Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112700 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusnita La Goa
"ABSTRAK
Acanthaster planci (A.planci) merupakan pemangsa karang yang sangat
berbahaya, yang dapat mengganggu ekosistem terumbu karang jika terjadi peledakan populasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian populasi A.planci. Duri A.planci menghasilkan racun yang menggandung fosfolipase-A2 (PLA2) (Shiomi et al., 1998) yang dapat digunakan sebagai anti bakteri, anti virus, anti koagulan dan membantu metabolisme lipid. Sehingga racun tersebut dapat dimanfaatkan untuk bidang kedokteran dan farmasi. Pemanfaatan racun duri A.planci dapat menjadi solusi bagi pengendalian populasinya. Pada penelitian ini isolasi PLA2 dilakukan sesuai dengan metode Savitri et al., 2011 dan modifikasi metode Savitri et al., 2011 yaitu tanpa teknik pemanasan crude venom. Hasil isolasi PLA2 dari duri A.planci yang berasal dari perairan Papua dengan metode Savitri diperoleh aktifitas spesifik PLA2 menurun karena adanya teknik pemanasan crude venom. Hasil isolasi dengan modifikasi metode Savitri diperoleh pada fraksionasi 20% amonium sulfat memiliki aktifitas spesifik 26,67
unit/mg protein dan tingkat kemurnian 37 kali dari aktifitas spesifik crude venom. Uji kation sebagai kofaktor terhadap aktifitas spesifik diperoleh PLA2 yang dihasilkan adalah PLA2 Ca2+ independent.

ABSTRACT
Acanthaster planci is an extremely dangerous corallivores, especially its
dramatic outbreak that disrupt the ecosystem of coral reefs. Therefore necessary to control A.planci population. A.planci spines venom contain phospholiphase- A2 (Shiomi et al., 1998), that can be used as an antibacterial, antiviral, anticoagulant and help lipid metabolism. So that venom can be used for medical and pharmaceutical fields. Utilization of A. planci spines venom can be a solution
for population control A.planci. In this study, the isolation of PL A2 is in accordance with the method of Savitri et al, 2011 and modification of Savitri method which is without heating of crude venom. Specific activity of PL A2 from
Papua's A.planci spines venom which is isolation process with method of Savitri et al., 2011 is decrease because heating technique. Result of isolation PL A2 with modification of Savitri method obtain in 20% ammonium sulfate fractination with specific activity 26,67 units/mg of protein and purity factor 37 times of crude
venom. Assay of the influence cation as a cofactor againts specific activity of PLA2 obtain Ca2 + independent characteristic."
2011
T29933
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Skripsihana Ihtiarto
"Ledakan populasi bintang laut berduri Acanthaster planci telah menyebabkan kerusakan sistem terumbu karang dalam jumlah yang signifikan di wilayah Indo-Pasifik. Usaha kontrol populasi yang dilakukan banyak menghabiskan biaya sementara kandungan enzim Fosfolipase A2 (PLA2) dalam racun duri A.planci yang merupakan molekul efektor penting pertahanan sel belum dimanfaatkan lebih lanjut. Berbagai penelitian mengenai PLA2 A.planci sebagai antibiotic muncul menjadi langkah awal solusi mendatangkan nilai tambah dalam permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sifat antibakteri PLA2 A.planci terhadap bakteri uji. Melalui metode pemurnian parsial kombinasi presipitasi ammonium sulfat dan pemanasan, penelitian ini berhasil mendapatkan ekstrak racun dengan kemurnian PLA2 tertinggi 2.29 kali crude venom. Hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi menunjukan bahwa enzim PLA2 duri bintang laut Acanthaster planci memiliki sifat antibakteri terhadap bakteri gram positif B. subtilis, M. luteus, dan S. aureus.

Population outbreaks of the Crown-of-Thorns starfish, Acanthaster planci, have been known to cause considerable amounts of damage to coral reef systems in Indo-Pacific region. Population control already spent a lot of costs while the content of phospholipase A2 (PLA2) enzyme in the venom A.planci which is an important effector molecule of the cell's defense has not been exploited further. Various studies on PLA2 A.planci as antibiotics have been conducted and became the first step to give added value solutions to the problems faced. Using partial purification method combining ammonium sulfate precipitation and heating, this research successfully obtained venom extract with the highest purity of PLA2 2.29 times compare to crude venom. The test results of antibacterial activity by the diffusion method showed that the PLA2 enzyme of Acanthaster planci have antibacterial properties against gram-positive bacteria B. subtilis, M. luteus, and S. aureus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S791
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Florensia
"Acanthaster planci atau yang lebih dikenal dengan bintang laut mahkota duri merupakan salah satu spesies echinodermata yang banyak ditemukan pada perairan tropis dan subtropis di daerah Indo-Pasifik dan merupakan salah satu predator utama dari terumbu karang. Salah satu alternatif pengontrolan populasi Acanthaster planci adalah melalui pemanfaatan kandungan kolagen yang tinggi pada cangkang / dinding tubuh Acanthaster planci. Penelitian ini mengusulkan isolasi kolagen pada keseluruhan jaringan tubuh Acanthaster planci dengan proses ekstraksi bertahap untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ekstrak kolagen yang dihasilkan. Proses isolasi kolagen dari hewan laut umumnya dimulai dengan hidrolisis basa, dengan variasi jenis dan konsentrasi pelarut alkali yang digunakan. Kemudian proses isolasi dilanjutkan dengan ekstraksi enzimatis untuk memperoleh ekstrak kolagen murni. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai manfaat dari Acanthaster planci yang selama ini merupakan parasit pada ekosistem laut, serta sebagai alternatif sumber kolagen alami yang aman dan potensial. Pemurnian hasil ekstraksi dilakukan melalui metode pengendapan protein (salting out) dan dialisis. Selanjutnya ekstrak kolagen murni (Pepsin Solubilized Collagens) dikarakterisasi melalui metode Lowry, elektroforesis SDS Page, spektroskopi UV, analisis komposisi asam amino, dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Variasi pelarut yang terdiri dari pelarut air, NaOH 0,1 M dan Ca(OH)2 0,2 M menunjukkan pelarut yang paling baik untuk ekstraksi dan purifikasi kolagen dari tubuh Acanthaster planci adalah Ca(OH)2 0,2 M yang menghasilkan yield sebesar 2,26%.

Acanthaster planci, or commonly known as crown-of-thorns starfish, is a species of echinodermata found abundantly in tropical and subtropical water of Indo-Pacific. Acanthaster planci is one of the main predators of coral reefs and thus possess a great threat to corals ecosystem. As an alternative of Acanthaster planci?s population control, a research was proposed to utilize collagen content of Acanthaster planci body by extraction with acid and enzyme solutions method. The objective of this research is to increase the utilization of Acanthaster planci as well as increase the quality of marine collagen for medical application. Variation of solvents in the extraction process plays a significant role to purity and yield of the collagen. In this research we will compare aqudest, NaOH 0,1 M and Ca(OH)2 0,2 M in order to obtain the best solvent for marine collagen extraction from Acanthaster planci body. The crude extract from extraction will be further purified by salting out and dialysis method to obtain pure collagen extract called Pepsin Solubilized Collagens (PSC). PSC characterization consists of quantitative and qualitative analysis such as Lowry method, gel electrophoresis, UV spectroscopy, amino acid composition, and Scanning Electron Microscopy (SEM). The result shows Ca(OH)2 0,2 M as the best extraction solvent with 2,26% yield of PSC."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Regina Sudiarta
"Ledakan populasi bintang laut berduri Acanthaster planci telah membuat kerusakan terumbu karang dalam jumlah yang besar di Peraiaran di Indonesia. Usaha kontrol yang dilakukan telah banyak menghabiskan uang dan tidak efektif, sementara di dalam Acanthaster planci mengandung saponin yang dapat berperan sitotoksik yang dapat dimanfaatkan menjadi insektisida. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatan saponin sebagai insektisida ramah lingkungan untuk membasmi hama rayap Kalotermitidae, dimana saponin diekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, diperoleh yield saponin rata ? rata sebesar 9.036% dan 4.660%. Purifikasi saponin dengan karbon aktif dengan massa 1:2 (b/v) sdengan volume sampel selama 20 menit dengan pengadukan didapatkan sampel saponin tanpa pengotor (protein dan residu bintang laut). Sapogenin dapat diisolasi dengan hidrolisis asam hidroklorik (HCl) dan diperoleh massa sapogenin 168.334 mg.

The outbreaks of Acanthaster planci starfish has made the destruction of coral reefs in large number in Indonesia's seawater. control efforts that have done use a lot of money but ineffective, while in A. planci contain saponins that act as cytotoxic compound and can be used as environment-friendly insecticide to eradicate Kalotermitidae pest, where saponins extracted by maceration using ethanol 96% with total yield of saponins 9.036% and 4.660% for two test. Purification of saponin using activated carbon with mass of carbon: volume sample 1:2 (w/v) and stirred for 20 minutes. Sapogenin can be isolated by hydrolyse using hydrochloric acid and sapogenin is obtained 168.34mg."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Afriyani
"Acanthaster planci anggota filum Echinodermata diketahui memiliki mekanisme pertahanan diri, baik mekanisme fisik maupun kimia. Pertahanan secara kimia karena adanya senyawa metabolit sekunder dalam Acanthaster planci yang diduga membuat hewan ini memiliki sifat antifeedant. Saponin adalah salah satu senyawa metabolit sekunder yang dominan dijumpai dalam A. Planci. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak Acanthaster planci bersifat antifeedant, serta membuktikan apakah saponin adalah senyawa yang bertanggung jawab sebagai senyawa antifeedant. Uji kualitatatif senyawa saponin dilakukan dengan metode Liebermann Burchard pada ekstrak A. planci kering. Untuk mengetahui bahwa senyawa saponin yang bertanggung jawab dalam proses antifeedant tersebut, pengujian juga dilakukan dengan menggunakan ekstrak A. planci fraksi air, etil asetat, dan n-heksan. Objek pengamatan adalah ikan-ikan karang di perairan Pulau Pramuka-Kepulauan Seribu, yang diberikan perlakuan berupa pemberian pakan kontrol dan pakan uji yang mengandung ekstrak metanol A. planci, kemudian diamati jumlah pakan yang dimakan, serta jenis dan perilaku ikan terhadap pakan yang diberikan. Hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan uji non-parametrik Wilcoxon dan Friedman. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak A. planci dengan fraksi air bersifat antifeedant, yang juga didukung dengan hasil positif adanya senyawa saponin pada ekstrak A. planci dengan pelarut air dan metanol. Hasil uji saponin pada fraksi n-heksan yang bersifat nonpolar bersifat negatif, sedangkan ekstrak A.planci dengan fraksi etil asetat yang bersifat semipolar menunjukkan adanya senyawa lain selain saponin, yaitu terpenoid.

Acanthaster planci as member of phylum Echinodermata having mechanical defense both physical defense and chemical defense. Its chemical defense showed by secondary metabolites that is consider as antifeedant. Saponin is one of dominant secondary metabolites on A. Planci star fish. The research determines A. planci extract is antifeedant, furthermore saponin is the compound which responsible of this. The Liebermann Burchard test to A. planci dry extract to determine the saponin. In order to know that saponin has consider to be antifeedant, the test also use to fractionation extract with three different solvents, aquades, n-hexane, and etile acetate. Antifeedant test use the reef fishes on Pramuka Island water-Seribu Islands, as predator. Feeding experiments involve reef fishes making choices between food treated with A. planci extract and control foods. The data contains food score and fish behaviours. Field experiments with food treated methanol extract analyze with Wilcoxon paired-sample test, and experiments with fractionation extract using Friedman non-parametric test. Experiments result show that A. planci with methanol extract and aquades fraction are antifeedant. It`s also support by qualitative test about saponin. Saponin found negative on extract with n-hexane and etile acetate fractions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T38629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Respatiphala Ardha Satwika
"Sengatan duri bintang laut Acanthaster planci terbukti mempunyai aktivitas biologi fosfolipase-A2 (PLA2), DNAse II (plancitoxin), dan peptida antikoagulan (plancinin) yang mengakibatkan banyak aktivitas biologi merugikan pada manusia seperti hemolitik, pembengkakan, myonocretic, pembentukan edema dan aktivitas antikoagulan. Penelitian ini berhasil memurnikan enzim fosfolipase-A2 pada spesimen duri A. planci sebanyak 50 gr dengan menggunakan metode sonikasi, pemanasan dan fraksinasi ammonium sulfat. Aktivitas PLA2 tertinggi terdapat pada fraksi pengendapan ammonium sulfat 20% sebanyak 108,48 unit/mg dengan tingkat kemurnian 20 kali lebih besar dari crude venom, telah dibuktikan bahwa metode ini memberikan tingkat pemurnian yang sama dan lebih efisien jika dibandingkan dengan metode-metode yang digunakan untuk memurnikan enzim pada umumnya.

The sting of Acanthaster planci thorns starfish shown to have biological activity of phospholipase-A2 (PLA2), DNAse II (plancitoxin), and anticoagulant peptide (plancinin) which resulted in many adverse biological activity in humans, such as hemolytic, swelling, myonocretic, edema formation and anticoagulant activity. This study succeeded in purifying the enzyme phospholipase-A2 in thorns of A. planci specimens 50 gr by using a simple heating method and the precipitation of ammonium sulphate fractionation. The highest PLA2 activity present in ammonium sulphate precipitation fraction of 20% of 108.48 units/mg with a purity level of 20.75 times greater than the crude venom, it?s proven that this method provides the same level of purification and more efficient than the methods used to purify the enzyme in general."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S680
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Al Fadio Ummam
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui pola sebaran spasial perubahan habitat terumbu karang di kawasan pesisir Pulau Derawan tahun 2003, 2011, dan 2021. Selanjutnya dampak resolusi spasial dan tingkat kemampuan algoritma klasifikasi machine learning pada pemetaan distribusi habitat terumbu karang akan dinilai. Penelitian ini menggunakan citra satelit Landsat 7 ETM+ dan Sentinel-2 untuk memetakan sebaran spasial habitat terumbu karang. Selanjutnya, citra satelit Landsat 9 tahun 2022, citra satelit Sentinel-2 tahun 2022, dan Foto Udara Multispektral tahun 2021 digunakan untuk menilai tingkat kemampuan algoritma klasifikasi pembelajaran mesin untuk resolusi spasial. Algoritma klasifikasi non-parametrik seperti Random Forest (RF), Support Vector Machine (SVM), dan Classification and Regression Tree digunakan (CART).

The research was done to determine the pattern of the spatial distribution of changes in coral reef habitat in the coastal areas of Derawan Island in 2003, 2011, and 2021. Furthermore, the impact of spatial resolution and the level of ability of machine learning classification algorithms on mapping the distribution of coral reef habitats will be assessed. The study used Landsat 7 ETM+ and Sentinel-2 satellite images to map the spatial distribution of coral reef habitat. Furthermore, Landsat 9 satellite imagery from 2022, Sentinel-2 satellite imagery from 2022, and Multispectral Aerial Photographs from 2021 are used to assess the ability level of the machine learning classification algorithm for spatial resolution. Non-parametric classification algorithms such as Random Forest (RF), Support Vector Machine (SVM), and Classification and Regression Tree are used (CART)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Isac Newton
"Terumbu karang adalah suatu ekosistem yang dibangun oleh komponen utama komunitas hewan karang dari jenis karang hermatipik yang termasuk dalam filum Coelenterata (Cnidaria), kelas Anthozoa, ordo Madreporaria-Scleractinia. Hewan karang hermatipik beserta alga berkapur dan organismeorganisme Iainnya menghasilkan endapan-endapan masif berupa kalsium karbonat (CaCO3) sehingga dapat membentuk terumbu. Kemampuan hewan karang membentuk terumbu ini karena adanya hubungan simbiosis dengan tumbuhan bersel satu di dalam jaringan polip individu hewan karang hermatifik yaitu zooxhantellae. Terumbu karang memiliki manfaat ekologi, yaitu berfungsi sebagai habitat berbagai biota laut, pelindung ekosistem padang lamun dan mangrove, pelindung pantai dan penyedia pasir taut. Manfaat ekonomi, yaitu untuk perikanan, bahan baku akuarium, hiasan, bangunan, serta wisata bahari. Manfaat sosial budaya, antara lain untuk pendidikan dan penelitian. Sumberdaya terumbu karang di Indonesia menghadapi berbagai ancaman kerusakan akibat pengaruh antropogenik di berbagai lokasi, yang telah berlangsung lama. Saat ini, kondisi terumbu karang yang baik hingga sangat baik sekitar 33,3%, sisanya dalam kondisi sedang hingga rusak. Kerusakan dapat disebabkan oleh pengaruh antropogenik, baik secara langsung maupun tak langsung. Kerusakan terumbu karang berakibat pada kerugian ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Upaya merehabilitasi terumbu karang dapat ditempuh baik secara alami dan buatan, yang diikuti dengan upaya mengurangi pengaruh antropogenik. Upaya ini dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun masyarakat. Pengelolaan sumberdaya terumbu karang yang dilakukan masyarakat disebut pengelolaan sumberdaya terumbu karang berbasis masyarakat, disingkat dengan PBM.

Coral reef is an ecosystem mainly developed by the components of hermatiphic coral community of phylum Coelenterata (Cnidaria), class Anthozoa, order Madreporaria-Scleractinia. Hermatiphic coral and symbiotic calcite algae and other organisms produce massive sediments of Calcium Carbonate (CaCO3) and build their reefs. The ability of corals to build a reef is due to the mutual symbiotic of hermatiphic coral individual with unicellular algae called zooxhantellae. Coral reefs have ecological functions to be the habitats for marine organisms, protect sea grass and mangrove ecosystems, protect beach, and produce sand. Economic benefits of coral are fishery, source of aquarium materials, ornaments, building materials, and marine tourism. Social benefits of coral reefs are, among others, research and educational objects. Coral reef resources in Indonesia are still facing many kinds of anthropogenic threats in many locations. Currently, coral reef with good up to very good conditions is around 33.3%, the rest being poor to moderate conditions. Coral reefs degradation can be affected by anthropogenic effects, directly or indirectly. The coral reefs degradation in fact causes ecological, economical, socio and cultural losses. Rehabilitation of degraded coral reef can be conducted naturally and human intervention followed by the elimination of anthropogenic effects. These efforts could be conduct by the government, local government, and/or communities. The management of coral reefs conducted by communities is called community-based coral reefs management, shortened to CBM."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Annafi`u Azlou
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pemanfaatan tepung bintang laut mahkota duri sebagai bahan
substitusi protein pakan ikan mas hias telah dilakukan pada bulan Februari--Mei
2016. Penelitian bertujuan untuk menghitung nilai kesukaan, mengukur
pertumbuhan dan warna ikan Carassius auratus yang diberi pakan ikan berbahan
tepung Acanthaster planci. Penelitian dilakukan dengan membuat A. planci
menjadi tepung kemudian merancang formulasi pakan dan dilakukan pembuatan
pelet ikan. Pelet dengan tepung Acanthaster planci merupakan pakan perlakuan
dan pelet dengan tepung ampas tahu merupakan pakan kontrol. Selanjutnya pelet
yang sudah dibuat diujikan kepada ikan C. auratus yang sebelumnya sudah
diaklimasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan C. auratus lebih menyukai
pakan perlakuan dibandingkan pakan kontrol dengan persentase pakan yang
dimakan secara berurutan 68,2% dan 48% dan nilai indeks elektivitas Ivlev 0,24
dan 0,11. Pengaruh pemberian kedua pakan terhadap pertumbuhan tidak terlalu
berbeda. Berdasarkan rata-rata penilaian oleh panelis terhadap warna ikan
C. auratus selama tujuh minggu, pakan perlakuan memicu perubahan warna yang
lebih cepat dibandingkan dengan pakan kontrol.

ABSTRACT
A study of utilization of crown-of-thorn starfish (Acanthaster planci) powder as a
protein substitution in pellets for goldfish (Carassius auratus) has been conducted
on February--May 2016. The objectives of the study were to calculate the value of
Carassius auratus preference against the pellets contain Acanthaster planci
powder and to measure the effect of pellets to the growth and body color of
Carassius auratus. The study was initially conducted by making A. planci into a
powder, design formulation of pellets and finally transform it into the pellets. The
pellet that made with Acanthaster planci is a treatment pellet and the pellet that
made with tofu residue is a control pellet. The pellets tested to the acclimatized
C. auratus. The results showed that C. auratus prefers to eat treatment pellets
rather than control pellets. The percentage of treatment and control pellets eaten
by C. auratus is 68.2% and 48% respectively and the Ivlev electivity index value
is 0.24 and 0.11 respectively. The growth effect of both pellets showed no
considerable difference. The average valuation by the panelists for seven weeks,
showed that treatment pellets triggered the change of fishes? body color faster
than the control pellets."
2016
S65552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Crown - of - thorns starfish (COT) is a benthic species and constitute as bioindicator of coral reef ecosystem. COT is one of the coral prendators which potentially becomes a very big problem in the coral reef ecosystem management. It would be very useful in the management of marine resource if we understand more about this species. This paper explains the biology and ecology (anatomy, toxicity,reproduction,life aycle,food,food system,growth,habitat) of COT."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>