Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Made Santhi Oktariyani
"ABSTRAK
Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda mengenai kriteria pasangan
hidup. Pandangan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam interaksi
individu dengan lingkungan. Sejak kecil individu telah ditanamkan ide mengenai
pernikahan yang bahagia dan kriteria pasangan hidup yang baik, antara lain melalui
sistem nilai yang dianut orang tua. Penanaman sistem nilai tersebut tidak terlepas dari
pola pengasuhan orang tua kepada anak. Suku Bali dengan sistem Patrilinial
memberikan peran yang besar pada ayah untuk menentukan dengan siapa anak boleh
menikah. Peran ini akan lebih terlihat apabila ayah mengharapkan anak tunggal
perempuan mereka untuk menjadi penerus keluarga. Dalam hal ini, anak tunggal
perempuan harus tetap tinggal di keluarga mereka, dan apabila mereka menikah maka
suami masuk dalam keluarga perempuan (Nyentana). Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran peran ayah dalam pemilihan pasangan hidup anak tunggal
perempuan dalam keluarga Bali yang menetap di luar Pulau Bali, faktor-faktor yang
mempengaruhi kriteria pemilihan pasangan hidup anak tunggal perempuan, serta
mengetahui pengaruh adat Bali dalam pemilihan pasangan hidup anak tunggal
perempuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan
wawancara sebagai alat pengumpulan data utama dan observasi sebagai alat
penunjang. Wawancara dilakukan pada 3 orang subyek anak tunggal perempuan yang
memiliki ayah dari suku Bali, berusia 21-30 tahun, berasal dari status sosial ekonomi
menengah ke atas, dan tinggal di luar Bali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayah berperan dalam pemilihan pasangan
hidup anak tunggal perempuan dengan cara memberikan masukan dan gambaran
kriteria laki-laki yang mereka inginkan untuk menjadi pasangan hidup anak tunggal
perempuan. Ayah tidak secara langsung berperan dalam menjodohkan anak tunggal
perempuan dengan laki-laki pilihan mereka. Ayah juga tidak menekan kesedian laki-laki
untuk nyetana sebagai kriteria pasangan hidup anak tunggal perempuan. Dalam
penelitian ini ditemukan bahwa ayah terutama berperan dalam penanaman disiplin,
kemandirian, dan prestasi akademik anak tunggal perempuan mereka.Hasil penelitian
juga menunjukkan 3 faktor yang mempengaruhi anak tunggal perempuan dalam memilih
pasangan hidup, yaitu faktor homogami, faktor derajat pernikahan, dan faktor jaringan
sosial. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa pemahaman anak tunggal
perempuan mengenai nyentana masih terbatas.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar mengikutsertakan subyek ayah
dalam penelitian. Selain itu, penelitian juga dapat dilakukan dengan pendekatan
kuantitatif dengan cara membandingkan berbagai wilayah di Bali, atau membandingkan
beberapa suku di Indonesia."
2002
S3179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farich Styowati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi urutan perkembangan theory of mind
(ToM) anak usia 5-7 tahun di rural dan urban serta untuk mengetahui peran budaya
individualis atau kolektivis dan parenting attitude terhadap perkembangan theory of
mind anak. Penelitian ini melibatkan 91 partisipan ibu dan anak dari suku Jawa di rural
dan urban. Kemampuan theory of mind diukur menggunakan Theory of Mind Task.
Budaya diukur dengan Skala Pengasuhan Individualis atau Kolektivis dan parenting
attitude diukur menggunakan Parenting Attitude Inventory. Penelitian ini juga akan
mengukur komponen sarcasm untuk pertama kali di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa urutan perkembangan theory of mind anak di rural dan urban tidak
mengikuti pola urutan ToM western atau eastern dengan urutan komponen ToM diverse
desire > hidden emotion > diverse belief > sarcasm > knowledge access > false belief
> second order. Budaya individualis atau kolektivis dan parenting attitude ditemukan
tidak signifikan dalam memprediksi perkembangan theory of mind anak di rural dan
urban, tapi parenting attitude pola konformiti menunjukkan hubungan negatif secara
signifikan dengan komponen hidden emotion.

This study aims to identify the sequence of development of theory of mind (ToM) of
children aged 5-7 years in rural and urban areas and to determine the role of
individualist or collectivist culture and parenting attitude towards the development of
theory of mind. This study involved 91 participants of mothers and children from
Javanese in rural and urban areas. The ability of theory of mind is measured using
Theory of Mind Task. Culture preferences is measured by the Individualist or
Collectivist Parenting Scale and parenting attitude is measured using Parenting Attitude
Inventory. This research will also measure the components of Sarcasm for the first time
in Indonesia. The results showed that the sequence of development of theory of mind of
children in rural and urban areas did not match with the pattern of western or eastern
ToM sequences and showed a sequence of ToM components diverse desire> hidden
emotion> diverse beliefs> sarcasm> knowledge access> false beliefs> second order.
Individualist or collectivist culture and parenting attitude were found to be insignificant
in predicting the development of children's theory of mind in rural and urban areas, but
parenting attitude conformity patterns showed a significant negative relationship with
the hidden emotion component.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Kusnadi
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana gambaran parenting pada pasangan penderita skizofrenia terhadap anak dalam keluarga inti. Peneliti juga ingin melihat bagaimana pandangan dari pasangan penderita skizofrenia tentang skizofienia, determinan parenting yang dimilikinya dan komponen parenting yang dikaitkan dengan teori Martin & Colbert dan Dwevedi tentang parenting. Dalam parenting komponen yang utama adalah komponen perhatian (care), kontrol dan pengembangan (development).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mana menurut Sarantoks, 1993 (dalarn Poexwandari, 2001) mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan interpretatif dan fenomologis yang bertujuan untuk memahami gambaran parenting pada pasangan penderita skizofrenia terhadap anak dalam keluarga inti. Untuk mendapatkan data peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi saat wawancara untuk mendapatkan gambaran parenting yang dilakukannya. Subyek penelitian dipakai adalah tiga orang pasangan dari penderita skizofrenia yang telah memiliki anak, usia perkawinan lebih dari sepuluh tahun serta tinggal serumah dengan penderita.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa subyek dalam melakukan parenting diwujudkan dengan memberikan perhatian (care) berupa perhatian dalam pemenuhan kebutuhan tisik, perhatian dalam pemenuhan kebutuhan afeksi /emosional dan perhatian dalam pemenuhan kebutuhan kesejahteraan sosial, melakukan kontrol berupa mengenalkan aturan-aturan, memberikan batasan-batasan dan menguatkannya dengan mernberikan penghargaan (reward) dan memberikan hukuman (punishment) serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak-anaknya berupa pengembangan potensi intelektual, pengembangan potensi fisik dan pengembangan potensi estetika dan seni.
Pasangan dari pendenta skizofrenia yang menjadi subyek penelitian memiliki pandangan yang hampir sama. Mula-mula mereka merasa kesulitan dan bingung dengan situasi dan kondisi yang dialaminya. Namun setelah mendapatkan informasi tentang skizofrenia, memahami kondisi yang sedang dialami oleh pasangan hidupnya serta adanya dukungan dari orang-orang di sekitarnya, akhirnya mampu untuk mendampingi penderita dan tetap mempertahankan pemikahannya.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suami dari penderita gangguan skizofrenia lebih mengalami kesulitan dalam melakukan proses pengasuhan terhadap anak-anaknya. Mengingat aktivitasnya yang harus bekerja mencari nafkah, sehingga terpaksa menitipkan anaknya kepada orang lain. Sedangkan pada istri dari penderita gangguan skizofrenia masih dapat menjalankan perannya dalam pengasuhan anak.
Untuk lebih melengkapi gambaran parenting pada pasangan dari penderita skizofrenia maka peneliti menyarankan :
- Bagi peneliti berikutnya diharapkan setelah membaca dan mempelajari peneiitian ini, sebaiknya juga membandingkan dengan gambaran parenting pada subyek yang memiliki pasangan bukan penderita skizofrenia.
- Untuk melihat gambaran parenting pada pasangan penderita Skizofrenia. Sebaiknya peneliti juga mewawancarai anaknya yang telah remaja, sehingga mempunyai gambaran yang jelas pada parenting yang dilakukan oleh pasangan penderita skizofrenia.
- Untuk menambah wawasan lebih lanjut dan gambaran penelitian ini, maka disarankan kepada peneliti berikutnya untuk memberikan angket pada beberapa pasangan penderita skizofrenia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyiah
"Pemilihan jajan anak merupakan bagian dari pemenuhan gizi anak sekolah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh, perilaku jajan keluarga dan pengaruh teman dengan pemilihan jajanan anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 103 responden yang diperoleh dengan teknik simple random sampling dan diseleksi secara proportional.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pola asuh, pengetahuan, sikap dan praktik keluarga dengan pemilihan jajanan anak (p value < α). Upaya promosi kesehatan tentang gizi anak sekolah perlu lebih dioptimalkan melalui kerja sama dan pemberdayaan kepada semua pihak yang terkait dengan kesehatan anak sekolah.

Selection of child snack is part of the school-aged children nutrition fulfillment. This research aims to determine the relationship of parenting, family snack behavior and the influence of friends to school-age children snacks selection. This study applied a descriptive design with cross sectional correlation on 103 respondents obtained by simple random sampling technique.
The results showed relationship between parenting, family’s knowledge, attitude and practice to the selection of children snacks (p value <α). Health promotion efforts on school-aged children nutrition needs to be optimized through cooperation and empowerment to all parties concerned with the health of school-aged children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Yulianti
"Hubungan sibling (antara saudara kandung) memberikan pengaruh yang penting pada kehidupan keluarga dan dalam perkembangan seseorang. Hal ini disebabkan karena hubungan antara saudara kandung merupakan hubungan yang paling lama (longest-fasting) dimiliki oleh individu (Papalia, 1998). Dalam hubungan dengan saudara kandung terdapat empat hal yang muncul, yaitu adanya kehangatan (warmth), status/kekuatan (relative power / status), ada konflik dan juga ada persaingan (rivalry) antara sesama saudara kandung Furman & Buhrmester (dalam Brody, 1996).
Hubungan saudara kandung yang dikatakan sibling rivalry, yaitu bila terdapat adanya persaingan, kecemburuan, kemarahan dan kebencian yang menyangkut pada banyak hal seperti dalam pendidikan, kasih sayang orang tua atau lainnya.
Hubungan antara saudara kandung dipengaruhi oleh beberapa hal. Furman, W. & Lanthier, (1996) antara lain variabel konstelasi keluarga dan juga peran orang tua. Beberapa variabel konstelasi keluarga yang mempengaruhi hubungan antara saudara kandung, antara lain jarak usia antara saudara kandung, persamaan / perbedaan jenis kelamin, besar kecilnya keluarga dan urutan kcluarga. Sedangkan peran orang tua yang mempengaruhi adalah pola asuh orang tua dan perlakuan / treatment dari orang tua.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimanakan gambaran pola asuh orang tua, perlakuan orang tua dan variabel konstelasi keluarga pada anak yang mengalami sibling rivalry.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus. Sampel pada penelitian ini adalah dua orang kakak adik yang mengalami sibling rivalry yang diambil dengan metode pengambilan sampel incidental purposif sampling. Penelitian ini mcnggunakan metode pengambilan data yaitu wawancara dengan pedoman wawancara, dan juga menggunakan alat bantu lainnya seperti alat perekam serta alat tes HTP, SSCT dan family drawing.
Hasil dari penelitian ini yaitu pola asuh orang tua pada anak yang mengalami sibling rivalry pada kedua pasang subyek yaitu pola asuh autoritarian dan pola asuh autoritatif. Perlakuan orang lua pada anak yang mrngalami sibling rivalry pada kedua pasang subyek yailu terdapat perlakuan / treatment khusus yang dilakukan oleh orang Lua pada salah salu saudara kandung mercka. Dua pasang subyek menyadari bahwa perlakuan yang berbeda / khusus pada Salah satu anak tersebut kemudian mempengaruhi pada penenluan anak favorit, pemberian perhatian, pembagian waktu yang diberikan oleh orang tua dan kedekatan antara anak dengan orang tua. Variabel konstelasi keluarga pada anak yang mengalami sibling rivalry pada kedua pasang subyek memiliki kesamaan pada jenis kelamin yang berbeda dan besar kecil keluarga; serta memiliki perbedaan pada variabel jarak usia dan urutan kelahiran."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Lauren
"Saat ini jajanan yang beredar di kalangan anak-anak sekarang ini sangat bervariasi, baik dari segi rasa, warna, bentuk , kemasan, dan pengolahan. Pemilihan jajanan yang tepat pada anak usia prasekolah yang masih belum mandiri dalam aktivitasnya, cenderung masih diawasi dan didampingi orang tua sangat tergantung pada pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terutama dalam hal pendisiplinan pemilihan jajanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hubungan antar pola asuh ibu dengan pemilihan jajanan pada anak usia prasekolah yakni anak dengan usia 3-6 tahun. Hipotesa penelitian berisikan tidak adanya hubungan antara antara pola asuh ibu dengan pemilihan jajanan pada anak usia prasekolah.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif. Penelitian dilakukan di TK Aisyiyah I Bustanul Athfal wilayah Beji, Depok dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden yang terdiri dari ibu-ibu yang memiliki anak berusia 3-6 tahun yang bersekolah di TK Aisyiyah I Bustanul Athfal Beji, Depok. Pengambilan sampel dilakukan secara non acak dengan teknik Kuota sampling sederhana.
Hasil penelitian di hitung dengan menggunakan rumus uji Chi Square dan hasil yang di dapat adalah Ho gagal di tolak, artinya tidak ada hubungan antara pola asuh ibu dengan pemilihan jajanan pada anak usia prasekolah. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penelitian serupa denganjumlah responden yang Iebih besar, pengujian validitas dan reabilitas, waktu dan dana yang cukup, dan cakupan wilayah yang lebih luas."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5704
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dili Indriawati Hidayat
"ABSTRAK
Tingkah laku prososial merupakan salah satu bentuk tingkah laku sosial positif
yang diperlukan melihat kondisi krisis ekonomi dan moral yang melanda bangsa
Indonesia. Pengembangan tingkah laku prososial di masyarakat merupakan hal yang
penting sebagai salah satu sarana untuk mengurangi permasalahan sosial. Keluarga
sebagai unit terkecil masyarakat memegang peran penting dalam pengembangan tingkah
laku prososial ini. Pengalaman dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih
sayang, perhatian, dan responsif menurut Kohn (dalam Kasser et al, 1995) akan
mempengaruhi secara langsung nilai prososial pada anak. Orang tua sebagai pendidik
utama mempengaruhi perkembangan anak melalui pola asuh. Baumrind (dalam
Eisenberg & Mussen, 1989) menggolongkan tigajenis pola asuh orang tua yaitu otoriter,
otoritatif, dan permisif berdasarkan empat aspek tingkah laku orang tua berupa tingkat
kontrol, kejelasan komunikasi, kasih sayang dan tuntutan kedewasaan. Ayah sebagai
salah satu orang tuajnemiliki peran penting terhadap perkembangan anak. Peranan ayah
terhadap perkembangan anak baru akhir-akliir ini mendapat perhatian. Ketika anak
memasuki masa pertengahan (middle childhood) peranan ayah semakin besar dengan
besarnya kebutuhan anak akan pemberi semangat. Menurut Fromm (dalam Lugo &
Hershey, 1979) kasih sayang ayah mendorong untuk menghargai nilai dan tanggung
jawab. Anak usia 9-11 tahun berada pada masa anak pertengahan,. riiasa kritis di mana
anak sedang membentuk pola tingkah laku. Menurut Hoffman (dalam Slavin, 1997)
mereka mulai mengembangkan sensitivitas yang lebih besar terhadap kondisi sosial yang
dapat mendorong anak untu melakukan tindakan prososial.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkah laku prososial pada
anak usia 9-11 tahun dengan pola asuh ayah. Tingkah laku prososial menurut Zanden
(1984) terdiri atas beberapa bentuk yaitu simpati, kerja sama,menolong, bantuan,
berderma dan altruitik. Sedangkan pola asuh ayah didasarkan atas empat aspek tingkah
laku yaitu tingkat kontrol, kejelasan komunikasi atau demokrasi, kasih sayang dan
tunmtan kedewasaan (menurut Baumrind dalam Eisenberg & Mussen 1989). Penelitian
mi juga hendak mengungkap perbedaan tingkah laku prososial pada anak perempuan dan
laki-laki usia 9-11 tahun. Hal ini dilakukan mengingat adanya perbedaan harapan dan
perlakuan ayah terhadap anak perempuan dan laki-laki. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alal pengumpul data yang terdiri
atas tiga jenis skala yaitu skala tingkah laku prososial, skala pola asuh ayah berdasarkan
penilaian anak dan skala pola asuh untuk ayah. Dengan menggunakan metode Incidental
Sampling didapatkan 134 orang subyek penelitian anak usia 9-11 tahun dan ayahnya.
Hubungan antara tingkah laku prososial anak dan pola asuh ayah diuji dengan teknik
koreiasi Pearson dan perbedaan mean diuji dengan t-tes.
Hasil penelitian menunjukkan adanya koreiasi positif antara tingkah laku
prososial anak usia 9-11 tahun dan pola asuh ayah. Sedangkan pada perbedaan mean
tingkah laku prososial antara anak perempuan dan laki-laki menunjukkan tidak ada
perbedaan yang bermakna. Hasil penelitian lainnya yaitu adanya koreiasi positif antara
prestasi akademis dan usia anak dengan tingkah laku prososial anak. Selain itu pula
didapatkan banyaknya subyek ayah yang pola asuhnya di luar pola asuh Baumrind
Adanya hubungan yang bermakna antara tingkah laku prososial anak usia 9-11
tahun dengan pola asuh ayah menunjukkan adanya peran penting ayah dalam salah satu
aspek perkembangan anak yaitu tingkah laku prososial. Dalam hal ini pola asuh otoritatif
mendukung perkembangan tingkah laku prososial anak. Untuk mendapatkan gambaran
hubungan yang lebih jelas mengenai hubungan tingkah laku prososial anak dan jenis pola
asuh lainnya yaitu otoriter dan permisif diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah
subyek yang representatif.
Adanya koreiasi positif antara prestasi akademis dan usia anak dengan tingkah
laku prososial anak menunjukkan adanya peran kognitif terhadap tingkah laku prososial .
Oleh karena itu berbagai metode yang dapat meningkatkan kematangan kognitif anak
dapat dilakukan sabagai salah satu sarana meningkatkan tingkah laku prososial pada
anak."
2002
S2832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendidikan disiplin yang dominansi dengan penerapan yang keras terutama dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi keluarga dan keberhasilan pendidikan. Penelitian ini dilakukan terhadap keluarga dengan anak remaja di RW.03 dan RWW.04 Kelurahan Kenari kecamatan Senen Jakarta Pusat, dengan tujuan ingin membandingkan antara tipe kekuasaan dominansi dan demokrasi dalam keluarga terhadap perilaku kekerasan pada remaja. Desain yang digunakan adalah deskriptif perbandingan, dengan sampel berjumlah 50 responden yang dipilih dengan metode probability sampling dan cara pengambilan datanya menggunakan cross sectional atau studi potong lintang. Penelitian ini dilakukan pengolahan dan analisa dcngan menggunakan analisa data kategori uji chi square. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa usia oranglua terbanyak 41 - 45 tahun 32%, usia remaja 17 - 19 lahun 42%, pendidikan orangtua SMU 46%, pendidikan remaja 56%, pekerjaan terbanyak buruh 32% dan jenis kelamin remaja terbanyak laki-laki 62%. Dari hasil penelitian ini diketahui tipe kekuasaan dominansi 54%, demokrasi 46% sedangkan untuk perilaku remaja antara perilaku kekerasan dan perilaku aclaptif adanya prosentase yang sama 50%. Berdasarkan uji statistik diketahui hubungan bermakna antara tipe kekuasaan dominansi dan demokrasi terhadap perilaku kekerasan pada remaja (p=0,011). Pada penelitian ini hipotesis nol dapat diterima dengan kesimpulan ada perbedaan antara tipe kekuasaan dominansi dan demokrasi dalam keluarga terhadap perilaku kekerasan"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5137
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sharina Ariane Judin
"ABSTRAK
Pengasuhan anak seringkah dianggap sebagai tugas ibu, meski banyak penelitian
menunjukkan bahwa ayah memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengasuhan
anak. Menjalani proses pengasuhan, ayah mempunyai peran sebagai tokoh dimana
anak, baik perempuan maupun laki-laki, belajar mengenai peran dan keterampilan
sosial. Masalahnya memasuki masa remaja, perubahan fisik yang terjadi pada
anak perempuan seringkah melatarbelakangi perubahan perilaku ayah terhadap
remaja putri tersebut, seperti menarik diri dari remaja putri. Namun, perubahan
perilaku tersebut terjadi seiring dengan timbulnya kesadaran ayah bahwa
diperlukan kemandirian diri remaja. Kaitannya dengan perkembangan
kemandirian, mendorong remaja untuk membentuk kelekatan dengan teman
sebaya. Hal ini menjadi sumber kekhawatiran orangtua. Berbeda dengan pendapat
umum,
mendukung remaja mengatasi masalah yang dialaminya, berkaitan dengan
perubahan yang terjadi pada aspek biologis, kognitif, serta psikososial yang
dialaminya dalam masa transisi ini.
Perlakuan ayah dalam pengasuhan remaja putri diukur melalui 3 dimensi,
penciptaan kehangatan, penetapan peraturan, serta pembentukan kemandirian
psikologis anak, dengan alat ukur yang diisi secara self-rating. Pengukuran
melibatkan 86 partisipan yang berdomisili di Jakarta.
Selanjutnya untuk kelekatan remaja putri dengan teman sebayanya diukur dengan
alat ukur yang merupakan modifikasi dari Inventory of Parent Peer Attachment
subscle Peer Attachment (Armsden & Greenberg, 1987). Indikator kelekatan
adalah: kualitas komunikasi, tingkat kepercayaan, serta keterasingan dari
kelompok. Inventori diberikan kepada 86 remaja putri (dari ayah yang diberi
kuesioner di atas),.
Terhadap kedua alat penelitian ini dilaksanakan proses uji keterbacaan dengan
menggunakan expert judgment. Selanjutnya, juga telah dilakukan uji reliabilitas
dengan metode koefisien alpha Cronbach pada program SPSS 10.01.
Weiss (1982) menyatakan bahwa kelekatan merupakan faktor yang
Uji signifikansi dilakukan dengan metode korelasi product-moment Pearson
menggunakan program SPSS 10.01. Serta uji diferensiasi menggunakan metode
unrelated t * tes t . Hasil perhitungan menunjukkan perlakuan ayah dalam
pengasuhan remaja putri berhubungan positif dengan kelekatan remaja putri
dengan teman sebayanya. Dari tiga dimensi pengasuhan yang diukur, dua dimensi yaitu kehangatan dan penetapan peraturan, ditemukan memiliki hubungan yang
positif dengan kelekatan remaja putri dengan teman sebayanya. Pembentukan
kemandirian psikologis tidak memiliki hubungan. Dalam perbedaan persepsi
antara para ayah dan remaja putri mengenai perlakuan ayah dalam pengasuhan
remaja putrinya, dalam 3 dimensi pengasuhan yang diukur, ditemukan perbedaan
persepsi dalam 2 dimensi, yaitu : penciptaan kehangatan dan penetapan peraturan.
Para ayah mengaku mengasuh dengan gaya otoritatif. Disarankan agar ayah
menjajaki hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan remaja putrinya agar lebih
terlibat dan menunjukkan kepedulian."
2002
S2918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prisheilla Dwifahira
"Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan effortful control (EC) anak. Walau terdapat indikasi dari temuan yang ada, belum ada penelitian yang secara langsung melihat hubungan antara regulasi emosi orang tua dan EC anak. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan regulasi emosi orang tua berdasarkan jenis kelamin dan bagaimana kontribusi regulasi emosi masing-masing ayah dan ibu dalam memprediksi EC anak usia dini 3-8 tahun. Sebanyak 98 pasangan orang tua mengisi kuesioner self-report untuk mengukur regulasi emosi masing-masing ayah dan ibu serta EC anak mereka. Berbeda dengan dugaan awal, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara regulasi emosi ayah dan ibu. Selain itu, regulasi emosi ayah dan ibu tidak dapat memprediksi EC anak usia dini 3-8 setelah mengontrol usia anak, jenis kelamin anak, tingkat sosial ekonomi keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua, serta interaksi regulasi emosi orang tua juga tidak dapat memprediksi EC anak usia dini. Temuan ini membuka ruang untuk diskusi mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi hasil penelitian ini, seperti konteks situasi pandemi dan peran variabel lainnya yang lebih dominan.

Previous studies have found that parents play an important role in child’s effortful control (EC). Despite existing indications, no research has directly examined the relationship between parental emotion regulation and child’s effortful control. This study investigates parental emotion regulation differences based on gender and how mother’s and father’s respective emotion regulation contributes to effortful control in early childhood aged 3-8 years old. In total, 98 pairs of parents completed a self-report questionnaire to measure emotion regulation and their child’s EC. Contrary to the predictions, results showed no differences between mother’s and father’s emotion regulation. Furthermore, mother’s and father’s emotion regulation cannot predict early childhood EC after controlling for child’s age, child’s gender, family’s social economic status, and parents’ level of education, and the interaction between mother’s and father’s emotion regulation cannot predict early childhood EC. This yields room for discussion about the factors that might affect the results, such as pandemic context and the role of other more dominant variables."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>