Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213784 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
I Ketut Suardana
"Salah satu lokasi pelacuran di Jakarta Utara adalah "Kalijodo" yang letaknya di RT 001, RT 003, RT 004, RT 005 dan RT 006 pada RW 05 Kelurahan Pejagalan Kecamatan Penjaringan yang merupakan pemukiman kumuh liar. Sebagai pemukiman kumuh, Kalijodo memiliki sejarah yang mewujudkan kondisi masyarakatnya saat ini. Lokasi pelacuran Kalijodo dimulai dengan kehadiran orang-orang Tionghoa untuk melakukan tradisi "Cungbeng" sejak 1950-an yang mengundang daya tarik untuk berkunjung dan sambil memancing ikan di Kali Banjir Kanal yang airnya bersih dan jernih sekaligus dimanfaatkan oleh orang-orang untuk mencari jodoh. Dalam perkembangannya dari tahun 1950-an sampai dengan tahun 1991-an, lokasi ini sudah berdiri rumah-rumah tempat tinggal dan rumah atau wisma bagi para Pelacur.
Sejak tahun 1992, dilakukan pengusuran oleh pihak pemerintah daerah, sehingga warga berpindah ke lokasi pelacuran Kalijodo yang terletak di sebelah Timur Kali Banjir kanal dengan nama Jalan kepanduan dua. Sebagai lokasi pelacuran di pemukiman kumuh liar Kalijodo RW 05 yang berada di 5 (lima) RT tersebut, berpenduduk 1.481 orang dari 317 Kepala Keluarga, sedangkan jumlah Pelacur terikat berjumlah 195 orang dan Pelacur bebas (Freelance) sekitar 250 orang.
Pelacuran sebagai salah satu masalah sosial, sering dipandang sebagai profesi yang haram karena dampaknya dapat menghancurkan kredibilitas sebuah rumah tangga, namun disisi lain harus diterima eksistensinya sesuai dengan tuntutan budaya masyarakat. Begitu halnya pelacuran Kalijodo dalam kenyataannya fungsional dalam sistem social masyarakat setempat yang warganya sangat tergantung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penelitian terhadap pelacuran Kalijodo, menggunakan teori Patron klien dari James Scoot, Keith R. Legg, Peter Blau dan teori Mikro Obyektif (teori 3 faktor) untuk mengetahui corak keteraturan sosial pada kehidupan masyarakat, sekaligus mendapatkan gambaran mengenai karakteristik Pelacur di lokasi tersebut. Untuk memahami makna yang ada dalam sesuatu gejala sosial, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi untuk memahami gambaran kehidupan masyarakat melalui pengamatan terlibat dengan pengumpulan data mengunakan pengamatan, wawancara terstruktur dan spontan.
Hasil penelitian mengenai kehidupan Pelacur di pemukiman kumuh liar kalijodo menunjukkan adanya keteraturan sosial sebagai wujud dari hubungan sosial antara sesama Pelacur, dengan germo dan warga setempat yang didasari pada pola-pola hubungan Patron klien dengan jenis Patron; pemilik tanah, pemilik modal, Ketua RW dan Bapak Yus yang masing-masing berperan dalam kehidupan Pelacur di pemukiman kumuh liar Kalijodo."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T7053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnelti
"ABSTRAK
Salah satu karakteristik kota adalah jumlah penduduk yang makin banyak dan tingginya kepadatan penduduk. Hal ini menimbulkan dampak terhadap daya dukung kota berupa ketidakseimbangan antara ruang yang dibutuhkan dan jumlah penduduk yang meningkat. Pertumbuhan penduduk kota, terutama dari arus pendatang tidak hanya menyebabkan kota menjadi berkembang, tetapi juga menimbulkan permasalahanpermasalahan baru. Umumnya di negara berkembang, kaum pendatang mempunyai tujuan untuk mencari pekerjaan.
Bertumpuknya penduduk di kota menimbulkan permasalahan yang cukup rumit, baik dari segi fisik maupun non fisik, serta mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan daerah sekitarnya, dan merupakan salah satu sebab timbulnya kawasan-kawasan kumuh di perkotaan.
Secara umum, permukiman kumuh diartikan sebagai kawasan hunian yang tidak layak huni berkaitan dengan kesehatan masyarakat khususnya pada penyakit yang sering berjangkit selama di permukiman. Cermin dari permukiman kumuh diantaranya daerah yang tidak terencana, tidak teratur, dan bersifat informal, kepadatan permukiman yang tinggi serta kondisi lingkungan yang buruk.
Dalam era pembangunan dewasa ini, upaya perkembangan perumahan rakyat mendapat perhatian yang besar dari berbagai pihak pemerintah sebagai upaya mewujudkan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yaitu papan.
Dalam perencanaan perkembangan hingga saat ini perkembangan ekonomi masih menonjol, sedangkan pertimbangan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat tampaknya masih belum mendapat perhatian.
Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang kondisi permukiman kumuh dalam hubungannya terhadap kesehatan masyarakat dari segi lingkungan sosial, lingkungan fisik, sanitasi lingkungan dan pola penyakit yang sering terjangk`it di lingkungan permukiman kumuh. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1 Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah permukiman kumuh.
2 Hubungan variabel-variabel permukiman kumuh terhadap variabel kesehatan masyarakat.
3 Berbagai upaya dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di permukiman kumuh.
Lokasi penelitian adalah Kelurahan Penjaringan di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, ditentukan berdasarkan purposive sampling. Dalam Kelurahan ini diambil 3 Rukun Warga (RW) yang merupakan wilayah yang paling padat penduduknya. Selanjutnya untuk menentukan banyak sampel tiap-tiap RW digunakan cara proposional random sampling yang seluruhnya berjumlah 130 responden.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara berdasarkan kuesioner, wawancara mendalam dengan masyarakat setempat, serta observasi langsung kelapangan. Sedangkan data sekunder di peroleh dari lapangan dan literatur penunjang yang didapat dari instansi terkait.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan rumus Chi-square yang diteruskan dengan Uji Coefficient Contingency, disertai pula dengan analisis kualitatif.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel-variabel permukiman kumuh mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat
dilihat dari faktor lingkungan sosial, yaitu faktor jenis pekerjaan, crowding index dan jenis pelayanan kesehatan,akan tetapi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dari faktor pendidikan dan pendapatan. Masyarakatnya mayoritas berpendidikan, pendapatan masih dalam taraf rendah yaitu pendidikan SD, sedangkan pendapatan masyarakat setiap bulan sebagian besar antara Rp 50.000,-sampai dengan Rp 100.000,-.
Variabel lingkungan fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dilihat dari faktor keadaan saluran/got air rumahtangga, kondisi lingkungan jalan, kelembaban udara, sinar matahari, jumlah ruangan.
Variabel sanitasi perumahan lingkungan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dilihat dari faktor, bau/aroma dari air saluran buangan rumahtangga, saluran pembuangan mandi, saluran pembuangan kakus, pembuangan sampah, dan sumber air minum dengan derajat hubungan cukup kuat: Sedangkan terhadap kesehatan masyarakat dari faktor, saluran pembuangan masak, saluran pembuangan air cucian tidak terdapat hubungan.
Dari hasil hubungan antara berbagai variabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa permukiman kumuh sangat erat hubungannya dengan kesehatan masyarakat.
Perlu dilakukan perlindungan dan peningkatan terhadap kesehatan masyarakat di permukiman kumuh ini, karena permukiman kumuh menurunkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatkan pencemaran lingkungan. Kurangnya diperhatikan lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan sanitasi perumahan lingkungan oleh masyarakat serta kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal akan menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.

ABSTRACT
One of the urban main characteristics is the fast growing number of population and its high density. This causes an impact on carrying capacity in terms of the imbalance between the needed space and the increasing population; particularly as rush of city's newcomers does not only imply city's development, but also generate new environmental problems. In most of developing countries, the main reason for people coming to the cities is seeking for employment. High concentration of people in the cities create complex environmental problems, either physically or non-physically, giving negative impact an the particular surroundings and constitutes one of the main causes for the existence of urban slums.
In general, slum settlement is understood as an urban settlement inappropriate to habitat in terms of the community's health, particularly the incidence rate of diseases. Slum settlement is mostly reflected in its involuntary existence, unorganized, informal by characteristics, highly dense, and bad condition. Even though slum settlement's lands are already determined their infrastructures are still inappropriate, with small alleys, muddy, far from appropriate latrines, bath and washing facilities, and lack of clean water.
In the development periods the Government has given much attentions to the development of public housing as one the Government's efforts in providing the community with shelter facilities.
Even in the national development planning the economic sector development constitutes the first priority, yet health sector, particularly community health development is still considered as insignificant.
The objective of the study is to identify and describe the conditions of slum settlement and its correlations with the community's health, in particular from the aspects of its social environment, physical environment, and environmental sanitation in terms of its disease frequency pattern. The specific objectives are:
Identify the social-economic condition of the community of slum settlement;
The correlations between slum settlement's variable to the community's health.
To provide solution efforts in increasing the community health status in slum settlement.
The areas studied are located in the Penjaringan Subdistrict, Northern part of Jakarta, which for this purpose was purposively taken, in which tree "Kelurahan" were determined as samples in terms of the densest population. Further, sample members were drawn proportional-randomly from each "Kelurahan", numbering 130 respondents.
Primary data collection was conducted by interviews using questionnaires as instrument, depth interviews with selected local respondents, and direct observation in the field. While secondary data were collected from related government agencies.
Data analysis was conducted quantitatively based on non-parametric statistic means, i.e. Chi-square, followed with coefficient contingency test and qualitative analysis.
From the analysis it? was identified that slum settlement's variables significantly correlate with those of the community's health viewed from their social environmental factors, i.e. kinds job, crowding index, and health service, but not significantly correlation with the community's health in terms of education, income, and number of family members. But field data eduction, people income majority education degree is SD (63,9%), indregree income Rp 100.000,- (37,7%).
correlate with the conmunity's health in terms of its factors, i.e. household's sewerage, neighbour hood's streets condition, air humidity, sunlight, and number of rooms with strong correlation, under lining the air humidity as the strongest factor; whereas ventilation received the weakest influence.
Settlement's environmental santitation has significant correlation with the community's health in terms of its factors, i.e. household's sewerage odour, bathroom's sewerage, waste disposal, and drinking water source, showing rather strong correlation. However, when correlated with cooking and washing waste water sewerages, there isn't any correlation to be found. In terms of latrine variable, strong correlation with the community's health has been observed as being exist.
From the variables relationship it was evident that slum settlement strongly correlate with the community's health. Further, there should be improvements in the field of community health in the slum areas, as slum conditions can degrade the community's health status and generate environmental pollution. Lack of attention in the fields of physical, social and sanitary environment could by all means decrease the quality of the community's health and the community's health status itself.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Afner Heliard
"ABSTRAK
Kondisi sosial ekonomi penduduk yang rendah, kesulitan mendapatkan perumahan atau lahan yang layak untuk tempat tinggal di kota-kota besar telah mendorong orang untuk tinggal di daerah genangan pasang.
Makin besar jumlah penduduk, makin rendah tingkat sosial ekonomi penduduk, dan makin sulit mendapatkan lahan atau rumah layak untuk dihuni, semakin besar tekanan penduduk untuk tinggal di daerah genangan pasang. Pada mulanya mereka menimbulkan pencemaran kecil pada lingkungan, lama kelamaan lingkungan semakin padat dan pada akhirnya menjadi daerah pemukiman kumuh genangan pasang.
Masalah yang dihadapi penduduk yang tinggal di daerah pemukiman kumuh genangan pasang ialah:
1. Banyak penduduk bermukim di daerah yang digenangi air pasang.
2. Penduduk yang bermukim di daerah genangan pasang terpapar pada lingkungan kumuh antara lain : limbah rumah tangga, kotoran, sampah, bau dan lain-lain.
3. Lingkungan kumuh genangan pasang tersebut mempengaruhi kesehatan penduduk.
Penyakit-penyakit yang banyak diderita penduduk pada umumnya ialah penyakit-penyakit yang berkaitan dengan air dan kotoran seperti penyakit diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), dan penyakit kulit.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelahan literatur yang berkaitan dengan penyakit-penyakit air dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kotoran dan lingkungan kumuh dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Lingkungan kumuh dengan genangan pasang mempengaruhi tingkat kesehatan penduduk.
2. Lingkungan kumuh dengan genangan pasang mempengaruhi ciri masalah kesehatan khas, yaitu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan air dan kotoran seperti:
· diare
· penyakit kulit
· Infeksi Saluran Penafasan Akut (ISPA)
3. Makin tinggi genangan pasang pada lingkungan kumuh, makin tinggi kasus kesakitan penduduk.
4. Makin lama genangan pasang pada lingkungan kumuh, makin tinggi kasus kesakitan penduduk.
Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut di atas telah dilakukan penelitian dan analisis data hasil penelitian sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jumlah kasus kesakitan lebih tinggi di daerah genangan pasang (RW 05) daripada jumlah kasus kesakitan di daerah tidak tergenang pasang (RW 011). Uji statistik chi-square juga menunjukkan perbedaan nyata kasus kesakitan di daerah genangan pasang dibanding kasus kesakitan di daerah tidak tergenang pasang. Dengan kata lain bahwa ada pengaruh genangan pasang pada lingkungan kumuh terhadap tingginya kasus kesakitan penduduk. Ini berarti bahwa hipotesis I memenuhi atau dapat diterima.
2. Hasil penelitian kasus kesakitan diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), penyakit kulit dan TBC menunjukkan angka kesakitan lebih tinggi di daerah genangan pasang (RW 05) dibanding kasus kesakitan di daerah tidak tergenang pasang (RW 011). Analisis ReZative Risk (RR) untuk keempat jenis penyakit tersebut menunjukkan risiko menderita sakit jauh lebih tinggi di daerah genangan pasang daripada mereka yang tinggal di daerah tidak tergenang pasang. Hasil uji. Chi-square untuk masing-masing jenis penyakit tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kasus kesakitan penduduk di daerah genangan pasang dengan kasus kesakitan penduduk di daerah tidak tergenang pasang. Dengan demikian hipotesis II memenuhi atau dapat diterima.
3. Analisis statistik untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat ketinggian pasang pada lantai rumah dengan banyaknya kasus kesakitan dalam keluarga, menunjukkan adanya hubungan nyata. Analisis statistik adanya hubungan antara tingkat ketinggian pasang pada halaman/jalanan dengan banyaknya kasus kesakitan dalam keluarga juga menunjukkan hubungan nyata. Dengan demikianhipotesis III memenuhi atau dapat diterima.
4. Analisis statistik untuk mengetahui adanya hubungan antara lama genangan pasang pada lantai rumah dengan banyaknya kasus kesakitan dalam keluarga, menunjukkan adanya hubungan nyata. Analisis statistik untuk mengetahui adanya hubungan antara lama genangan pasang pada halaman/jalanan dengan banyaknya angka kesakitan dalam keluarga juga menunjukkan hubungan nyata. Dengan demikian hipotesis IV memenuhi atau dapat diterima.
Kesimpulan hasil analisis dan uji statistik atas hasil-hasil penelitian ialah bahwa ada pengaruhgenangan pasang pada lingkungan kumuh terhadap tingginya kasus kesakitan penduduk.

ABSTRACT
Poor socio economic condition, poor housing and shortage of land for housing are problems faced people to live in tidal flood slum areas.
The rapid growth of the number of people living in the city has led to declining socio economic conditions. One is difficulty in getting an ideal house or land for housing.
Problems faced by people who live in tidal flood slum areas are as follows:
1. The majority of the people come from poor socio-economic condition.
2. They are affected by dirty water, refuses, wastes and bad smell.
3. Many of them infected by diseases that originated from dirty-Water, refuses and wastes.
Diseases which usually affects the people are related to dirty water, refuses and wastes, such as diarrhea, acute respiratory infection, skin diseases and tuberculosis.
From the result of short observation and literature studies, we can formulates hypothesis as below:
1. Tidal flood in slum areas affects health.
2. Tidal flood in slum areas causes specific diseases as:
· diarrhea
· skin diseases and
· acute respiratory infections.
3. The higher the level of tidal flood from the floor base of the house and surfaces of the garden/street in slum areas, the more the member of the family suffers from diseases.
4. The longer the time of tidal flood on the floor of the house and the garden/street in slum areas, the more the member of the-family suffer from diseases.
The research was carried out to test the hypothesis. The findings are as follows.
1. The results of research shows that prevalent rate of epidemic diseases in tidal flood slum areas is higher than the prevalent rate in non tidal flood slum areas. A Chi-square test also shows a significant difference.
2. The rate of specific diseases such as diarrhea, acute respiratory infections, skin diseases and tuberculosis shows that the diseases are higher in tidal flood slum areas than those in non tidal flood slum areas. Relative Risk (RR) analyses for those four diseases, shows that illness risk are higher in tidal flood slum areas than those in non tidal flood slum areas. The chi-square test for the four diseases also shows the significant differences between sickness in tidal flood slum areas and sickness in non tidal flood slum areas.
3. There is also a significant correlation between the level of height of tidal flood on the floor of the house with the rate of sickness among the member of the family. A significant correlation is also found between the level of height of tidal flood on the surface of the garden/street and the rate of sickness among-the member of the family.
4. The length of period of tidal flood on the floor of the house also. correlated with the rate of illness among the family- member. The same result was also found between the length of period of tidal- flood on the land surface/garden and the street.
The general conclusion derived from the research, that tidal flood does affect health of the people in slum areas.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S7096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Fitri
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutapea, Bindu
"Tesis ini berjudul Pengaruh Rumah Susun Sederhana terhadap Peningkatan Kehidupan Sosial dan Ekonomi Penghuninya, Studi kasus Rumah Susun Sederhana Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta.
Rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut : (a) manfaat yang dirasakan oleh penghuni rumah susun sesudah tinggal di lingkungan rumah susun, terutama dalam kaitannya dengan kehidupan sosial dan ekonomi penghuninya ; (b) penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial di lokasi rumah susun sederhana sebagai sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan hidup penghuni.
Dengan metode penelitian kualitatif, analisis yang diperoleh sebagai berikut : (a) kehidupan sosial dan ekonomi sebagian besar penghuni rumah susun sederhana belum mengalami perubahan yang berarti setelah tinggal di rumah susun. Kalaupun ada perubahan yang dirasakan hanya dalam bentuk pemenuhan tempat tinggal yang layak (kondisi fisik bangunan), bahkan sebagian penghuni terjadi penurunan seperti karena kepemilikkan rumah di rumah susun sewa, sedangkan sebelumnya hak milik ; (b) sarana dan prasarana bersama (seperti saluran limbah, saluran air bersih, drainase, taman, dan lainnya yang tersedia tidak terpelihara dengan baik, karena penghuni belum dapat beradaptasi dengan lingkungan permukiman baru, selain itu disebabkan status kepemilikan (sewa) menyebabkan rendahnya kepedulian penghuni terhadap lingkungan perumahan dan permukiman ; (c) fasilitas umum (seperti Kantor RW, Pos Siskamling, Ruang Serbaguna) dan fasilitas sosial (seperti sarana pendidikan minimal TK dan TPA, sarana kesehatan minimal Poliklinik tidak tersedia, sedangkan sarana tersebut di lingkungan sebelumnya justru tersedia melalui swadaya masyarakat.; (d) rendah frekuensi pembinaan dari Pemerintah Daerah terhadap upaya peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi para penghuni rumah susun.
Di masa akan datang, ada beberapa hal yang menjadi perhatian bagi para pembuat keputusan yang berhubungan dengan pembangunan rumah susun sederhana di perkotaan khususnya di Propinsi DKI Jakarta, adalah (a) agar keberadaan rumah susun dapat menciptakan suatu perubahan pola hidup penghuni, dimana penghuni dapat menyesuaian diri dengan lingkungan baru, dan lingkungan fisik rumah susun juga diharapkan dapat mendukung terpeliharanya pranata-pranata sosial yang sebelumnya berlaku di Iingkungan perkampungan bukan rumah susun; (b) Iingkungan rumah susun harus mendorong terciptanya perubahan sosial diantara para penghuni melalui penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang memadai dan tertata dengan baik, sehingga pola kehidupan sosial penghuni yang sebelumnya rendah menjadi lebih baik; (c) terbatasnya ruang hunian mengurangi peran dan fungsi rumah sebagai ruang sosial dan ruang formal karena minimnya luasan ruang per unit rumah. Oleh sebab itu standar kebutuhan ruang perlu ditinjau kembali dalam pembangunan rumah susun di masa mendatang ; (d) peningkatan pembinaan kepada penghuni oleh Pemda DKI Jakarta untuk upaya peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi penghuni rumah susun sederhana."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Chairul Fahmi
"Tulisan ini mendeskripsikan aksesibilitas penduduk miskin pada permukiman kumuh (Slum Area) dalam berobat ke pelayanan kesehatan berdasarkan indikator asal daerah, lama menetap, tingkat pendapatan, dan pendidikan dengan menggunakan pendekatan teori kemiskinan dan teori ruang sosial. Metode pengambilan sampel menggunakan metode proportional purpossive sampling dan snowballing yang kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa kecenderungan serta metode analisa deskriptif. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kemiskinan merupakan hambatan bagi penduduk miskin di permukiman kumuh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai. Ruang sosial yang mereka punya yang meliputi rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi atas wilayah kebutuhan pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor kunci yang memudahkan mereka dalam memvisualisasikan cara untuk mengakses pelayanan kesehatan ini disamping status penduduk asli, tingkat pendidikan dan ekonomi, serta lama menetap di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34158
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>