Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Khadriyati Handayani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Irawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatika Febrianti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Kuswidhiastri
"Regulasi emosi kognitif merupakan keterampilan individu untuk mengelola pikiran dan reaksi emosional dalam menghadapi situasi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perbedaan kemampuan menggunakan strategi regulasi emosi kognitif berdasarkan jenis kelekatan dengan orang tua pada remaja akhir. Penelitian dilakukan secara cross-sectional pada 674 orang remaja akhir berusia 18-22 tahun (n perempuan = 75.2%) yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kelekatan aman (46.2%), kelekatan tidak aman-menghindar (48.2%), dan kelekatan tidak aman- ambivalen (5.8%). Penelitian menggunakan analisis One-Way MANOVA untuk mengamati perbedaan kemampuan menggunakan strategi kognitif dalam masing-masing kelompok jenis kelekatan. Penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga jenis kelekatan dalam menggunakan strategi regulasi emosi kognitif (F (18, 1328) = 11.29, p < 0.01; Pillai’s V = .265, η2 = .133). Strategi kognitif yang lebih adaptif lebih mampu digunakan oleh remaja dengan kelekatan aman, sementara remaja dengan kelekatan tidak aman lebih sering menggunakan strategi kognitif yang kurang adaptif. Perbedaan penggunaan strategi kognitif juga ditemukan pada kedua jenis kelekatan tidak aman.

Cognitive emotion regulation is the ability to manage thoughts and emotional reactions when faced with bad situations. This research aims to prove the differences between in the cognitive emotion regulation strategies of late adolescents based on their parental attachment types. Cross-sectional study was conducted on a total sample of 674 late adolescents between 18-22 years (n female = 75.2%) which are divided into three groups based on parental attachment types. A set of One-Way MANOVA was used to assess the differences in the ability to use cognitive emotion regulation strategies between groups. Results showed that there are significant differences in the three types of attachment in using cognitive emotion regulation strategies (F (18, 1328) = 11.29, p < 0.01; Pillai’s V = .265, η2 = .133). Adolescents with secure attachment are more likely to use adaptive cognitive strategies, while those with insecure attachments are more likely to use less adaptive strategies. Differences in cognitive strategy use were also found in the insecureavoidant and insecure-ambivalent attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisya Eka Setiawati
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah mengenai perbedaan strategi regulasi emosi ditinjau dari trait arvciety pada dewasa muda. Dari beberapa literatur diketahui bahwa terdapat perbedaan antara individu yang memiliki trait arvciety tinggi dengan individu yang memiliki trait arvciety rendah dalam menilai dan memproses informasi yang dirasakan mengancam (Eysenck, 2000; MacLeod et al., 1997). Hal ini memungkinkan adanya perbedaan strategi dalam mengatasi stimuius tersebut dan dapat berpengaruh pada keadaan emosional yang ditimbulkannya. Cara seseorang mempengaruhi kondisi emosionalnya disebut regulasi emosi (Gross, 1999). Regulasi emosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah regulasi emosi kognitif yaitu cara yang digunakan individu untuk mengatur pengaruh dari informasi yang dapat meningkatkan kondisi emosionalnya dengan melibatkan aspek kognisi atau pikiran yang bertujuan untuk dapat mengatur atau meregulasi keadaan emosional yang dirasakannya (Thompson dalam Gamefski et al., 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan strategi regulasi emosi kognitif yang digunakan dewasa muda yang memiliki trait arvciety tinggi dengan dewasa muda yang memiliki trait arvciety rendah. Subyek dari penelitian ini adalah pria dan wanita yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda (20-40 tahun) karena trait kepribadian yang dimiliki seseorang bersifat lebih stabil pada tahap perkembangan ini. Selain itu, emosi negatif sering terjadi pada tahap dewasa muda (Garnefski et al., 2002; Cartensen et ai.. 2000) sehingga dibutuhkan kemampuan regulasi emosi yang baik dalam menghadapi emosi negatif tersebut. Penelitian ini menggunakan Cognitive Emotion Regulaliort Ouestiorrnaire untuk mengukur strategi regulasi emosi kognitif yang digunakan subyek dan State-Trait Anxiety Inventory untuk mengukur trait arvciety yang dimiliki subvek. Berdasarkan penghitungan kuesioner yang diisi oleh 141 subyek pria dan 170 subyek wanita diperoleh 88 subyek yang memiliki trait arvciety rendah dan 79 subyek yang memiliki trait arvciety tinggi. Dari penghitungan dengan menggunakan metode penghitungan t-test diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan strategi self blartre, rumination, refocus on planning, positivc reappraisal, catastrophizing, blamir.g others, dan positive refocusing. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan strategi acceptance dan putling into perspective antara kedua kelompok. Berdasarkan perbandingan nilai mean diketahui bahwa dewasa muda yang memiliki Irail awtiety tinggi lebih sering menggunakan strategi yang kurang adaptif dibandingkan dewasa muda yang memiliki trait aivcicty rendah. Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian ini. sebaiknya digunakan metode pengumpulan data selain self report questiormaire untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai irait aivciety dan strategi regulasi emosi yang digunakan subyek. Saran lainnya, perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh proses kognitif terhadap strategi regulasi yang digunakan seseorang dan untuk tujuan intervensi, perlu diteliti strategi regulasi emosi kognitif apa yang paling efektif dalam membantu mengatasi kecemasan."
2005
S3482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Ingranurindani
"Sebagai seseorang yang mengemban berbagai peran, ibu bekerja dihadapkan dengan berbagai tekanan yang dapat menimbulkan emosi-emosi negatif. Emosi-emosi yang negatif dapat berakibat buruk bagi kesejahteraan fisik maupun psikologis, jika tidak diregulasi dengan baik. Ibu bekerja yang dapat meregulasi dengan baik emosiemosi negatifnya akan lebih menikmati peran-perannya. Hardiness merupakan karakteristik kepribadian yang memampukan individu untuk tetap sejahtera secara fisik dan psikologis dalam situasi penuh tekanan, dan salah satu alasannya adalah karena individu yang hardy lebih mampu meregulasi dengan baik emosi-emosi negatif yang dialaminya, dibandingkan dengan individu yang kurang hardy.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sembilan strategi regulasi emosi secara kognitif dengan hardiness pada ibu bekerja. Sampel dalam penelitian ini adalah 72 ibu bekerja usia dewasa muda yang bekerja di DKI Jakarta. Hasil penelitian dengan menggunakan teknik korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara hardiness dengan strategi positive reappraisal (r = .246, los = .05), dan hubungan yang signifikan dan negatif antara hardiness dengan strategi catastrophizing (r = -.252, los = .05), pada ibu bekerja. idak ditemukan korelasi yang signifikan antara hardiness dengan ketujuh strategi regulasi emosi secara kognitif lainnya (self blame, acceptance, rumination, positive refocusing, refocus on planning, putting into perspective, blaming others).

Working mothers were faced with various stress conditions because of their multiple roles. These stressful conditions can evoke negative emotions which need to be regulated, so that it won't negatively impact their psychological and physiological well-being. Those who can effectively regulate their negative emotions will have a bigger chance to enjoy their multiple roles. Hardiness is a personality variable that makes a person to stay physiologically and psychologically healthy in stressful conditions. One of the reasons is because hardy people regulate their negative emotions more effectively than non-hardy people.
The purpose of this research is to see if there?s any significant correlation between nine cognitive emotion regulation strategies with hardiness among working mothers. The sample in this study was 72 young adults working mothers in Jakarta. The Spearman correlation showed that there?s a significant and positive correlation between positive reappraisal and hardiness (r = .246, los = .05), and also a significant and negative correlation between catastrophizing and hardiness (r = -.252, los = .05), among working mothers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Endang Sriningsih
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S2532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresidder, Andrew
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2005
155.4 TRE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Edy Subandono
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
S2470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisea Rainima
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa korelasi antara Keketatan Budaya dan kecenderungan individu dalam melakukan Penekanan Emosi. Selain itu, penelitian ini juga memeriksa apakah religiusitas bertindak sebagai moderator dalam interaksi antara pengaruh Keketatan Budaya dan Penekanan Emosi. Keketatan budaya mengacu pada keberadaan norma sosial yang ketat dan tidak fleksibel. Religiusitas ditandai dengan keyakinan kuat terhadap adanya kuasa yang lebih tinggi. Penekanan emosi melibatkan penahanan ekspresi emosi yang dilakukan secara sengaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan analisis korelasi dan moderasi untuk menjawab tujuan dari penelitian. Penelitian ini melibatkan 141 partisipan yang diperoleh menggunakan teknik convenience sampling melalui iklan di berbagai platform media sosial dan poster. Temuan penelitian mengkonfirmasi semua hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Ditemukan bahwa Keketatan Budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan Penekanan Emosi. Selain itu, terdapat efek moderasi yang signifikan dan negatif dari Religiusitas pada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Meskipun hasil moderasi yang diperoleh memiliki skor yang signifikan, namun temuan temuan ini tidak sesuai dengan asumsi awal penelitian. Hal ini dapat dijelaskan melalui pandangan bahwa kesadaran bahwa identitas sosial pada dasarnya fleksibel dan mudah beradaptasi, sehingga memungkinkan mereka untuk hidup berdampingan tanpa konflik.

The purpose of this study was to examine the correlation between Cultural Tightness and Emotion Suppression. The purpose also included examining if Religiosity acts as a moderator in the interaction between the influence of Cultural Tightness and Emotion Suppression. Cultural tightness refers to the presence of strict and inflexible social norms. Religiosity is characterised by a strong belief in a higher power. Emotion suppression involves deliberately reducing the outward display of emotions. The study employed a cross-sectional research design and utilised correlation analysis and moderation analysis to determine the study's findings. A total of 141 participants responded to the link that was distributed using convenience sampling technique, which involved utilising various social media platforms and posters for the study. The research findings confirmed all the hypotheses that were formulated for investigation. It was found that Cultural Tightness has a significant relationship with Emotion Suppression. Additionally, there was a significant and negative moderating effect of Religiosity on the relationship between the main independent variable and dependent variables. The research findings did not align with the initial assumptions of the study, despite the presence of significant moderation. This led to the realisation that social identities are inherently flexible and adaptable, enabling them to coexist without conflicts.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>