Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188578 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S4670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Aria Florani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S5081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Siskawati
"Belakangan ini muncul tren baru dalam dunia persinetronan Indonesia, yaitu sinetron yang dikemas religius dengan cerita habis sekali tayang. Tidak hanya di bulan Ramadhan, sinetron yang dikemas religius digemari pemirsa dan membawa berkah bagi stasiun televisi. Awalnya, memang tidak pernah diperhitungkan. Namun, ketika TPI meraih sukses menyajikan sinetron Rahasia Ilahi, dan Takdir llahi, sejumlah stasiun televisi pun beriomba-lomba menyajikan sinetron yang dikemas serupa tapi tak sama. Jika diamati memang benar tayangan demikian dapat memberi kesadaran religius. Sepintas terlihat sinergi yang sangat ideal antara pilihan stasiun televisi mengedepankan program religius dengan kebutuhan pemirsa akan siraman rohani, yang tujuannya adalah meneguhkan keimanan hingga membuat pelaksanaan ibadah berlangsung optimal. Namun yang juga mulai dikhawatirkan, adanya visualisasi hantu, setan, jin, arwah penasaran dan macam-macam lagi yang cukup banyak di sinetron yang dikemas religius tersebut.
Masalah mulai muncul tatkala perubahan orientasi nilai-nilai agama menjadi bisnis mengandung sejumlah konsekuensi. Bisnis bagaimanapun akan berurusan dengan pangsa pasar tertentu. Bisnis juga berurusan dengan komoditas yang dijual untuk dikonsumsi. Dalam kaitannya dengan permasalahan komersialisasi agama, agama di sini menjadi komoditas yang dijual dengan membidik target pangsa pasar tertentu melalui sinetron religius. Nilai-nilai agama dengan demikian dikomodifikasi ke dalam wilayah-wilayah bisnis.
Fokus tesis ini adalah mengungkap bagaimana proses komodifikasi nilai-nilai agama melalui sinetron Takdir Ilahi yang ditayangkan TPI dan melihat bagaimana kapitalisme mewujudkan nilai guna ke nilai tukar dalam sinetron Takdir llahi dengan teknis analisis Fairclough. Teori yang mendasari penelitian ini adalah ekonomi politik yang mengkhususkan pada praktek komodifikasi. Dan teori ekonomi politik tersebut, penulis juga mengaitkannya dengan teori media sebagai industri budaya dan industri ekonomi. Dalam level teks, penulis memfokuskan analisa pada teks-teks yang memiliki tanda hipersemiotika, karena penulis mencurigai tanda-tanda tersebutlah yang menjadi nilai tukar. Pada level produksi teks, penulis mewawancarai produser pelaksana dan penulis naskah, sutradara, ustad, dan pihak TPI yang diwakili oleh Programme Acquisition Dept. Head. Untuk konsumsi teks, penulis mewawancari dua orang wanita yang merupakan target audience dari TPI sendiri yaitu masyarakat menengah ke bawah dan seorang tokoh ulama yang memahami hadist, sebagai pembanding. Sedangkan untuk level sosial budaya, data diperoleh melalui studi literatur balk dari buku, intemet, dan media massa audio visual lainnya.
Penelitian ini menyimpulkan hasil-hasil sebagai berikut : (1) Pada level teks, terlihatnya adanya penekanan pada visualisasi wujud-wujud gaib sebagai daya tank sinetron sekaligus dengan memasukkan unsur humor, agar penonton terhibur. Tema-tema yang diangkat menjadi sinetron kemudian didramatisir agar menarik khalayak untuk menyentuh mereka secara emosional dan individual. (2) Pada level produksi teks, pengaruh ektemal media, berupa rating dan share, dan kepentingan stasiun televisi menentukan performa dari sinetron tersebut. Bukti yang menunjukkan bahwa (3) Pada level konsumsi teks, berdasarkan wawancara mendalam, adanya multi plot membingungkan informan mengenai jaian cerita episode tersebut. Penulis juga pada level ini menunjukkan dengan membanjirnya iklan yang mendukung sinetron ini sehingga mendorong pihak TPI untuk memperpanjang durasi menjadi 90 menit. (4) Pada level sosial kultural, penulis mengamati pada level situasional, bagaimana program-program pada televisi Indonesia saat ini. Sehingga terjadi perubahan selera pemirsa terhadap program-program televisi yang selama ini dipenuhi tentang kekerasan, seks, dan mistik. Pada level institusi, penulis memaparkan tentang profit TPI yang mengganti imej yang lekat dengan kata pendidikan, berubah dengan lebih mementingkan unsur hiburan layaknya televisi-televisi swasta lainnya. Sedangkan pada level sosial, penulis melihat faktor-faktor sosial apa saja yang menyebabkan masyarakat menyukai sinetron yang dikemas religi.
Pada kesimpulan, penulis melihat praktek komodifikasi nilai-nilai agama menjadi sebuah sinetron yang di kemas religius, sesungguhnya merupakan refleksi dari fenomena industri media televisi sebagai sebuah institusi bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Hasil penelitian ini memperlihatkan implikasi akademis komodifikasi program televisi yang bertema religius dengan menggunakan tanda-tanda hipersemiotika, dimana industri lebih mengutamakan keuntungan sebagai tujuan utamanya. Dari segi subjek penelitian, studi ini relatif memberikan ruang dan kesempatan kepada peneliti lainnya untuk mengeksplorasi dua entry point ekonomi politik komunikasi di luar komodifikasi, yakni spesialisasi dan strukturasi yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, penemuan-penemuan berikutnya akan lebih memperkaya studi terhadap ketiga entry point tersebut, khususnya kajian ekonomi-politik media televisi.
Dalam rekomendasi penulis mengungkapkan, diantara industri dalam mengembangkan kesamaan onentasi media, haruslah berfihak kepada masyarakat dalam program-program religiusnya, tidak hanya memperhatikan tinggi rendahnya rating agar tidak menyesatkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Khairunnisa
"Media massa seringkali menampilkan realitas yang lebih "nyata" dibandingkan dengan realita yang ada. Terlebih lagi pada televisi, yang telah menjadi "the second god" bagi masyarakat kapitalis. Akhir-akhir ini program andalan yang sering ditampilkan stasiun-stasiun televisi di Indonesia adalah paket sinetron. Sinetron sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Salah satu sinetron yang pernah booming adalah sinetron Dewi Fortuna yang ditayangkan di SCTV. Representasi mengenai perempuan yang muncul dalam sinetron ini sarat dengan pembentukan sebuah realitas mengenai perempuan ideal. Secara sadar maupun tidak sadar, sinetron ini telah membentuk sebuah citra tentang perempuan ideal. Hal ini terungkap lebih lanjut karena dapat dilihat dari pembingkaian yang dilakukan terhadap perempuan yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini, yang dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti fisik, pikiran, sosial, pekerjaannya, pembagian kerja, dan politik. Secara keseluruhan dapat diambil benang merahnya, yaitu pembentukan citra ini merupakan sebuah produk kapitalisme. Akibatnya kebanyakan perempuan Indonesia saling bersaing untuk menjadi yang paling ideal, sesuai dengan gambaran ideal yang dilihat dalam sinetron. Didukung pula dengan program-program televisi lain, seperti iklan dan berita. Analisis yang dilakukan untuk mengungkap tentang pembentukan citra perempuan ideal, seperti dalam sinetron ini adalah discourse analysis, sociocultural analysis, order of discourse yang terangkai dalam critical discourse analysis, dan juga analisis teks dan interteks dengan metode framing pada dua episode sinetron Dewi Fortuna. Diperoleh kesimpulan bahwa kepentingan komersil lebih menonjol dari pada kepentingan idealisme untuk menentukan representasi yang akan dimunculkan dalam sinetron. Salah satu hasilnya adalah konstruksi realitas pada cerita Dewi Fortuna mengenai perempuan ideal, sehingga hal tersebut membentuk sebuah citra tentang perempuan ideal dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Siskawati
"This research aims to reveal how the process of commodification religious values works through TV series, and how the capitalism transform the utility value to exchange value. Employing political economy theories focussing on commodification, this research applied Fairclough's analythical framework. At the textual level, it focused on hypersemitotic signs which were assumed as the main excahnge value."
2006
TJPI-V-2-MeiAugust2006-89
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S4655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribut Heru Santoso
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S6112
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darwis S.N. Sutan Sati
Bogor : Ar-Rahman, 2008
899.224 4 DAR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arini
"Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis untuk melihat bagaimana feedback kualitatif yang berupa kritik khalayak mempengaruhi isi media. Feedback kualititaf terhadap sinetron ini adalah berupa kritik yang disampaikan melalui media. Di antaranya adalah dalam bentuk tulisan di koran atau internet, baik artikel ataupun surat pembaca. Media yang dianalisis adalah program televisi. yaitu sinetron yang menggambarkan ibu tiri dengan stereotip negatif. yaitu sinetron "Bidadari". Sinetron ini ditayangkan di RCTI setiap Minggu pukul 19.00 WIB. Pada perkembangannya. sinetron ini tidak hanya menampilkan ibu tiri dengan stereotip negatif tetapi kemudian hadir juga tokoh ibu tiri lain yang ditampilkan dengan stereotip positif. Dugaan awal penulis terhadap hal ini adalah bahwa kehadiran tokoh ibu tiri lain dengan penggambaran yang lebih positif terkait dengan kritik khalayak yang datang terhadap penggambaran ibu tiri awal dengan stereotip negatif. Selain menggambarkan isi cerita sinetron ini, penelitian ini juga melihat pemahaman masyarakat dalam mengkonsumsi teks. Penelitian ini mengambil dua episode sinetron "Bidadari", masing-masing mewakili "Bidadari 1" dan "Bidadari 2". Shoemaker dan Reese mengungkapkan terdapat lima faktor yang mempengaruhi isi media. Faktor-faktor itu berada pada level individual. level rutinitas media, level organisasional level ekstramedia, dan level ideologi. Dari kelima faktor tersebut. penelitian ini lebih menekankan pada level ekstramedia. terutama yang berkaitan dengan khalayak. Kerangka pemikiran tentang level ekstramedia milik Shoemaker dan Reese dalam hal ini digunakan untuk menganalisis hubungan kritik khalayak terhadap perubahan penggambaran ibu tiri dalam sinetron "Bidadari". Analisis wacana kritis yang dipakai dalam pene!itian ini adalah metode analisis Norman Fairclough yang mengkaitkan analisis level teks, dengan analisis pada tingkat lain yaitu discourse practice dan sosiocultural practice. Pada tingkat teks. digunakan metode analisis framing milik Gamson dan Modigliani untuk melihat penggambaran ibu tiri dalam sinetron "Bidadari". Analisis pada tingkat discourse practice menjelaskan kaitan antara faktor produksi teks dan konsumsi teks. Pada tingkat produksi, penulis mewawancarai penulis skenario, bag ian programming RCTI dan Humas RCTI. Sedangkan pada tingkat konsumsi teks, penulis melakukan survei untuk melihat bagaimana pemaknaan khalayak terhadap sinetron "Bidadari". Survei dilakukan pada tanggal 9-10 Februari 2004, mengambiJ 36 responden. Dalam analisis sosial budaya (sosiocultural practice), analisis dilakukan dengan melihat perkembangan kondisi industri televisi di Indonesia dan kondisi sosial budaya masyarakat dalam memahami sosok ibu tiri. Karena penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis, maka aspek ideologi menjadi hal yang tak terpisahkan dalam melihat hasil analisis teks. Dalam perspektif ini, ideologi merupakan landasan yang mendasari penguasa media; sebagai kelompok dominan, untuk mengontrol ataupun memarjinalkan kelompok lain melalui rekonstruksi pesan dalam tayangan produk media. Ideologi yang terlihat dalam penelitian ini adalah kapitalis, di mana program yang dibuat bertujuan semata-mata mengumpulkan profit untuk produsen media. Hasil analisis menunjukan bahwa kritik khalayak yang berbentuk kualitatif terhadap sinetron "Bidadari" tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan feedback kuantitatif (rating). Hal ini terjadi karena pihak produsen beranggapan bahwa feedback kualitatif berasal dari khalayak yang tidak mengikuti program televisi secara penuh, namun hanya menyaksikan sepenggal dari tayangan keseluruhan. Dari penelitian yang dilakukan. menunjukan bahwa penonjolan stereotip negatif ibu tiri dalam sinetron "Bidadari" sebagai cerita utama, terkait dengan nilai komersial yang didapat dari sinetron ini. Sedangkan tokoh ibu tiri dengan penggambaran positif yang hadir belakangan- ternyata tidak berhubungan dengan kritik khalayak terhadap sinetron "Bidadari" ini. Ideologi kapitalis mendorong tp.rciptanya program televisi yang mementingkan kuantitas pemirsa dalam bentuk rating sehingga tidak mengindahkan feedback kualitatif berupa kritik yang diajukan oleh sebagian kecil khalayak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S3758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>