Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208175 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaya Wina Santiya
"Gerakan politik emak-emak menjadi salah satu fenomena utama selama masa kampanye Pemilu Presiden 2019. Perempuan yang sebelumnya berada di ruang domestik, kini menyuarakan aspirasinya di ruang politik. Kehadiran gerakan politik perempuan ini menimbulkan perdebatan apakah perempuan sudah menjadi agen utama atau hanya dipolitisasi saja. Tulisan ini berusaha melihat bagaimana media mengkonstruksi partisipasi perempuan dalam gerakan politik. Talk show dipilih sebagai medium yang dianalisis. Bentuknya sebagai wawancara politik memungkinkan berbagai isu dikontestasikan. Tulisan ini melihat narasi apa yang dikonstruksi dan bagaimana narasi tersebut dibangun melalui perancangan talk show. Talk show yang diobservasi adalah program Rosi di Kompas TV. Tulisan ini menemukan talk show Rosi mengkonstruksikan gerakan politik emak-emak sebagai gerakan yang tidak terlepas dari kepentingan agenda pemenangan calon presiden. Narasi yang dibawa masih berkutat pada peran gender tradisional perempuan sebagai Ibu. Rosi juga berusaha menunjukan partisipasi perempuan dalam gerakan politik perlu berjalan untuk kepentingan pemberdayaan perempuan dan bukan hanya politisasi demi kepentingan partai dan elit politik.

The political movement of `emak-emak` (midwives) is one of the highlights during 2019 Presidential Election campaign in Indonesia. It highlighs how women is not only in domestic space but started to enter the political space. This movement brings debate whether woman already have their agency or just being politicized. This paper aims to analyze how television talk show as a media construct the participation of woman in political movement. Talk show is chosen due to its form as political interview where ideas and issue could be discussed. It analyzes Rosi; political talk show program which aired in Kompas TV. It looks at what narration is created and how it is built through the designing of the show. The key founding is, Rosi constructed the politics of `emak-emak` as a movement that is vulnerable to the interest and agenda of winning the presidential candidates. The narration of this movement still revolved arround women traditional gender role as mothers. Thus, to balance this Rosi tries to remind the audience that women participation in political movement should walk hand in hand with women empowerment and to not be politicized by political party and elites."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Kusuma Dewi
"Penelitian ini membahas alih kode yang terjadi dalam ?Ini Talk Show? di NET TV yang difokuskan kepada tuturan dua pembawa acara, yaitu Andre dan Sule. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik penelitian dilakukan dengan cara mengamati ujaran-ujaran Andre (A) dan Sule (S) yang mengandung alih kode. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan jenis-jenis alih kode yang muncul dalam data, menjelaskan pola-pola bahasa yang muncul seperti apa, dan menjelaskan penyebab munculnya alih kode. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat jenis alih kode, yaitu alih kode antarkalimat, alih kode ekstrakalimat, alih kode intrakalimat, dan alih kode kata tunggal. Alih kode muncul dalam berbagai pola, mulai dari pola bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau sebaliknya, pola bahasa Indonesia ke bahasa daerah (Sunda dan Jawa) atau sebaliknya, dan pola bahasa Sunda ke bahasa Inggris atau sebaliknya. Selain itu, dalam penelitian ini juga ditemukan beberapa penyebab munculnya alih kode yang dilakukan oleh A dan S.

This study discusses code switching that occurs in NET TV program titled ?Ini Talk Show? focusing on two presenters of the show, Andre and Sule. The research uses descriptive qualitative method in which Andre (A) and Sule (S)?s utterances containing code switching throughout the show are observed. The purpose of this study is to further explain the types of code switching that appear in the result of data, explaining the patterns that appear in the data and explaining the causes of code switching. It is indicated that there are four types of code switching; inter-sentential, extra-sentential, intra-sentential, and single word. Code switching appears in a variety of patterns, ranging from Indonesian pattern to English and vice versa, Indonesian pattern to local languages (Sundanese and Javanese) or vice versa, and Sundanese pattern to English language and vice versa. Moreover, the reasoning behind the use of code switching performed by A and S are also found and discussed in this study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5353
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Zahrah
"Televisi menampilkan representasi dunia lewat berbagai acaranya seperti sinetron, film, berita, dll. Refleksi stereotip gender pun dapat ditemukan pada televisi. Televisi pun sering mendukung gagasan-gagasan yang beredar dalam masyarakat mengenai apa yang disebut maskulin (yang menunjukkan sifat kelaki-lakian) dan feminin (yang menunjukkan sifat keperempuanan). Hal ini mencakup apa yang boleh/tidak boleh, pantas/tidak pantas dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Kebanyakan masyarakat mengharapkan tidak cukup seseorang tersebut menjadi laki-laki, namun is harus juga terlihat maskulin. Karakter seorang laki-laki umumnya dinilai dan bagaimana mereka bersikap tegas, bagaimana mereka menunjukkan `kejantanannya' dan ketika laki-laki tidak menunjukkan karakter feminin, entah dari cara berpakaian, perilaku, cara bicara maka masyarakat atau lingkungan sosialnya biasanya langsung mengadakan penolakan dengan menghukum, mengejek atau mencerca mereka. Penampilan pria yang feminin sebenarnya tidak asing bagi penonton televisi. Namun laki-laki yang feminin sering kali ditampilkan sebagai suatu yang dianggap lucu karena `Iceanehan' mereka. Tentu saja mereka dianggap sebagai penyimpangan terhadap konsep maskulin yang sudah terkonstruksi secara sosial di masyarakat. Tema-terra yang hadir di televisi biasanya mendukung gagasan tersebut. Televisi sebagai bagian dan kapitalisme sedikit sekali mendukung tema-tema minoritas sebagai wujud keberpihakannya pada yang berkuasa. Penelitian ini mengambil dua episode dari talk show Angin Malam RCTI yaitu "Badan Rambo, Hati ..." dan "Anakku Lain" sebagai kasus yang kan diteliti. Selain dipengaruhi oleh rutinitas media, teks media yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh faktor individu, ideologi yang dimiliki masyarakat serta institusi-institusi lainnya seperti pengiklan. Metode analisis yang dipakai adalah Critical Discourse Analysis (CDA). Dan CDA yang dipakai adalah pada tingkat teks adalah metode analisis Norman Fairclough. Pada tingkat teks, penelitian ini memakai framing Pan dan Kosicki. Teknik ini dipilih karena bisa melihat strukstur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Struktur-struktur tersebut dapat memperlihatkan bagaimana pembuat teks menyusun peristiwa, menceritakan peristiwa, mengungkapkan pandangannya atas peristiwa, serta menekankan arti tertentu ke dalam berita sehingga penelitian ini dapat melihat tanda-tanda simbolik diluar bahasa tertulis, dalam hal ini citra visual yang menjadi karakteristik program televisi. Analisis intertekstual dilakukan untuk melihat bagaimana teks `berdialog' dengan teks yang datang sebelumnya mengenai konsep maskulinitas. Hasil analisis menunjukkan adanya frame Laki-laki tidak harus berotot dan kuat. Ini bertentangan dengan tuntutan bahwa laki-laki harus mempunyai sikap mental yang jantan dan macho. kemudian frame laki-laki tidak harus selalu macho, laki-laki boleh saja menangis hal tidak sesuai dengan nilai-nilai dan sifat kejantanan yang identik dengan lakilaki yaitu laki-laki dianggap harus pemberani, tidak boleh cengeng atau menangis, tidak pengecut, karena laki-laki dianggap bukan makhluk melankolis dan sentimentil. Juga frame laki-laki digambarkan punya sisi feminin dengan pekerjaan yang menurut pandangan publik adalah pekerjaan yang berkarakter feminin, seperti koki, desainer, perias, dll. Hal ini bertentangan dengan norma maskulinitas tradisional yaitu harus menghindari feminitas. Yang terakhir frame laki-laki bisa saja berdandan. Ini bertentangan dengan sifat laki-laki yang di refleksikan oleh masyarakat bahwa laki-laki tidak terlalu memperhatikan penampilan. Analisis pada tingkat discourse practice menjelaskan kaitan antara faktor pembuat teks, dalam hal ini Razak Satari, dengan keterbukaan gender yang ditampilkannya dalam kedua episode Angin Malam tersebut. Hasil analisis ini juga menemukan pengaruh kapitalisme dalam penayangan episode-episode Angin Malam. Konteks historic dalam penelitian tampak dalam analisis sociocultural dimana masyarakat patriarki yang masih mengacu pada konsep maskulin dan feminin sebagai logika dualistik dan lingkungan kapital melingkupi media televisi dalam menampilkan program-program di RCTI. Kesimpulannya, dalam tingkat mikro terjadi representasi feminitas pada sosok pria. Hal ini dalam level discourse dipandang sebagai topik yang fenomenal karena terjadi konflik sehingga dianggap akan menarik pemirsa, karena pada tingkat makro (sociocultural) konsep maskulin sudah terlanjur mapan terkonstruksi dan feminitas pada sosok pria masih merupakan tema yang tidak populer di tengah masyarakat. Pada gilirannya kapitalisme turut mendorong lahirnya teks tersebut ditengah-tengah mapannya konsep maskulinitas di tengah masyarakat dan media, dalam kasus ini lewat industri televisi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Shintawati
"ABSTRAK
Sejalan dengan kenaikan standar ekonomi dan era kecanggihan teknologi dunia elektronik audio, pendengar radio tidak lagi menuntut pada radio yang sekedar 'asal bunyi', melainkan pada segi kualitas materi program dan audionya. Dalam abad teknologi digital audio saat ini, radio T rijaya dan sederet radio lain di jalur Frekuensi Modulasi (FM), saling bersaing menjaring target pendengar masing- masing. Melalui motto The Real Radio More Than Just Music, radio ini mengemas lagu-lagu enak didengar dan sajian acaraacara unggulan dalam bentuk Talk Show radio. Kemasan tai k show radio ini didukung oleh atribut Gaya Penyiar, Suasana yang ditampi1kan, Topik Perbincangan serta Musik, untuk menghasilkan acara informatif dengan gaya komunikatif. Proses penyampaian program acara radio Trijaya kepada pendengarnya merupakan keseluruhan pesan dalam proses."
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fouri Gesang Sholeh
"Tesis ini membahas tentang konstruksi pemimpin Indonesia dalam siaran talkshow hiburan di televisi. Analisisnya difokuskan pada bagaimana Program Sentilan Sentilun di Metro TV mengonstruksi dan merepresentasikan pemimpin di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivis dan analisis framing untuk menganalisis teks rekaman audio visual Program Sentilan Sentilun di Metro TV. Hasil analisis dari penelitian ini adalah bahwa pemimpin Indonesia dibingkai dan dikonstruksikan tidak melaksanakan tugas sebagai pemimpin untuk menyejahterakan rakyatnya, serta gagal dalam memberikan perlindungan kepada rakyat, serta lebih mengutamakan kepentingan diri dan keluarganya. Hal tersebut disebabkan oleh pelaksanaan demokrasi yang hanya sebatas prosedurnya saja, maraknya money politics, serta belum adanya penegakan hukum yang kuat. Pemimpin yang melakukan tindakan seperti ini dinilai tidak baik merugikan rakyat. Penyelesaian yang ditawarkan adalah adanya peran serta aktif masyarakat dalam memilih pemimpin dan mengontrol penyelenggaraan negara serta penegakan hukum yang tegas tanpa pandang bulu.

This thesis discusses the construction of Indonesian leaders in the entertainment talk show on television broadcasting. The analysis focused on how "Sentilan Sentilun" program of Metro TV constructs and represents leaders in Indonesia. This study is a qualitative study using constructivist paradigm and framing analysis to analyze the audio-visual recording of “Sentilan Sentilun” program of Metro TV. The Result of this study is that the Indonesian leader framed and constructed not as a task leader for the welfare of its people, and failed to provide protection to the people, and prefer the interests of himself and his family. This was caused by the implementation of democracy only to the extent that the procedure alone, the rise of money politics, and the lack of strong law enforcement. Leaders who commit such acts are not considered detrimental to the people's good. Settlements offered are the active participation of the community in choosing leaders, control the implementation of state and strict law enforcement indiscrimina."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chory Angela Wijayanti
"Tesis ini membahas kontruksi realitas sosial penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di Surabaya, melalui program talk show Primetime News di Metro TV, serta peran media massa sebagai ruang publik ideal pada realitas sosial berpotensi konflik tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan paradigma kritis, yang menggunakan metode analisis wacana kritis milik Norman Fairclough.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media membentuk representasi, relasi, dan identitas pihak-pihak yang terlibat dalam wacana. Selain itu, pekerja media, rutinitas media, organisasi media, dan extra media menjadi faktor yang mempengaruhi kontruksi realitas sosial.
Temuan lain adalah adanya pengaruh keberadaan waktu prime time dalam industri televisi, serta munculnya dehumanisasi dalam peliputan terkait prostitusi. Program ini menjadi upaya Metro TV dalam menciptakan ruang publik sebagai media untuk diskursif inklusif, untuk mencegah terjadinya konflik. Meski demikian, faktor ekonomi menjadi penghalang untuk membentuk ruang publik dengan kondisi yang ideal.

This thesis discusses construction of social reality, the closing of localozation "Dolly and Jarak" in Surabaya, through a talk show program "Primetime News" on Metro TV, as well as the role of mass media as an ideal public sphere related to that social reality potential conflict. This study is a qualitative research with a critical paradigm, which uses Norman Fairclough’s critical discourse analysis method.
The results showed that the media shape representations, relationships, and the identity of the parties involved in the discourse. In addition, media workers, media routines, media organizations, and extra-media are the factors that affect the construction of social reality.
Other findings, there is the influence of the existence of a prime time in the television industry, and the emergence of dehumanization in prostitution-related reporting. This program is a Metro TV efforts in creating a public space as a medium for discursive inclusive, to prevent conflict. However, economic factors become a barrier to form a public space with ideal conditions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Julkifli
"De Wereld Draait Door merupakan acara yang paling banyak ditonton di Belanda. Terbukti dari penghargaan-penghargaan yang diberikan untuk acara ini, seperti salah satunya adalah penghargaan Zilveren Nipkowschijf di tahun 2011. Penghargaan Zilveren Nipkowschijf merupakan penghargaan televisi yang bergengsi di Belanda. Acara ini dibawakan oleh Matthijs van Nieuwkerk dan tayang perdana pada tanggal 10 Oktober 2005. Sampai saat ini De Wereld Draait Door yang selanjutnya akan disingkat DWDD masih menjadi tontonan yang paling digemari oleh penonton Belanda.
Tema yang sedang banyak diperbincangkan dan kontroversial merupakan faktor pendukung dari keberhasilan acara yang dipandu oleh Matthijs van Nieuwkerk. Latar belakang Matthijs yang dulunya sebagai jurnalis dan presentator acara olahraga menjadikannya seorang pembawa acara yang menarik dan membantu DWDD untuk meraih rating yang tinggi.
Paper ini bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor khas yang termasuk ke dalam idiolek yang dimiliki Matthijs van Nieuwkerk yaitu bahasa tubuh, gaya bahasa, ciri kalimat, dan juga ciri topik yang diangkat dalam acara ini. Penulis melakukan studi pustaka yang diikuti dengan pencarian pengertian idiolek dan kemudian mengamati gaya Matthijs van Nieuwkerk dalam membawakan acara tersebut. Setelah dilakukan pengamatan dan analisis lebih lanjut, terlihat bahwa latar belakang Matthijs sangat berpengaruh dalam profesi yang ia jalani saat ini.

De Wereld Draait Door is one of the most watched television programs in The Netherlands. It is proven by the awards, which the program has received. One of the awards is Zilveren Nipkowschijf, a prestigious award in The Netherlands. This program is presented by Matthijs van Nieuwkerk and had its first broadcast on October 10 2005. De Wereld Draait Door or DWDD remains the most watched television program until today.
Trending and controversial topics are supporting factors behind the success of the talkshow, hosted by Matthijs. He was a sport journalist and hosted a sport program. His experiences played a big role in making him an interactive host and helping DWDD to achieve its high rate.
This paper aims to explain the typical elements of idiolect that Matthijs possesses such as body language, style, sentence structure and also topics of discussion. The literature study is used in this paper. The steps were 1. looking for the meaning of the term idiolect and 2. observing the styles of Matthijs van Nieuwkerk in presenting the show 3. analyzing his background which plays a big role in his profession today.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
Mk-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>