunakan desain crossecsional, ingin diketahui hubungan jumlah koloni mikroba udara dalam ruangan dengan kejadian SBS pada pekerja B2TKS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian SBS tidak terbukti berkaitan dengan dengan jumlah mikroba udara dalam ruang, meskipun keberadaan jamur penyebab SBS seperti Aspergillus sp., Penicillium sp dan Fusarium sp dapat dideteksi. Variabel lain seperti temperature dan kelembaban ruang, jenis kelamin, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dll juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian SBS. Akan tetapi pekerja yang lebih muda (dibawah 40 tahun) memiliki angka kejadian SBS yang lebih tinggi. Dari hasil penelitian ini, disarankan untuk meningkatkan sanitasi ruangan dan pemeliharaan AC secara berkala.

Indoor air quality is influenced by the condition of the building, interior elements, air-conditioning facilities, chemical pollutants and biological contaminants. Poor indoor air quality due to the presence of biological contaminants such as bacteria and fungi is suspected to be one cause of sick building syndrome incidence (SBS). Using cros-secsional design the relationship of indoor air microorganisms colonies on workers of B2TKS was investigated. There was no evidence of relationships between the number of indoor-air microbes and SBS incidence on workers of B2TKS, although the presence of SBS fungsi such as Aspergillus sp, Penicillium sp and Fusarium sp, were detected. Other variables such as room temperature and humidity, sex, smoking habit, nutrient status, etc.. also had poor correlation with SBS incidence. However, the incidence of SBS was higher in your workers (below 40 year old). Results of this study suggest that room sanitation and air-conditioning maintenance should be improved and conducted on a regular basis."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T30520
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahaditya Rizqi Putra
"Sick Building Syndrome SBS adalah keluhan atau ketidak nyamanan yang dirasakan oleh seseorang di dalam gedung seperti contohnya pusing, mual, mata kering, dan bersin-bersin. Penyebab SBS salah satunya adalah Kualitas Udara di Dalam Ruangan atau Indoor Air Quality IAQ yang kurang baik. IAQ merupakan salah satu poin dalam menjaga keselamatan serta kesehatan pekerja yang pada dasarnya merupakan hak pekerja dan dijamin oleh UU Republik Indonesia no.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Oleh karena itu skripsi ini membahas tentang IAQ Gedung Arsip UI dengan acuan kerangka konsep manajemen IAQ oleh BHSE HSG 173 yang diawali dari surveykeluhan karyawan terkait SBSpada bulan April tahun 2018, dengan tujuan mengevaluasi kualitas udara di dalam ruangan pada Gedung Arsip UI. Survey dilakukan dengan instrumen kuesioner yang diadaptasi dari World Health Organization WHO dan United States Environment Protection Agency US EPA dan dilanjutkan dengan pengukuran secara walkthrough survey untuk melihat faktor penyebab yang dari aktivitas karyawan dan layout gedung serta pengukuran secara direct reading dengan parameter NAB dari Peraturan Menteri Kesehatan no. 48 tahun 2016. Hasilnya, terdapat temuan di beberapa titik yang memiliki hasil pengukuran pada tingkat action level maupun melebihi batas NAB yang telah ditentukan.

Sick Building Syndrome SBS is a complaint or discomfort felt by someone inside of a building such as dizziness, nausea, dry eyes, and sneezing. One of SBS causes are poor Indoor Air Quality IAQ . IAQ is one of the points to maintain workers 39 safety and health which is basically the worker 39 s rights and guaranteed by the UU Republik Indonesia No.1 tahun 1970 concerning Work Safety. Therefore this thesis discusses about Gedung Arsip UI IAQ with reference from framework of IAQ management concept by BHSE HSG 173 starting from SBS related employee complaint survey in April 2018, with purpose to evaluate air quality indoors at UI Archives Building. The survey was carried out with questionnaire instruments adapted from the World Health Organization WHO and United States Environment Protection Agency US EPA and followed by walkthrough survey measurements to see the underlying factors of employee activity, building layout, and direct reading measurements with TLV parameters of Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 48 tahun 2016. As a result, there are findings at some measurement points that have the action level number or exceeding the specified TLV."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Maharani
"ABSTRAK
Prevalensi kejadian sick building syndrome di dunia menurut EPA mencapai 30% dan di Indonesia penelitian-penelitian sebelumnya melaporkan lebih dari 50% pekerja mengalami SBS. Namun SBS bersifat idiopathic, penyebabnya masih belum dapat teridentifikasi dengan jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi gambaran kejadian serta hubungan faktor individu dan indoor air quality dengan SBS pada pekerja di Indonesia. Penelitian menggunakan systematic review yang berdasarkan pada metode PRISMA dengan pendekatan sintesis naratif terhadap 28 studi berupa jurnal dan skripsi yang dipublikasi pada tahun 2011-2020. Pada kajian sistematis menunjukan bahwa prevalensi SBS pada pekerja di Indonesia yang dilaporkan dalam studi sebesar 19% hingga 89,4% dengan 27 studi melaporkan prevalensi SBS >20%. Gejala SBS yang dialami oleh pekerja dalam studi berkisar antara 3-17 gejala. Gejala dengan proporsi tertinggi yang paling banyak dilaporkan dalam studi adalah gejala umum yakni sebanyak 11(39,28%) studi. Faktor individu yang paling banyak diteliti adalah faktor usia, sedangkan pada faktor indoor air quality adalah suhu. Faktor risiko SBS berdasarkan faktor individu yang menunjukan hasil signifikan adalah usia dan masa kerja sedangkan berdasarkan faktor IAQ adalah CO2 dan VOCs. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukannya kontrol yang berkala terhadap kualitas udara di dalam ruangan terutama konsentrasi CO2 dan VOC.

ABSTRACT
The prevalence of sick building syndrome in the world according to the EPA reaches 30% and in Indonesia previous studies reported more than 50% of workers experiencing SBS. However, SBS is idiopathic, the cause is not clearly identified. The purpose of this study is to identify and evaluate the description of incidents and the relationship between individual factors and indoor air quality with SBS among workers in Indonesia. The study used a systematic review based on the PRISMA method with a narrative synthesis approach to 28 studies consisting journals and thesis published in 2011-2020. The systematic review shows that the prevalence of SBS among workers in Indonesia reported in the study is 19% to 89.4% with 27 studies reporting the prevalence of SBS> 20%. SBS symptoms experienced by workers in the study ranged from 3-17 symptoms. The highest proportion symptoms reported in the study were general symptoms in 11 (39.28%) studies. The most researched individual factor is age, while indoor air quality is temperature. The risk factors for SBS based on individual factors that show significant results are age and years of service, while based on IAQ factors are CO2 and VOCs. Based on this research, it is necessary to periodically control indoor air quality, especially the concentrations of CO2 and VOCs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Aditria Suci
"ABSTRAK
Sick Building Syndrome (SBS) merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh penghuni di gedung perkantoran. SBS dapat disebabkan karena kualitas udara dalam ruang dan karakteristik individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah total koloni bakteri di udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Arsip Nasional Republik Indonesia. Digunakan desain studi cross sectional, variabel independen yaitu jumlah total koloni, variabel confounding yaitu suhu, kelembaban relatif, pencahayaan, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi dan kebiasaan merokok. Analisis statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS pada pegawai di Arsip Nasional Republik Indonesia Tahun 2019 sebesar 60%. Dari 9 variabel yang diuji, hanya variabel usia (OR= 0,43; 95%CI= 0,189-0,969) yang berhubungan signifikan secara statistik.

ABSTRACT
Sick Building Syndrome (SBS) is one of the problems that are often experienced by residents in office buildings. SBS can be caused due to indoor air quality and individual characteristics. This study aims to determine the relationship between the total amount of bacterial colonies in the air in indoor office with SBS at Arsip Nasional Republik Indonesia. Cross sectional study design was used, the independent variables was the total number of colonies. The confounding variables were temperature, relative humidity, lighting, age, gender, working period, history of allergies and smoking habits. Statistical analysis gives the results of the proportion of SBS events to employees at Arsip Nasional Republik Indonesia in 2019 is 60%. Of the 9 variables tested, only the age variable (OR=0.43; 95%CI=0.189-0.969) was statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christabel Caroline Franswijaya
"Sick Building Syndrome (SBS) merupakan masalah yang sering dialami oleh penghuni gedung namun penyebabnya tidak diketahui pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara dalam ruang dengan kejadian SBS di gedung 4 BPS Jakarta Pusat. Digunakan disain studi cross- sectional, variabel independen adalah kualitas udara dalam ruang (kadar PM10, suhu, kelembaban) dan karakteristik individu (jenis kelamin, kelompok pekerjaan, durasi penggunaan komputer). Analisa statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS adalah 45,2%, dari enam variabel yang berhubungan signifikan secara statistik adalah jabatan sekretarial (p-value=0,022, OR=3,714). Lantai dengan kadar PM10, suhu, dan kelembaban tinggi memiliki kejadian SBS yang tinggi juga, dan sebaliknya.

Sick Building Syndrome (SBS) is a frequent problem experienced by residents of buildings but the causes are still unknown. This study aims to determine the relationship between the indoor air quality with SBS occurence in 4th building of BPS, Central Jakarta. We used cross-sectional study design, with the indoor air quality (PM10 levels, temperature, humidity) and individual characteristics (gender, occupation, duration of computer use) as independent variables. From the results of statistical analysis, SBS incidence proportion is 45.2%, from all six variables the one that is statistically significant is secretarial position (p value = 0.022, OR = 3.714). Floors with high PM10 levels, temperature, and high humidity have a high incidence of SBS as well, and vice versa."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rory Pratiwi
"Polusi udara dalam ruangan diduga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kualitas udara yaitu Sick Building Syndrome (SBS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas fisik udara dalam ruangan dihubungkan dengan gejala SBS. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Variabel yang diukur adalah parameter fisik kualitas udara dalam ruangan (suhu, kelembaban relatif, pertukaran udara) dan personal faktor (umur, jenis kelamin, lama kerja, status merokok, riwayat penyakit). Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan suhu udara telah memenuhi standar Baku Mutu yang ditetapkan Kepmenkes No 1405 tahun 2002, sedangkan kelembaban relatif melebihi standar. Untuk hasil pengukuran pertukaran udara telah memenuhi standar kecuali dilantai 16. Dari hasil analisis tidak ditemukan hubungan kualitas fisik udara dalam ruangan (suhu, kelembaban realif, pertukaran udara) dengan gejala SBS pada karyawan PT X Tahun 2016.

Air pollution in a room expected can cause of health problems relating to the air quality is sick building syndrome (SBS) . This study aims to analyze physical qualities of indoor air linked to the Sick Building Syndrome ( SBS ) symptoms. This research is quantitative study with the design study cross sectional. Variable measured is the parameter physical indoor air quality (temperature , the relative humidity , exchange air) and personal factors (age , sex , old workings , the status of smoking , disease history). Based on the measurement result obtained temperature have met the standards of quality standard set Kepmenkes no 1405 year 2002 , while the relative humidity exceed standard. To the measurement result of exchange air have met the standards except on the floor 16. From the results of the analysis not found relations physical qualities of indoor air (temperature, the relative humidity, exchange air) with SBS symptoms on employees PT X 2016.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Christie Patricia Demak
"Sick Building Syndrome (SBS) merupakan gejala-gejala kesehatan yang sering dialami oleh penghuni yang tinggal di dalam gedung dalam waktu tertentu yang disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Graha Sucofindo Jakarta. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan variabel independen sebagai berikut, koloni bakteri, suhu, kelembaban relatif, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara koloni bakteri, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi dengan kejadian SBS. Dari hasil analisis multivariat, ditemukan bahwa variabel riwayat alergi menjadi variabel dominan yang memengaruhi terjadinya SBS. Dari hasil uji interaksi ditemukan adanya interaksi antara kedua variabel yaitu jumlah koloni bakteri dan jenis kelamin dalam menyebabkan kejadian SBS. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa riwayat alergi dapat meningkatkan risiko terjadinya SBS di tempat kerja dan interaksi antara jumlah koloni bakteri dengan jenis kelamin dapat menyebabkan kejadian SBS di tempat kerja. Disarankan untuk mengontrol kualitas udara dalam ruang, menciptakan ruangan yang sehat bagi pekerja, dan menempatkan pekerja dengan riwayat alergi pada ruangan dengan kualitas udara yang baik.

Sick Building Syndrome (SBS) has been defined as a term used to describe common symptoms which, for no obvious reason, are associated with particular buildings. This study aims to determine the relationship between indoor air quality with SBS occurrence in Graha Sucofindo Jakarta. The cross-sectional study was used in this research with the following independent variables, colonies of bacteria, temperature, relative humidity, age, gender, year of services, and history of allergies. From the data analysis showed a significant relationship between bacterial colonies, age, gender, year of services, and history of allergies to the occurrence of SBS. Multivariate analysis found that history of allergies becomes dominant variables that affect the occurrence of SBS. Furthermore, it is found that there is interaction between bacterial colonies and gender in making the incidence of SBS. It can be concluded that history of allergies may increase the risk of SBS and the interaction between bacterial colonies and gender can causing the incidence of SBS. It is advisable to control the indoor air quality, create a healthy space for workers and avoid allergic workers to work in bad indoor air quality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Rahmadianty
"Banyaknya waktu yang digunakan masyarakat perkotaan untuk beraktivitas di dalam ruangan dapat menimbulkan masalah kesehatan akibat kualitas udara di dalam ruangan, seperti Sick Building Syndrome SBS . Tidak hanya pada pekerja di perkantoran, siswa sekolah juga berisiko terhadap SBS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah koloni bakteri di udara dalam ruang kelas dengan kejadian SBS pada siswa di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan. Digunakan desain studi cross-sectional dengan variabel independen adalah jumlah koloni bakteri; variabel independen adalah kejadian SBS; dan suhu, kelembaban, pencahayaan, jenis kelamin, status gizi, riwayat alergi, riwayat asthma, hewan peliharaan, kebiasaan melewatkan sarapan, kebiasaan berolahraga, kebiasaan mengonsumsi camilan, serta kebiasaan merokok adalah variabel kovariat. Analisis statistik menunjukkan proporsi kejadian SBS sebesar 59,8 dan jumlah koloni bakteri tidak berhubungan signifikan dengan kejadian SBS. Riwayat asthma, kebiasaan melewatkan sarapan, dan kebiasaan berolahraga berhubungan signifikan dengan kejadian SBS. Siswa yang berada di kelas dengan jumlah koloni bakteri di udara< 135 koloni berisiko mengalami kejadian SBS 1,677 kali lebih tinggi, setelah dikontrol oleh variabel kebiasaan sarapan, kebiasaan berolahraga, dan pencahayaan.

It has been estimated that people spend almost 90 of their time indoors, mainly in urban areas. This could lead to health problems caused by the indoor air quality, such as Sick Building Syndrome SBS . Besides the office workers population, there is also increasing concern about SBS problem in school student. Using cross sectional study design, the associations between total indoor air bacterial count in the classroom and SBS in students of 2 Tangerang Selatan High School was investigated. We determined the total bacterial count as dependent variable SBS incidence as independent variabel classroom temperature, humidity, and lighting intensity as environmental covariate variables and gender, nutritional status, history of allergy and asthma pet ownership skipping breakfast snacking habit exercising habit and smoking habit as individual covariate variables. Statistical analysis results showed a high proportion of SBS 59,8 and the total indoor air bacterial count is not significantly associated with SBS. History of asthma, skipping breakfast, and exercising habit are significantly associated with SBS. Students who are studying in classroom with total bacterial count 135 colony have 1,677 times higher risk of experiencing SBS than the non risk group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Oktora
"Sick Building Syndrome (SBS) merupakan kumpulan gejala non-spesifik yang dialami saat berada dalam suatu gedung yang terkait dengan kualitas udara dalam ruang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara kualitas fisik udara dalam ruang (suhu dan kelembaban) dengan kejadian Sick Building Syndrome pada pekerja yang bekerja di dalam gedung. Metode penelitian yang digunakan adalah disain studi cross sectional. Pada penelitian ini, suhu dan kelembaban udara merupakan variabel independen, dan kejadian SBS adalah variabel dependen. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, lama/masa kerja, kebiasaan merokok, riwayat penyakit alergi dingin, dan kondisi psikososial) juga turut diteliti sebagai variabel independen lainnya. Jenis AC dan kepadatan orang dalam ruang diteliti sebagai faktor lain yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa factor karakteristik responden yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian SBS hanya riwayat penyakit alergi dingin. Dari hasil penelitian, ditemukan adanya hubungan yang signifikan kualitas fisik udara dalam ruang (suhu dan kelembaban) dengan kejadian SBS. Hasil uji statistik chi-square, hubungan antara suhu udara dan SBS, diperoleh Pv = 0,011 dan OR = 3,363. Hasil uji statistik chisquare, hubungan antara kelembaban relatif dan SBS, diperoleh nilai Pv = 0,031 dan OR = 2,923."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susan Margarita
"Latar Belakang: Lahan di kota"kota besar yang mulai berkurang membuat kantor yang menempati gedung-gedung bertingkat semakin banyak. Pekelja ataupun pengunjung di gedung tersebut dapat mengalami sindroma gedung sakit (SGS)/Sick Building Syndrome yang diakibatkan gangguan sirkulasi udara di dalam gedung itu (indoor air quality). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi sindroma gedung sakit pada karyawan PT PI dan PT Ml serta menge!abui hubungan faktor-faktor risiko lain terhadap SGS.
Metode Penelitian: Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang banya menghubungkan kejadian SGS dengan kadar CO2, kelembaban. Pengambilan data secara kuestioner dan wawancara,
Hasil: Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang banyamenghubungkan kejadlan SGS dengan kadar CO2, kelembaban. Pengembilan data secara kuesioner dan wawancara.

Background: Sick Building Syndrome was several symptom which one of the risk is indoor air quality. This Research use to know prevalence sick building syndrome at administration worker in PT PI and PT MI and the relation another risk (age, gender, length of work, education, smoker habits, spacity place, management ith SBS.
Method: The Research method is cross sectional, which to see correlation between SBS and indoor air quality like C02, humidity, temperature. We investigation PT PI 32 respondents, and PT MI I 03 respondent.
Result: The result show there are more risk in PT PI show 43,8 % devide PT Ml showed 24,3 %, (OR= 0,412; 95%CI : 0,179..0,946). Age, gender, education, smoking habits, jobs, length work, humidity, C02, temperature and spacity place don't have any significant with SBS. The health influence was fatigue (64,10%), myalgia(58,97%), backpain (56,41%), diz7Jness (51,28%), and sleepy(51,28%).
Conclusion: In this research , we dont found any relation between age. gender, education, smoking habits, jobs, length work, humidity, C02, temperature and spacity place with SBS, but location have any means with SBS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T29173
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>