Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91882 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustinus Wibowo
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011
809.9332 AGU g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Ramona
"Skripsi ini membahas novel Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah karya Agustinus Wibowo sebagai novel populer bergenre perjalanan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ciri sastra populer dalam novel tersebut. Penelitian pertama-tama dilakukan terhadap unsur intrinsik novel tersebut. Setelah itu, penelitian dilanjutkan terhadap analisis ciri sastra populer dalam novel tersebut. Hasilnya, novel Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah karya Agustinus Wibowo menggunakan sistem bintang pada saat ini, yaitu latar tempat. Penyampaian latar tempat dilakukan dengan cara deskripsi ekspositori. Novel ini memiliki seluruh ciri sastra populer.

This thesis analyze Borderlines: A Journey Through Central Asia novel by Agustinus Wibowo as a popular novel in journey literary genre. The aim of this research is to observe popular novel characteristics at that novel. The first step of this research analyze intrinsic elements at that novel. Then, this research analyze popular novel characteristic at that novel. The result, Borderlines: A Journey Through Central Asia novel by Agustinus Wibowo shows the location settings as a current star system. The description of the settings are based on exposition description. This novel had all of popular novel characteristics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Purnihastuti
"Sejak deklarasi kemerdekaan negara - negara Asia Tengah pada tahun 1991, China secara bertahap memposisikan dirinya sebagai salah satu negara yang mempunyai peranan penting di kawasan tersebut. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan tentang apakah hal ini menunjukkan suatu perubahan geo politik setelah runtuhnya Uni Soviet dan merupakan konsolidasi akan adanya kekuatan baru China. Negara - negara Asia Tengah secara politik saat ini mempunyai peranan yang penting terlebih karena adanya kekeayaan akan energi yang dihasilkan serta adanya pengaruh besar dua negara tetangganya yaitu, China dan Rusia. Implikasi Cina di Asia Tengah mempunyai pengaruh yang besar untuk jangka panjang dimana Hl ini juga mempengaruhi rejim ? rejim yang ada di kawasan tersebut. Sehingga langkah strategi China di Asia Tengah merupakan hal yang penting. Saat ini China telah mencoba membangun jaringan pemberantasan penjualan obat dan senjata tran-nasional di kawasan itu. Di saat yang bersamaan Cina juga mendukung adanya perlawanan gerakan terorisme agama yang di curigai beranggotakan kaum separatisme Uygur di Xinjiang, China dan kaum oposisi di Asia Tengah. Cina juga mendukung usaha penolakan negara - negara Asia Tengah akan usaha pembentukan demokrasi yang diusulkan pihak Barat di kawasan Asia Tengah. Dibidang ekonomi,Cina juga memanfaatkan posisi negara - negar Asia Tengah yaitu, sebagai negara landlocked yang merupakan kawasan yang sangat menjanjikan secara ekonomi bagi China maupun Asia Tengah. Hal ini tidak dapat dipisahkan pula dengan keberadaan sumber - sumber energi di Asia Tengah yang dibutuhkan Cina untuk mengantisipasi pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan permintaan energi dalam negeri China. China melihat Asia Tengah tidak hanya sebagai negara yang berbatasan langsung tetapi juga merupakan wilayah transit yang dapat memfasilitasi perdagangan dengan negara - negara seperti Iran, Afghanistan, India serta Pakistan. Selain itu, China juga menggunakan organisasi regional Shanghai Cooperation Organisation (SCO)sebagaii zona perdagangan bebas guna memudahkan penyaluran produk - produk China di pasar Asia Tengah dan Rusia. China juga berusaha menanamkan pengaruh - pengaruh kebudayaan China yang diharapkan dapat berkembang di Asia Tengah. Dari pemaparan diatas, tesis ini berusaha untuk menganalisa lebih dalam langkah - langkah strategi China dalam usaha pengamanan wilayah perbatasannya serta keamanan energinya di Asia Tengah. Tesis ini juga menganalisa aspek ekonomi yang mempunyai peranan penting didalamnya, keberadaaan Shanghai Cooperation Organization (SCO) serta menganalisa strategi China dalam mengatasi kaum separatis Uyghur di Xinjiang.

Since the declaration of independent of Central Asia states in 1991, China has gradually emerged as one of the region?s main partners. This rapprochement raises questions about the geopolitical changes in the aftermath of the Soviet Union?s demise and the consolidation of China?s new power. The Central Asia states, politically adrift since the collapse of the Soviet Union, are now set to play a major part in energy policies but they are still largely under the influence of their two great neighbors, namely Russia and China. The Chinese implication in Central Asia will have a major impact in the long term since it permits the reinforcement of Beijing?s political influence on Central Asia regimes and the reinforcement of their geopolitical alliance. Therefore, the strategic gains for Central Asia with China?s increased presence are important. Beijing is trying to check the trans-nationalization of arms and drug networks in the area. At the same time, the struggle against ?religious extremism? is being used to justify the repression of dissident movements (Uyghur separatists in Xinjiang and the political opposition in Central Asia) and to reject, on the grounds that they would be destabilizing, the democratizing measures requested by the West. In the economic realm, China will also modify the geographic situation of Central Asia. While the region is hampered in its growth by its landlocked character and significant promise in economic and financial relations between China and Central Asia over the medium- to long-term, are about the development of the region?s enormous energy resources to fuel China?s anticipated economic growth and burgeoning energy demands. China sees Central Asia not only as a border region, but also as an intermediary and transit area, which facilitates trade with Iran, Afghanistan, India, and Pakistan. Such a strategy will reinforce Central Asia?s historical role on the Silk Road. These geopolitical and economic objectives remain linked. For many years, China militated for the Shanghai Cooperation Organization to become a free-trade zone, which would transform Central Asia and Russia into new markets for Chinese products. This Chinese commercial domination over the region will also have a cultural impact that remains, for the time being, difficult to assess. Exchanges of people, the learning of the Chinese language, and the entrance of Central Asia into the sphere of Chinese cultural influence, will grow, creating a totally new situation in Central Asia. In this paper, I aim to analyze deeply about China's strategies mainly in ways to secure its territorial and energy securities related to the engagement with Central Asia. I intend to shed light on economic issues that are likely to play a crucial role, the appearance of the Shanghai Cooperation Organization (SCO) and also to observe China strategies in managing the Uighur separatism in Xinjiang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T23018
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaini Azhar Maulani
Jakarta: Dalancang Seta, 2002
355.02 ZAI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abu An-Nashr, Muhammad Abdul Azhim
Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2017
297.909 58 ABU i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nasution, Muhammad Rizqy Fauzi
"ABSTRAK
Berakhirnya Perang Dingin memunculkan dinamika baru di Asia Tengah. Runtuhnya Uni Soviet menjadikan kawasan ini sebagai arena yang melanggengkan masuknya proyeksi kepentingan, khususnya aktor ekstrakawasan. Dalam hal ini, kebangkitan Rusia menyasar Asia Tengah sebagai objek dominasi sambil berupaya mengikat Asia Tengah ke dalam bagian sphere of influence-nya. Sementara itu, Uzbekistan sebagai negara yang ingin mendobrak dominasi Rusia justru ingin menjadi hegemoni kawasan dengan mencari jalan tengah antara mengakomodasi Rusia sambil tetap menjalin hubungan dengan aktor lain, seperti Amerika Serikat. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas langkah dan alasan perilaku hedging Uzbekistan sebagai bentuk respon dari dinamika kepentingan great powers.

ABSTRACT
The end of Cold War generates new dynamics in Central Asia. The collapse of the Soviet Union makes this region an arena that perpetuates the inclusion of states interests. Moreover, the rising Russia is targeting the region as an object of domination while trying to bind Central Asia into its sphere of influence. Meanwhile, Uzbekistan, which wants to break the Russian domination and be a regional hegemony concurrently, seeks for alternatives that not only engaging Russia, but also creating relations with others, such as United States. Therefore, this study will discuss the strategy and reason behind Uzbekistan?s hedging as states behavior towards great powers.
"
2015
S60766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan
1. Pengertian
Seni tradisi di Provinsi Kalimantan Tengah terutama pada etnis Dayak Ngaju baik yang berbentuk seni rupa, musik, sastra dan tari tidak dapat dihitung jumlahnya. Pada umumnya seni tradisi memiliki nilai etika dan estetika yang menakjupkan, disamping juga mempunyai kamampuan menyampaikan pesan budaya yang adiluhung, baik melalui jalur pendidikan baik formal atau non formal dimulai dari tingkat sekolah dasar. Muatan lokal seni tari yang akan diajarkan adalah tari Kenjan Halu, Kinyah mandau atau Giring-giring.
2. Fungsi
2 1. Untuk mengembangkan daya kreativits anak.
2.2. Memberikan pengalaman siswa untuk bermasyarakat dan berorganisasi
2.3. Sebagai sarana komunikasi antar siswa dilingkungannya
2.4. Memberikan pengenalan kemahiran bergerak dalam suatu kerjasama yang baik dan disiplin yang baik.
2.5 Memberi pengalaman melenturkan anggota tubuh dengan gerakan tarian yang teratur.
2.6. Meningkatkan rasa cinta pada budaya sendiri.
2.7. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan meningkatkan rasa percaya diri.
3. Tujuan
3.1. Tujuan 1nstruksional umum
3.1.1. Agar siswa mengetahui keberadaan kesenian tradisi di daerahnya.
3.1.2. Agar siswa mengenal secara lannsung tari kenjan halu. salah satu tari dari tari tradisi lainnya.
3.1.3. Agar siswa mampu memahami, menghargai, menghayati dan bersikap positif terhadap seni etnis tradisi di lingkungannya.
3.1.4. Agar siswa ikut merasa bertanggung jawab untuk melestarikan tari kanjam hulu sebagai warisan leluhurnya.
3.2. Tujuan lnstruksiomd Khusus
3.2.1. Agar siswa memiliki pengalaman menari tari Kanjam Hulu dengan baik.
3.2.2. Agar siswa mempunyai dasar pengetahuan tari yang akan mendorong kreativitas seni di kemudian hari.
3.2.3. Agar siswa mampu menhhayati nilai-nilai budaya leluhur dan mentranformasikan kedalam kehidupan sehari-hari."
Depok: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Marcus Daniel Wicaksono
" ABSTRAK
Hubungan Rusia dan Tiongkok di kawasan Asia Tengah merupakan contoh kasus unik yang memiliki implikasi tidak hanya pada keamanan regional tetapi juga keamanan global. Latar belakang penelitian ini adalah ldquo;jika sebuah kerja sama yang kuat terbentuk antara Rusia dan Tiongkok di kawasan Asia Tengah, maka dapat membatasi kemampuan aktor eksternal kawasan, termasuk Amerika Serikat, untuk mempengaruhi negara-negara Asia Tengah. rdquo; Oleh karena itu penelitian ini mengajukan pertanyaan bagaimana hubungan Rusia dan Tiongkok di kawasan Asia Tengah dari tahun 2007 hingga tahun 2016? Melalui pertanyaan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi hubungan Rusia dan Tiongkok di kawasan Asia Tengah serta dampak dari hubungan tersebut terhadap sistem keamanan global. Signifkansi penelitian ini bagi literatur adalah untuk mengembangkan kajian sistem keamanan internasional pada tingkat global maupun regional dan mengembangkan kajian kawasan Asia Tengah. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus melalui pengujian terhadap model hubungan kausal antara keterlibatan negara kuat, konflik regional, dan keamanan internasional yang ditulis oleh Benjamin Miller dan Korina Kagan. Dengan menggunakan model tersebut penelitian ini menemukan bahwa 1 hubungan Rusia dan Tiongkok di kawasan Asia Tengah dalam periode 2007-2016 sesuai dengan jalur kausalitas kerja sama; 2 Rusia dan Tiongkok di kawasan Asia Tengah memiliki kapabilitas seimbang dan kepentingan ldquo;tinggi, simetris; berkonflik; rdquo; 3 Ketergantungan kerja sama Rusia dan Tiongkok di kawasan Asia Tengah terhadap derajat rivalitas kedua negara. Berdasarkan temuan-temuan tersebut penelitian ini berkontribusi dalam badan ilmu bagi kajian hubungan bilateral Rusia dan Tiongkok.
ABSTRACT Russian and Chinese bilateral relations in Central Asia is an unique case that have implication not only to regional security but also to global security. This study rsquo s background is ldquo if a strong cooperation is formed between Russia and China in Central Asia, it may limit the ability of external actors, including United States, to influence Central Asian countries. rdquo Therefore, the research question asks how is the bilateral relation between Russia and China in Central Asia from 2007 to 2016 This study use ldquo case study rdquo method to test the model of causal relations between great power involvement, regional conflicts and international security by Benjamin Miller and Korina Kagan. By using this model, this research finds that 1 the bilateral relations of Russia and China in Central Asia within 2007 2016 period is in accordance to the line of causality of cooperation. 2 Rusia and China have equal capabilites and ldquo high symetrical conflicting rdquo interest in Central Asia. 3 the cooperation of Russia and China in Central Asia depends on both countries rsquo degree of rivality. With this respect, this study has contributed to the study of bilateral relation of Russia and China."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S63573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lupitha Sanitya Handani
"Tulisan ini bertujuan untuk memahami pandangan akademis terkait kondisi dan perkembangan regionalisme keamanan di Asia Tengah pasca-Perang Dingin. Literatur-literatur yang ditinjau terorganisasi dalam lima periodisasi, yakni 1991-1997, 1997-2001, 2001-2004, 2004-2011, dan 2011-2016. Sejak berakhirnya Perang Dingin, negara-negara internal kawasan harus mengelola keamanan regional secara mandiri. Regionalisme keamanan dianggap sebagai solusi yang memungkinkan atas isu-isu keamanan di kawasan tersebut. Meski demikian, para cendekiawan menganggap perkembangan regionalisme keamanan di Asia Tengah terhambat bahkan hingga saat ini. Penyebabnya berasal dari negara-negara internal dan eksternal kawasan. Di satu sisi, negara-negara internal memprioritaskan hubungan bilateral dan pemenuhan kepentingan domestik daripada integrasi regional. Di sisi lain, kuatnya kepentingan dan pengaruh aktor-aktor eksternal mdash;mulai dari Rusia, Tiongkok, Amerika Serikat, hingga beberapa organisasi multilateral mdash;semakin menghalangi penguatan regionalisme keamanan. Potensi persaingan antarnegara eksternal juga menambah kerumitan karena negara-negara internal masih akan memihak pada Rusia demi menjaga status quo kawasan dan keamanan masing-masing. Akibatnya, regionalisme keamanan cenderung semakin tersisihkan dari agenda keamanan kawasan.

This paper aims to understand the academic views regarding the condition and development of security regionalism in the post Cold War Central Asia. The reviewed literature is organized into five periodizations, which are 1991 1997, 1997 2001, 2001 2004, 2004 2011, and 2011 2016. Since the end of the Cold War, the region rsquo s internal states have to manage their regional security independently. Security regionalism was seen as a possible solution for the security issues in the region. However, scholars have perceived that the development of security regionalism in Central Asia is hindered even until now. The causes were rooted from the internal and external states. On one hand, internal states have been prioritizing on bilateral relations and the fulfillment of domestic interests instead of regional integration. On the other hand, strong influence and interests of external actors mdash namely Russia, China, United States, and some multilateral organizations mdash further impede the reinforcement of security regionalism. The likelihood of rivalries between external states also heightens the complexity because internal states will still side with Russia in order to maintain the region rsquo s status quo and their own security. As a consequence, the security regionalism gets even more sidelined from the region rsquo s security agenda.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>