Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127160 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tyas Pawestrisiwi
"ABSTRAK
Natrium alginat merupakan polimer anionik yang akan membentuk gel yang tidak larut air jika berinteraksi dengan kation divalent seperti kalsium. Untuk menjaga stabilitas secara kimia dan mekanik, mikrokapsul alginat disalut kembali dengan polimer kationik, yaitu kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan double coating natrium alginate dan kitosan dalam menahan pelepasan obat. Model zat aktif yang digunakan adalah propranolol HCl. Mikrokapsul dibuat dengan metode gelasi eksternal dan dikarakterisasi meliputi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran, efisiensi proses, efisiensi penjerapan dan uji pelepasan in vitro. Mikrokapsul yang dihasilkan berpori pada permukaan, distribusi terbesarnya berada pada ukuran lebih besar dari 1180 µm dengan efisiensi proses sebesar 74,28% dan efisiensi penjerapan sebesar 29,65%. Uji pelepasan zat aktif dari mikrokapsul dilakukan pada medium asam klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8. Hasil penelitian menunjukan, pelepasan propranolol HCl dari mikrokapsul alginat dan alginat-kitosan tidak berbeda secara signifikan.

Abstract
Sodium alginate is an anionic polymer which will form water-insoluble gel if it interacts with divalent cations such as calcium. To maintain the chemical and mechanical stability, alginate microcapsules coated again with cationic polymers, which is chitosan. This study aims to determine the ability of the double coating of sodium alginate and chitosan in retard drug release. Model of the active substance used is propranolol HCl. Microcapsules were prepared by external gelation method and then characterized include shape and morphology, size distribution, process efficiency, adsorption efficiency and in vitro release test. Microcapsules have porous on the surface, most of particle size distribution is greater than 1180 μ with the process efficiency 74,28% and the adsorption efficiency 29,65%. The release test of active substance from microcapsules performed in pH 1,2 hydrochloric acid and pH 6,8 phosphate buffer. Results showed the release of propranolol HCl from alginate microcapsules and alginate-chitosan microcapsule did not differ significantly."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S883
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Husnul Khotima
"Tokotrienol merupakan senyawa alam turunan vitamin E yang berwujud minyak dan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan tokoferol. Namun, tokotrienol bersifat kurang stabil sehingga membatasi penyimpanan dan penanganannya dalam sediaan. Pada penelitian ini, minyak tokotrienol diubah menjadi serbuk melalui mikroenkapsulasi untuk meningkatkan kestabilannya dengan metode penguapan pelarut dan semprot kering menggunakan penyalut etilselulosa. Evaluasi mikrokapsul yang dilakukan yaitu bentuk dan morfologi, ukuran, efisiensi penjerapan, uji perolehan kembali, sifat alir, kadar air, indeks mengembang, dan uji disolusi. Selain itu, dilakukan pula uji stabilitas pada suhu kamar dan stabilitas dipercepat pada suhu yang dinaikkan pada mikrokapsul dan minyak tokotrienol.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa mikrokapsul yang dihasilkan berbentuk serbuk berwarna putih kekuningan dengan morfologi tak beraturan, berukuran 1-60 μm, dengan efisiensi penjerapan 21,60-99,75%. Hasil uji stabilitas pada suhu kamar selama 12 minggu penyimpanan menunjukkan bahwa kadar tokotrienol tersisa dalam mikrokapsul adalah 96,46–97,74%. Pada uji stabilitas dipercepat didapat nilai k25 untuk mikrokapsul kedelapan formula berkisar dari 102x10-7 hingga 132x10-7 jam-1. Nilai t90 tokotrienol dalam mikrokapsul F1-F8 diperoleh dalam kisaran 11,01-14,27 bulan.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa mikroenkapsulasi menggunakan penyalut etilselulosa melalui metode penguapan pelarut dan semprot kering dapat mengubah tokotrienol cair menjadi serbuk dan dapat meningkatkan kestabilannya.

Tocotrienol as one of vitamin E compounds is an oily natural compound which has greater antioxidant activity than tocopherol. However, tocotrienol is unstable which may limit its handling and storage in product. In this study, tocotrienol oil is converted into powder through microencapsulation to enhance its stability by solvent evaporation and spray dry methods using ethyl cellulose as coating material. Microcapsules were characterized in terms of shape and morphology, size, entrapment efficiency, percentage yield, flow properties, water content, swelling index, and drug release studies. Moreover, stability test at room temperature and accelerated stability with elevated temperature were studied on microcapsules and tocotrienol oil.
The evaluation results showed that microcapsules were white yellowish powder form with irregular morphology, size 1-60 μm, with entrapment efficiency were 21.60-99.75%. After 12 weeks storage at room temperature, the remaining level of tocotrienol in microcapsules was 96.46 to 97.74%. The accelerated stability test found that k25 values within the range from 102x10-7 to 132x10-7 hour-1. The predicted shelf life (t90) of the tocotrienol in microcapsules F1-F8 was found between 11.01 and 14.27 months.
The results of this study revealed that tocotrienol could be converted into powder through microencapsulation using ethyl cellulose coating by solvent evaporation and spray dry methods and might enhance the stability of tocotrienol.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariha Ulfah Azzahrah
"Minyak biji anggur Vitis vinifera L. merupakan minyak nabati berwujud cair yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena kandungan asam linoleat di dalamnya. Namun, wujud cair yang dimiliki oleh minyak biji anggur ini dapat membatasi proses penyimpanannya. Mikroenkapsulasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengubah bentuk cair menjadi bentuk padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengubah minyak biji menjadi serbuk mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang menggunakan gum arab sebagai penyalut. Minyak biji anggur diformulasikan dengan perbandingan minyak dengan polimer yaitu 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5. Evaluasi mikrokapsul yang dilakukan yaitu bentuk dan morfologi, ukuran mikrokapsul, indeks mengembang, kadar air, dan efisiensi penjerapan.
Hasil evaluasi dari keempat formulasi mikrokapsul yang diperoleh berwarna putih kekuningan berbentuk sferis. Mikrokapsul pada F1 memiliki ukuran 69 m, F2 memiliki ukuran 82 m, F3 memiliki ukuran 125 m, dan mikrokapsul pada F4 memiliki ukuran 131 m. Nilai kadar air dari keempat formulasi berkisar 4,37-5,70 . Indeks mengambang dari keempat formulasi berkisar 5,54-5,94. Sedangkan nilai efisiensi penjerapan dari F1 adalah 17,33 , F2 20,73 , F3 34,22 , dan F4 67,15 . Hasil evaluasi menunjukkan bahwa F4 merupakan formula terbaik dengan nilai efisiensi penjerapan 67,15 . Dapat disimpulkan bahwa minyak biji anggur mampu diubah menjadi mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang.

Grape seed oil Vitis vinifera L. is a liquid vegetable oil used mainly for its linoleic acid. However, there are many efforts to convert the liquid form of the oil into a solid form due to its instability under poor storage condition. Thus, microencapsulation can be used to convert its liquid into a solid form. The aim of this study was to convert grape seed oil into a microcapsule powder by cross linked emulsification method using gum arabic as a coating polymer. The grape seed oil was formulated with gum arabic in the ratios of 1 2, 1 3, 1 4, and 1 5. Microcapsules were characterized in terms of shape and morphology, size, swelling index, water content, and entrapment efficiency.
The evaluation result showed that all the formulation microcapsule had a white yellowish spherical form. The particle size of F1, F2, F3 and F4 size 69 m, 82 m, 125 m, and 131 m, respectively. The water content of the F1 ndash F4 ranged from 4,37 5,70 and swelling indexes 5.54 to 5.94. The value of entrapment efficiency of F1, F2, F3, and F4 were 17.33 , 20.73 , 34.22 , and 67.15 , respectively. The result of the evaluation indicated that microcapsule F4 was the best formula with an entrapment efficiency values of 67.15 . It can be concluded that the grape seed oil could be converted into microcapsules by cross linked emulsification using gum arabic.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Istiyani
"Dengan semakin banyak jumlah penderita penyakit diabetes melitus, maka perlu dikembangkan sediaan insulin yang baru untuk memperbaiki kekurangan dari sifat sediaan yang ada sekarang. Insulin umumnya tidak diberikan secara oral karena masalah bioavabilitas, degradasi oleh asam lambung, inaktivasi dan penghancuran oleh enzim proteolitik di usus, dan permeabilitas insulin yang rendah melewati epitel usus. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan sediaan mikrokapsul insulin untuk sediaan oral, terutama untuk pengobatan pada penderita diabetes melitus tipe I. Mikrokapsul dibuat menggunakan metode emulsifikasi dengan penyalut natrium alginat dan kitosan. Parameter fisika dan kimia digunakan dalam mengevaluasi sediaan mikrokapsul, yaitu morfologi mikrokapsul, ukuran partikel, perolehan berat mikrokapsul, kadar air, efisiensi enkapsulasi dan profil pelepasan in vitro mikrokapsul. Penelitian menunjukan mikrokapsul yang dihasilkan pada metode ini tidak berbentuk bulat dan tidak sferis. Mikrokapsul alginat insulin yang dibuat memberikan kadar efisiensi antara 53,3 - 91,0%. Mikrokapsul alginat-kitosan insulin yang dibuat memberikan kadar efisiensi antara 61,9 - 93,4%. Mikrokapsul dengan penggunaan konsentrasi alginat yang 4% dan kitosan pada konsentrasi 0,3% memberikan hasil optimum pada formulasi yang menggunakan insulin 46,88 IU dalam efisiensi dan profil pelepasan secara in vitro karena tidak melepaskan insulin sampai jam ke 2 dalam larutan asam klorida pH 1,2 dan pelepasannya yang hampir 100 persen pada jam ke 1 dalam larutan buffer fosfat pH 6,8.

With the increase of the diabetes mellitus patients, it is necessary to develop a new dosage form of insulin for overcoming the disadvantage of the product available in the market now. Insulin is generally not delivered orally as they are poor bioavability, degradation by acidic environment of the stomach, inactivate and degradation by proteolytic enzymes in the gastrointestinal, low of permeation cross the intestinal epithelium intact. The purpose of this study is to develop an oral dosage form of insulin, especially for diabetes mellitus type I patients. Dosage form made by using microencapsulation technique. Insulin was encapsulated in alginate and chitosan microcapsule which prepare by emulsification method. Physical and chemical parameters used for the microcapsule evaluation were microcapsule morphology, partikel size, microcapsule mass, water content, encapsulation efficiency and in vitro release profile. The result for insulin encapsulation was obtained amorphous and non spherical shape, alginate microcapsule of insulin have efficiency between 53,3 - 91,0%, and alginatechitosan microcapsule of insulin have efficiency between 61,9 - 93,4%. Insulin encapsulation when sodium alginate 3% and chitosan 0,4% were used as coating material, have optimal result in formulation using 46,88 IU insulin in efficiency and in vitro release profile, because insulin not release until two hours in chlorida acid solution pH 1,2 and the release almost 100% in first hour in buffer phosphate solution pH 6,8."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32728
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mangiring, Getta Austin
"Propolis memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia, seperti anti kanker, anti tumor, anti oksidan, anti bakteri, dan anti inflamasi. Saat ini di Indonesia sudah cukup banyak produk yang berbahan dasar propolis, seperti sabun, pasta gigi, krim kulit, ataupun produk kesehatan dalam bentuk liquid. Namun, masih belum ada produk propolis dalam bentuk serbuk. Dalam penelitian ini akan dilakukan mikroenkapsulasi terhadap propolis dengan menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan melalui metode pengeringan freeze drying. Serbuk propolis yang dihasilkan dilakukan uji polifenol dan didapatkan bahwa propolis 175 ml : 75 gr dengan bahan baku jenis karang memiliki kandungan polifenol tertinggi dalam bentuk serbuk. Kadar air terendah dan kelarutan serbuk propolis tertinggi adalah 4.533 dan 69 pada serbuk propolis 125 ml : 125 gr dengan bahan baku campuran jenis karang propolis keras dan reguler propolis lembut. Serbuk yang memiliki kelarutan tertinggi dapat terlihat morfologinya menggunakan Scanning Electron Mocroscope SEM . Hasil dari uji SEM terlihat bahwa bentuk serbuk propolis dienkapsulasi tidak merubah morfologi maltodekstrin. Hal ini menandakan berhasilnya mikroenkapsulasi, dikarenakan bentuk dari bahan penyalutnya yaitu maltodekstrin juga tidak seragam.

Propolis has many benefits for human health, such as anti cancer, anti tumor, anti oxidant, anti bacterial, and anti inflammatory. Currently in Indonesia are quite a lot of propolis based products, such as soap, toothpaste, skin cream, or health products in liquid form. However, there is still no propolis product in powder form. In this research, microencapsulation of propolis using maltodextrin coating with freeze drying method will be done. Propolis powder being tested for polyphenols and it was found that crude propolis 175 ml 75 gr had the highest polyphenols content in powder form, 434,438 g mL. Soft propolis 125 ml 125 gr has 4.533 of moisture content, which is the lowest result in these study. And also, the soft propolis 125 ml 125 gr has the highest solubility in water with 69 as the result. Propolis powder that has the highest solubility can be seen morphology using Scanning Electron Mocroscope SEM . The result of the SEM test showed that the propolised powder form did not alter the morphology of maltodextrin. This indicates the success of microencapsulation, because the form of the coating agent maltodextrin is also not uniform."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Hildayati
"Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid yang banyak digunakan untuk mengobati rematik dan bersifat analgesik. Ibuprofen mempunyai waktu paruh eliminasi yang singkat sekitar 2 jam sehingga obat harus sering dikonsumsi dan dapat menyebabkan iritasi lambung. Mikroenkapsulasi dengan penyalut polimer biodegradabel merupakan alternatif untuk megatasi masalah tersebut. Pada penelitian ini digunakan poli(asam laktat) (PLA) dan polikaprolakton (PCL) sebagai bahan penyalut karena bersifat biodegradabel dan biokompetibel. Mikrokapsul dibuat dengan metoda emulsifikasi penguapan pelarut minyak dalam air (O/W) dengan menggunakan Tween 80 sebagai emulsifier. Komposisi PLA dan PCL dibuat dengan berbagai variasi sedangkan jumlah obat tetap. Polimer dan obat dilarutkan dalam diklorometana, diemulsikan dan dispersikan dalam aquades sampai terbentuk mikrokapsul. Mikrokapsul kemudian di uji efisiensi enkapsulasinya dan dilakukan uji disolusi secara in vitro pada pH 7,4 dan 1,2 serta dilihat distribusi ukuran partikel menggunakan Particle Size Analyzer. Efisiensi enkapsulasi terbesar didapat 69.47% pada komposisi F7 dengan perbandingan PLAPCL 6:4, konsentrasi Tween 80 0,5 % dan kecepatan dispersi 900 rpm. PLA dan PCL sebagai bahan penyalut dapat menahan laju pelepasan obat dilambung.

Ibuprofen is nonsteroidal and antyinflammatory drug (NSAID) for curing rheumatic disease an it is analgesic drug which has fast elimination half life (about 2 hour). it should be used frequently in a day and it can cause gastroinstestinal irritation. Microencapsulation based on biodegradable polymer is a methods to overcome these problem. This research used blend of poly(lactide acid) (PLA) and polycaprolactone (PCL) as coating agent which are biodegradable and biocompatible for human body. Microcapsule was made by oil in water emulsion solvent evaporation mehods using Tween 80 as emulsifying agent. The composition of PLA and PCL was varied but amount of ibuprofen added was constant. Polymer and drug dissolved in dichloromethane, emulsified and dispersed in aquades to form microcapsules. Microcapsules were tested encapsulation efficiency and dissolution test in vitro at pH 7.4 and 1.2 then particle size distribution were measured by particle size analyzer instrument. The highest efficiency of ibuprogen microcapsule occurs at F7 where the composition of PLAPCL equals to 6:4, tween concentration 0.5% and dispersion speed at 900 rpm. PLA and PCL as a coating material can restrain the rate of drug release in gastric."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S880
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni Anggasta Paulika Tunggal
"Hepatitis B adalah penyakit yang telah menjadi permasalahan global. Hingga saat ini, pengobatan yang ada hanya dapat memperlambat perkembangan sirosis, mengurangi resiko kanker hati, dan meningkatkan tingkat kesempatan hidup. Maka dari itu, butuh adanya suatu solusi untuk permasalahan tersebut. Daun sambiloto atau Andrographis paniculata mengandung senyawa andrografolida yang memiliki aktivitas penghambatan enzim ?-glukosidase yang pada akhirnya akan membuat virus mati. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi andrografolida dari daun sambiloto dengan metode sonikasi menggunakan etanol 70 sebagai pelarut. Ekstrak tersebut dinanoenkapsulasi dengan penyalut kitosan-STPP menggunakan metode gelasi ionik. Pada proses nanoenkapsulasi, dilakukan variasi terhadap suhu dan waktu pengadukan. Penelitian ini menghasilkan nanokapsul dengan ukuran terkecil pada suhu pengadukan 40?C dan waktu pengadukan 2 jam, yaitu dengan ukuran 1052 nm, kapasitas penjerapan 81,87 , serta efisiensi penyalutan sebesar 95,34 . Nanokapsul yang dihasilkan memiliki morfologi tidak sferis, tidak berpori, dan teraglomerasi. Hasil FTIR menunjukkan bahwa kitosan, STPP, dan ekstrak telah membentuk ikatan yang sesuai. Profil rilis yang dihasilkan telah sesuai dengan target pelepasan yaitu di usus halus, dengan persentase rilis kumulatif sebesar 60,85 pada jam ke-7.

Hepatitis B is a disease that has become a global problem. Until now, existing treatment can only slow the progression of cirrhosis, reduce the risk of liver cancer, and improve the chance of survival. Therefore, needs a solution to these problems. Sambiloto or Andrographis paniculata contains compounds named andrographolide that has inhibitory activity of glucosidase enzyme that can make the virus die eventually. In this research will be conducted extraction of andrographolide from Sambiloto leaf with sonication method using 70 ethanol as a solvent. The extract will be nanoencapsulated with a coating of chitosan STPP using ionic gelation method. There will be a temperature and mixing time variation in nanoencapsulation process. The smallest nanocapsul produced by this reseach at 40C stirring temperature and 2 hours stirring time, with the size of 1052 nm, 81,87 of loading capacity, and 95,34 of entrapment efficiency. The nanocapsul has an not spherical, non porous, and agglomerated morphology. The interaction between chitosan, STPP, and crude extract was confirmed by FT IR spectrum. The result of release test corresponds to the release target which is intestines, with a cumulative release percentage of 60,85 at 7th hour. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Bintoro
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompleks kitosan-alginat terhadap pelepasan propranolol HCl dari mikrosfer. Kitosan merupakan polimer kationik yang akan membentuk kompleks dengan polimer anionik seperti natrium alginat dengan kalsium klorida sebagai coagulation agent. Mikrosfer dievaluasi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran partikel, kandungan obat dan uji pelepasan obat. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe I (keranjang) dengan medium asam klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,5. Sampel diambil setelah 0,5; 1; 2; 4; 6; dan 8 jam dan dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar jumlah polimer maka penghambatan pelepasan obat akan semakin besar.
The study was conducted to know the influence of chitosan-alginate complex for propranolol hydrochloride released from microspheres. Chitosan as cationic polymer can made a complex with anionic polymer such as sodium alginate with calcium chloride as coagulation agent. Microspheres was evaluated with shape and morphology particle distribution analysis, drug content and drug release studies. In vitro drug release was studied using the dissolution apparatus I (basket) with acid chloride (pH 1,2) and phosphate buffer (pH 7,5) as medium. Samples was collected after 0,5; 1; 2; 4; 6; and 8 hours and analyzed using spectrophotometric method. The results showed that drug released influenced by polymer. With higher polymer, the drug released slower."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Triantoro
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kompleks polielektrolit kitosan-xanthan (KPKX) sebagai bahan penyalut tablet untuk memberikan pelepasan terkendali. Polielektrolit pada umumnya memiliki daya mengembang yang tinggi hanya pada pH tertentu sehingga kecepatan pelepasan obat menjadi tidak konstan selama berada di sepanjang saluran pencernaan. Melalui kompleksasi polielektrolit, didapatkan daya mengembang yang stabil pada rentang pH yang luas. Pada jam ke-12, KPKX memiliki daya mengembang dalam medium pH 1,2; 5,0; dan 7,4 berturut-turut sebesar 16,94 ± 1,47%; 18,01 ± 3,01%; dan 24,26 ± 2,14%. KPKX 1% menunjukkan kekuatan gel sebesar 7,13 ± 0,45 gF. KPKX menunjukkan adanya peningkatan tensile strength dibandingkan kedua senyawa asalnya. Hasil pengujian menunjukkan tensile strength film KPKX sebagai F1 sebesar 460 N/m2. Tablet inti dibuat dengan metode kempa langsung dengan verapamil HCl sebagai model obat. Penyalutan dilakukan pada tablet verapamil HCl hingga didapat penambahan bobot sebesar 5,4%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penggunaan KPKX sebagai bahan penyalut mampu memberikan pelepasan terkendali yang lebih baik dan stabil bila dibandingkan dengan kitosan dan gum xanthan. Dalam 12 jam, jumlah verapamil HCl yang dilepaskan adalah sebanyak 40,96 ± 4,58%. Pelepasan terkendali dari tablet salut KPKX mengikuti pelepasan orde nol dengan mekanisme pelepasan mengikuti prinsip difusi non-Fickian pada medium asam dan basa.

The study was intended to investigate the ability of chitosan-xanthan polyelectrolyte complex (CXPC) as coating material for tablets to provide sustained-release behavior. Polyelectrolytes usually have higher swelling index only at certain pH. Therefore, drug release rate becomes unstable along the gastrointestinal tract. Through polyelectrolyte complexation, the swelling index showed good stability in wide range of pH. After 12 hours, the swelling index of CXPC in medium of pH 1.2, 5.0, and 7.4 were 16.94 ± 1.47%, 18.01 ± 3.01%, and 24.26 ± 2.14% respectively. CXPC 1% showed the gel strength of 7,13 ± 0,45 gF. CXPC showed an increase in tensile strength compared to both the previous compounds. The test showed the tensile strength of CXPC film as F1 was 460 N/m2. Core tablets were made by using direct compression method and verapamil HCl was used as drug model. Verapamil HCl tablets were coated by CXPC until they got 5,4% additional weight. Based on the study, the use of CXPC as coating material was able to provide better and more stable sustained-release behavior compared to chitosan and xanthan gum. Within 12 hours, the amount of released verapamil HCl was 40,96 ± 4,58%. Sustained-release behavior of CXPC-coated tablets followed zero-order release with mechanism of non-Fickian diffusional release in acidic and basic medium.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazwa Malahatul Fardah
"Dengan adanya kesadaran akan perlindungan lingkungan, bahan flame retardant berbasis bio menjadi pilihan utama yang mendapat perhatian bagi para peneliti. Dalam penelitian ini, kitosan dan natrium alginat sebagai sistem penghambat api dibangun di atas kain goni untuk mencapai ketahanan api yang efisien dengan metode pelapisan bertingkat. Hasil uji pembakaran UL-94V menunjukkan bahwa ketahanan api paling baik dicapai oleh kain 5 lapisan dengan waktu pembakaran 324,8 detik. C/NA membentuk lapisan arang yang melindungi permukaan kain goni, sehingga ketahanan api meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah lapisan. Kenaikan massa memiliki efek pada kinerja tahan api dalam proses pembakaran. Semua kain yang diberi perlakuan alkali meningkat dengan meningkatnya jumlah pelapisan dan lebih tinggi dari pada kain tanpa perlakuan alkali dengan pelapisan yang sama. Pemindaian mikroskop elektron menegaskan bahwa pada permukaan serat dengan pelapisan terdapat bintik putih yang menunjukkan bahwa lapisan C/NA menempel pada permukaan kain goni. Antara kain 5C/NA dan 5C/NA-A, kain 5C/NA-A memperlihatkan struktur serat yang lebih kasar jika di bandingkan dengan kain 5C/NA karena kain 5C/NA-A mendapatkan perlakuan alkali dengan perendaman dalam basa kuat, yaitu NaOH. Hasil FTIR menunjukkan jelaga kain NT tidak terlihat adanya puncak OH yang berada pada bilangan gelombang 3500 – 3200 cm-1 , hal ini menunjukkan bahwa terjadi pembakaran sempurna pada kain. Sedangkan pada spektra 1C/NA-A dan 5C/NA-A terlihat adanya puncak OH yang berada pada bilangan gelombang 3320 cm-1 , dimana menunjukkan bahwa dalam proses pembakaran tidak mampu membakar kain goni secara keseluruhan.

With environmental protection awareness, bio-based flame retardant materials are the main choice that has received attention from researchers. In this study, chitosan and sodium alginate as flame retardant systems were built on jute fabric to achieve efficient flame retardancy by a multilayer coating method. The UL-94V burning test results showed the best flame retardancy achieved by the 5-layer fabric with a burning time of 324.8 seconds. C/NA forms a char layer that protects the surface of the jute fabric, so the fire resistance increases as the number of layers increases. The increase in weight affects the flame retardant performance in the burning process. All alkali-treated fabrics increased with the addition of coating amount and were higher than those without alkali treatment with the same coating. Scanning electron microscopy confirmed that on the surface of the fibers with coatings, there were white spots indicating that the C/NA coating was attached to the surface of the jute fabric. Between the 5C/NA and 5C/NA-A fabrics, the 5C/NA-A fabric showed a coarser fiber structure when compared to the 5C/NA fabric because the 5C/NA-A fabric received alkali treatment by immersing in a strong base, NaOH. The FTIR results showed that the NT fabric did not show any OH peaks at wave numbers 3500 - 3200 cm-1 , indicating that complete combustion occurred on the fabric. Whereas in the spectra of 1C/NA-A and 5C/NA-A, there is an OH peak at wave number 3320 cm-1 , which indicates that the combustion process cannot burn the jute fabric as a whole."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>