Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Annisa
"ABSTRAK
Dalam beberapa dekade terakhir, pencitraan sinar-X menggunakan film-screen mulai
digantikan oleh digital radiography. Sistem pencitraan digital salah satunya adalah
computed radiography (CR). Sejauh ini di Indonesia, perkembangan yang pesat dari CR
belum dibarengi dengan penelitian untuk memperoleh kondisi optimum dalam
aplikasinya.
Telah dilakukan penelitian di RS X menggunakan CR Agfa tipe PSP MD 4.0 dan
fantom Rando Man untuk menentukan optimasi pembentukan citra. Juga dilakukan
pengukuran Entrance Surface Dose (ESD) menggunakan thermoluminescent dosimeter
(TLD) dengan berbagai variasi nilai kV. Pemeriksaan yang dipilih adalah kepala PA,
thorax PA, dan abdomen AP. Citra fantom dievaluasi berdasarkan panduan dari
European Commission dibantu oleh dokter spesialis radiologi. Optimasi citra didasarkan
pada nilai kV dengan nilai ESD yang rendah dan hasil evaluasi citra.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pemeriksaan kepala PA optimasi terjadi
pada ESD 3,580 mGy dan 3,834 mGy untuk kondisi 80 kV dan 83 kV dengan 0,224 ?
0,274 mGy/mAs. Untuk pemeriksaan thorax PA teknik kV standar optimasi terjadi pada
ESD 1,341 mGy dan 2,378 mGy untuk kondisi 50 kV dan 55 kV dengan 0,134 ? 0,297
mGy/mAs. Sedangkan untuk teknik kV tinggi yang menggunakan 100 kV, optimasi
terjadi pada ESD 2,960 mGy dengan 0,947 mGy/mAs. Dan untuk pemeriksaan
abdomen AP optimasi terjadi pada ESD 4,090 mGy dan 4,268 mGy untuk kondisi 70
kV dan 80 kV dengan 0,204 ? 0,267 mGy/mAs. Selain nilai kV, optimasi juga
mengikutsertakan nilai kontras tinggi dan rendah, serta karakter CR Agfa yang diwakili
oleh nilai lgM (log Median).

Abstract
For the last few decades, X-ray imaging using film screen has been replaced by digital
radiography. One of digital imaging systems is computed radiography (CR). So far in
Indonesia, the rapid development of CR is not ensued with research to obtain optimum
condition in its application.
Has been performed a research in hospital X using Agfa CR Type PSP MD 4.0 and
Rando Man phantom to determine optimization of image development. Also conducted
measurement of Entrance Surface Dose (ESD) using thermoluminescent dosimeter
(TLD) for various kV values. The examinations were selected for skull PA, thorax PA,
and abdomen AP. Image phantom assessment was carried out using guideliness from
European Commission with assistance of radiologist. Optimization of image was done
based on kV value with low ESD value and image assessment.
The results showed that for skull PA examination, optimization occured on ESD 3.580
mGy and 3.834 mGy for exposure condition of 80 kV and 83 kV with 0.224 to 0.274
mGy/mAs. For standard kV technique thorax PA examination, optimization occured on
ESD 1.341 mGy and 2.378 mGy at 50 kV and 55 kV with 0.134 to 0.297 mGy/mAs. As
for the high kV technique of which used a 100 kV, ESD optimization occured at 2.960
mGy with 0.947 mGy/mAs. While for abdomen AP examination, optimization occured
on ESD 4.090 mGy and 4.268 mGy for 70 kV and 80 kV with 0.204 to 0.267
mGy/mAs. In addition to values of kV, optimization also included high and low contrast
values as consideration and Agfa CR character that was represented by the lgM (log
Median) value."
2012
T30125
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Palupi
"Dalam lima tahun terakhir banyak rumah sakit telah menggantikan film screen radiografi (FSR) dengan radiografi komputer (CR) di layanan radiologi. Berbeda dengan FSR, sistem CR memiliki respon dinamis yang dapat membentuk citra dari dosis rendah hingga dosis tinggi. Dalam penelitian ini telah dilakukan optimisasi pembentukan citra dengan CR Kodak. Optimisasi tersebut merupakan kompromi antara ESD dengan kondisi eksposi kVp. Pengukuran ESD dilakukan menggunakan fantom rando laki-laki untuk pemeriksaan kepala, thorax dan pelvis. Evaluasi citra berdasarkan European Guidelines on Quality Criteria for Diagnostic Radiographic Images oleh dokter spesialis radiologi.
Hasil penelitian dari rumah sakit A menunjukkan kondisi optimum penyinaran kepala AP terjadi pada 70 kVp dengan ESD 3,02 mGy dan nilai ESD/mAs 0,12 mGy/mAs. Nilai kontras tinggi dan rendah untuk pemeriksaan ini adalah 80 dan 32, dengan EI 1609. Untuk thorax PA, kondisi optimum terjadi pada kVp 70 dengan ESD 2,3 mGy dan 0,14 mGy/mAs. Kontras tinggi dan rendah pada kondisi ini adalah 99 dan 62, dengan EI 1455.
Adapun kondisi optimum pemeriksaan pelvis AP terjadi pada 70 kVp diperoleh ESD 4,46 mGy dan 0,16 mGy/mAs. Kontras tinggi dan rendah pada pemeriksaan ini adalah 200 dan 120 dengan nilai EI 1434. Selain itu hubungan kenaikan dosis dua kali lipat karena kenaikan EI 300 hanya berlaku untuk kVp yang konstan. Dengan kVp yang berubah-ubah seperti pada penelitian ini, kenaikan EI 300 hanya akan meningkatkan dosis 7 - 30%.

In the last five years many hospitals have replaced film screen radiography (FSR) with computed radiography (CR) in the radiology service. Unlike the FSR, the CR system has a dynamic response that can form the image of a low dose to high dose. In the present study has been carried out optimization of image formation with Kodak CR. Optimization is a compromise between ESD with conditions eksposi kVp. ESD measurements performed using a male phantom rando for examination of the skull, thorax and pelvis. The evaluation of the image is based on the European Guidelines on Quality Criteria for Diagnostic by a radiologist.
The results from the hospital A showed the optimum conditions of the head AP irradiation occurred in 70 kVp with 3.02 mGy ESD and the value of ESD/mAs 0.12 mGy/mAs. High and low contrast for this examination is 80 and 32, with EI 1609. For PA thorax, the optimum conditions occurred at 70 kVp with ESD 2.3 mGy and 0.14 mGy/mAs. High and low contrast in this condition were 99 and 62, with EI 1455.
The optimum conditions for the AP pelvic examination occurred at 70 kVp obtained ESD 4.46 mGy and 0.16 mGy/mAs. High and low contrast in this examination is 200 and 120 with a value of EI 1434. In addition, the relationship of the increase of the dose doubled because of the increase EI 300 only applies to the constant kVp. By changing kVp as in this study, the increase in EI 300 will only increase the dosage from 7 to 30%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T23279
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqo Anwarie
"Kualitas citra yang dihasilkan oleh reseptor Computed Radiography (CR) dan film mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu diperlukan evaluasi apakah citra yang dihasilkan oleh CR ataukah film yang paling baik digunakan untuk mendiagnosis, dalam kasus ini digunakan objek thorax. Penelitian ini menggunakan fantom leeds beserta filter Cu 1.5 mm untuk mengevaluasi kualitas citra yang dihasilkan oleh CR dan film pada kondisi penyinaran thorax dengan menggunakan 66 kV-8 mAs untuk kondisi penyinaran biasa dan 109 kV-2.2 mAs untuk penggunaan teknik kV tinggi. Kedua kondisi tersebut diperoleh berdasarkan protokol European Commission 16260.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan citra yang dihasilkan oleh film lebih baik daripada CR, namun demikian karena loss contrast dan sensitivitas kontras rendah CR lebih baik daripada film, maka untuk mendapatkan citra thorax yang baik sebaiknya menggunakan CR dengan kondisi 109 kV-2.2 mAs agar variasi objek yang diamati pada thorax menjadi lebih banyak sehingga diagnosis penyakit menjadi lebih akurat.

Image quality which produce from Computed Radiography (CR) and film have advantage and disadvantage. Because of that, it needs evaluation whater CR image or film image which used for the best diagnostic, in this case use thorax object. This research is using leeds phantom and filter Cu 1.5 mm to evaluate image quality which produce CR and film in condition of thorax exposure with 66 kV-8 mAs for costume examination and 109 kV-2.2 mAs for using high kV technique. These condition obtain from protocol European Commission 16260.
The result of this research explain that in whole image which produce from film is better than CR, however, because loss contrast and sensitivity low contrast CR is better than film, so to get good thorax image advisable using CR in condition 109 kV-2.2 mAs so that variation of object who observe become more so diagnosis disease become more accurate.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1158
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Bayuadi
"Pemeriksaan Radiografi Thorak Posteroanterior (PA) merupakan pemeriksaan terbanyak didalam radiodiagnostik, diperlukan optimasi dosis dan citra radiografi Thorak PA. Penelitian teknik optimasi dengan menggunakan teknik kV tinggi pada pemeriksaan Radiografi Thorak PA dengan menggunakan reseptor system Kodak CRperlu dilakukan. Pengambilan citra radiografi Thorak PA dilakukan dengan objek fantom thorak dan sample pasien, untuk mengeliminir penilaian subjektif diambil citra radiografi fantom TOR 18 FG dan TOR CDR. Pada saat pengambilan citra radiografi thorak PA dilakukan pengukuran dosis masuk permukaan (Entrance surface dose / ESD ) dengan mengunakan TLD. Evaluasi citra radiografi thorak PA menggunakan 'quality criteria' European Commission EUR 16260 EN (1996). European Guidelines On Quality Criteria For Diagnostic Radiographic Images. Evaluasi dosis dengan membandingkan dengan dosis referensi dari IAEA BSS 115.Hasil evaluasi dosis pada fantom thorak, dari tiga variasi faktor eksposi 66 kV 8 mA, 85 kV 6.3 mAs dan 109 kV 2.2 mAs, dosis paling kecil dihasilkan dari faktor eksposi 109 kV 2.2 mAs.
Hasil evaluasi citra pada TOR 18 FG dan TOR CDR didapatkan sensitifitas kontras rendah, sensitifitas kontras tinggi dan resolusi pada kondisi 109 kV 2.2 mAs lebih besar daripada kondisi 66 kV 8 mAs. Hasil evaluasi gambaran thorak PA dengan mengunakan kondisi eksposi 109 kV 2.2 mAs dibandingkan dengan kondisi eksposi 66 kV 8 mAs kontras pada jaringan yang memiliki perbedaan kerapatan yang besar akan terjadi penurunan kontras. Sedangkan pada jaringan yang memiliki perbedaan kerapatan yang relatif kecil atau sama akan menaikkan kontras.

The Posterior-Anterior (PA) Examination of the thorax is the most frequent radio-diagnostic procedure. Optimization of dose and image of the PA thoracic radiography is required.This research was conducted to determine the optimal of techniques using high kV technique on thoracic radiography PA examination by using the Kodak CR system receptor and the patient sample, to eliminate the subjective assessment of radiographic image taken TOR 18 FG and TOR CDR phantom. At the time of image acquisition PA Thorax radiographs were performed, entrance surface dose measurements (ESD) were made using the TLD. The evaluation of the thoracic radiographic image of the PA using the quality criteria European Commission EUR 16260 EN (1996) European Guidelines On Quality Criteria For Diagnostic radiographic Images were made. An evaluation of dose by comparing with a reference dose of the IAEA BSS 155 was conducted.In the results of dose evaluation in thoracic phantom of the three variations of exposure factor: 66 kV 8 mAs, 85 kV 6.3 mAs and 109 kV 2.2 mAs, the smallest dose resulted from 109 kV 2.2 mAs exposure factor.
The result of the evaluation on TOR 18 FG and TOR CDR obtained low contrast sensitivity. The contrast sensitivity and higher resolution on the condition of 109 kV 2.2 mAs were larger than the condition of 66 kV 8 mAs. The results of the evaluation of thoracic image of PA by using the condition of 109 kV 2.2 mAs were comparable to the conditions of 66 kV 8 mAs contrast to the tissue that has large density differences that will decrease the contrast. While on a tissue that has relatively small density difference, or the same will increase the contrast.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S200
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anglin Andhika Maharani
"CT-scan abdomen merupakan opsi dalam penegakan diagnosis terkait dengan dugaan penyakit yang diderita pasien menggunakan radiasi pengion, namun resiko radiasi pada organ sensitif di sekitar area abdomen dapat menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Maka dari itu, dilakukan penelitian untuk menunjukkan seberapa besar dosis radiasi yang diterima organ sensitif (gonad, payudara, tiroid dan mata) pada pelaksanaan pemeriksaan CT abdomen, dengan fantom rando sebagai objek pemeriksaan dan TLD rod sebagai penangkap radiasi. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan memvariasikan kV (80,120 dan 140) dan nilai pitch (4,6 dan 8). Dosis radiasi terbesar didapatkan pada gonad dengan 7,67 mGy dan terendah pada tiroid kanan dengan 0,01 mGy. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan CT-scan abdomen tidak menimbulkan efek langsung.

CT-scan for abdomen area is an examination option in diagnosis that related to patient’s disease, but the radiation risk that appears on sensitive organs near abdomen area need to be concern. Therefore, a research was done to show how much radiation dose for organs received (gonad, breasts, thyroids, and eyes) in CT-scan examination for abdomen, using rando phantom as an object and TLD rod as dosemeter. The variation of examination was done for kV (80, 120, and 140) and pitch (4, 6, and 8). The result show that gonad had received the highest radiation dose with 7,674 mGy (tube’s voltage was 140 kV, pitch 6). So, it can be concluded that examination with CT-scan did not give deterministic effect to sensitive organs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Dewi Pratiwi
"Tujuan penelitian ini adalah mengetahui visibilitas metode line profile sebagai metode kuantisasi citra digital dalam evaluasi diagnosis pemeriksaan abdomen pada pasien pediatrik. Kuantisasi citra dilakukan pada anatomi preperitoneal fat kanan-kiri 17 citra, lumen rongga usus besar 33 citra, dinding usus halus 33 citra, dan pelvis minor 22 citra . Sampel yang digunakan berupa citra pemeriksaan abdomen pasien pediatrik umur 0-1 tahun pada proyeksi AP Anterior-Posterior dengan diagnosis normal dan abnormal untuk masing-masing anatomi yang dievaluasi. Kuantisasi citra berupa kurva plot line profile didapatkan dengan menggunakan perangkat lunak ImageJ. Verifikasi metode line profile dilakukan dengan membandingkan grafik plot line profile dengan hasil diagnosis dokter pada masing-masing citra dan anatomi yang dievaluasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode line profile dapat digunakan untuk evaluasi anatomi preperitoneal fat, lumen rongga usus besar, dan dinding usus halus dengan nilai kecocokan dengan diagnosis berturut-turut 70,59, 78,78 dan 100 . Penelitian lanjutan dengan modifikasi metode diperlukan untuk menganalisis probabilitas aplikasi metode line profile dalam evaluasi citra pemeriksaan abdomen.

The study was aimed to observe the feasibility of line profile method in digital image analyses for the evaluation of abdominal anatomy on pediatric patients. Image quantization and analyses were performed on the given anatomical interests of right left preperitoneal fat 17 images, colon lumen 33 images, small intestine wall 33 images, and pelvis minor 22 images . Samples used were abdominal AP antero posterior projections on pediatric patients ranging from 0 to 1 year old, each being interpreted as normal or abnormal by radiologists. Feasibility verification was performed by comparing line profile plot results obtained using ImageJ with radiologist interpretation on each images and anatomical interests.
Result shown that line profile method is applicable for preperitoneal fat, colon lumen and small intestine wall evaluation, being of 70.59, 78.78, and 100 match, respectively, to radiologists rsquo interpretations. Further study is essential to modify the method and allow subsequent studies on its potential clinical application.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Ryangga
"Telah dilakukan penelitian pengurangan dosis radiasi kombinasi screen-film merk Kodak dan AGFA dengan satu kondisi FSD (Focus Surface Distance), field size (luas lapangan) dan menggunakan automatic processing yang sama. Kombinasi screen film Kodak-Kodak memberikan sensitifitas tertinggi dan dijadikan acuan. Dosis radiasi yang dihasilkan untuk mencapai densitas yang relatif sama dengan kombinasi Kodak-Kodak pada kombinasi yang lain, seperti Kodak-AGFA, AGFA-Kodak dan AGFA-AGFA meningkat masing-masing 15,38 %, 21,42 %, 35,29 %. Penambahan filter 2 mm Al menyebabkan penurunan densitas pada kombinasi AGFA-AGFA, Kodak-AGFA, AGFA-Kodak dan Kodak-Kodak sebesar masingmasing 12,5 %, 14,06 %, 14,06 % dan 3,65 %. Sedangkan penambahan filter 4 mm Al menyebabkan penurunan densitas sebesar 19,23 %. 19,11 %, 14,94%, 15,95 %. Penambahan kedua filter juga menyebabkan penurunan dosis radiasi sebesar 45,24 % (2 mm AL) dan 81,81 % (4 mm Al). Juga diukur kestabilan tegangan dan pengaruh mAs terhadap paparan serta Uji kestabilan cairan menggunakan sensitometri sebelum dan sesudah dilakukan prosessing film radiografi.

A study has been done on dose reduction using screen-film cross combination between Kodak and AGFA products on a given conventional X-ray machine with the same FSD (Focus Surface Distance), field size and using the same automatic processing machine. Kodak-Kodak combination gave the highest sensitivity and was used as a reference. Other cross combinations will increase doses by 15.38 % (Kodak-AGFA), 21.42 % (AGFA-Kodak), 35.29 % (AGFA-AGFA) as compared to the reference (Kodak-Kodak). The addition of 2 mm Al filter will produce lower densities by consecutively 12.5 %, 14.06 %, 14.06 % and 3.65 % as compared to the screen-film combination without filter. While the addition of 2 mm and 4 mm Al filters will produce even further lower densities by consecutively 19,23 %. 19,11 %, 14,94%, 15,95 %. Both filter additions also cause dose reduction by 45.24% and 81.81% consecutively. Voltage stability and the effect of mAs to the exposure were also studied as well as sensitometric studies before and after film processing."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S29150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ristania Nodya
"Computed Tomography (CT) Scanner merupakan alat pencitraan diagnostik yang memberikan informasi citra medis untuk menunjang pengobatan pasien, namun tanpa disadari pemanfaatan radiasinya dapat menimbulkan efek negatif pada organ sensitif sekitar. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur dosis organ sensitif (mata, tiroid, dan payudara) menggunakan fantom Rando pada CT Scanner area thorax. Untuk memudahkan penelitian ini, TLD rod 100 digunakan sebagai dosimeter, dimana kV dan pitch dijadikan sebagai variasi parameter penelitian. Hasil menunjukkan bahwa nilai paparan dosis tertinggi pada tiap kualitas berkas berturut-turut dari 80, 120, dan 140 kV yaitu payudara kanan (1,72±0,34 mGy), tiroid kanan (6,25±0,16 mGy), dan payudara kiri (10,78±0,76 mGy). Pada variasi pitch nilai paparan dosis tertinggi secara berturut-turut dari 4, 6, dan 8 yaitu payudara kiri (6,19±0,02 mGy), tiroid kanan (6,25±0,16 mGy), dan payudara kanan (5,08±0,85 mGy). Dapat disimpulkan bahwa nilai dosis payudara pada CT Thorax lebih tinggi dibandingkan dengan mamografi, namun keduanya tidak melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan International Commission on Radiological Protection (ICRP) yaitu 5 Gy.

Computed Tomography (CT) Scanner is an instrument of medical imaging using radiation to support treatment for patient, but the radiation may give a negative effect around sensitive organs. The research meant to measure dose for sensitive organs at thorax area (eyes, thyroid, and breast) using CT Scanner with rando phantom as an object. To ease this experiment, TLD rod 100 used as dosimetry, which kV and pitch as a parameter variation. The result showed that the highest dose for kV variation upon each sequent beam quality from 80, 120, and 140 kV are right breast (1,72±0,34 mGy), right thyroid (6,25±0,16 mGy), and left breast (10,78±0,76 mGy). Towards pitch variation the highest exposure dose value in sequently from 4, 6, and 8 are left breast (6,19±0,02 mGy), right thyroid (6,25±0,16 mGy), and right breast (5,08±0,85 mGy). As a conclusion, the dose on breast from CT Thorax is higher than the one from mammography but both are bellow dose value limit from International Commission on Radiological Protection (ICRP) which is 5 Gy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Winarno
"Telah dilakukan penelitian optimasi citra radiografi dengan phantom rando laki-laki menggunakan sistem FCR type Capsula XL-2 Drypic 4000. Dilakukan juga pengukuran ESD menggunakan thermoluminescent dosimeter (TLD), untuk pemeriksaan kepala AP, cervical AP, thorax PA teknik kVp standar dan teknik kVp tinggi, dan pemeriksaan pelvis AP. Optimasi pembentukan citra dievaluasi berdasarkan panduan dari European Commission dengan kriteria penerimaannya, kondisi eksposi kVp dan mAs, ESD, kontras tinggi dan kontras rendah. Selain evaluasi visual citra untuk optimasi diperhatikan pula karakter incident exposure FCR yang dinyatakan dengan Sensitivity Value (S Value) dengan proses digitasi citra yang dapat dilihat pada tampilan image consule dan softwere ImageJ.
Uji fungsi pesawat sinar-X dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian menurut panduan RCWA, dan sistem FCR menurut panduan AAPM dan KCare, dengan hasil, keduanya memenuhi standar yang disyaratkan. Hasil penelitian optimasi menunjukkan bahwa untuk pemeriksaan kepala AP optimasi terjadi pada kondisi eksposi 65 kVp 20 mAs dan ESD 2.67 mGy. Pemeriksaan cervical AP optimasi terjadi pada eksposi 55 kVp 16 mAs dan ESD 2.55 mGy. Untuk pemeriksaan thorax PA teknik kVp standar optimasi terjadi pada 50 kVp 10 mAs dan ESD 2.24 mGy, sedangkan untuk teknik kVp tinggi optimasi terjadi pada eksposi 100 kVp 1 mAs dan ESD 1.75 mGy. Untuk pemeriksaan pelvis AP optimasi terjadi pada eksposi 75 kVp 10 mAs dan ESD 2.24 mGy.

A research about a radiography image optimization using a male rando phantom by FCR type Capsula XL-2 Drypic 4000 system has been done. Along with ESD measurement using a thermoluminescent dosimeter (TLD), for examination of AP skull, AP cervical, PA thorax use standard kVp technique and high kVp technique, and AP pelvis. The optimization of image formation was evaluated based on guidance from European Commission with their acceptance criterian, the condition of kVp and mAs, ESD, high contrast and low contrast. Beside the image visual evaluation for optimization, the FCR incident exposure was also observed which is stated in Sensitivity Value (S Value) by image digitations process that can be seen at image console and imageJ software.
Function test of X-ray device was done before the research based on the RCWA guidance, and FCR system based on the AAPM and KCare guidance, the results, both of them meet the standard. The result of optimization research show that for AP skull examination optimum condition was when the expose 65 kVp, 20 mAs and ESD of 2.67 mGy. For examination of AP cervical optimum condition was when the expose 55 kVp, 20 mAs and ESD 2.67 mGy. For the PA thorax, the optimization of standard kVp technique was when 50 kVp 10 mAs and ESD 2.24 mGy, for the high kVp technique optimization was when expose 100 kVp 1 mAs and ESD 1.75 mGy. And for the AP pelvis, optimization was when 75 kVp 10 mAs and ESD 2.24 mGy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30282
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karunia Setyo Hartati
"Evaluasi telah dilakukan pada aplikasi teknik kV tinggi dan standar berdasarkan pemeriksaan Abdomen menggunakan phantom NORMI 4 dengan lempengan tembaga tebal 1,5 mm dan lima pasien pada computed radiography (CR). Studi ini mengevaluasi kualitas gambar yang optimal dan perhitungan dosis berdasarkan pada pengukuran kerma di udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ESD pada pasien dengan teknik standar lebih tinggi dari pada menggunakan teknik kV tinggi.
Hasil evaluasi resolusi gambar pada phantom NORMI 4 menunjukkan kontras tertinggi dan resolusi spasial 1.2 lp / mm pada kondisi 110 kV-28 mAs. Evaluasi citra radiografi pasien berdasarkan acuan Merrill’s Atlas of Radiographics position and Radiologic procedure Volume II menunjukkan bahwa teknik kV tinggi memperlihatkan semua bagian anatomi Abdomen secara jelas.

Evaluations have been conducted on the use of high kV abdominal examination using standard kV condition and its phantom NORMI 4 1.5 mm copper filter and five patients with high kV conditions recorded in the imaging plate (IP) was processed with computed radiography (CR). This study has evaluated the optimum radiographic image quality and calculation of dose exposure (exposure) to analyze the water incident Kerma and entrance surface dose (ESD).
The result of the value of ESD in patients with standard voltage conditions are greater than using high voltage. Image evaluation results obtained on a phantom image resolution NORMI 4 which has the highest contrast and spatial resolution is 1.2 lp / mm at 110 kV-28 mAs. Radiographic image of the patient's evaluation is based on a reference Merrill's Atlas of Radiographics position and Radiologic procedures volume II that can be viewed all of parts of the abdomen anatomy clearly.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>