Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168353 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Novasari
"ABSTRAK
Kekerasan yang terjadi dalam lingkungan keluarga adalah realita yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Berdasarkan data statistik, wanita dan anak-anak adalah dua kelompok yang paling sering menjadi sasaran kekerasan dalam rumah tangga: Namun, penelitian mengenai hal tersebut lebih banyak dilakukan oleh para profesional di luar negeri, khususnya negara-negara Barat. Sedangkan di Indonesia sendiri belum terlalu banyak penelitian yang dilakukan untuk mengupas tema kekerasan dalam lingkungan keluarga, khususnya kekerasan terhadap anak. Berangkat dari beberapa pandangan teoritis yang mengatakan bahwa korban kekerasan di masa kanak-kanak akan berpotensi untuk membina relasi interpersonal -khususnya relasi intim romantis heteroseksual- di masa dewasanya kelak, peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran konflik dan strategi coping dalam relasi intim romantis heteroseksual pada dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan di masa kanak-kanaknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif analitis. Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah wawancara terfokus dan observasi. Selama proses pengumpulan data, peneliti berhasil mendapatkan 3 orang subyek (1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan), yaitu para dewasa muda yang mengalami kekerasan di masa kanak-kanaknya, serta sedang atau pernah menjalani relasi intim heteroseksual. Setelah melakukan penelitian, hasil yang didapat oleh peneliti adalah bahwa dari ketiga orang subyek dewasa muda yang mengalami kekerasan di masa kecilnya, ternyata hanya 1 orang subyek yang meneruskan rantai kekerasan dengan melakukan tindakan agresivitas terhadap pasangannya. Subyek laki-laki dan perempuan ternyata juga memiliki orientasi yang berbeda dalam relasi intim heteroseksualnya. Pada subyek laki-laki, keintiman fisik dan emosional yang dapat diwujudkan melalui aktivitas-aktivitas seksual menjadi prioritas terpenting dalam hubungannya. Di sisi lain, ia tidak ingin merasa terikat oleh adanya komitmen dengan pasangan. Pada salah seorang subyek perempuan, ia memiliki kebutuhan yang sangat besar terhadap afeksi dan kasih sayang dari pasangannya. Namun di sisi lain, ia juga memiliki kebutuhan akan power dan dominasi yang juga sama kuatnya. Pada salah seorang subyek perempuan yang lain, kebutuhan akan afeksi dan penghargaan menjadi aspek terpenting yang mewarnai hubungannya. Jika kedua hal tersebut tidak berhasil didapatkannya dari hubungan yang dijalaninya, maka ia pun akan dengan sangat mudah mengambil jalan pintas untuk segera mengakhiri hubungan tersebut. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa semua bentuk kekerasan yang dialami masing-masing subyek di masa kanak-kanaknya menggoreskan luka psikologis yang mendalam pada diri mereka. Namun, dari ketiga bentuk penyiksaan fisik, emosional, dan seksual yang mereka terima, kekerasan emosionallah yang paling meninggalkan luka traumatis bagi diri mereka. Kedua orang subyek perempuan mengatakan bahwa mereka memiliki trauma atas pengalaman kekerasan seksualnya di masa kanak-kanak, sedangkan pada subyek laki-laki hal tersebut tidak dialaminya. Konflik yang terjadi dalam relasi intim heteroseksual pada masing-masing subyek dilatarbelakangi oleh pengalaman traumatis mereka di masa kecil. Strategi coping yang dilakukan tiap subyek pun bersifat unik dan menunjukkan ciri khas karakter dari masing-masing individu."
2005
S3512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrianda Bachtiar
"ABSTRAK
Menjalani operasi adalah suatu pengalaman yang menimbulkan stres
karena melibatkan ancaman terbadap integritas tubuh dan kadang ancaman
kematian (dalam Uddin et al., 2002). Dalam rnengbadapi operasi diperlukan
kesiapen fisik dan kesiapan psikologis dari pasien. Kesiapan psikologis untuk
menjalani operasi berpengaruh pada kesembuhan pasien di mana semakin cemas
pasien sebelum operasi, semakin sullt penyesuaian dan pernulihan pasca operasi
(Aderson, Masur, & Johnson, dalam Sarafino, 1998). Kecemasan adalah respon
dasar manusia terhadap bahaya yang tidak dapat dihindarkan dan salah satu reaksi
paling umurn terhadap penyakit (dalam Grieve, 2002).
Penelitian Uddin et at (2002) mengenai kecemasan pra-operasi
mendapatkan bahwa 55 persen pasien pra-operasi memgekspresikan ketakutan
merek. Pasien dari kelompok usia yang lebih muda ( di bawah 38
talmn) merasa lebih tegang namun tidak ditemukan perbedaan yang berkaitan
dengan jenis kelamin maupun tingkat pendidikan Berdasarkan penelitian Egber
(dalam Uddin et at, 2002) dan Epczyk, Raleigh, Rowley (dalam Wieru;, 1998)
diperoleh basil pasien perempuan lebih cernas dihandingkan pasien laki-laki.
Walaupun demikian, penelitian lain mendapaftkan hasil pasien Iaki-laki lebih
cemas (Friedlander et at, dalam Wiens, 1998). Pada umurnnya kebanyakan
pasien pra-operasi merasa cemas namun mereka tidak dapat menyebutkan secara
spesifik hal yang dicemaskan (dalam Long, 1996; dalam Moennan & Van Dam,
1995). Seeara teoritis dikatakan bahwa hila penyebab kecemasan dapat diketahui,
maka penanganan yang spesifik dapat diberikan Oleh karena itu penelitian ini
bermaksud meng-identifiaksi surnber utama kecemasan pra operasi yang
dirasakan pasien yang akan menjalani operasi berencana, yaitu operasi yang telah
dijadwalkan pelaksanaannya.
Penelitian ini adalah penelitian eksploratif dan deskriptif dengan
menggunakan pandekatan kuantitatif. Subyek diambil berdasarkan tekuik
purposive sampling. Subyek penelitian (N~30) adalah pasien yang akan
menjalani operasi berencana di rumah sakit Krakatau Medika. Alat nkur yang
dipakai untnk mengambil data adalah inventori surnber kecemasan pra operasi
yang dikembangan untuk penelihan ini, yang terdiri dan 10 domain yaitu
persiapan operasi, anestesi~ operasi, rasa sakit pasca-operasi, penampilan fisik,
ekonomi, keluarga, pekerjaan, kisah buruk seputar operasi, dan hambatan
aktivitas.
Data yang didapat diolah dengan metode analisis coefficient alpha
Cronbach, statistik deskriptif dan t-test. Penghitungan dilakukan dengan bantuan
program SPSS 11.
Hasil penelitian mendapatkan sumber utama kecernasan pra-Qperasi
berbeda-beda pada tiap pasien. Kebanyakan subyek dalam penelitian ini memilih
aspek persiapan operasi sebagai sumber utama kecemasan mereka. Dalam
penelitian ini didapatkan hasil ada perbedaan yang signifikan pada aspek
pekeijaan dan hambatan aktivitas berdasarkan jenis kelamin subyek. Hal ini
berkaitan dengan staus pekeljaan subyek di mana sebagian besar subyek
perempuan adalah ibu rumah tangga Selain itu persepsi mengenai peran gender
dianggap mempengaruhi perbedaan ini. Aspek hambatan aktivitas berkeitan pula
dengan aspek pekerjaan sebah bila seseorang tidak dapat beraktivitas maka ia
akan kesulitan melaksanakan pekerjaannya. Hal baru yang muncul dalam
penelitian ini yang tidak dijumpai dalam penelitian sebelumnya adalah sumber
kecemasan ekonomi.
Saran yang dianjurkanan untuk perbaikan penelitian ini adalah pengayaan
behan pustaka, mempertimbangkan lagi keseimbangan jumlah pemyataan dan
sejauh mana mereke mewakili aspek yang akan diukur, memperbenyak jumlah
dan variasi sampet, dan penelitian pra operasi sebaiknya diikuti deng:an penelitian
pasca-operasi agar basil yang didapat lebih komprehensiff' Selain itu penelitian
mengenai sumber kecemasan pra operasi dapat juga dilengkapi dengan
pengukuran tingkat kecemasan agar dapat dilakukan perhltungan statistik untuk
meng-identifikasi sumber kecemasan pra-operasi mana yang paling berpengaruh
terhadap kecemasan pra-oPerasi."
2005
T38215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Adiantini
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai konflik yang dihadapi masing-masing individu yang melakukan perkawinan boda agama dan gambaran konflik intenpcrsonal yang, dihadapi, serta bagaimana gaya konflik yang digunakan dalam menyelesaikan konflik tersebut. Konflik pada pasangan suami-istri beda agama ditinjau dari sumber-sumber konflik pada perkawinan beda agama menumt Bossard & Boll (1957), yaitu berkaitan dengan pelaksanaan ibadah suami istri, keluarga dari pihak suami maupun istri, dan agama anak. Gaya konflik dilihat melalui model dari Kilmann & Thomas (1975), yang terdiri dari avoidance, competition, compromise, accommodariorz, dan collaboration.
Penclitian dilakukan secara kualitatif tcrhadap 3 (tiga) pasang suami-islri yang berada dalam rentang usia dewasa muda (20-40 tahun). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa konflik pada pasangan dewasa muda beda agama lebih banyak disebabkan oleh pcrbedaan sifat dan preferensi, bukan oleh perbedaan agama di antara mereka. Hal ini dipcngamhi adanya penerimaan akan konsekuensi perkawinan beda agama sejak sebelum menikah. Sctiap pasangan mengalami konflik dengan keluarga dari pihak istri atau pihak suami.
Perbedaan dalam konflik intmpersonal (konflik di dalam diri) setiap subyek dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang dan karakteristik pribadi. Sebagian besar subyek menggunakan Iebih dari dua gaya kontlik, dan setiap gaya konflik digunakan pada area, situasi, ataupun tingkat kepentingan konflik yang beragam. Ketiga pasang subyek merasa bahwa gaya konflik yang mereka gunakan sudah cukup cfcktitkmtuk mengatasi konflik yang dialami.

This study is aimed at examining the conflicts faced by individuals entering the interfaith marriages, the interpersonal conflicts ensuing from the relationship, and the styles or strategies applied to resolve the conflicts. Marital conflicts among couples of ditferent religious beliefs as viewed from the sources ofconilicts among interfaith marriages according to Bossard & Boll (1957) are related to religious rituals between husband and wife, interferences by husband’s or wife’s relatives, and the belief of the children. This study describes the interpersonal conflict style of Kilmarm & Thomas (1975), i.e., avoidance, competition, compromise, accommodation, and collaboration.
The qualitative study was conducted to three (3) married couples in the young adult period (ages 20 to 40). This study shows that conflicts among the young adult married couples with different religious beliefs are more frequently due to disagreement in personal dispositions and preferences, rather than the differences in their religious beliefs. It is hypothesized that this is attributable to the recognition of the consequences resulting from the differences in religious beliefs even prior to the marriage. It is also described that all couples have had conflicts with the husband’s or the wife’s relatives.
The characteristic of intrapersonal conflicts of each subject is affected by dissimilarity in individual background and characteristics Most of the subjects use more than two conflict styles, and each style is applied in a various setting, situation, and conflict levels of interest. All of the three couples believe that the conflict styles they use are effective in coping with the conflicts they undergo.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34138
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Toulasik, Anita Welhelmina
"Endoskopi saluran cerna merupakan prosedur pemeriksaan saluran cerna secara langsung. Prosedur ini dapat digunakan untuk tujuan diagnostik maupun terapeutik. Pasien yang menjalani prosedur endoskopi dapat mengalami kecemasan yang diakibatkan karena kurangnya informasi mengenai prosedur, efek samping prosedur maupun hasil pemeriksaan yang akan diterima.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani prosedur endoskopi saluran cerna di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan jumlah sampel sebesar 38 orang. Instrumen yang digunakan adalah Spielberg State-Trait Axiety Inventory (STAI) yang telah dimodifikasi.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebanyak 73,7% pasien yang akan menjalani prosedur endoskopi mengalami kecemasan tingkat ringan dan jumlah responden yang paling banyak mengalami kecemasan tingkat ringan, sedang, dan berat ditemukan pada responden yang berusia dewasa madya. Diharapkan perawat dapat memberikan intervensi untuk mengatasi atau mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien yang akan menjalani prosedur endoskopi.

Gastrointestinal endoscopy is a procedure that used to examine that gastrointestinal tract. This procedure can be used for diagnostic and therapeutic purpose. The patient who undergo this procedure can feel anxious due to the lack of information about the procedure, the side effects of the procedure, and the result of the examination. Some studies found that gastrointestinal endoscopy arise anxiety to the patient.
This research aim to identify the anxiety level of the patient who will undergo the endoscopy procedure at Gatot Soebroto Army Center Hospital Jakarta. This research used descriptive method, with 38 respondents as sample. The instrument used in this research was Spielberg State-Trait Axiety Inventory (STAI) that have been modified.
The results showed that 73,7 percent of the respondents who will undergo the endoscopy procedure had low level of anxiety and the largest amount of respondents which has had low, moderate, and severe level of anxiety was found in the middle adult respondents. Nurses are expected to give interventions to overcome or minimize patient’s anxiety before undergoing endoscopy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Herawaty
"ABSTRAK
Keluarga dengan pola asuh yang cenderung otoriter (parent-center), menerapkan
mengharapkan kepatuhan langsung dari anak; kontrol yang sangat ketat; tingkah laku dan
sikap anak dievaluasi menurut standar mutlak yang ditetapkan otoritas tertinggi dalam
keluarga; dituntut hormat pada otoritas yang merupakan tradisi dan sistem struktur
tracisional dalam keluarga; tidak mengijinkan terjadinya diskusi antara orang tua dengan
anak dalam membahas suatu hal; anak harus menerima bahwa apa yang dikatakan orang
tua adalah benar dan lain-lain (Baumrind, dalam Berns, 1997;Ormrod,2000).Rachel Elder
(da am Bigner,1979) dalam risetnya menemukan bahwa konsep secara tradisional adalah
ayah berperan sebagai kepala keluarga dan berkuasa atas keputusan penting keluarga. Hal
ini bertentangan dengan tugas perkembangan anak usia dewasa muda yakni otonomi diri
yang menyebabkan kemungkinan terjadinya konflik antara ayah dan anak usia dewasa
muda. Peneliti tertarik meneliti dewasa muda yang memiliki status mahasiswa karena
keunikannya. Salah satunya adalah lebih peduli dengan hal-hal yang menarik bagi dirinya,
leb.h responsif pada beberapa situasi yang menekan yang mungkin bagi individu lain tidak
mempengaruhi tindakan mereka (Sear, dalam Wrightsman,1993).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran isu konflik yang terjadi antara ayah
dan anak dan penghayatan anak terhadap isu konflik yang menekan serta strategi coping
yang digunakannya. Peneliti menggunakan pembagian strategi coping yang dikembangkan
oleh Carver, Scheier, dan Weintraub (1989). Lima strategi Problem Focus Coping (active
coping, pianning, suppression ofcompeting activities,restrain coping, seeking sociai support
fot instrumental reason). Lima strategi Emotiona/ Focus Coping (seeking sociai suppoit for
emotiona/ reason,positif reappraisal,denial, acceptance, turning to reiigion). Tiga strategi
coping yang maladaptif {Focusing on and venting of emotion, behaviorai dan mental
dit .iengagement).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan
data adalah wawancara mendalam pada 2 mahasiswa perempuan dan 2 mahasiswa laki-laki.
Metode pengambilan responden yang digunakan adalah non probability sampling yakni
in, :endentai purposif sampling.
Hasil penelitian ini menemukan isu konflik yang sering muncul adalah otonomi diri
sebagai individu dewasa muda, pekerjaan rumah tangga, perbedaan prinsip dengan ayah
dan sifat ayah, perencanaan arah hidup, pemilihan bidang kerja, dan terlibat dalam aktifitas
masyarakat.
Isu-isu konflik dengan ayah yang dirasa menekan oleh hasiswa dewasa mdua
penelitian ini meliputi 5 hal yakni otonomi responden yakni ayah masuk kamar responden
tanpa seijin responden; ayah yang menuntut prestasi tertentu di bidang kuliah yakni harus
luius SI 4 tahun; pekerjaan yakni ayah yang tidak setuju responden bekerja di luar bidang
studi kuliahnya dan bekerja sebelum lulus kuliah; terlibat hubungan asmara dan pemilihan
pncar; perijinan aktivitas. Perasaan yang umumnya dirasakan mahasiswa usia dewasa muda saat
mengalami konflik dengan ayah mengenai masalah yang menekan adalah tertekan,
sedih, merasa tidak terima; marah; benci dan jijik; merasa frustrasi, tidak berguna, dan
Tuhan pun tak dapat menolong; menyesal yang dalam akan ketidakmampuannya berani
mengambil sikap di waktu lampau; dendam dan kecewa.
Strategi coping yang digunakan responden untuk mengatasi isu-isu konflik yang
dirasa menekan adalah mental disengagement,fbcusing on and venting emotion, restrain
coping, dan active coping, turning to reiigion, deniai, planning, dan seeking socia!support
fcr intrumental reason,seeking socia/ support for emotional reason, acceptance,
suppression ofcompeting activfaes dan behavioral disengagement.
Bahan diskusi penelitian ini. adalah ada kemungkinan faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan strategi coping mahasiswa sebagai anak yakni kondisi keluarga,
selain faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping yang ada dalam penelitian
Holahaan dan Moos (1987) dan Carver, Scheier, dan Weintraub (1989). Selain itu, tiaptiap
karakteristik kepribadian yang ada dalam faktor karakteristik kepribadian, ternyata
seling berkaitan dan mempengaruhi sehingga sulit menentukan strategi coping individu
berdasarkan karakteristik kepribadian.
Saran untuk anak dan orang tua adalah mengembangkan komunikasi yang
terbuka antara ayah dan anak dalam mengunkapkan kebutuhan masing-masing dan
juga mengembangkan empati di kedua belah pihak. Selain itu, untuk anak sebaiknya
nrengggunakan restrain coping saat konflik verbal dengan ayah dan juga menggunakan
turning to reiigion disamping menggunakan strategi coping yang adaptif lain.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melihat konflik antar ayah dan anak
duri dua belah pihak dan coba melihat penyebab orang tua menerapkan pola asuh yang
o oriter serta strategi coping anak saat konflik dengan orang tua mengenai pemilihan
jurusan SI, menggali data lebih dalam saat pengambilan data,membatasi tahap stress."
2002
S3093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greace Natalia
"Pengalaman bersalin merupakan stressor yang perlu dihadapi oleh ibu bersalin menggunakan mekanisme koping. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi mekanisme koping pada ibu bersalin di Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan responden 100 ibu pasca bersalin yang direkrut menggunakan teknik aksidental. Instrumen adalah Taylor Manifest Anxiety Scale dan Labor Coping Scale yang diadaptasi. Hasil penelitian menunjukkan 58% ibu mengalami kecemasan, dengan 80% ibu merasa mendapatkan perhatian, serta 81% ibu merasa tenang selama persalinan. Artinya, walaupun cemas ibu memiliki koping yang sangat baik saat bersalin. Peneliti merekomendasikan tenaga kesehatan terus memberikan intervensi terkait koping pada ibu bersalin terutama ibu primipara.

The experience of giving birth is a stressor that needs to be faced by giving birth mothers using coping mechanisms. The purpose of this study was to identify coping mechanisms for mothers giving birth in South Tangerang. This research is a descriptive quantitative research with 100 postpartum mothers who were recruited using accidental techniques as respondents. The instruments are the Taylor Manifest Anxiety Scale and an adapted Labor Coping Scale. The results showed that 58% of mothers experienced anxiety, with 80% of mothers feeling that they were getting attention, and 81% of mothers feeling calm during labor. That is, even though the mother is anxious, she has very good coping during childbirth. Researchers recommend that health workers continue to provide coping-related interventions for mothers in labor, especially primiparous mothers."
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waheeda B. Abdul Rahman
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebahagiaan wanita dewasa muda yang dibesarkan dalam keluarga poligami. Selain itu, untuk mengetahui keutamaan dan kekuatan yang dimiliki dan bagaimana mereka mengaplikasikannya di dalam kehidupan mereka untuk meraih kebahagiaan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan disain deskriptif. Kuesioner VIA-IS juga digunakan untuk mengenal keutamaan dan kekuatan subjek penelitian.
Subjek penelitian terdiri dari empat wanita dewasa muda yang dibesarkan dalam keluarga poligami. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, sedangkan analisis dilakukan dengan merujuk pada hasil dari kuesioner VIA-IS, standar dan pendapat peneliti.
Dari analisis terhadap hasil wawancara dan perhitungan nilai dari kuesioner VIA-IS, disimpulkan bahwa: 1) gambaran poligami yang dilakukan ayah adalah rata-rata mereka hidup harmonis walaupun ada konflik tetapi tidak terlalu serius, hanya iri-irian; 2) gambaran penghayatan terhadap poligami yang dilakukan ayah adalah tidak mempermasalahkan perilaku tersebut; 3) semua subjek secara keseluruhan bahagia dengan kehidupan mereka karena hubungan interpersonal yang baik.; 3a) gambaran kebahagiaan mengenai masa lalu yang berpengaruh adalah emosi positif pride, gratitude dan forgiveness; 3b) gambaran kebahagiaan masa depan hanyalah emosi positif hope; 3c) gambaran kebahagiaan saat ini pleasure dan gratifikasi yang disesuaikan dengan keadaan di pondok pesantren; 4) gambaran penghayatan subjek mengenai keterkaitan antara poligami yang dilakukan ayah dengan kebahagiaan adalah pada awal mereka terpengaruh tetapi dengan berjalannya waktu, tidak terpengaruh; 5) keutamaan dan kekuatan yang dimiliki subjek adalah Forgiveness and Mercy dan Gratitude.
Hasil penelitian menyarankan data harus dari beberapa sumber; melakukan penelitian kuantitatif; mengacu pada teori yang khusus untuk kekuatan gratitude bersama forgiveness and mercy; meneliti gambaran proses pembentukan dan aplikasi kekuatan gratitude dan forgiveness and mercy; subjek penelitian diganti dengan mereka yang berada di luar pondok pesantren; melakukan penelitian cross-sectional untuk membandingkan kebahagiaan mereka yang dibesarkan di dalam keluarga bercerai dan keluarga poligami.

The focus of this study was to understand the authentic happiness among young adulthood women in polygamous families; as well as to identify their virtues and strengths and how they applied them in their lives to gain authentic happiness. This was a qualitative descriptive interpretive study. Questioner VIA-IS was also used to identify the virtues and strengths of the subjects in this study.
The subjects in this study were four young adulthood women from polygamous families. The data was acquired through deep interview and analysis was done referring to the results from questioner VIA-IS; and the standards and opinions set by the researcher.
From the analysis of the results of the interviews and the questioner VIA-IS, the conclusions were: 1) the descriptions of polygamous families were generally harmonious even though there were some minor conflicts mainly jealousies; 2) there were no hard feelings generated from the polygamies committed by their fathers; 3) all subjects were generally happy in their lives because of very good interpersonal relationships; 3a) positive emotions like pride, gratitude and forgiveness influenced their authentic happiness about the past; 3b) only hope influenced their authentic happiness towards the future; 3c) pleasure and gratification were adapted to their lives in a boarding school; 4) they were at first influenced by the polygamies but later accepted them; 5) Forgiveness and Mercy with Gratitude were the strengths that they made used of in their lives.
Suggestions made from the results of the study were that data should be from a few sources; quantitative research should be undertaken; must concentrate on specialized theories based on the strengths gratitude with forgiveness and mercy; research on the descriptive process of the formation and application of the strengths gratitude with forgiveness and mercy; subjects can be replaced with those not living in a boarding school; conduct a cross-sectional study to compare the authentic happiness of young adulthood women from divorced families and polygamous families."
2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Sutati
"Beberapa bayi yang dirawat di NICU dan dilakukan tindakan intubasi menjadi salah satu penyebab kecemasan pada orang tuanya (Haines Perger & Nagy, 1995). Setiap orang memberikan respon berbeda terhadap cemas sesuai dengan tingkat kecemasan yang dihadapi. Paplau membagi dalam empat tingkat (Stuart & Sundeen, 1995), yaitu cemas ringan, sedang , berat dan panik.
Berdasarkan pengamatan di NICU RSAB Harapan Kita sebagian besar orang tua yang bayinya dirawat menunjukkan tanda-tanda kecemasan seperti marah-marah, sering bertanya kepada perawat dan dokter, mondar-mandir di dalam ruang perawatan, menangis dan selalu ingin dekat dengan bayinya.
Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui Gambaran tingkat kecemasan orang tua yang bayinya dirawat di NICU RSAB Harapan Kita Jakarta Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan menggunakan uji statistik tendensi sentral.
Hasil penelitian menunjukkan responden 3,6% tidak mengalami cemas, 23,06% cemas ringan, 32,67% cemas sedang dan 40,67% cemas berat yang dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan, penghasilan dan agama atau kepercayaan yang dianutnya Rekomendasi untuk peneliti lain apabila tertarik untuk melakukan peneletian yang berkaitan dengan tingkat kecemasan orang tua yang bayinya dirawat di NICU untuk menggunakan desain lain."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4989
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edelweisya Josephine Jolanda
"Bias atensi merupakan bias dimana seseorang cenderung mengalokasikan atensinya terhadap suatu jenis stimulus dibandingkan stimulus lain (Fadardi et al., 2016). Berdasarkan jenis stimulusnya, bias atensi dibagi kembali menjadi positif dan negatif. Berbagai penelitian sebelumnya telah membahas hubungan antara kedua bias atensi tersebut dengan kecemasan, namun hasil yang ditemukan berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara bias atensi positif dan negatif yang dimiliki oleh kelompok dewasa muda dengan tingkat kecemasan tinggi dan rendah. Penelitian ini memiliki desain kuasi-eksperimental dengan desain between-within subject. Partisipan dikelompokan berdasarkan skor kecemasan di alat ukur STICSA-T dan melakukan eksperimen emotional stroop-task yang terdiri dari 120 stimulus kata yang bersifat positif, negatif dan netral. Penelitian ini terdiri dari 68 dewasa muda yang terdiri dari 58 perempuan dan 10 laki-laki (M umur = 20,96, SD = 1,29). Hasil penelitian menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara bias atensi negatif dan positif antara kelompok dengan kecemasan tinggi dan rendah. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang belum dipertimbangkan sebelumnya seperti regulasi emosi, mood, item eksperimen serta sampel penelitian.

Attentional bias is the tendency for someone to allocate their attention to a certain type of stimuli compared to other stimuli that are present (Fadardi et al., 2016). Based on the type of stimuli of the attention, attentional bias is subdivided into positive and negative attentional bias. Previous researches have discussed the relationship of attentional bias and anxiety, yet the results indicate different findings. This research’s purpose is to clear the relationship between positive and negative attentional bias with high and low trait anxiety in young adults, in which the trait anxiety level was measured using STICSA-T. This research is a quasi-experimental research with between-within subjects, in which each anxiety group did an emotional stroop task of 120 stimuli that consists of positive, negative and neutral words to measure their positive and negative attentional bias. The participants of this research consists of 68 young adults, 58 women and 10 male (M age = 20,96, SD = 1,29). The results of this research found that there are no significant differences between the positive and negative attentional bias between groups of high and low trait anxiety. This finding may be influenced by other factors such as emotional regulation, mood, experiment items and the research samples."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>