Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181394 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Univeristas Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poilitk, 1992
S6761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alfan Miko
"ABSTRAK
Salah satu aspek kehidupan masyarakat Minangkabau yang berubah adalah institusi keluarga. Dewasa ini, terutama di kota-kota Sumatera Barat terdapat kecenderungan pergeseran pola kehidupan ke bentuk keluarga batih (nuclear family) dibandingkan dengan keluarga luas (extended family) dalam masyarakat Minangkabau tradisional (Chatra :1992). Sejalan dengan itu, sejumlah fungsi yang secara tradisional disumbangkan oleh keluarga kepada anggota-anggotanya terutama fungsi proteksi- relatif mulai berubah polanya. Dengan demikian, merupakan hal menarik mempelajari dan mengidentifikasi orang lanjut usia, terutama wanita lanjut usia di Minangkabau. Mengingat wanita biasanya berumur lebih panjang, mengalami kehidupan menjanda, memiliki human capital yang relatif rendah, sedangkan sistem matrilineal terkesan mengutamakan wanita.
Perhatian terhadap kondisi sosio ekonomi wanita lanjut usia semakin dirasa perlu bila dikaitkan dengan berkembangnya teknologi di bidang ilmu kesehatan, yang menyebabkan menurunnya tingkat fertilitas dan mortalitas dan memperpanjang angka harapan hidup manusia sehingga ada kecenderungan yang kuat struktur usia penduduk di suatu negara mulai bergeser menjadi semakin tingginya persentase pertambahan jumlah penduduk yang berusia lanjut dibanding anak-anak dan remaja. Diperkirakan usia penduduk di negara berkembang juga akan semakin menua.
Data untuk penulisan tesis ini merupakan data sekuder yang diolah dari sebagian hasil penelitian Studi Deskripsi Kondisi Sosioekonomi Orang lanjut Usia di Sumatera Barat, yang dilakukan tahun 1994 yang lalu. Dari data tersebut diupayakan memahami kondisi sosio ekonomi wanita lanjut usia dan pandangan wanita lnjut usia terhadap eksistensi panti jompo.
Hasil analisis penelitian menyimpulkan sebagai berikut; pertama kualitas individual dan fasilitas yang dimiliki responden wanita lanjut usia dikota relatif lebih baik ketimbang kualitas responden semi kota dan responden desa; kedua, rata-rata tingkat pendidikan responden rendah; ketiga, sebagian responden masih bekerja karena masih mempunyai beban tanggungan ekonomi; keempat, hubungan kekeluargaan relatif masih terjalin baik meskipun terlihat ada kecenderungan menurun derajat intensitas dan kualitasnya; kelima, mayoritas responden tidak lagi berperan aktif dalam kehidupan sosial, kecuali yang sifatnya keagamaan; Keenam, kesehatan responden sangat rentan dan hampir seluruh responden menyatakan keluhan penyakit; ketujuh, variabel sistem pendidikan, pendapatan, sistem keluarga dan wilayah penelitian terlihat memiliki hubungan signifikan dengan pandangan wanita lanjut usia tentang panti jompo.

ABSTRACT
One of the life aspects of Minangkabau society that is changing now is the family institution. At present, especially in cities and towns of West Sumatra, there is a tendency of changing the living pattern toward nuclear family instead of the extended family that was found in the traditional Minangkabau community (Chatra:l 994). At the same time, some family functions which were traditionally contributed by the family to its members, especially family protection starts to change in its pattern. So, it is very interesting to observe and to identify the elderly people, particularly to Minangkabau elder woman, in consideration of women life expectancy which is longer than that of men, low of human capital, as a widow, besides matrilineal system secure an important place for woman in their community.
This is even more necessary if it is connected with further development of technology in health that causes the decrease of fertility and mortality and extend lifespan, giving higher percentage of population growth of the old people compared to children and adults. It is expected that the age of people in the developed country becomes older age. At this time, the problem of population arises and it is not only a phenomenon.
The data used is a secondary ones which partly taken from the previous research Description Study of the Socioeconomic condition of elderly in West Sumatra, conducted in 1994. The purpose of this research is more general in its field, that is to understand the condition of the socioeconomy of the elderly with the minimum of 60 years of age and perception of elder woman to existence of home for aged.
The conclusion of the survey are ; first, urban individual quality and facilities of the old age respondents is relatively better than those from semi-urban and in village; second, in general, the education of the respondents is low; third, some of the respondents still work as they still have economy burden; fourth, family relationship is all relatively good, though it is decreasing its intensity and quality; fifth, majority of the respondents is no more active in social life, except in religious activity; sixth, the respondents health in general is too poor and almost all respondents present health complain; seventh, the variabel of education, income, family system and research area seem to have significant relation with the point of view of the elder woman toward homes for the aged.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joosje J. Hassan
"Di Indonesia berhasilnya pembangunan pada masa orde baru khususnya di bidang kesehatan berdampak positif pada Umur Harapan Hidup {Life Expectancy) pada penduduk Indonesia, sehingga penduduk yang berusia lanjut/manula akan meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Hal ini mempunyai dampak pada timbulnya masalah kesehatan dan gizi manula. Salah satu masalah kesehatan pada golongan tersebut adalah anemia. Di Indonesia Husaini (1990) mendapatkan prevalensi anemia pada golongan tersebut 37,5% dan di Amerika Serikat Jansen {1990) 40%. Pada umumnya anemia yang terdapat disebabkan oleh defisiensi zat besi. Faktor-faktor penyebab defisiensi zat besi pada golongan manula ini adalah masukan makanan yang kurang, gangguan absorpsi zat besi dan perdarahan gastrointestinal yang kronis. Ketiga faktor penyebab tersebut erat kaitannya dengan perubahan fisiologis dan patologis yang terjadi pada golongan manula.
Penelitian ini bertujuan mengetahui status besi pada golongan manula dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Telah dilakukan studi cross sectional pada 100 orang manula umur 60-83 tahun yang tinggal di Kelurahan Utan Kayu Selatan, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan fisik,laboratorium dan wawancara terarah meliputi keadaan social ekonomi, pengetahuan dan perilaku gizi serta kebiasaan makan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada manula yang diteliti, tingkat status besi yang tergolong normal 81% sedangkan yang tergolong defisiensi 19%, berpenghasilan rendah 85%, berpendidikan rendah 75%, berpengetahuan gizi kurang 88% dan berperilaku gizi kurang 93%. Ditemukan hubungan yang bermakna antara status besi dengan masukan zat besi, vitamin C dan tingkat penghasilan dan juga hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan tingkat pendidikan. Variabel-variabel lain yang diteliti tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan status besi.

The National Development programmed implemented by the Indonesian government in the last two decades have brought about positive effects on life expectancy, which results in a yearly increase of the elderly among the population. The increase has certain important implications on health and nutrition in the elderly. One of the many problems encountered in the specific age is anemia, the prevalence of which is currently 37.5 percent for Indonesia (Husa7ni, 1990), and 40 percent in the United States (Jansen, 1990). The anemia among the elderly is mostly caused by iron deficiency. The causative factors of iron deficiency anemia in the elderly are poor intake, disorders of iron absorption and chronic gastrointestinal bleeding. Those three factors are closely related to the physiological and pathological changes occurring in old age.
This study was done to obtain data on iron status and the influencing factors in elderly. A cross sectional study was done among 100 elderly persons, ages between 60 to 83 years old, at utan Kayu Selatan, Matraman district, East Jakarta. Investigation includes physical examination, laboratory test, and guided interview encompassing socioeconomic, general knowledge, and nutritional lifestyle and eating habits.
The results of the investigation among the elderly revealed that, 81 percent, among the elderly was normal level of iron status whereas Deficiency was found in 19 percent; low income was found in 85 percent of respondents, and low educational level 75 percent. Lack of knowledge on nutrition was found in 88 percent and poor nutritional lifestyle in 93 percent. Significant associations were found between iron status and iron, vitamin C intake and the level of income; and also between knowledge on nutrition and. the level of education. There was no significant association between iron status and the other variables being studied.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Agustin Setianingrum
"Masa lanjut usia sering disebutkan sebagai 'usia keemasan' akan ketenangan dan kesentosaan. Orang lanjut usia pun dikenal sebagai orang yang hangat, ramah dan bijaksana. Namun di lain pihak orang lanjut usia juga sering dianggap tidak aktif kurang produktif senang menggerutu dan mengasihani diri sendiri, terisolasi dari keluarga dan teman-teman serta lebih senang menghabiskan waktunya dengan menonton televisi atau mendengarkan radio.
Periode lanjut usia yang dimulai pada saat seseorang berumur 60 tahun, terutama ditandai dengan berbagai macam perubahan yang mengarah pada kemunduran. Penurunan kemampuan fisik baik secara eksternal maupun internal, kemudian dapat pula ikut mempengaruhi perkembangan kognitif, kepribadian dan sosialnya.
Perkembangan sosial pada orang lanjut usia pada dasarnya ditemukan oleh partisipasinya dalam peran sosial serta aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan sesuai dengan usianya. Dalam hal ini, kontak sosial tetap merupakan aktivitas penting yang berlangsung saat orang menjadi tua (Levy, Digman & Shirrefs, 1984). Dalam Social Breakdown-Reconstruction Theory dikemukakan bahwa pemberian dukungan pada partisipasi aktif bagi orang lanjut usia dalam masyarakat akan meningkatkan kepuasan hidupnya dan perasaan positif terhadap diri mereka sendiri. Dalam Teori Aktivitas juga dikatakan apabila orang lanjut usia semakin aktif, maka semakin puas pula mereka terhadap kehidupannya. Disamping itu, individu hendaknya juga terus melanjutkan peran-peran sosialnya. Apabila ada peran yang hilang dari mereka, maka penting untuk menemukan peran pengganti yang dapat membuat orang lanjut usia tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas sosial. Dalam hal ini, diantara peran-peran sosial yang dapat memberikan arti bagi kehidupan orang lanjut usia adalah keterlibatannya dengan keluarga dan teman-teman (Aiken, 1995).
Berkaitan dengan hilangnya peran sosial dari kegiatan formal, maka sebenarnya orang lanjut usia tersebut tidak benar-benar kehilangan peran. Orang Ianjut usia merasa tidak berguna karena tidak lagi berperan sebagai pencari nafkah setelah pensiun atau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam lingkungan pekerjaan pasangan hidupnya. Padahal sebenarnya mereka dapat menjalankan peran lain yaitu di dalam lingkungan keluarganya. Bagi orang lanjut usia, hubungan dengan keluarga tetap merupakan sumber kepuasan baginya. Mereka merasa bahwa hidupnya sudah Iengkap dan merasa bahagia apabila berhasil menjadi orang tua, dapat berfungsi bagi anak cucu dan menjadi bagian dari keluarga (Duvall & Miller, 1985).
Peran yang dapat dilakukan orang lanjut usia di dalam keluarga sehubungan dengan adanya cucu adalah sebagai kakek atau nenek. Peran yang dijalankan dapat berbentuk formal, mencari kesenangan sebagai orang tua pengganti, sumber kebijaksanaan keluarga serta figur berjarak (Neugarten & Weinstein, 1964 dalam Perlmutter & Hall, 1992).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk menggali lebih jauh tentang peran-peran apa saja yang dijalankan oleh orang lanjut usia sebagai kakek-nenek. Mengingat bahwa peran kakek nenek terhadap cucu dipengaruhi oleh usia, kondisi kesehatan, jarak geografis, latar belakang suku bangsa dan jenis kelamin kakek-nenek (Denham & Smith, 1989; Hetherington, 1989; Presser, 1989 dalam Vander Zanden, 1993), maka penelitian ini akan dikhususkan pada peran wanita lanjut usia sebagai nenek dalam konteks kebudayaan Jawa. Pemilihan nenek di sini adalah didasarkan pada teori bahwa nenek lebih dekat dan memiliki hubungan yang hangat dengan cucu daripada kakek. Nenek pun lebih memperoleh kepuasan dalam menjalankan perannya dengan adanya cucu (J.L. Thomas, 1986 dalam Papalia & Olds, 1992), sehingga diharapkan penelitian ini akan memberikan hasil yang kaya. Sedangkan pemilihan kebudayaan Jawa adalah dengan pertimbangan bahwa Jawa merupakan kelompok etnis dengan jumlah terbesar dari 10 kelompok etnis besar di Indonesia (Volkstelling, 1930 dalam Ekadjati, 1995) dan secara khusus disebutkan bahwa dalam kebudayaan Jawa, kakek-nenek berperan penting sebagai sumber bantuan material dan kebijaksanaan bagi cucu (Suseno, 1993). Disamping itu, kedudukan orang-orang tua dalam masyarakat Jawa dianggap penting dan keberadaannya dihormati oleh orang-orang yang lebih muda. Kewajiban orang muda untuk menghormati orang-orang yang tua juga diperkuat dengan adanya kepercayaan bahwa orang tua dapat memberikan restu sekaligus hukuman atau "walat" (Mulder, 1996).
Subyek dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia Jawa berusia 60 sampai 79 tahun, yang tinggal bersama keluarga anak dan memiliki cucu berusia 2 sampai 6 tahun (tergolong anak pra-sekolah). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam dengan pedoman wawancara berbentuk pertanyaan terbuka. Data yang diperoleh akan diolah dianalisis secara kualitatif dengan bantuan program Ethnograph.
Dari wawancara yang dilakukan terhadap 7 orang subyek, diketahui bahwa wanita lanjut usia Jawa yang berperan sebagai nenek menjalankan kelima tipe peran seperti yang dilcemukakan oleh Neugarten dan Weinstein (1964 dalam Perlmutter & Hall, 1992). Secara formal, nenek menyerahkan tanggung jawab pengasuhan cucu kepada orang tua cucu dan bertindak sebagai pihak yang mengawasi dan mengingatkan dengan rnenganut prinsip Tut Wuri Handayani. Dalam peran mencari kesenangan, nenek melakukan kegiatan bersama-sama cucu yang memberikan kesenangan bagi kedua belah pihak, misalnya melakukan suatu pemainan bersama-sama, jalan-jalan atau ngobrol-ngobrol dengan cucu. Sebagai orang tua pengganti, nenek ikut berperan membentuk disiplin kepada cucu untuk mematuhi aturan waktu-waktu makan, belajar, tidur serta membaca doa. Beberapa nenek juga ikut mengajarkan pelajaran sekolah pada cucu. Sedangkan sebagai sumber kebijaksanaan keluarga, nenek rnengajarkan tata krama dalarn kehidupan sehari-hari kepada cucu serta memberikan nasehat, baik kepada cucu maupun orang tua cucu. Selain gambaran tentang peran yang dijalankan nenek tersebut, juga diketahui bahwa kehadiran cucu memberikan perasaan bahagia kepada nenek. Perasaan nenek seakan-akan lebih sayang kepada cucu daripada kepada anak dan nenek ikut merasa sedih dan tidak tega apabila cucu dimarahi oleh orang tuanya, dimana hal ini rnenunjukkan adanya ikatan emosional yang erat antara nenek dengan cucu. Sebagai orang Jawa, nenek juga menginginkan agar cucunya sudah mulai mengenal berbagai tradisi dalam kebudayaan Jawa, yang disampaikan melalui dongeng, lagu serta bahasa.
Hal menarik yang ditemukan dari penelitian ini adalah adanya petuah Jawa yang dikenal dengan nama Panca Mutiara yang berasal dari Eyang Manglcunegoro III, dimana petuah tersebut diterakan oleh nenek dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan petuah Jawa tersebut merupakan wujud kepatuhan dan rasa hormat nenek kepada aturan orang tua dan tatanan budaya.
Sehubungan dengan hasil penelitian, maka pada keluarga besar dimana keluarga anak tinggal bersama orang tuanya, maka kakek-nenek hendaknya diikut-sertakan dalam kegiatan mengasuh cucu. Sedangkan bagi keluarga yang tinggal terpisah, hendaknya secara rutin mengunjungi kakek-nenek, sehingga kakek-nenek mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi dengan cucunya, dimana kehadiran cucu menimbulkan perasaan bahagia dalam diri kakek-nenek sebagai orang lanjut usia.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengadakan cross-checked pada orang tua dan cucu tentang aktivitas yang hiasa dilakukan nenek bersama cucu dan untuk memperkaya ruang lingkup penelitian maka dapat dilakukanstudi perbandingan mengenai peran yang dijalankan oleh kakek atau sekaligus kakek nenek dari latar belakang suku bangsa lainnya yang ada di Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idawati Karjadidjaja
"Tujuan : menentukan status protein, hubungannya dengan KEK dan status usia senja pada lansia yang tinggal di komunitas di kota Semarang.
Tempat : Tujuh puskesmas kecamatan di kotamadya Semarang.
Bahan dan Cara : Studi belah lintang (cross sectional) pada lansia 60 tahun ke atas, yang dipilih secara acak sederbana pada tingkat puskesmas. Dikumpulkan data sosiodemografi, asupan nutrisi dan pola makan, antropometri, albumin dan lipid serum. Indikator protein somatik yang dikumpulkan adalah MBL (kg dan %) IMBL, LOLA, AOLA dan LB. .Kriteria KEK menggunakan kriteria WHO dan status usia senja dari studi IUNS.
Hasil : Prevalensi KEK lansia pria 35%, wanita 29%,Uji diagnosis KEK dengan manggunakan indikator protein somatik yang dibandingkan dengan nilai IMT<18,5 (nilai pembatas sebesar P30 untuk populasi total dan wanita serta P35 untuk pria) membuktikan bahwa indikator protein somatik yang terbaik adalah LB untuk populasi total (sensitivitas 73 %, spesifisitas 92 %), IMBL (sensitivitas 88 04, spesifisitas 93 %) untuk pria, IML dan ML (kg) (sensitivitas 94 %, spesifisitas 96 %). untuk wanita. Uji diagnosis KEK dengan LLA manurut Ferro-Luzzi dan James memberikan hasil sensitivitas 83 %, spesifisitas 84 % untuk lansia dengan IMT < 16. Terdapat korelasi kuat antara IMT dengan indikator massa protein somatik dan massa lemak (P<0,001).
Ditemukan korelasi positif antara albumin dan ML(kg) (r= 0,1428, P = 0,014) IML (r= 0,1534, P = 0,009); AOLA dikoreksi (r= 0,1223, P = 0,030); LOLA (r 0,1239, P = 0,028) serta LLA (r= 0,1496, P = 0,011). Skor tertinggi untuk status usia senja adalah aktivitas hidup sehari-hari (9,71) dan terrendah aktivitas sosial (2,88). Analisis kategorikal memakai nilai pembatas yang sama seperti indikator status protein dan antropometri membuktikan LB adalah indikator yang paling sensitif untuk status usia senja. Untuk status usia senja skor aktivitas sosial merupakan detenninan terbesar terhadap status protein somatik. Selain terdapat kadar kholesteroi total rendah, terdapat masalah dislipidemia pada lansia penderita KEK.
Kesimpulan. Nilai pembatas IMT, LB, IMBL dan LML dapat digunakan untuk mendiagnosa KEK pada lansia yang tinggal di komunitas. Lingkar betis merupakan indikator yang paling sensitif untuk memprediksi status usia senja dan aktivitas sosial merupakan determinan terbesar."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurnita Widyakusuma
"ABSTRAK
Pendamping mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan keberfungsian sosial lanjut usia. Tesis ini membahas mengenai peran pendamping dalam meningkatkan keberfungsian sosial lanjut usia dalam program pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga (home care). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian mendeskripsikan pendamping telah menjalankan perannya dengan cukup baik, meskipun tidak semua peran dapat mereka lakukan. Meski demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan masih menemui kendala, salah satunya jumlah honor yang diterima belum layak dan belum meratanya kesempatan pendidikan dan pelatihan untuk para pendamping.

ABSTRACT
Caregiver has a very important role in improving social functioning elderly. This thesis discusses about the role of the pendamping in improving social functioning in Program Pendampingan dan Perawatan Sosial Lanjut Usia di Lingkungan Keluarga (Home Care). This research is a qualitative descriptive design. The data were collected by means of deep interview. The results describe the role of the pendamping has been well-to-do, although not all the role they can do. Such was the case, its implementation in the field is still encountering many obstacles, one of which the receiving of honorarium amount not feasible and educational training not equal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T40827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florence N. Kandau
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>