Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162897 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Markus Adelbert
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S5702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 1991
923.1 GOR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soepeno Sumardjo
Jakarta: Pustaka Yayasan 17-8-45, [, 1990]
923.1 SOE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Desai, Padma
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti , 1990
320.947 DES pt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S5559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathur Ichwan Satya
"ABSTRAK
Musik rock and roll atau yang biasa dieja sebagai rock lsquo;n rsquo; roll adalah sebuah aliran musik populer yang tidak hanya merupakan bagian dari hiburan dan seni, melainkan pula suatu bentuk budaya perlawanan. Seiring berkembangnya zaman dan pengaruh globalisasi, musik rock and roll yang berasal dari bangsa-bangsa barat ini kemudian masuk ke Uni Soviet. Di Uni Soviet, musik rock and roll pada awalnya mendapat larangan oleh pemerintah, karena merupakan budaya barat. Namun, setelah naiknya Mikhail Gorbachev sebagai pemimpin Uni Soviet, musik rock and roll kemudian dapat diterima dan berkembang karena kebijakan perestroika yang didalamnya terdapat kebijakan glasnost yang diusung oleh Gorbachev. Makalah ini akan mengungkap bagaimana perestroika mampu memberikan dampak bagi perkembangan musik rock and roll di Uni Soviet, serta bagaimana para khalayak musik rock and roll memaknai kebebasan yang diberikan pada masa pemerintahan Gorbachev melalui musik rock and roll.

ABSTRACT
Rock and roll music or also spelled rock lsquo;n rsquo; roll is a genre of popular music which is not only a part of entertainment and art, but also a form of counterculture. As the times progressed and impact of globalization, rock and roll music that came from the western countries entering the Soviet Union. At the first, rock and roll music was prohibited by the governmental regime, because it rsquo;s a part of western culture. After the rise of Mikhail Gorbachev as leader of the Soviet Union, rock and roll music can be accepted and developed because of perestroika policy which include glasnost by Gorbachev. This article will reveal how glasnost and perestroika can give impacts for the rock and roll development in Soviet Union, and how the audience of rock and roll expressed freedom that given on Gorbachev rsquo;s era through rock and roll music.Keyword: Perestroika, Glasnost, Rock and Roll, Impact "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tb. Ronny Rahman Nitibaskara
"Disertasi ini merupakan upaya untuk memahami khususnya reaksi sosial terhadap perbuatan manusia yang tidak secara tegas dikategorikan sebagai kejahatan, tetapi sering kali mengundang reaksi masyarakat untuk memperlakukan pelakunya yaitu dukun teluh (sihir-tenung) sebagai penjahat. Timbul pertanyaan dikalangan orang awam, mengapa masyarakat memperlakukan mereka sebagai penjahat, sedangkan keberadaan mereka pada mulanya dibiarkan. Hal tersebut tentunya sangat erat kaitannya dengan nilai budaya dan pandangan hidup yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Sebagaimana diketahui kebudayaan itu merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai pedoman pendukungnya dalam menata gejala demi ketertiban dalam hidup mereka. Karena itu hendak dikaji pandangan atau faham masyarakat tentang kejahatan, apa saja yang dikategorikan dalam kejahatan. Pengkajian ini bukan untuk menguji apakah sihir dan tenung itu ada dan sungguh-sungguh terjadi melainkan untuk memahami alam fikiran penduduk yang merupakan perwujudan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Daerah Banten dipilih sebagai lokasi penelitian karena anggapan umum menyatakan bahwa di Jawa Barat, khususnya Banten merupakan pusat kegiatan dan kediaman para dukun ilmu hitam yang disebut dukun teluh (tukang teluh). Kecamatan Sajira dan Bojonegara dipilih sebagai salah satu pusat lokasi tempat bermukimnya para dukun teluh tersebut. Sebelum diuraikan kasus-kasus dukun teluh di Banten sebagai latar belakang ditampilkan berbagai macam bentuk reaksi sosial seperti pengeroyokan,penganiayaan dan pembunuhan terhadap dukun sihir-tenung di Indonesia, merupakan analisa isi kualitatif terhadap surat kabar dan majalah yang terbit di ibukota maupun daerah. Kesemuanya dapat dibaca dalam lampiran' disertasi ini. Digunakan pendekatan interdisipliner dalam mengkaji dukun teluh, yang memanfaatkan antropologi dan kriminologi. Pendekatan antropologi dimaksud untuk menggambarkan etnografi Banten sebagai latar belakang, konsep-konsep ilmu gaib maupun teori-teori naengenai sihir dan tenung pada umumnya. Teluh dicoba dikaji sebagai perwujudan mekanisme pengendalian sosial. Sementara kriminologi mengkaji dampak sosial dari kehadiran dukun teluh. Sebagaimana diketahui kriminologi tidak saja mempunyai sasaran kajian perbuatan yang secara formal atau hukum dinyatakan terlarang, tetapi juga perbuatan yang oleh masyarakat dianggap sebagai perbuatan tercela, sekalipun perbuatan itu belum diatur oleh hukum Pidana. Dari sejumlah teori dalam kriminologi telah dipilih paradigma Interaksionis yang terkenal dengan teori labelingnya. Teori labeling memiliki asumsi pokok bahwa kejahatan atau perilaku menyimpang adalah kualitas reaksi atau tanggapan terhadap tingkah laku dan bukan merupakan kualitas dari sesuatu tingkah laku. Berdasarkan teori labeling dicoba digambarkan, bahwa dukun teluh adalah pelaku penyimpangan.

Case Studies in Villages S and A, Sajira and Bojonegara DistrictsThe objective of this dissertation's is primarily to understand social reaction towards certain social behavior which do not explicitly categorized as a crime, and yet often invites social reaction to treat the doers, in this case: witches and sorcerers, like criminals. Such happenings have wondered people, especially layman, as to why those witches and sorcerers are eventually punished like criminals by the community, whereas in the beginning their existence is somewhat accepted. These certainly depend upon the cultural-values of the society themselves. As already known, among the functions of culture is its ability to support or guide social phenomena to maintain an orderly-like in the society. Therefore the social perception about crime as well as what are generally categorized as crime in the society, is also studied. The study is not intended to verify whether witchcraft and sorcery are really exist or not, but rather to understand the perception of the community toward such practices, as a manifestation of that which are believed by them. The research is conducted in the Banten region, West Java, as the "center" of black-magic practices where many witches and sorcerers live - according to what is popularly believed by Indonesian (Javanese) people. While both Sajira and Bojonegara district were chosen as central location of research, as the residence of the above mentioned wiches. As a background, a variety of social reactions towards sorcery such as: overwhelming, attacts, tortures, and even killings over witches and sorcerers will be described: as a result of content analysis of many newspapers and magazines in Indonesia - both which are published in the enclosures of this dissertation. An inter-diciplinary approach using anthropology and criminology in studying witches and sorcerers is applied. The anthropological approach is intended to describe Banten's ethnography as background, concepts of magic as well as theories on witchcraft and sorcery in general. Sorcery is also studied as a kind of social control mechanism. On the other hand, the criminological approach will study the social impacts of the existence of witches and sorecerer. As we know, the object of criminology not only studying social behaviors that are formally or legally considered as a crime, but also those which are generally disliked by the society, although they have not been as yet regulated by crminal law. According to several criminological theories, an interactionism paradigm is chosen, which is known for its labelling theory - where a crime or deviant behavior is considered as a quality of social reaction or response towards certain behavior: not that of the behavior itself. Base on labelling theory, dukun teluh are considered as deviant.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
D242
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riant Nugroho Dwidjowijoto
Jakarta: RBI Research, 1998
330.9698 Dwi i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>