Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189584 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Anggraeni Puspitasari
"Prevalensi gizi kurus di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2010 tergolong tinggi sebesar 11,0%. Pusat Tekhnologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik mempunyai klinik pemulihan gizi secara rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan status gizi balita gizi kurus yang mengikuti pemulihan gizi buruk secara rawat jalan selama tiga bulan dan faktorfaktor yang berhubungan dengan perubahan status gizi anak balita. Jenis penelitian yang digunakan kuasi eksperimen before and after jumlah sampel sebanyak 75 anak balita gizi kurus,yang mengikuti paket pemulihan gizi selama tiga bulan menggunakan data sekunder PTTK dan EK tahun 2006-2010.
Hasil penelitian ini terjadi perubahan status gizi balita kurus menjadi normal selama 3 bulan mengikuti pemulihan sebesar 58,7% dan yang turun menjadi sangat kurus sebesar 2,7% dari jumlah sampel 75 anak balita usia 6-59 bulan. Setelah dilakukan uji statistik ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan orangtua dengan perubahan status gizi (p=0,009), dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik anak (umur, jenis kelamin, nomor urut kelahiran), karakteristik keluarga (umur ibu, pendidikan orangtua, pekerjaan ayah, jumlah angoota rumah tangga), penyakit infeksi, kepatuhan dalam mengikuti jadwal kegiatan dengan perubahan status gizi.

Prevalence of underweight malnutrion in West java in 2010 is high at 11%. Applied technology centers and health clinics have cllinicalepidemiology of malnutrition recovery on an out patien basis. The study aims to determinane the nutrional status of bony changes that follow. The nutrional recovery on an outpatient basis for three months and the factors associated with changes in nutritional status of achildren under five. This type of research used quasi eksperimental before and after asample of 75 children under five under weight malnutrition, which followed the utritional recovery package for three months by using asecondary data and EK PTTK 2006-2010.
The result of this study changes in nutrional status of children under weight to normal during the 3 months following the recovery of 58,7%, and that drops to avery thin at 2,7% of the total sample 75 toddlers ages 6-59 months. Having performed statistical test are meaningful relationship between their parents job to change the nutritional status (p=0,009), and there is no meaningful relationship between child characteristic (age, sex, serial number of births), family characteristics (maternal age, parental education, father?s work, the number of household), infectious deseases, compliance in the following schedule of activities wih changes in nutrional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Rahmi Zega
"Penelitian ini membahas mengenai gambaran status gizi dan kemiskinan di Indonesia tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran status gizi balita, karakteristik orangtua, karakteristik keluarga dan karakteristik kemiskinan pada balita di Indonesia tahun 2010. Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 povinsi di Indonesia, sedangkan sampel penelitian adalah anggota rumah tangga yang termasuk dalam rentang usia balita (0 ? 59 bulan) yang berjumlah 18.743 anak. Penelitian menemukan prevalensi gizi kurang 14,8%, balita pendek 18,2%, balita kurus 6,9%.
This study discusses about the picture of nutritional status and poverty in Indonesia in 2010. The purpose of this study is to know the picture of nutritional status of children, parental characteristics, family characteristics and the characteristics of poverty on children under five in Indonesia in 2010. The design of the study is a cross-sectional using secondary data from Riskesdas 2010. This study population is all households representing 33 provinces in Indonesia, while the study sample was a member of the household who is included in the toddler age range (0-59 months), amounting to 18 743 children. The study found the prevalence of malnutrition was 14.8%, short toddler was 18.2%, skinny toddler was 6.9%."
Depok: Unversitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Andyca
"Prevalensi autis meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang status gizi pada anak autis.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak autis di tiga Rumah Autis (Bekasi, Tanjung Priuk, Depok) dan Klinik Tumbuh Kembang Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Hasil penelitian, dari 62 anak autis ditemukan sebesar 43,5% kelebihan berat badan. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, kecukupan konsumsi energi dan kecukupan konsumsi lemak dengan status gizi anak autis. Anak autis yang mengonsumsi energi dengan kategori ?lebih? (>100% AKG) berisiko 3,7 kali kelebihan berat badan dan kecukupan konsumsi lemak merupakan faktor protektif tehadap kelebihan berat badan. Tetapi tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, pantangan, aktivitas fisik, kecukupan konsumsi karbohidrat dan protein, frekuensi konsumsi pangan sumber energi (karbohidrat, protein, lemak) dengan status gizi pada anak autis. Namun terdapat kecenderungan kelebihan berat badan lebih banyak pada anak autis yang mengonsumsi makanan protein dengan kategori ?lebih? (50%), sumber karbohidrat dengan frekuensi ?sering sekali? >3x sehari (55,6%) dan sumber lemak dengan frekuensi ?sering? > 6x seminggu (48,1%).
Penulis menyarankan bagi orang tua menerapkan pola konsumsi yang sehat bagi anak autis seperti makan dengan beraneka ragam warna dan variasi makanan.
The prevalence of autism increased from year to year, but now it has never done research on the nutritional status in children with autism. The focus of this study is about Factors Associated with nutritional status at Children Autism in Three Autism house (Jakarta, Tanjung Priuk, Depok) and Growth Clinic Kreibel Depok.
The results of the study, 62 children with autism was found to be 43.5% overweight. Based on the results of statistical tests found a significant association between the sexes, the adequacy of energy consumption and the adequacy of fat consumption with the nutritional status of children with autism. Autism children who consume energy by category of "more" (> 100% RDA) 3.7x the risk of overweight and fat consumption adequacy repres protective factor overweight. But there is no significant relationship between age, abstinence, physical activity, adequate consumption of carbohydrates and protein, the frequency of food consumption of energy sources (carbohydrates, proteins, fats) with nutritional status in children with autism. But there is a tendency more overweight in children with autism who eat protein with the category of "more" (50%), carbohydrate source with a frequency of "very often"> 3x daily (55.6%) and fat sources with a frequency of "frequent" > 6x a week (48.1%).
The author suggests that parents implement a healthy consumption pattern for children with autism such as eating with a wide range of colors and variety of food.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Felly Febriyani
"Masalah gizi yang umum ditemui di Indonesia yaitu stunting atau kelainan berupa pertumbuhan panjang/tinggi badan anak yang lebih rendah dari standar panjang/tinggi badan anak seusianya. Pada tahun 2019, jumlah balita stunting terbanyak di Provinsi DKI Jakarta terdapat di Kota Jakarta Timur yaitu mencapai 10.485 jiwa. Kecamatan di Kota Jakarta Timur dengan jumlah balita stunting tertinggi pada tahun 2019 tepatnya terdapat di Kecamatan Jatinegara dengan total mencapai 351 balita stunting. Berdasarkan banyaknya jumlah balita stunting yang terdapat di Kecamatan Jatinegara, maka penelitian ini memfokuskan pada penelitian mengenai status gizi balita di Kecamatan Jatinegara. Permasalahan kesehatan penduduk di kota perlu segera diatasi mengingat masih maraknya perpindahan penduduk desa menuju kota. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui faktor-faktor apa saja yang memiliki hubungan dengan status gizi balita serta (2) untuk mengetahui pola spasial dari status gizi balita di Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan unit analisis Rukun Warga (RW) dengan metode analisis secara statistik menggunakan Chi Square dan analisis spasial menggunakan Nearest Neighbor Analysis (NNA). Hasil analisis statistik menunjukkan faktor individu yang memiliki hubungan dengan status gizi balita adalah pola makan balita, sedangkan faktor rumah tangganya adalah mata pencaharian keluarga serta dari faktor lingkungan adalah jenis hunian. Selain itu, analisis spasial menunjukkan bahwa balita dengan status gizi normal memiliki pola spasial yang sama dengan balita berstatus gizi sangat pendek yaitu tersebar seragam pada Rukun Warga (RW) dengan jumlah Posyandu yang rendah, kepadatan hunian yang rendah, dan jenis hunian berupa rumah kecil. Sedangkan balita dengan status gizi yang pendek cenderung memiliki pola yang mengelompok pada Rukun Warga (RW) dengan jumlah Posyandu yang rendah, kepadatan hunian yang rendah, dan jenis hunian berupa rumah sangat kecil.

Nutritional problems that are commonly encountered in Indonesia are stunting or abnormalities in the form of growth in length/height of children that are lower than the standard length/height of children their age. In 2019, the highest number of stunting toddlers in DKI Jakarta Province was in East Jakarta City, reaching 10.485 people. The sub-district in East Jakarta City with the highest number of stunting toddlers in 2019 is precisely in Jatinegara District with a total of 351 stunting toddlers. Based on the large number of stunting toddlers in Jatinegara District, this study focuses on research on the nutritional status of toddlers in Jatinegara District. The health problems of the population in the city need to be addressed immediately considering the widespread movement of rural residents to the city. This study aims to (1) determine what factors have a relationship with the nutritional status of toddlers and (2) to determine the spatial pattern of the nutritional status of toddlers in Jatinegara District, East Jakarta City. This study uses the unit of analysis for the Rukun Warga (RW) with statistical analysis methods using Chi Square and spatial analysis using Nearest Neighbor Analysis (NNA). The result of statistical analysis shows that the individual factor that has a relationship with the nutritional status of children under five is the diet of the toddler, while the household factor is the family's livelihood and from the environmental factor is the type of dwelling. In addition, spatial analysis shows that toddlers with normal nutritional status have the same spatial pattern as toddlers with very short nutritional status, namely uniformly distributed in the Rukun Warga (RW) with a low number of Posyandu, low residential density, and the type of housing in the form of small houses. Meanwhile, toddlers with short nutritional status tend to have a clustered pattern in the Rukun Warga (RW) with a low number of Posyandu, low residential density, and very small housing types."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Salim S Alatas
"Status gizi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah asupan nutrien, baik makronutrien dan mikronutrien. Dalam penelitian ini, saya ingin mengetahui bagaimana tingkat status gizi dan hubungannya dengan asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids. Penelitian ini menggunakaan desain cross sectional analitik. Data diambil pada 18 Oktober 2009 dengan jumlah repsonden sebesar 73 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids yang tergolong kurang sebanyak 64 responden (87,67%), normal sebanyak 8 responden (10,96%) dan tergolong lebih 1 orang (1,37%). Berdasarkan tingkat status gizi, sebanyak 35 responden (47,9%) memiliki status BB/U kurang, sebanyak 37 responden (50,7%) memiliki status BB/U baik dan sebanyak 1 responden (1,4%) memiliki status BB/U yang tergolong lebih. Sedangkan berdasarkan indikator TB/U, sebanyak 21 responden (28,8%) memiliki status TB/U kurang dan sebanyak 52 responden (71,2%) memiliki status TB/U baik. Berdasarakan BMI (BB/TB), sebanyak 27 responden (37%) memiliki status BMI kurang dan sebanyak 46 responden (63%) memiliki status BMI yang tergolong baik. Dengan menggunakan uji two-sample Kolmogorov-Smirnov test dan uji Fisher?s Exact Test, didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan BB/U (p=1,000), TB/U (p=1,000), dan BB/TB (p=1,000) dengan tingkat asupan kalsium harian.

The nutritional status is influenced by many factors, such as the balanced intake of macronutrient and micronutrient. In this study, I would like to do research about the nutritional status level and its association with the calcium daily intake level at school aged children at Yayasan Kampung Kids. The design of this study was analytical cross sectional. This study was held on 18th October 2009 and involving about 73 respondent. The result showed that the number of students with low calcium daily intake level were 64 people (87,67%), with normal calcium daily intake level were 8 people (10,96%), and with high calcium daily intake level only 1 people (1,37%). According to the level of nutritional status (weight for age), children in Kampung Kids, there were 35 people (47,9%) categorized underweight, there were 37 people (50,7%) in normal range, and there was 1 people (1,4%) categorized overweight. In addition, according to the height for age status, there were 21 people (28,8%) categorized short stature but most of them ( 71,2%) were in normal range and for weight for height status (BMI), most of them also were in normal range (63%) and the less were categorized into underweight (37%). The data retrieved and then processed by using Two-sample Kolmogorov-Smirnov Test and Fisher?s Exact Test, which gave result that weren?t have significant correlation between nutritional status indicators (weight for age, p= 1,000), height for age (p=1,000), and weight for height (p=1,000) and the calcium daily intake level among school aged children at Yayasan Kampung Kids."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Denita Selvia Sinta
"Citra tubuh merupakan suatu konsep yang berhubungan dengan penampilan fisik, yaitu ukuran, bentuk tubuh, dan berat badan yang menggambarkan seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan antara status gizi dengan citra tubuh dan faktor lain pada pengguna pusat kebugaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015 dengan menggunakan desain cross-sectional dan jumlah sampel sebanyak 143 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 74,1% responden laki-laki dan perempuan mengalami ketidakpuasan citra tubuh. Beberapa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan citra tubuh adalah status gizi (p-value = 0,001), pola makan berdasarkan frekuensi minuman berenergi dan minuman isotonik (p-value = 0,003), pengaruh teman sebaya (p-value = 0,001), dan pengaruh lawan jenis (p-value = 0,009) dengan citra tubuh.
Disarankan kepada pusat kebugaran untuk melakukan kerja sama dengan universitas-universitas yang memiliki program studi gizi dalam mempromosikan dan meningkatkan pengetahuan tentang pola konsumsi, aktivitas fisik dan citra tubuh yang baik bagi pengguna pusat kebugaran melalui upaya komunikasi, informasi dan edukasi.

Body image is a concept related to the body appearance, including size, body shape and weight which describe someone based on their shape and weight. This study aims to show factors that have significance associated between nutritional status, body image, and other factors within the gym community. This cross-sectional study was conducted on April 2015 with a total of 143 respondents.
The result showed that 74,1 % men and women respondents were unsatisfied with their body image. Variables that showed a significantly associated with body image are nutritional status (p-value = 0,001), model of meal based on energy and isotonic drink frequencies (p-value = 0,003), impact by peer group (p-value = 0,001), and their body image perception based on their opposite gender counterparts (p-value = 0,009).
The results of this study has come to a few suggestions where gyms should work together with universities with major in nutrition to promote and increase knowledge about eating habits, physical activities and the right body image the gymers through the efforts of communication, information, and education."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Denny Marianty
"status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. status gizi merupakan indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara Optimal nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI), Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok) dan Optimal Health Care (imunisasi lengkap sesuai jadwal dan pelayanan pediatrik sesuai pada saat sakit ke pelayanan kesehatan) dengan status gizi balita 0-59 bulan menggunakan data riskesdas 2007.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara indikator BB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator TB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator BB/TB dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI), Optimal Environment (kebiasan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok.

A good nutritional status can help the process of growth and development of children to achieve optimal maturity. nutritional status is the third indicator in determining the health status of children. research purposes to determine the relationship between optimal nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits) and Optimal Health Care (complete immunization on schedule and pediatric services at the hospital according to healthcare) with the nutritional status of children 0-59 months of using the data Riskesdas 2007.
The results showed an association between indicators of BW/U with Optimal Nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator TB/U with Optimal Nutrition (exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator BB/TB with Optimal Nutrition (breast-feeding Exclusive 6 months, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand-washing habits, there is no contamination of the environment and smokinghabits.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaula Karima
"Berat badan lahir merupakan faktor penting yang dapat memberikan dampak hingga usia dewasa. Besar 2500 gram merupakan standar berat badan lahir rendah yang masih digunakan hingga saat ini untuk mengukur risiko morbiditas dan mortalitas bayi, sementara itu bayi dengan berat badan lahir dibawah 3000 gram berkaitan dengan risiko terjadinya penyakit degeneratif di usia dewasa. Berbagai penelitian menunjukkan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berat badan lahir, khususnya status gizi ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi ibu: berat badan prahamil, pertambahan berat badan selama kehamilan, serta kadar hemoglobin ibu, dan beberapa faktor lain yaitu status bekerja ibu, usia ibu, tingkat pendidikan ibu, urutan kelahiran bayi, jarak kelahiran bayi, dan jenis kelamin bayi dengan berat badan lahir bayi. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain crossectional menggunakan data dari rekam medis RSIA Budi Kemuliaan Jakarta yang diukur pada bulan Januari 2012 yang berjumlah 118 pasien. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi square dan korelasi regresi, sementara itu analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil uji chi square dan korelasi regresi menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat badan prahamil ibu dan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Setelah dikontrol oleh berbagai variabel, hasil uji regresi logistik ganda menyatakan bahwa berat badan prahamil ibu, pertambahan berat badan selama kehamilan, usia ibu, dan urutan kehamilan merupakan faktor yang mempengaruhi berat bada lahir bayi. Berat badan prahamil ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap berat badan lahir bayi (OR=6,643) setelah dikontrol oleh berbagai variabel. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus bagi wanita yang sedang merencanakan kehamilan dengan status gizi yang kurang.

Birth weight is important factor that could give impact until adulthood. 2500 g is a standard of low birth weight that still used to asses risk of infant mortality and morbidity, while infant with birth weight less than 3000 is related to risk of non communicable disease in adulthood. Various studies determined there are many factors that affect birth weight, especially nutritional status of mothers.
The objectives of this paper is to determine the relationship between mother nutritional status, i.e. pre-pregnancy weight, weight gain during pregnancy, and maternal hemoglobin level in 3rd trimester and several other factors i.e. maternal work status, maternal age, maternal education level, birth order, birth interval, and infant sex with infant?s birth weight. This is quantitative researched by design cross sectional and using secondary data from medical record Budi Kemuliaan Hospital Jakarta which measured in January 2012 involved 118 respondents. Data analysis using chi square and correlation regression test and multivariate analysis using multiple logistic regression.
Result of chi square and correlation regression test show there is significant relationship between pre-pregnancy weight and weight gain during pregnancy to birth weight. After controlled by many variables, multiple logistic regression test result that pre-pregnancy weight, weight gain during pregnancy, maternal age, and birth order are factors that effecting birth weight. Pre-pregnancy weight is the major factor that affect infant?s birth weight (OR=6,643) after controlled by other variables. Therefore, it is necessary to give more attention to women who are planned conception who undernourished.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Fauziyana
"Tingkat kebugaran pada pekerja merupakan faktor penting dalam mendukung produktifitas kerja yang optimal dan terhindar dari berbagai resiko penyakit terkait gaya hidup yang sedentari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tinkat kebugaran pada pekerja. Desain penelitian ini menggunakan studi cross-ssectional pada 98 karyawan yang bekerja di kantor pusat PT Wijaya Karya, Cawang, Jakarta Timur. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode simple randon sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-independen, uji ANOVA, uji korelasi Pearson, dan uji korelasi regresi linier sederhana.
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, hubungan persen lemak tubuh dan tingkat kebugaran ditemukan bermakna dengan pola hubungan positif (p< 0.000, r= 0.38). IMT berhubungan bermakna positif hanya pada responden laki-laki (p< 0.05, r= 0.301). Aktifitas fisik (p< 0.05, r= -0.304), asupan vitamin B1 (p< 0.05, r= -0.204), dan vitamin B6 (p<0.05, r= -0.216) berhubungan bermakna dengan pola hubungan negatif terhadap kebugaran. Berdasarkan hasil analisis, diketahui faktor-faktor yang berhubungan bermakna dengan tingkat kebugaran yaitu IMT, persen lemak tubuh, ativitas fisik, asupan vitamin B1 dan B6. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar kelompok pekerja/ karyawan dapat meningkatkan aktivitas fisik secara rutin dan menyeimbangkan asupan zat gizi sesuai dengan anjuran konsep gizi seimbang.

Employee's fitness is one of the urgent factor to support optimum wor productivity and avoid from sedentary lifestyle disease. This research ovjective is to investigate factors related to employess' fitness. This research designed for a crosssectional study to 98 employees in main office of PT Wijya Karya, North Jakarta, 2012. Samples taken by simple random sampling method. Statistic analysis used is tindependent, ANOA, Pearson correlation, and simoke linier regression analysis.
According to the Pearson's correlation analysis, body fat percentage significantly has positive associtation with physical fitness (p< 0.000, r= 0.38). Body mass index was significantly has postitive association with physical fitness only for males employees (p<0.05, r= 0.301). Physical acitivities (p< 0.05, r= -0.304), vitamin B1 intake (p< 0.05, r= -0.204), and vitamin B6 intake (p<0.05, r= -0.216) significantly has negative associations' with employees fitness. It is recommended for employees to improve their regular physical activities and balancing their nutrient's intake based on recommended dietary allowance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shinantya Ratnasari
"Tesis ini mengkaji hubungan intensi ibu terhadap asupan dan status gizi anak di dua sekolah dengan status sosial menengah ke atas dan ke bawah. Tujuannya untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pembentuk intensi dan tingkah laku serta hubungannya dengan asupan dan status gizi anak. Faktor-faktor itu terdiri atas sikap, norma subjektif, perceived behavioral control (PBC). Asupan gizi mencakup asupan energi, protein, frekuensi konsumsi buah dan sayur. Status gizi anak diukur menggunakan indikator indeks antropometri TB/U dan BB/U.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cros sectional. Responden penelitian terdiri atas 67 orang, mencakup 33 orang dari sekolah X dan 34 orang dari sekolah Y. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Spearman Rank Order dan uji perbedaan menggunakan teknik Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap, norma subyektif, dan intensi ibu dengan asupan dan status gizi, tetapi ada korelasi positif antara PBC dan asupan energi anak. Hasil juga menunjukkan bahwa intensi ibu dari Sekolah Y lebih tinggi dari ibu di Sekolah X. Hasil menunjukkan bahwa ibu yang memiliki intensi memberi makanan sehat lebih tinggi memiliki kecenderungan memberikan makanan sehat yang lebih tinggi daripada ibu yang memiliki intensi memberi makanan sehat yang lebih rendah.
Peneliti menyarankan untuk meningkatkan persepsi kontrol pada para ibu untuk memberi makanan sehat melalui peningkatan self-efficacy, mengembangkan strategi penyediaan bahan mentah, dan meningkatkan keterampilan memasak.

This thesis examines the relationship among mother’s behavioral intention, child food intake and nutritional status children in two schools in South Jakarta, using the theory of planned behavior approach. The goal is to describe the factors forming intentions and behavior and its relationship with the nutritional status of children. These factors consist of attitude, subjective norm, PBC. Food Intake includes intake of energy, protein, frequency of consumption of fruits and vegetables. Nutritional status was measured using anthropometric indicators of HFA and WFA.
This study used quantitative methods with cross sectional study design. The respondents consisted of 67 people, including 33 people from school X and 34 people from school Y. Data were analyzed using Spearman's Rank Order Correlation technique and mean difference test using the Mann-Whitney technique.
The results showed no significant relationship between attitudes, subjective norms, and intentions to food intake and nutritional status of children, but there is a positive correlation between perceived behavioral control and children’s intake of energy. The results also indicate that mother’s behavioral intention of the Preschool Y is higher than mother’s behavioral intention of the Preschool X. Results showed that mothers who have higher intention of giving healthy food has a higher tendency to give healthy foods than mothers who have lower intention.
Researchers suggest to improve mother’s perception of control on providing healthy food through increased self-efficacy, modeling, developing strategies to supply raw material food, and improve their cooking skills.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>