Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Syachirial
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang Pelaksanaan Pelatihan Abon Ikan dalam Program Pembinaan Usaha Nelayan termasuk hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan Pelatihan Abon Ikan di Kawasan Sabang. Pelatihan Abon ikan merupakan salah satu kegiatan dalam pelaksanaan Program Pembinaan Usaha Nelayan yang dilaksanakan oleh Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) sebagai program kerja pada tahun 2004 untuk mengembangkan masyarakat pesisir di Kawasan Sabang.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2005 terhadap pelatihan abon ikan yang telah diselenggarakan di tahun 2004, yang mendasari pelatihan ini adalah, dengan telah diadakannya pelatihan bagi masyarakat nelayan di kawasan Sabang telah menunjukan perbaikan kualitas terhadap produksi abon dalam hal rasa dan kemasan namun masi ditemukan kendala dalam pemasaran abon ikan di kawasan Sabang sehingga peningkatan pendapatan masyarakat pesisir kawasan Sabang sebagai tujuan akhir dari program pembinaan usaha nelayan belum tercapai.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif melalui study kepustakaan, wawancara dengan informan. Pemilihan informan dilakukan dengan purporsif sampling terhadap staf BPKS yang juga merupakan panitia pelaksana kegiatan pelatihan pembuatan abon ikan, pelatih di pelatihan pembuatan abon ikan, peserta pelatihan abon ikan, panglima !apt kawasan sabang, warga masyarakat netayan di Kawasan Sabang dengan jumlah responden adalah 12 orang.
Penelitian ini menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan pengembangan kawasan pesisir dan pembangunan sektor perikanan serta konsep pelatihan sebagai kerangka pikir untuk menganalisis temuan lapangan tentang pelaksanaan pelatihan abon ikan dalam program pembinaan usaha nelayan di kawasan Sabang.
Secara umum pelaksanaan pelatihan abon ikan sudah terlaksana sebagaimana direncanakan oleh pihak panitia penyelenggara, dimana dalam pelatihan abon ikan telah ditetapkan jumlah peserta pelatihan sebanyak 30 orang ibu-ibu rumahtangga isteri para nelayan kawasan Sabang, didukung oleh 4 orang pelatih yang telah berpengalaman yang bertugas melatih terhadap materi yang fetish ditentukan oleh pihak panitia, kemudian jadwal pelaksanaan pelatihan selama 4 hari diadakan pada bulan Juni 2004.
Pelaksanaan pelatihan abon ikan dalam program pembinaan usaha nelayan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelatihan abon ikan, baik yang bersifat mendukung pelaksanaan pelatihan maupun yang bersifat menghambat pelaksanaan pelatihan, adapun faktor yang mendukung pelaksanaan pelatihan adalah berasal dari keterampilan dasar peserta dalam membuat abon, pelatih yang berpengalaman, materi yang mendukung tujuan pelatihan, jadwal pelaksanaan yang sesuai dengan kesempatan peserta serta metode pelatihan yang tepat untuk untuk meningkatkan keterampilan peserta.
Sedangkan faktor penghambat berasal dari rendahnya tingkat pendidikan peserta pelatihan dan jumlah peserta sebanyak 30 orang yang terlatu ramai dan tidak terpantau oleh pelatih, kemudian berbagai kendala yang menjadi penghambat tersebut direkomendasikan dalam bentuk saran untuk perbaikan pelaksanaan pelatihan kedepannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Herdiana Priyatni
"Keterlibatan pedagang perantara dalam sistem pemasaran ikan nelayan bukan merupakan hal yang baru. Sudah sejak tahun 50-an ada sementara orang yang memainkan peran perantara yang menghubungkan penangkap ikan (produsen) dengna pihak konsumen yang dikenal sebagai tukang urup. Dari istilah di atas jelas betapa sesungguhnya peranan yang dimainkan oleh para perantara tersebut. Mereka juga menyediakan barang-barang yang diperlukan oleh para nelayan yang setiap waktu mengarungi lautan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsan
"Tulisan ini memusatkan perhatian pada perubahan mata pencaharian penduduk Bumi Agung di kawasan objek wisata Way Belerang. Hal ini dilihat dari strategi-strategi yang diciptakan dan dikembangkan oleh warga masyarakat dengan adanya pembangunan pariwisata. Mata pencaharian hidup masyarakat Bumi Agung sejak masuknya pembangunan pariwisata memperlihatkan perubahan dominan, dimana beralihnya masyarakat dari yang semua berkebun menjadi pedagang dan wiraswasta ( Data statistik Kelurahan Bumi Agung, 2004). Pembangunan pariwisata yang dimaksud di sini adalah pembangunan pariwisata di kawasan objek wisata Way Belerang yang berada di kelurahan Bumi Agung Kabupaten Lampung Selatan. Pariwisata dalam hal ini merupakan salah satu unsur pembangunan. Masuknya suatu unsur baru ke dalam masyarakat, akan membawa keadaan tidak seimbang dalam masyarakat tersebut, dalam keadaan ini Para warga masyarakat akan melakukan koreksi dengan cara memodifikasi pola-pola tradisional, atau pola yang baru diterima atau memodifikasi kedua-duanya. Penyesuaian unsur baru dalam masyarakat tersebut dapat berlangsung harmonis, adaptif dan pergeseran-pergeseran bahkan konflik (Bee, 1973). Pembangunan pariwisata merupakan sektor penting yang terus dikembangkan pemerintah dan menjadi sektor andalan dalam menunjang pembangunan. Terbukanya objek wisata di kelurahan Bumi Agung, telah membuka pintu bagi terbukanya akses daerah ini dengan dunia luar, antara lain dengan akses pariwisata, yakni dengan kunjungan pendatang atau pengunjung wisata yang semakin bertambah jumlahnya. Disamping itu juga dengan terbukanya jalan lintas sumatera, dan berkembangnya berbagai sarana transportasi, membuat hubungan mereka dengan dunia luar semakin intensif.
Penelitian ini dipengaruhi oleh pendekatan prosessual. Manusia dilihat sebagai makhluk yang aktif, kreatif dan manipulatif dalam menghadapi lingkungannya. Pendekatan ini tidak melihat perubahan secara linear melainkan melihat apa yang berubah dan yang tidak berubah, serta mekanisme dan proses yang berlangsung hingga ada hal yang berubah, ada yang tidak. Untuk melihat proses adalah pada peristiwaperistiwa yang saling berkaitan satu sama lain secara berkesinambungan (Moore dalam Winarto, 1999). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif ( Denzin& Lincoln, 2000). T'eknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara dan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang, informan terdiri dari aparat pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang terkait dengan masalah penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi bukanlah perubahan total, ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi adalah bervariasi. Ini diperlihatkan bahwa masyarakat tidak meninggalkan sepenuhnya pekerjaan lama mereka yakni berkebun, dan menyebutnya sebagai tabungan lama, disamping mereka tetap mengembangkan jenis pekerjaan baru lainnya di kawasan wisata, ini dilihat sebagai sebuah strategi atas pilihan-pilihan yang diambil. Perubahan yang bervariasi ditunjukkan juga oleh adanya kelompok masyarakat cepat menanggapi perubahan, yang lambat dan bahkan ada yang menolak perubahan itu sendiri, meski penelitian ini tidak menfokuskan kepada penolakan terhadap perubahan tersebut, namun tidak menafikan bahwa hal itu terjadi. Kelompok masyarakat yang cepat menanggapi perubahan adalah masyarakat yang hubungannya dengan dunia luar cukup intensif dan ditunjang dengan pendidikan yang memadai. Kelompok masyarakat yang lambat menanggapi perubahan adalah kelompok masyarakat yang perlu belajar dari pengamatan dan pengalaman orang lain terlebih dahulu dengan waktu yang lama. Masyarakat yang menolak adanya perubahan adalah generasi tua, yang menolak pembangunan pariwisata yang berakibat negatif bagi kelangsungan kehidupan keagamaan dan adat setempat.
Ditunjukkan bahwa masyarakat mengadopsi pengetahuan baru dan mengkreasikannya dengan pengetahuan lokal mereka. Ini dilihat dari bagaimana mereka ietap mempertahankan pekerjaan mereka sebagai pekebun dan sementara itu mengembangkan mata pencaharian baru. Proses ini terjadi dengan cara dimana masyarakat menginterpretasi, memodifikasi, melakukan pengamatan, memperbandingkan dan belajar dari pengalaman."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sidabalok, Jojor Marina
"Pemberdayaan masyarakat berbasis masyarakat pada dasarnya merupakan konsep pemberdayaan atau penguatan potensi (empowerment) masyarakat yang meletakkan individu sebagai subjek dan memberi ruang partisipasi penuh mereka ke dalam sebuah program pemberdayaan itu sendiri. Inisiatif kreatif dari masyarakat merupakan sumber daya paling utama. Partisipasi mereka mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi program.
Pemberdayaan nelayan melalui bantuan paket bergulir sarana penangkapan ikan di Muara Angke merupakan salah satu program dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat nelayan pra sejahtera di Muara Angke.
Evaluasi program bertujuan untuk mempelajari apakah program mencapai tujuan dan bagaimana program mencapai tujuan dan untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari pengalaman mengenai pengelolaan program, keluaran. manfaat dan dampak dari program pemberdayaan yang baru selesai dilaksanakan, maupun yang sudah berfungsi, sebagai umpan balik bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian program selanjutnya.
Metode analisa berpikir logis (logical framework analysis) dengan melihat input, output, outcome dan impact bertujuan untuk melakukan penyesuaian/sinergi antara berbagai elemen tersebut agar terjadi suatu keselarasan antara aktifitas yang dilakukan dengan tujuan program, sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan prosedur dan kesalahan sasaran.
Hasil evaluasi program pemberdayaan melalui analisa input hingga impact menunjukkan kekuatan program pemberdayaan adalah nelayan mempunyai kesempatan untuk memiliki sarana penangkapan yang berimplikasi kepada peningkatan kepercayaan diri (self confidients) nelayan. Hal ini penting karena mengatasi kemiskinan dan keterbelakangan bukan saja terkait dengan masalah penopang hidup (life sustenance), melainkan juga dengan masalah harga diri (self esteem) dan kebebasan (freedom). Semua itu dimaksudkan agar orang miskin itu bisa menjadi lebih manusiawi (in order to be more human).
Adapun kelemahan program pemberdayaan ini adalah 1) perencanaan program tidak partisipatif, hal ini ditunjukkan dengan minimnya partisipasi masyarakat nelayan dalam setiap penentuan tahap proyek, mulai dan perencanaan hingga implementasi, 2) Input dan aktivitas program yang berkenaan dengan peningkatan kapasitas tidak mendapat prioritas, dan 3) Implementasi program kurang komprehensif, baik dengan program lainnya dalam kaitannya dengan pengembangan nelayan di Jakarta, maupun program pasca proyek. Salah satunya ditunjukkan dengan tidak adanya fasilitator lokal yang seharusnya memfasilitasi pengembangan komunitas nelayan setelah program berjalan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ismi Khomsatun
"Penelitian ini didasarkan pada data yang diperoleh dari institusi Pemerintah, lembaga kredit, Biro Pusat Statistik (BPS) dan lembar pertanyaan yang berhubungan dengan nelayan kecil di wilayah Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan serta mengetahui peran pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan nelayan sehingga profesi ini tetap eksis di Surabaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, data penelitian yang digunakan adalah mengumpulkan informasi melalui lembar pertanyaan (questioner) dan analisa berdasarkan teori yang relevan. Dari penelitian yang dilakukan, hasil yang didapatkan adalah bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya pendapatan nelayan sementara intervensi pemerintah seringkali tidak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan tersebut. Bisa dikatakan bahwa campur tangan pemerintah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan nelayan. Hal ini dikarenakan untuk menentukan faktor rendahnya pendapatan nelayan juga tidak mudah. Nelayan sering mengalami ketidakpastian pendapatan karena faktor luar seperti iklim, cuaca, bencana alam, penyakit ikan dan ketergantungan nelayan terhadap institusi keuangan yang menerapkan bunga tinggi, anggota keluarga yang besar, daya tawar nelayan yang rendah. Sementara faktor dari dalam adalah rendahnya ketrampilan dan pendidikan. Hal tersebut menjadikan nelayan sangat sulit untuk keluar dari permasalahannya. Sehingga bantuan serta perhatian pemerintah dan organisasi lain diharapkan ikut membantu melepaskan nelayan dari kemiskinan. Kemudahan akses ke aset-aset pemerintah adalah penting untuk membantu nelayan untuk lebih berdaya dan mencoba meningkatkan pendapatannya. Aset memiliki peran yang cukup penting karena bisa meningkatkan produktivitas yang selanjutnya bisa membantu meningkatkan pendapatan mereka. Dalam penelitian ini pemerintah turut campur dalam pemberian kemudahan akses ke berapa aset untuk dimanfaatkan oleh nelayan. Tujuan lainnya dengan adanya aset tersebut, nelayan bisa keluar dari zona kemiskinan.agar tepat sasaran, pemerintah harus mengetahui permasalahn yang sebenarnya yang dihadapi oleh nelayan tersebut.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kemampuan nelayan mempertahankan dan mengatur harga ikan di pasaran menjadi penyebab utama rendahnya pendapatan nelayan disamping penyebab lain yang turut berperan dalam rendahnya pendapatan nelayan. Sehingga penelitian ini memberikan rekomendasi untuk melakukan survey untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik tentang penyebab utama rendahnya pendapatan nelayan. Penggabungan metode kualitatif melaui survey dan wawancara langsung adalah metode yang lebih baik untuk mendapatkan gambaran yang lebih tepat.

This study based on the data were collected from the Government institution, credit institution, statistical bureau and question sheet from the small scale fishing community in Surabaya, this study examines the determinants factors of low level income of the fisher and investigate whether intervention of government help poor fisher increase their income and come with their problem in order to sustain their livelihood. For gain this purpose, this study use data collected and information through questoion sheet and analyzed using relevant theories. Result shows that several factor determined the low level income of fishers and the government interventions are not matching with the fishers problem. On the another words, the intervention could not help fisher to generate their income significantly. The determinant factors of low level income fisher is very complicated. Poor fishers are not only face problem from the outside factors such as natural disaster, climate change, fish diseases, dependency on high interest private debt,large family member, weak bargaining power but also from the inside such as low level of skill and education.
Escaping from all the problems is difficult for the poor fishers, attention from the government and another organization is needed by them to escape from the poverty and sustain their livelihood. Easier of getting access to assets from the community organization or government is important for the fisher to try improve their ability and open chances for them to empower themselves. Assets is the main important thing especially for the poor fisher because commonly they lack n accessing asset. Assets also the most important things in sustainable livelihood. In this study, government gave support on several assets which are aimed to help poor fisher increasing their income by increasing productivity and opening opportunity to diversify their livelihood. Some of the interventions provided by government can lead them to increase their income, in another side, the interventions also give opportunity to pull them in to deeper poverty. To get better and positive impact on those interventions, governent should have more understanding on the determinant factors which are caused fisher’s problem.
Ths study argue that ability to set the fish price and get better bargaining power in the market seem the strongest reason of the fisher’s low level income problems. Even though many factors also take part on that situation. Finally, this study suggest to do survey for get better understanding on fisher main problems, so combining qualitative method through survey and in depth interview may will give more precise figure of fisher conditions.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumual, Maria Deborah
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S6245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>