Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143904 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasongko
"Suatu catatan yang dapat dikemukakan dalam kaitan dengan proses industrialisasi yang telah berjalan lebih dari dua dasawarsa terakhir ini adalah mengenai gejala kurang adanya keserasian dalam perubahan struktural antara industri besar dan industri menengah serta industri kecil. Gejala ini mengakibatkan terjadinya ancaman terhadap kelangsungan hidup berbagai industri kecil di satu pihak, dan di lain pihak terjadi kesenjangan yang melebar pada tingkat investasi yang ada. Kenyataan ini, akhirnya menimbulkan permasalahan dualisme struktural di sektor industri. Gejala yang tidak sehat tersebut bila dibiarkan akan mengganggu jalannya pembangunan, terutama vitalitas sektor industri itu sendiri. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar tercipta keterpaduan dalam proses pertumbuhan berbagai skala industri dengan dianjurkannya dilaksanakan program keterkaitan sistem bapak-anak angkat di sektor industri. Serangkaian kebijaksanaan deregulasi belakangan ini, dalam berbagai ukuran, tidak dapat dipungkiri telah memberikan hasil yang amat menggembirakan. Namun kekhawatiran mulai muncul manakala hasil tersebut diukur berdasar pada "berapa" yang telah diperoleh oleh masing-masing kelompok masyarakat.
Bertolak dari uraian di atas, maka penulis mencoba meneliti tentang distribusi pendapatan di antara pengusaha industri besar, industri menengah, dan industri kecil dengan memilih subsektor industri tenun songket dan train jumputan di Palembang, dan subsektor industri baton dan tegel di Gresik. Berdasarkan pemikiran dan kenyataan di atas, pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimana distribusi pendapatan di antara para aktor produsen, baik di Palembang maupun di Gresik? Untuk menjawab pertanyaan ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan, meliputi bahasan struktur jaringan dan struktur sumber daya, yang mencakup sub bahasan bentuk-bentuk hubungan eksternal dan dinamika hubungan antara aktor di sisi produksi dengan aktor di sisi hulu dan hilir, serta hubungan antar sesama aktor produsen. Juga dibahas pengaruh berbagai macam intervensi pihak luar, khususnya intervensi bapak angkat, terhadap perubahan power ekonomi aktor dalam hubungan pertukaran.
Tujuan pembahasan hal-hal tersebut adalah pertama untuk memberikan gambaran tentang struktur jaringan dan struktur sumber daya sebagai konteks di mana aktor-aktor tersebut melakukan transaksi pertukaran; kedua, untuk memberikan gambaran tentang distribusi pendapatan di antara para aktor dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pertanyaan kedua, apa strategic action yang dipilih dan digunakan para aktor tadi dalam konteks struktur industri tersebut, dan bagaimana implikasi strategi yang telah dipilih terhadap perubahan distribusi pendapatan dan perubahan struktur industri tersebut ? Untuk itu akan dibahas mekanisine hubungan dependensi terhadap pihak lain, strategi yang digunakan oleh setiap aktor dalam bersaing dan melakukan pertukaran dengan aktor lain. Tujuan pembahasan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang hambatan yang dihadapi setiap aktor dalam memilih dan menjalankan strategic action akibat perbedaan tingkat sumber power (ekonomi) yang dimiliki.
Pertanyaan ketiga, bagaimana perbedaan karakteristik makrostruktur masyarakat industri Palembang dengan Gresik ? Untuk itu dibahas hubungan antara substruktur dengan superstruktur dalam konteks hubungan pertukaran. Tujuannya ialah mengidentifikasi karakteristik jaringan interorganisasi.
Temuan lapangan menunjukkan bahwa baik di pasar pembelian maupun penjualan ada sejumlah faktor yang menimbulkan banyak kesulitan bagi para aktor produsen, baik di Palembang maupun di Gresik. Pengaruh sangat kuat atas kedua Jenis pasar itu adalah hambatan yang disebabkan oleh kekuatan perantara. Kekuatan perantara ini mengakibatkan aktor produsen berada pada posisi "tergantung", dalam arti mereka tidak dapat mengetahui alternatif usaha lain dalam pasar pembelian dan pasar penjualan. Ketergantungan para aktor ini karena orang perantara mampu memadu fungsi-fungsi sebagai kreditor sekaligus pembeli untuk menjamin kedudukan monopolinya.
Kekuatan pasar dalam tangan perantara dapat mengakibatkan "eksploitasi" pengusaha kecil dan sebagian menengah, sehingga perusahaan ini hampir tidak dapat menaikkan modal dan produktivitasnya ke tingkat yang diinginkan. Selain itu, kekuatan pasar dalam tangan perantara menghalangi pengusaha kecil dan menengah untuk mencoba atas usaha sendiri mencari pasar bahan baku dan pasar penjualan yang baru. Mereka tidak mempunyai kesempatan untuk belajar dari, percobaan-percobaan dengan pasar ini, seperti mencoba berbagai teknologi dan siasat pemasaran yang lain. Pada saat yang sama terjadi pula variasi hubungan antar sesama produsen. Namun dasar dan variasi tersebut dan akibatnya tetap sama, yakni ketergantungan pabrik skala kecil kepada pabrik skala besar, dan dominasi pabrik skala besar terhadap keputusan-keputusan panting di pabrik skala kecil.
Struktur jaringan seperti ini membatasi jumlah alternatif 'strategi yang mungkin bisa dipilih oleh setiap aktor produsen. Kian tergantung seorang aktor pada aktor lain, makin sedikit alternatif strategi yang dapat dipilihnya. Juga derajat ketergantungan pada pihak lain mempengaruhi perspektif yang bisa dipilih. Makin tergantung kepada aktor lain, kian pendek perspektif strategi yang bisa dipilih. Faktor penentu kunci semua hubungan tersebut adalah besar kecilnya peluang yang ditimbulkan oleh derajat ketergantungannya. Besar-kecilnya peluang inilah yang akhirnya menentukan apakah pabrik, baik di Palembang maupun di Gresik, bisa hidup pada tarap sekedar "survival" atau dapat berkembang pada tarap antisipasi dan pemupukan modal.
Di Lain pihak, intervensi pemerintah maupun pihak swasta tidak mampu menciptakan peluang ekonomi yang merata untuk setiap aktor. Malahan berbagai program bantuan dan pembinaan yang telah diberikan kian meneguhkan dominasi pabrik seala besar dan para perantara terhadap pabrik skala kecil. Dengan sistem ekonomi terbuka seperti saat ini, sering kali bidang usaha yang ditekuni oleh aktor produsen kecil bila mempunyai daya tarik pasar maka setiap waktu bisa dimasuki oleh pendatang baru, bahkan oleh industri menengah dan besar. Hal ini bisa terjadi karena selama ini belum ada Undang-undang anti monopoli. Padahal dengan UU anti monopoli bisa menjamin terwujudnya "keseimbangan berusaha" karena UU anti monopoli mencegah praktik dominasi dari pengusaha besar terhadap pengusaha yang lebih kecil. Juga hingga kini belum adanya UU perlindungan terhadap industri kecil yang menjamin terwujudnya "reservation scheme" bagi pengusaha industri kecil. Dengan belum adanya kedua UU tersebut, maka belum ada yang mampu menjamin adanya "kepastian berusaha" bagi pengusaha industri kecil."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enda Marina
"ABSTRAK
Hasil Sidang Kabinet terbatas bidang ekonomi keuangan
dan industri pada tanggal 9 Juli 1986 mengungkapkan
bahwa pengembangan industri kecil telab menunjukkan hasil
Yang memuaskan yaitu penyerapan tenaga kerja sebesar
835.191 jiwa berarti sekitar 89 8% dari sasaran pengembangan
industri kecil daiam penyerapan tenaga kerja Repelita
IV sebesar 930.000 jiwa telah tercapai Sejak lama
disadari bahwa pengembangan industri kecil bukan saja penting
sebagai suatu jalur ke arah pemerataan hasil pembangunan
tetapi juga sebagai suatu unsur pokok dari seluruh
struktur industri Indonesia yang dengan investasi kecil
dapat berproduksi secara efektif serta banyak pula menyerap
tenaga kerja Pemasaran khususnya penjualan hasil
produksi industri kecil merupakan masalah utama yang
perlu dipecahkan dalam rangka pengembangan industri kecil
Namun yang menjadi masalah bagaimanakah dapat membantu.
mengatasi masalah pemasaran industri kecil sehingga secara
sekaligus dapat mengatasi masalah sumber bahan baku maupun
kelancaran penjualan hasil produksi.
Akhir Pelita III dan awal Pelita IV, pola pengembangan
industri kecil diarahkan pada pembinaan melalui sentra
industri kecil, dengan menerapkan program keterkaitan antara
industri kecil dengan industri besar melalui sistem
Bapak-Anak Angkat Terwujudnya keterkaitan antara industri
kecil dengan industri besar melalui sistem Bapak-Anak
Angkat memberikan kesempatan peningkatan kemampuan berproduksi
secara kontinyu sehingga diharapkan tingkat penjualan
dapat ditingkatkan.
Penerapan sistem Bapak-Anak Angkat PT Bata terhadap
pengusaha industri kecil sentra Kuningan DKI merupakari realisasi
keterkaitan antara industri besar dengan industri
kecil Bertitik tolak darl adanya perbedaan kondisi yang
cukup besar antara PT Bata dengan industri kecil sentra
Kuningan DKI dalam teknologi yang diterapkan maupun mutu
produk yang dihasilkan meriimbulkan pertanyaan apakah kerjasama
tersebut dapat berjalan langgeng sehingga sistem
Bapak-Anak Angkat yang diterapkan PT Bata dapat menjadi
program pengembangan terhadap industri kecil sentra Kuningan
DKI sehingga membantu dalam peningkatan pen jualan
hasil produksi melalui perbaikan unsur pemasaran.
Pengkajian pelaksanaan sistem Bapak-Anak Angkat PT
Bata terhadap industri kecil sentra Kuningan DKI dapat
ditirijau melalui peranan PT Bata sebagai penampung hasil
produksi industri kecil Kuningan DKI yang dijual melalui
PT Bata maupun peranan PT Bata dalarn memperbaiki unsur pemasaran
industri kecil.
Melalui penelitian yang bersifat deskriptif analitis
penulis mencoba untuk mengkaji pelaksanaan sistem Bapak-
Anak Angkat PT Bata sebagai industri besar terhadap industri
kecil sentra Kuningan DKI sebagai industri kecil.
Hasil penelitian mi menurjukkari bahwa peranan sistem
Bapak-Anak Angkat PT Bata melalui peranan PT Bata sebagai
penampung hasil produksi industri kecil dengan sifat
kerjasama independent-sub contracting hanya meningkatkan
perijualan produk industri kecil sentra Kuningan-DKI satu
tahun setelah pelaksanaan sistem Bapak-Anak Angkat demikian
pula pada tingkat penguasaan pasar (market share)
tingkat produksi industri kecil sentra Kuningan-DKI Di
lain pihak jika ditelaah peranan PT Bata sebagam pembina
unsur pemasaran industri kecil nampak peranan sangat
besar tetapi ternyata belum seluruh perigusaha anak angkat
Yang memanfaatkannya dapat mencapai tingkat penjualan tertinggi.
Untuk menjaga kelanggengan kerjasaina melalum sistem
Bapak-Anak Arigkat tergantung darl kemauan industri besar
membantu pengembangan industri kecil dan kemampuan
industri kecil menghasilkan produk yang ditentukan oleh
industri besar Oleh karena itu selamn diperlukan peraturan
yang secara tegas mengatur hak dan kewajiban indsutri
besar sebagai bapak angkat derigan industri kecil Sebagai
anak angkat Diperlukan juga bantuan permodalan pengadaaan
bahan baku dan pembinaan bagi industri kecil dan
usaha membangkitkan motivasi industri besar untuk memiliki
kemauan membantu industri kecil melalui sistem kerjasama.

"
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amreta Nandini
"Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Jakarta menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal dan sarana rekreasi ikut meningkat. Akibatnya pemukiman dan sarana prasarana baru di luar konsep awal muncul dan menyebabkan berkurangnya lahan terbuka hijau sebagai tempat penampungan air tanah. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan beberapa lokasi menjadi rawan banjir. Bencana banjir dapat mengakibatkan berbagai macam pencemaran terhadap lingkungan sekitar termasuk pencemaran udara. Banjir yang masuk ke dalam rumah menyebabkan kondisi menjadi lembab dan memberikan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas udara dalam rumah yang terkena banjir berdasarkan konsentrasi bakteri dan jamur, dan untuk mengetahui apakah jenis material bangunan memiliki keterkaitan dengan konsentrasi bakteri dan jamur di dalam rumah serta mengetahui pengaruh konsentrasi bakteri dan jamur pada udara dalam rumah terhadap kesehatan penghuni rumah. Pengukuran konsentrasi bakteri dan jamur dilakukan pada 3 rumah kayu, 3 rumah beton, dan di halaman masjid yang dijadikan sebagai pembanding. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah EMS (Environmental Microbial Sampler). Hasil pengukuran konsentrasi mikrobiologis (bakteri dan jamur) pada rumah yang sering terkena banjir berkisar antara 141,34-5.671,38 CFU/m3 untuk rumah kayu dan 194,35-3.551,24 CFU/m3 untuk rumah beton. Hasil tersebut secara umum berada di atas standar baku mutu yang tertera pada PERGUB DKI No 52 tahun 2006. Uji statistik dengan t-test menyatakan tidak terdapat keterkaitan yang signifikan antara konsentrasi mikroba dengan jenis material bangunan, namun konsentrasi bakteri dan jamur memiliki kecenderungan lebih tinggi pada material kayu dibandingkan dengan material beton. Uji statistik dengan metode fisher menyatakan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara konsentrasi bakteri dan jamur dalam rumah dengan kesehatan penghuni rumah.

The increase of population growth in Jakarta led to the need for housing and recreational facilities. As a result, the settlements and the new infrastructure beyond the initial concept emerged and took the Green open area such as the reduction of water deposits in the soil. This condition finally led to several locations to be prone to flooding. Floods can result in various types of pollution to the environment, including air. Floods in houses cause damp condition and provides a good place for bacteria and fungi to grow. The purpose of this study was to determine the indoor air quality affected by floods based on the concentration of bacteria and fungi, and to determine whether the type of building material is related to the concentration of bacteria and fungi at houses and also the influence of bacteria and fungi concentration inside of the houses to the health of residents. The measurement of the concentration of bacteria and fungi takes in three houses of wooden, three houses of reinforce concrete, and in the courtyard of the mosque that used as a comparison. The tools used in the measurement are EMS (Environmental Microbial Sampler). The result of measure ment of bacteria and fungi concentration are 141,34 ?5.671,38 CFU/m3 for wooden house and 194,35 ? 3.551,24 CFU/m3 for reinforce
concrete house. The result shows that the microbe and fungi concentration is above the threshold based on PERGUB DKI No.52/2006. Statistical test, using ttest, indicated that there is no significant relationship between the concentration of microbes with the material of construction, but the concentration of bacteria and fungi have a greater tendency in the wood material compared to concrete. Statistical test using fisher method stated that there is no relationship between the concentration of bacteria and fungi in houses with the health of residents.
"
2011
S109
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Wazar
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji peranan empat golongan pekerjaan ayah serta pola asuh yang diterapkan orang-tua dalam keluarga terhadap perkembangan kecenderungan tingkah laku prososial remaja. Golongan pekerjaan tersebut adalah yaitu ABRI, Pegawai Negeri Sipil, Guru, dan Pedagang. Konsep Pola asuh dalam penelitian ini mengacu kepada pandangan Baumrind yaitu autoritarian, permisif, dan autoritatif.
Selain pola asuh juga diungkapkan sejauh mana penanaman ciri prososial dalam pola asuh keluarga. Staub mengajukan suatu pandangan tentang pengukuran tingkah laku prososial melalui intensitas prosocial goals yang ada dalam personal goals. Prosocial goals diukur melalui jaringan kognisi yang terdiri dari tiga dimensi yaitu, (1) Orientasi perasaan positif terhadap orang lain, (2) Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain, dan (3) Rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Kecenderungan tingkah laku prososial dalam penelitian ini dijabarkan menjadi empat sub tingkah laku yang di dasarkan pada lingkungan serta situasi munculnya tingkah laku yaitu:
(1) Kecenderungan tingkah laku prososial terhadap orang-tua,
(2) Kecenderungan tingkah laku prososial terhadap tetangga,
(3) Kecenderungan tingkah laku prososial terhadap teman sekelas, dan
(4) Kecenderungan tingkah laku prososial terhadap orang lain yang tidak dikenal.
Pendekatan perkembangan tingkah laku dalam penelitian ini adalah pendekatan konvergen (Staub, 1979) dari tiga macam pendekatan Identifikasi-Internalisasi, Belajar Sosial dan Perkembangan Kognitif. Namun pendekatan utama yang digunakan adalah pendekatan Identifikasi-Internalisasi. Pendekatan ini menitikberatkan bahasannya terhadap peran keluarga dan pola asuh dalam menjelaskan perkembangan tingkah laku.
Ada tiga macam hipotesis mayor yang diuji dalam penelitian ini yaitu:
1. Ada perbedaan yang signifikan kecenderungan tingkah laku prososial remaja yang berasal dari keluarga yang golongan pekerjaan ayahnya berbeda, yaitu ABRI, Pegawai Negeri Sipil, Guru, dan Pedagang.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh keluarga tipe autoritarian, permisif, autoritatif, dan ciri prososial dengan kecenderungan tingkah laku prososial remaja.
3. Ada perbedaan yang signifikan kecenderungan tingkah laku prososial antara remaja pria dengan remaja wanita.
Masing-masing hipotesis ini dirinci menjadi empat macam hipotesis berdasarkan sub tingkah laku prososial. Hipotesis diuji melalui studi perbandingan dan korelasional. Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 331 orang siswa kelas I BMA Negeri yang dipilih secara random dari 10 SMA yang terdiri dari dua SMA dari setiap wilayah kota Jakarta yang terdiri dari lima wilayah.
Variabel kecenderungan tingkah laku prososial dan pola asuh diungkap melalui kuesioner, sedangkan golongan pekerjaan ayah dan jenis kelamin diungkap dengan daftar isian. Pengolahan data dilaksanakan secara kuantitatif dengan uji statistik melalui program SPSS.
Hasil pengujian hipotesis mayor 1 beserta hipotesis minornya menunjukkan bahwa golongan pekerjaan ayah turut memegang peran yang berarti terhadap kecenderungan tingkah laku prososial remaja. Nampak ada perbedaan kecenderungan tingkah laku prososial yang berarti antara remaja yang berasal dari keluarga ke empat golongan pekerjaan ayah tersebut. Ditemukan urutan.kecenderungan tingkah laku prososial sebagai berikut, pada urutan pertama tertinggi remaja dari keluarga ABRI, pada tempat kedua remaja dari keluarga pedagang, ketiga remaja dari keluarga Pegawai Negeri Sipil. dan terakhir remaja dari keluarga Guru.
Hasil pengujian hipotesis mayor 2 beserta hipotesis minornya menunjukkan bahwa ciri prososial dalam pola asuh memiliki kontribusi positif yang berarti terhadap kecenderungan tingkah laku prososial remaja dan terhadap ke tiga sub variabelnya sedangkan terhadap sub variabel kecenderungan tingkah laku prososial terhadap orang lain ternyata tidak memiliki kontribusi. Tipe pola asuh autoritatif memiliki kontribusi positif yang berarti namun terbatas pada sub variabel kecenderungan tingkah laku prososial terhadap orang tua, sedangkan tipe pola asuh permisif dan autoritarian ternyata tidak mempunyai kontribusi terhadap kecenderungan tingkah laku prososial remaja maupun terhadap semua sub variabelnya.
Hasil pengujian hipotesis mayor 3 beserta hipotesis minornya menunjukkan bahwa ternyata jenis kelamin tidak mempunyai peran yang berarti terhadap kecenderungan tingkah laku prososial remaja."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D263
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lasvita
"Penelitian yang dilakukan Beiz dan Fitzgerald (1987) mengemukakan bahwa proses perkembangan karier pada perempuan temyata lebih kompleks dibandingkan dengan proses yang terjadi pada laki-laki. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan mengapa proses perkembangan karier perempuan Iebih sulit adalah kurangnya kesempatan untuk perempuan, kurangnya keterampilan yang dimiliki dan adanya fokus untuk menyeimbangkan antara karier dan tanggung jawab keluarga. Untuk itu perempuan perlu mendapatkan pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuhan jenis kelaminnya. Sekolah homogen atau single-sex school adalah sekolah yang muridnya perempuan saja atau Iaki-Iaki saja. Pada sekolah model ini murid perempuan atau murid laki-Iaki tidak memperoleh kesempatan yang sama dan pendidikan yang tersedia bagi mereka disesuaikan menurut kebutuhan masing-masing jenis kelamin.
Melihat adanya kecenderungan anak akan merasa lebih dekat dengan ibu dan ibu bertanggung jawab dalam mendidik dan membesarkan anak, mengakibatkan peran ibu dalam proses pemilihan karier anaknya tidak sedikit. Keadaan ibu yang bekerja dan tidak bekerja sangat berpengaruh pada pemilihan karier anak terutama remaja puteri karena remaja puteri Iebih mengidentifikasi dirinya terhadap ibu dibandingkan remaja putera. Hoffman mengatakan bahwa remaja puteri yang ibunya bekerja di luar rumah memiliki aspirasi tinggi pada karier dibandingkan dengan remaja puteri yang ibunya tidak bekerja. Selama bertahun-tahun, berbagai penelitian hanya membahas karier perempuan dari segi tradisional dan nontradisional. Bidang pekerjaan nontradisional adalah pekerjaan yang sebagian besar pekerjanya adalah Iaki-Iaki. Sedangkan bidang pekerjaan tradisional adalah pekerjaan yang sebaian besar pekerjanya adalah perempuan.
Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah melihat apakah kelekatan remaja puteri terhadap ibu ada hubungannya dengan orientasi karier yang dipilih oleh remaja puteri tersebut. Jika remaja puteri dekat dengan ibu, diharapkan mereka mempunyai orientasi karier nontradisional. Hal Iain yang juga ingin diungkap adalah melihat apakah memang ada hubungan antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan orientasi karier remaja puteri. Remaja puteri yang ibunya bekerja diharapkan memiliki orientasi karier yang nontradisional, Instrumen untuk mengukur orientasi karier pada remaja puteri dibuat berdasarkan peta penyebaran pekerjaan (cognitive map of occupations) oleh Gottfredson. lnstrumen ini terdiri dari 47 jenis pekerjaan yang terbagi menjadi 3 golongan, yaitu maskulin, netral dan feminin. Pllihan jawaban yang disediakan adalah ya, tidak dan ragu-ragu. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur kelekatan dengan ibu dibuat berdasarkan instrumen IPPA (Inventory of Parent and Peer Attachment).
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 60 item yang terbagi menjadi 3 dimensi, yaltu kepercayaan, komunikasi dan alienasi. Skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan rentang 1-5. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas 3 semua jurusan, yaitu IPA, IPS dan Bahasa, di SMU Talakanita 1 sebagai salah satu sekolah homogen khusus perempuan di Jakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 206 orang dan tergolong dalam masa remaja akhir (late adolescence) dengan rentang usia sekitar 16 sampai 18 tahun. Untuk melihat apakah ada hubungan antara kelekatan dengan ibu dan orientasi. karier remaja puteri digunakan metode korelasi Pearson Product-Moment. Sedangkan untuk melihat apakah hubungan ibu bekerja dan tidak bekerja dalam orientasi karier remaja puteri digunakan metode one-way ANOVA. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebar di semua jurusan kelas 3 SMU Tarakanlta 1.
Uji reliabilitas dan analisis item dari instrumen kelekatan dengan ibu dan orlentasi karier menggunakan metode konsistensi intemal dengan teknik koefisien Cronbach Alpha. Koefisien Cronbach Alpha yang dihasilkan sebesar 0.9224 sehinga dapat dikatakan reliabilitas instrumen kelekatan dengan ibu sedang cenderung tinggi. Koefisien Cronbach Alpha dalam instrumen orientasi karier sebesar 0.8730 sehingga dapat dikatakan sedang cenderung tinggi. Hasil korelasi dengan Pearson Product-Moment antara orientasi karier dan kelekatan dengan ibu sebesar -0.013 dan p< sig 0.05 (dan label Q dalam Guilford & Fruchter sebesar 0.137). Sedangkan hasil perhitungan F test dalam ANOVA antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan orientasi karier sebesar O.926. Hasil ini leblh kecil dan level sinifikansi 0-05 ( dalam tabel F dari Gulford & Fruchter sebesar 3.8894).
Dari hasil perhitungan di atas, maka hipotesis nol pertama yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara orienlasi karier dan kelekatan denga ibu pada remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan, dlterima. Sedangkan hipotesis pertama yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara orientasi karier dan kelekatan dengan ibu pada remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan, ditolak. Demikian juga dengan hipotesis nol kedua yang menyatakan tidak ada perbedaan yang slgnifikan dalam orientasi karier remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan yang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja, diterima. Sedangkan hipotesis kedua yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan dalam orientasi karier remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan yang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja, ditolak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tut Wuri Andajani
"Latar belakang :
Ameloblastoma adalah tumor sejati dari jaringan sejenis organ email, tumbuh intermitten dan dapat mengadakan invasi lokal. Secara histopatologik bersifat jinak, sering kambuh sehingga tumor ini disebut bersifat locally malignant dan umumnya tidak bernetastasis. Ada 2 tipe yaitu pleksiform dan folikular yang secara klinik sama dan secara mikroskopik tidak berpengaruh pada perangai biologik tumor. Berbeda dengan basalioma yang secara histopatologik ganas. Lesi odontogenik lain yaitu odontogenik keratosis yang mempunyai sifat agresifitas yang tinggi sehingga daya kambuhannya juga tinggi.
Untuk mengetahui agresifitas ameloblastoma dapat digunakan pewarnaan yang dapat mengetahui daya proliferasi sel yaitu dengan Ki-67 yang dapat digunakan untuk memperkirakan perkembangan jaringan normal, reaksi jaringan dan jaringan neopiastik Sedangkan untuk mengetahui ekspresi protein yang berhubuiagan dengan keganasan digunakan pewarnaan p53.
Bahan dan cara kerja :
47 kasus ameloblastoma terdiri dari 30 kasus pleksiform dan 17 kasus folikular. Masing-masing kasus dibuat 2 buah sediaan yang masing-masing diwaniai dengan Ki-67 dan p53. Kemudian setiap sediaan dilakukan penghitungan terhadap sel yang terwarnai coklat 1 kecoklatan diantara 1000 sel yang ada dan dilakukan 2 kali dalam waktu yang berbeda & Nilai yang didapat digunakan sebagai data yang perhitungan statistiknya mengg nalcan statistik non-parametrik Krsiral-~Yallis.
Hasil :
Indeks proliferasi Ki-67 berkisar 7 - 99 untuk ameloblastoma tipe pleksiform dengan nilai rata-rata 39,23. Sedangkan tipe folikular 8 - 77 dengan nilai rata-rata 33,59_ Dengan perhitungan statistik tidak berbeda bermakna ( p>0,05)_ Dengan p53 hanya 12 dari 47 kasus yang positif dengan nilai rata-rata 3,16 untuk tipe pleksiformn, sedangkan untuk tipe folikular hanya positif 2 kasus dengan nilai 0,71. Dengan statistik diperoleh hasil tidak berbeda bermakna (p>0.05). Sebagian besar kasus terletak pada rahang bawah, clan lebih sering mengenai penderita laki-laki. Ditemukan 6 kasus kambuhan, 5 mengenai penderita perempuan berumur 23 -- 35 tahun. Dari 6 kasus tersebut, 5 kasus ditemukan pads ameloblastoma tipe pleksifonn.
Kesimpulan :
- Nilai ekspresi Ki-67 dan protein p53 pada ameloblastoma tipe pleksiform cenderung lebih tinggi dibandingkan tipe folikular, sungguhpun secara statistik tidak berbeda makna.
- Nilai Ki-67 pada ameloblastoma bila dibandingkan dengan kista odontogenik lainnya mempunyai sifat kambuhan dan agresifitas mirip Odontogenic keratocyst.
- Positifitas protein p53m pads ameloblastoma tidak menunjukkan bahwa ameloblastoma ini termasuk tumor ganas.
- Berdasarkan penelitian ini belurn dapat untuk prediksi perjalanan tumor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarti
"Masa remaja akan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun secara psikologis dan memberikan dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang dapat menimbulkan masalah kenakalan remaja. Komunikasi efektif dan peran orang tua sangat diperlukan dalam masa ini. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada keluarga bapak E khususnya anak L dengan masalah ketidakefektifan koping di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. Hasil dari pengkajian didapatkan data bahwa keluarga bapak selalu marah-marah saat anaknya melakukan kesalahan. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga ini menggunakan komunikasi tidak efektif. Selain itu anak L bersikap tertutup terhadap orang tua dan orang tua jarang melakukan komunikasi. Setelah dilakukan intervensi tentang komunikasi efektif selama 3 kali pertemuan, anak L sudah mulai terbuka terhadap ibunya dan mau menuruti nasihat orang tuanya.

Adolescence will experience changes both physically and psychologically and give a strong boost to the behavior and teenage life that can cause problems of juvenile delinquency. Effective communication and the role of parents is necessary in this period. This paper aims to describe the nursing care to Mr E families, especially L children with problems ineffectiveness coping in RW 02 , Cisalak Pasar. Results of the assessment data obtained that the parent was always angry when their children do Mistake. This suggests that this family using ineffective communication. In addition, children L to be closed to parents and parents rarely communicate. After the intervention of effective communication during meetings 3 times, L child has begun to open to her and want to follow the advice of their parents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Komang Ratih
"Masa remaja adalah remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan, sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya. Wanita di Indonesia, termasuk di dalamnya remaja putri, rentan terhadap kejadian keputihan. Keputihan merupakan sekresi vagina yang terinfeksi mikroorganisme patogen sehingga terjadi perubahan pada karakteristik lendirnya. Hal ini dipengaruhi oleh cara perawatan organ reproduksi wanita.
Tujuan penulisan ini adalah meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga kebersihan vagina dengan cara yang tepat dan mencegah keputihan, serta membantu remaja putri mendeteksi adanya kelainan pada sekresi vagina sehingga dapat dilakukan pengobatan secepatnya. Penulisan ini menyarankan diadakannya penyuluhan kesehatan reproduksi, memasukkan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum sekolah menengah, dan menegakkan standar kebersihan di lingkungan sekolah.

Teenager is a teen that begins with the onset of sexual maturity, then teen will be faced with circumstances that require adaptation to receive changes that occur. Reproductive health is physical, mental, and, social guidance, not only free from disease or disability, but also effect in all aspects relating to the reproductive system, functions, and processes. Women in Indonesia, including girls, are susceptible to fluor albus. Fluor albus is secretions of infected pathogenic microorganisms resulting in a change in the characteristics of the mucus. It is influenced by the way the female reproductive organ treatment.
The purpose of this paper is to raise awareness of the importance of keeping the hygiene of vagina in appropriate way, prevent fluor albus, and help girls to detect any abnormalities in vaginal secretions so that treatment can be done as soon as possible. This scientific paper suggests to be held reproductive health education, admit reproductive health education into the high school curriculum, and enforce standards of cleanliness in the school environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>