Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213417 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julia Afni
"Penyakit kulit saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, menurut Riskesdas (2007) prevalensi penyakit kulit di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 67,8 %. Di Provinsi DKI Jakarta, prevalensi dermatitis cukup tinggi yaitu sebesar 99,9 %. Di Jakarta Utara penyakit kulit termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbanyak dengan prevalensi sebesar 6% (33.025) orang. Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cilincing II penyakit kulit termasuk dalam 10 penyakit terbesar dan berada pada urutan ketiga. Jumlah penderita penyakit kulit pada tahun 2010 sebanyak 1354 orang. Resiko terjadinya penyakit kulit dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah air bersih, faktor lingkungan dan hygiene perorangan.
Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara kondisi sarana air bersih, kuantitas dan kualitas air bersih secara fisik, faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit kulit pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas kelurahan Cilincing II Jakarta Utara Tahun 2011.
Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol perbandingan 1:1 dengan 46 kasus menderita penyakit kulit infeksi dan 46 kontrol tidak menderita penyakit kulit infeksi. Kasus dan kontrol diperoleh dari Puskesmas Kelurahan Cilincing II.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kuantitas dan kualitas air bersih secara fisik, faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit kulit infeksi dengan nilai p>0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara kuantitas dan kualitas air bersih secara fisik, faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit kulit infeksi.

Dermatitis still becomes a health problem in Indonesia. According to Riskesdas (2007), the prevalence of the disease in Indonesia is quite high that is 67,8 %. In DKI Jakarta province, the prevalence is 99,9 %. In North Jakarta, the disease is one of the most ten diseases with prevalence 6 % (33.025) infected people. In the work area of community health center in Cilincing II district, the disease is the third of ten 10 biggest diseases. The number of victims in 2010 is 1354. The risk of the skin disease occurance can be caused by the lackness of fresh water, environmental factors and individual hygiene.
The aim of this study is to find out the relationship between fresh water facility condition, phisical quantity and quality of fresh water, environmental factors and individual hygiene and dermatitis occurances in society of community health center work area in Cilincing II district, North Jakarta, in 2011.
The method used is a control 1:1 comparison case study design with 46 dermatitis victim cases and 46 control of uninfected people. The control case is obtained from Cilincing II community health center.
The result of bivariat analysis indicates that there isn't any relationship between the physical fresh water quality and quantity, environmental factors and individual hygiene and the disease occurances with p>0,05.
The conclusion drawn is that there isn't any relationship between the physical fresh water quality and quantity, environmental factors and individual hygiene and the dermatitis occurances.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Herlina
"The research aimed to examine the relationship between physical condition of clean water facilities with diarrhea. It was a quantitative study using case method (diarrhea-victims) and control (non-diarrhea-victims). The research was conducted in June-July 2011 in the work area of Puskesmas Tugu Depok by distributing the checklists of observational questionnaire. The statistical test was used in the data processing which displays the results have not succeeded in proving that there is a relationship between the physical condition of clean water facilities with diarrhea but there are several variables related to the diarrhea like the variable of knowledge (p = 0.023) and the variable of education (p = 0.000).
These results show that there is a causal relationship between both variables with diarrhea. The outcomes of the research shows that the diarrhea could be prevented by doing preventative measures such as encouraging the people to improve their personal hygiene, developing the knowledge of the community concerning hygiene through attractive Health Counseling, intensifying the function of Puskesmas (Community Health Center) in spreading out the hygiene information and carrying out the sanitation inspection of the physical condition of clean water facility.

Penelitian ini membahas hubungan kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode kasus (penderita diare) dan kontrol (bukan penderita diare). Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2011 di wilayah kerja Puskesmas Tugu Depok dengan menyebarkan kuesioner dan observasi dengan menggunakan check list. Data diolah dengan menggunakan uji statistik.
Hasil penelitian belum berhasil membuktikan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare namun ada beberapa variabel yang berhubungan dengan kejadian diare yaitu jenis variabel pengetahuan (p = 0,023) dan pendidikan (p = 0,000) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare. Hasil penelitian menyarankan bahwa kejadian diare dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan perorangan, partisipasi masyarakat dalam penyuluhan dan peran Puskesmas melalui penyuluhan dengan metode yang menarik dan inspeksi sanitasi untuk kondisi fisik sarana air bersih."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Epi Ria Kristina
"Laporan WHO menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut (ISPA). Laporan WHO dan Depkes menyebutkan bahwa ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada balita. Bahkan, hingga saat ini, ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Kualitas Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Warakas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2011. Merupakan studi observasional dengan disain cross sectional. Jumlah sampel 150 balita diambil secara non probability sampling (bersifat accidental sampling). Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dan Regresi Logistik.
Hasil analisis univariat dari 150 balita yang dijadikan sampel penelitian diperoleh 112 kasus ISPA (74,7%). Kualitas Lingkungan Fisik Rumah yang tidak memenuhi syarat antara lain jenis lantai (14,7%), jenis dinding (58,7%), jenis atap (58%), ventilasi (6%), kepadatan hunian (62,7%), suhu (88,7%), kelembaban (68,7%), dan pencahayaan (79,3%). Karakteristik Keluarga yang tidak memenuhi syarat antara lain pengguna anti nyamuk (23,3%), berprilaku merokok (70%), pengguna bahan bakar memasak (15,3%), sosial ekonomi rendah (39,3%), dan pendidikan ibu rendah (60,7%). Sedangkan Karakteristik Responden yang tidak memenuhi syarat antara lain status imunisasi berisiko atau tidak lengkap (37,3%), dan status gizi berisiko atau tidak normal (27,3%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Kepadatan Hunian (p = 0,032; OR = 2,346) dan Status Gizi (p = 0,034; OR = 3,126) terhadap kejadian ISPA. Kualitas Lingkungan Fisik Rumah yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Warakas adalah Kepadatan Hunian. Karakteristik Keluarga di Kelurahan Warakas tidak memiliki hubungan terhadap kejadian ISPA pada Balita. Karakteristik Responden yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Warakas adalah Status Gizi, dengan status gizi sebagai faktor yang paling dominan dan anti nyamuk sebagai faktor perancu.

WHO report said that the highest death because of infection in the world is an acute respiratory infection (ARI). WHO and Depkes reported that the ARI is one of the highest death cause in infants. In fact, until recently, ARI is still a public health problem in Indonesia. The goal of research to determine the relationship of Quality house Physical Environment with ARI incidence in Toddlers at Work Area Health Center Village District Warakas North Jakarta Tanjung Priok in 2011. An observational study with cross sectional design. The number of samples taken in 150 infants of non probability sampling (sampling is accidental). Statistical tests used were Chi-Square and Logistic Regression.
The analysis report from 150 infants who obtained the study sampled 112 cases ISPA (74%). The quality of house environment physically that do not fulfil the requirement are: the type of floor (14,7%), type of wall (58%), tupe of roof (58%), ventilation (6%), density residential, (62,7%), temperature (88,7%), humidity (68,7%), exposure (79,3%). The characteristic of families that do not support are: the using of anti-mosquito (23,3%), smoking habit (70%), use cooking fluel (15,3%), low socio-economic conditions (39,3%),, and low mother education (60,7%). The Responden characteristics that do not support are: immunization at risk risk and do not complete (37,3%), and the nutrient at risk risk or do not normal (27,3%).
The result bivariate anylisis showed that there is the conection between density residential (p = 0,032; OR = 2,346) and nutrient statue (p = 0,034; OR = 3,126) for ISPA. Quality of House Physical Environmental who has a relationship with the incidence of ARI in Toddlers in Village Warakas is Density Residential. Characteristics of Families in the Village Warakas has no relationship to the incidence of ARI in Toddlers. Characteristics of Respondents who have a relationship with the incidence of ARI in the toddler in the Village is Warakas Nutritional Status, which the statue of nutrient is become the dominant factor and the using of anti-mosquito as a confounding factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putih Ayu Perani
"TB paru merupakan salah satu prioritas nasional di Indonesia, karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta sering mengakibatkan kematian (Riskesdas, 2013). Di Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara tahun 2013, jumlah penderita TB paru sebanyak 54 orang dan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 2013, dari 9.649 rumah masih terdapat 2.588 rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit tuberkulosis.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara. Selain itu, melihat pengaruh faktor karakteristik individu (umur, pendidikan, status gizi dan jenis kelamin) terhadap kejadian TB paru.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah kasus control. Subjek penelitian pada kelompok kasus adalah penderita TB paru BTA (+) yang berusia 15 tahun keatas yang terdata dalam register Puskesmas (Januari-Desember 2013). Sedangkan, kelompok kontrol adalah sebagian tetangga kelompok kasus yang mempunyai riwayat tidak menderita TB paru dengan karakteristik yang kurang lebih sama dengan kelompok kasus seperti usia, jenis kelamin.
Hasil : Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kondisi lingkungan rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru adalah ventilasi (p = 0,011, OR = 5,464), pencahayaan (p = 0,043, OR = 4,030), kelembaban (p = 0,002, OR = 8,143) dan kepadatan hunian (p = 0,043, OR = 4,030). Sedangkan, karakteristik individu yang mempengaruhi kejadian TB paru adalah pendidikan (p = 0,048, OR = 3,778).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kondisi lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan kepadatan hunian dengan kejadian TB paru. Selain itu, pendidikan juga memiliki hubungan dengan kejadian TB paru.

Pulmonary tuberculosis is one of the national priorities in Indonesia, because the wide-ranging impact on quality of life and economy, and often result in death. Based on data from Health Center Bogor Utara in 2013, there were 54 people suffered pulmonary tuberculosis and based on the data of Bogor City Health Department in 2013, from 9649 there is still 2,588 houses that not qualify as healthy houses, where it is a risk factor for pulmonary tuberculosis.
Objective : This study aims to determine the relationship between environmental conditions of house (house ventilation, temperature and humidity of house, residential density of house, lighting and type of wall and floor) with the incidence of pulmonary tuberculosis in the work area of Health Center Bogor Utara. Researcher also relates some covariate factors such as characteristics of individual (age, education, nutritional status and gender) to the research.
Method : The design study is a case control with subjects in cases group are patients with pulmonary TB aged above 15 years were recorded in the register data The Health Center (January-December 2013). Meanwhile, the control group are neighbors case’s group who didn’t have a history of suffering from pulmonary TB with more or less have the same characteristics with cases such as age and gender.
Result : From the research found that the environmental conditions of house is at risk on the occurrence of pulmonary tuberculosis is ventilated house (p = 0,011, OR = 5,464), lighting (p = 0,043, OR = 4,030), humidity (p = 0,002, OR = 8,143) and residential density of house (p = 0,043, OR = 4,030).
Conclusion : This study concluded that there is a relationship between the environmental conditions of house (ventilation, lighting, humidity and residential density of house) with pulmonary tuberculosis incidence. Moreover, education also has a relationship with the incidence of pulmonary tuberculosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diantri Astuti
"Penyakit pada Lanjut usia umumnya penyakit degeneratif, yang penanganannya membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi, ini menjadi beban yang berat bagi pemerintah. Puskesmas Santun Lansia merupakan puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk Lansia yang meliputi promotif, kuratif, preventif, rehabilitatif. Pemeliharaan kesehatan lanjut usia seharusnya lebih mengutamakan promotif dan preventif yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana Pelaksanaan Kegiatan Promotif dalam Program Santun Lansia di Puskesmas Kecamatan Cilincing pada tahun 2019 dan apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan ini. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi formatif terhadap Pelaksanaan Kegiatan Promotif dalam Program Santun Lansia di Puskesmas Kecamatan Cilincing. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik purposive dan snowball sampling. Informan penelitian ini terdiri dari staf program di Puskesmas, Kader Lansia dan pendamping Lansia. Pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dokumen dan literatur, observasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan terhadap kegiatan promotif dalam Program Santun Lansia di Puskesmas kecamatan Cilincing pada tahun 2019 telah berjalan sesuai rencana yang tertuang dalam model logika Rancangan Usulan Kegiatan pada tahun 2019 Puskesmas Santun Lansia kecamatan Cilincing dan diharapkan kegiatan promotif dalam program Santun Lansia ini tetap dipertahankan keberadaanya di masa mendatang, karena Lansia sebagai sasaran langsung (direct beneficiaries) sangat merasakan manfaatnya setelah mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini memiliki faktor-faktor pendukung yaitu; 1) Lokasi Puskesmas yang berdekatan dengan rumah para kader; 2) Jumlah Kader Lansia yang cukup; 3) Pengetahuan dan pemahaman para Kader dan Lansia terhadap kesehatan yang memadai; 4) Pelayanan Kesehatan Santun Lansia di Poli Lansia Puskesmas kecamatan Cilincing yang sudah berjalan sesuai rencana; 5) Koordinasi lintas sektor antara kecamatan, kelurahan, RW dan Kader serta Puskesmas yang terbina dengan baik. Sedangkan faktor-faktor penghambatnya yaitu; 1) Belum ada anggaran untuk transportasi para Petugas Puskesmas dan Kader untuk mengunjungi rumah para Lansia; 2) Ruangan Poli Lansia yang kurang luas; 3) Pencatatan laporan kegiatan Lansia yang masih secara manual; 4) Keterbatasan komunikasi dan mobilitas Lansia untuk datang ke Kegiatan Promotif Santun Lansia; 5) Perlunya reward agar Lansia mau hadir ke Kegiatan Promotif; 6) Keterbatasan anggaran yang menunjang kegiatan promotif Lansia.

The disease in the elderly is generally a degenerative disease, which takes a long time to handle and costs a lot of money. This becomes a heavy burden for the government. The Puskesmas Santun Lansia is a public health center that provides health services to the elderly, including promotive, curative, preventive, rehabilitative. Health care for the elderly should give priority to quality promotion and prevention. This study aims to evaluate how the process of implementing the Promotional Activities in the Santun Lansia Program at the Cilincing District Health Center in 2019 and what are the supporting and inhibiting factors in the implementation of this activity. This research is a formative evaluation research on the implementation process of Promotional Activities in the Santun Lansia program at the Cilincing District Health Center which is still running until the end of 2019. This study uses a qualitative research approach with purposive techniques and snowball sampling. The informants of this study consisted of program staff at the Puskesmas, elderly cadres and elderly assistants. The data was collected through document and literature search, observation, and in-depth interviews. The results of this study indicate that the implementation process of the promotional activities in the Santun Lansia Program at the Cilincing Subdistrict Health Center in 2019 has been going according to the plan set out in the logic model of the Proposed Activity Design in 2019 Puskesmas Santun Lansia, Cilincing district and it is hoped that promotional activities in this Santun Lansia program their existence will be maintained in the future, because the elderly as direct beneficiaries really feel the benefits after participating in this activity. The supporting factors; 1) Location of the Puskesmas near to the houses of the cadres; 2) Sufficient number of Elderly cadres; 3) Knowledge and understanding of cadres, the Elderly towards adequate health; 4) Health Services for the Elderly in Puskesmas Cilincing, which has gone according to plan; 5) Cross-sector well coordination between sub-districts, and cadres and Puskesmas. The inhibiting factors; 1) No budget for transportation of Puskesmas officers and cadres to visit the homes of the Elderly; 2) The Poli Room at Puskesmas is less spacious; 3) Manual recording of Elderly reports; 4) Limited communication and mobility for the Elderly to come to Promotional Activities; 5) The need for rewards, that the Elderly want to attend the Promotional Activities; 6) Limited budget to support promotional activities for the Elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendi Julius
"Tesis ini membahas tentang upaya pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan yang dilakukan ADP Wahana Visi Indonesia di Kelurahan Cilincing Jakarta Utara terhadap kelompok dampingan kesehatan dan pengembangan ekonomi serta mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat keterlibatan kelompok dampingan dalam kegiatan pemberdayaan tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam seluruh tahapan program telah dilakukan upaya melibatkan warga dampingan dan pemangku kepentingan secara sengaja untuk mengoptimalkan proses pemberdayaan tersebut dan menyarankan agar komite proyek dapat diberikan peran dan tanggungjawab yang lebih besar lagi dalam pengelolaan program memasuki fase transisi program.

The focus of this study is about empowerment effort toward urban poor community in the area of health and economic development held by ADP in Cilincing village of North Jakarta City and to identify supporting and obstacle factor of targeted group?s participation in its community development activities. This research is qualitative descriptive interpretive.
The result of the research showed that in every step of the program, ADP has deliberately involved targeted community and stakeholder to take part in its activities and suggested that bigger role and responsibility given to project committee to manage the program as it enters to transisition phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T32749
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyu Sri Rahayu
"Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Diperkirakan, sebanyak 150.000 bayi / balita meninggal tiap tahun. Di wilayah Puskesmas DTP Cibeber dari tahun 2008 sampai 2010 yaitu 778 (24,3%), 231 (7,21%) dan 873 (27,3%) kasus ISPA pada balita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu, karakteristik balita, sumber pencemar udara dalam ruang, dan lingkungan fisik rumah dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas DTP Cibeber Kabupaten Lebak Propinsi Banten dengan jumlah sampel 106 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Variabel penelitian ini adalah pengetahuan ibu, BBL balita, status ASI, status imunisasi, ventilasi, kepadatan hunian, adanya perokok dan bahan bakar memasak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi balita yang menderita sakit ISPA 80,2%. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu {OR=4,333(95% CI : 1,596-11,768)}, BBL, status ASI, ventilasi {OR= 9,726, (95 CI : 2,132- 44,373)}, kepadatan hunian dan adanya perokok dalam rumah {OR= 40,500 (95% CI: 10,466- 156,715)} terhadap kejadian ISPA pada balita. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar diupayakan peningkatan pengetahuan ibu mengenai penyakit ISPA, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, pemeriksaan rutin kehamilan untuk mencegah bayi lahir rendah, bagi anggota keluarga perokok untuk tidak merokok dalam rumah atau dekat dengan balita, dan mengupayakan ventilasi dan penghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan.

In Indonesia, Acute Respiratory Infections (ISPA) always place first rank cause of infant and child death. It is estimated as much as 150,000 infants/children under five (Balita) die for each year. Number of cases of ISPA to balita in working area of Cibeber Community Health Centers to Care from 2008 up to 2010 is 778 (24.3%), 231 (7.21%), and 873 (27.3%).
This study aims to find out mother knowledge, balita characteristic, air pollution source of inside room, and home physical environment using cross sectional design. Study population are all of mothers who have child under five in there of samples are 106 respondents. Data were collected by direct interview to respondents using questionnaire. Variables in this study are mother knowledge, BBL of balita, ASI and immunization status, ventilation, population density, presence of smoker, and cooking fuel.
Study result shows that proportion of balita suffered from ISPA is 80.2%. There are meaning relationship between mother knowledge {OR= 4,333(95% CI : 1,596-11,768)}, Birth weigth, born, brestfeeding status, ventilation {OR= 9,726, (95% CI : 2,132- 44,373)} , population density, and presence of smoker inside house { OR= 40,500, 95% CI: 10,466- 156,715)} to incident of ISPA to child under five. Based on study result, it is suggested to do an efforts to increase mother knowledge regarding to ISPA disease, giving an exclusive ASI for 6 months, routine checking up of gestation to prevent low birth weight for infant, not smoke near balita or inside house for family member who is smoker.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dista Karlita
"Persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan faktor penting dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan di Kelurahan Cimahpar Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara sebesar 71,9% masih di bawah target SPM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pada ibu bersalin yang berhubungan dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kelurahan Cimahpar Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada 80 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa 61,3% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan 38,8% ditolong oleh tenaga non kesehatan.
Dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikaan ibu, sikap terhadap pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, dan persepsi kebutuhan kesehatan yang dirasakan dengan pemilihan penolong persalinan. Sedangkan umur, paritas, kunjungan ANC , kepemilikan jaminan kesehatan, dan akses pelayanan kesehatan tidak teridentifikasi berhubungan secara signifikan.

Deliveries by health professionals is an important factor in efforts to reduce maternal mortality. The scope of deliveries by health professionals in Cimahpar District the Work Area of North Bogor Health Center is 71,9% and still under target.
The aim of this study is to find out maternity factors related to selection helper delivery in Cimahpar District the Work Area of North Bogor Health Center 2015. Cross Sectional approach was used with primary data that collected by spread out the questionnaire to 80 respondents. The results showed that 61,3% of births attended by health professional and 38,8% of births attended by non health professional.
From statistic results showed there are relationships between education level, attitude toward health care, family income, and perceptions to need of health service with the utilization of delivery assistance by health professionals. For age, parity, Antenatal Care visit, property insurance, and access of health service, was not significantly associated.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Kurniawati
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26707
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fathonah Sholihah Farizal
"Penyakit diare berada di posisi peringkat tertinggi ke-8 penyebab kematian di kelompok semua umur, dan peringkat ke-5 pada kelompok umur balita. Diare merupakan penyakit endemis berbasis lingkungan yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan analisis univariat dan bivariat. Sumber data penelitian merupakan data primer yang diambil langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner mewawancarai ibu atau pengasuh yang membawa balita berkunjung ke Poli Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta. Sampel yang didapatkan sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor balita yaitu variabel status imunisasi (p-value 0,007) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita. Kemudian faktor perilaku ibu yang terdiri dari 3 variabel, perilaku cuci tangan pakai sabun (p-value 0,002) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan perilaku pembuangan tinja balita (p-value 0,299) dan pengelolaan sampah (p-value 0,382) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Selanjutnya faktor sanitasi yang terdiri dari 3 variabel, tempat sampah (p-value 0,000) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan sumber air minum (p-value 1,000) dan jamban keluarga (p-value 0,717) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Pemerintah diharapkan terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi

Diarrheal disease ranks as the 8th highest cause of death in the all-age group, and ranks 5th in the toddler age group. Diarrhea is an environmentally based endemic disease that has the potential to become an Extraordinary Event (KLB). The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of diarrhea in toddlers in the work area of the Cengkareng District Community Health Center in 2022. This study used a cross-sectional research design with univariate and bivariate analysis. The source of the research data is primary data taken directly by researchers using questionnaires interviewing mothers or caregivers who bring toddlers to visit the Sick Toddler Poly at the Cengkareng District Community Health Center, Jakarta. The sample obtained was 100 respondents. The results showed that the toddler factor, namely the immunization status variable (p-value 0.007) had a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers. Then the mother’s behavior factor consisting of 3 variables, handwashing behavior with soap (p-value 0.002) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the behavior of toddler fecal disposal (p-value 0.299) and waste management (p-value 0.382) is not related to the incidence of diarrhea in toddlers. Furthermore, the sanitation factor consisting of 3 variables, the trash can (p-value 0.000) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the source of drinking water (p-value 1,000) and family latrine (p-value 0.717) are not related to the incidence of diarrhea in toddlers. The government is expected to continue to increase public awareness of the importance of immunization.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>