Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rainda Cuaca
"ABSTRAK
Preferensi musik heavy pada remaja cenderung dikaitkan dengan adanya hubungan dengan keterlibatan mereka dengan risk-taking behaviour. Risk-taking behaviour di Jakarta semakin meningkat, seiring dengan berkembangnya industri musik populer terutama di jenis musik heavy. Penelitian bertujuan melihat apakah hubungan itu ada atau tidak. Semakin cenderung seseorang berpreferensi pada musik heavy, semakin cenderung ia menunjukkan keterlibatan pada risk-taking behaviour. Kuesioner mengenai preferensi musik dan kuesioner mengenai keterlibatan dalam risk-taking behaviour diberikan kepada responden yang merupakan remaja Jakarta dan sekitarnya. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara preferensi musik dengan keterlibatan dalam risk-taking behaviour. Penelitian sebaiknya diteruskan dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan lebih terkontrol."
2004
S3489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sevirandizka Sawitri
"Music Tourism, or the act of visiting other cities or even other countries to see live music performances, has now become a more common thing to do. Yet, it rsquo;s effect on tourism industry is not many scholars rsquo; concern. Hence, this study attempts to analyze the effect of international music concerts and music festivals on tourism industry in Indonesia by conducting an empirical study on Jakarta rsquo;s inbound tourism data from 2015 to 2017. Using Random Effect Model regression, this study shows an interesting finding. The result shows that economic factors affecting inbound tourism demand don 39;t significantly affect inbound tourism. On the other hand, the non-economic factors proved to be statistically significant, including the variables of interest. However, further studies with better quality of data are needed to give a stronger evidence on the relationship between music and tourism industry.

Music Tourism, atau kegiatan mengunjungi kota negara lain untuk melihat pertunjukan musik, dewasa ini sudah menjadi hal yang marak dilakukan. Akan tetapi, studi terhadap dampak dari kegiatan ini terhadap industri pariwisata belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk menganalisa efek konser musik konser festival di Indonesia dengan melakukan studi empiris terhadap data jumlah wisatawan mancanegara di Jakarta dari tahun 2015 ndash 2017. Dengan menggunakan regresi Random Effect Model, studi ini menunjukan hasil yang menarik. Faktor ekonomi penentu permintaan pariwisata terbukti tidak memiliki efek signifikan terhadap industri pariwisata. Sebaliknya, faktor non ekonomi memiliki efek yang signifikan. Kendatipun begitu, masih perlu dilakukan studi lebih lanjut menggunakan data dengan kualitas yang lebih baik untuk memberikan bukti yang lebih kuat terkait hubungan antara industri musik dan industri pariwisata."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Dea Paramita
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara pemain musik klasik yang tampil secara solo, duo dan trio atau lebih dalam hal kecemasan performa musikal. Responden dalam penelitian ini adalah 90 murid sekolah musik di wilayah Jabodetabek yang pernah melakukan penampilan musik klasik. Kecemasan performa musikal diukur menggunakan alat ukur Kenny-Musical Performance Anxiety Inventory yang dikonstruksi dan dikembangkan oleh Kenny (2006). Hasil dari Penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan tingkat kecemasan performa musikal yang signifikan antara pemain musik klasik yang tampil secara solo, duo, dan trio atau lebih.

The aim of this research is to find if there are any differences between classical music players who perform solo, duo, and trio or more in the matter of their musical performance anxiety. Respondents for this study are 90 music school students in Jabodetabek who has performed in a classical music performance. Musical Performance Anxiety is measured by Kenny-Musical Performance Anxiety Inventory constructed and developed by Kenny (2006). This research found that there is no level difference of musical performance anxiety between classical music players who perform solo, duo, and trio or more."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Aulia Rahman
"Taylor Swift, sebagai ikon pop global yang mampu menciptakan suatu fenomena bernama “Swiftonomics”, mengundang ketertarikan studi tentang dinamika interaksi penggemarnya melalui media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh pengalaman bersama, identifikasi kelompok, dan keterlibatan emosional terhadap perilaku keterlibatan audiens dengan konten musik Taylor Swift di platform media sosial. Dengan menggunakan metode survei yang dilaksanakan melalui kuesioner daring, penelitian ini menganalisis respons dari 339 partisipan di wilayah Jabodetabek yang mendengarkan musik Taylor Swift menggunakan teknik analisis deskriptif dan regresi linier hierarkis. Hasil menunjukkan bahwa participation dan resonant contagion berperan penting dalam meningkatkan semua jenis keterlibatan audiens. Selain itu, keterlibatan emosional, khususnya arousal, berkorelasi positif dengan perilaku keterlibatan proaktif dan aktif. Sementara itu, escapism dan pleasure tidak menunjukkan korelasi yang signifikan dengan perilaku keterlibatan. Instagram teridentifikasi sebagai platform utama yang digunakan oleh penggemar untuk interaksi ini, mencerminkan pentingnya platform ini dalam strategi pemasaran digital musik. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan teori perilaku informasi dalam konteks musik dan media sosial, serta menawarkan wawasan strategis bagi praktisi industri musik dalam merancang kampanye yang lebih efektif untuk menggali keterlibatan audiens

Taylor Swift, as a global pop icon capable of creating a phenomenon known as "Swiftonomics," has sparked interest in studying the dynamics of her fan interactions on social media. This research aims to understand the influence of shared experiences, group identification, and emotional engagement on audience engagement behaviors with Taylor Swift's music content on social media platforms. Utilizing a survey method conducted through an online questionnaire, this study analyzes responses from 339 participants in the Greater Jakarta area who listen to Taylor Swift's music, using descriptive analysis and hierarchical linear regression techniques. The results indicate that participation and resonant contagion play significant roles in enhancing all types of audience engagement. Furthermore, emotional engagement, particularly arousal, is positively correlated with proactive and active engagement behaviors. In contrast, escapism and pleasure did not show a significant correlation with engagement behaviors. Instagram was identified as the primary platform used by fans for these interactions, highlighting the importance of this platform in digital music marketing strategies. This research contributes to the development of information behavior theory in the context of music and social media and offers strategic insights for music industry practitioners in designing more effective campaigns to foster audience engagement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Indira Kuswoayuning
"Melalui kemunculan beragam layanan music streaming seperti Apple Music, Spotify, Joox dan semacamnya, masyarakat dimudahkan dalam mengakses musik digital sebab layanan-layanan tersebut menawarkan opsi layanan yang gratis maupun berbayar. Namun, keberadaan layanan music streaming tidak serta merta dapat diakses oleh seluruh masyarakat sebab masih adanya kesenjangan digital yang dialami kelompok-kelompok tertentu. Dalam melihat fenomena konsumsi layanan music streaming, studi-studi sebelumnya banyak memfokuskan pada faktor-faktor yang memengaruhi seseorang dalam menggunakan layanan tersebut. Oleh karena itu artikel ini mencoba melengkapi studi-studi sebelumnya dengan membahas dari aspek akses terhadap layanan music streaming dan selera musik kaum muda yang merupakan kelompok paling terpapar oleh teknologi dan internet. Temuan hasil studi ini memperlihatkan bahwa kesenjangan digital dalam akses terhadap layanan music streaming berkontribusi terhadap pembentukan selera musik kaum muda. Artikel ini menggunakan metode kualitatif berupa wawancara mendalam terhadap kaum muda yang merupakan pengguna layanan music streaming dan kaum muda yang tidak pernah menggunakan layanan tersebut.

Through the emergence of a variety of streaming music services such as Apple Music, Spotify, Joox and the like, it becomes easier to access digital music as those services offer free and paid service options. However, the presence of music streaming services is not necessarily accessible to the whole community because digital inequality is still being experienced by certain social groups. In looking at the phenomenon of the consumption of music streaming services, previous studies have focused heavily on the factors that influence a person in using the service. This article therefore attempts to complement previous studies by addressing access to music streaming services and musical taste of the youth as the most exposed group to technology and the internet. The result of this study shows that digital inequality in the use of music streaming services contributes to musical taste of the youth. This article uses qualitative methods of in-depth interviews of young people who are users of music streaming services and young people who have never used the service.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ullynara Zungga Vriscarinie Syahvira
"

Penelitian ini bertujuan mengungkap kekerasan seksual dalam industri musik dangdut dan praktik saweran, serta bagaimana perempuan penyanyi dangdut mengupayakan strategi dan bernegosiasi untuk bertahan. Penelitian ini mengasumsikan bahwa dalam pertunjukan musik dangdut, para perempuan penyanyi dangdut sering mengalami berbagai bentuk kekerasan seksual ketika sedang bekerja. Komodifikasi, eksploitasi, pelabelan negatif, serta pelecehan seksual dapat terjadi kepada mereka, salah satunya melalui praktik saweran tidak hanya saat sedang tampil di panggung, namun juga ketika berada di luar panggung. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan berperspektif feminis yang mempertimbangkan narasi pengalaman empat perempuan penyanyi dangdut dengan berbagai macam latar belakang sebagai subjek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan teori MacKinnon mengenai kekerasan seksual terhadap perempuan bekerja dan juga negosiasi sebagai konsep utamanya. Hasil studi kasus terhadap sejumlah perempuan penyanyi dangdut di DKI Jakarta ini memperlihatkan bagaimana para perempuan penyanyi dangdut menjawab berbagai tantangan yang mereka hadapi di industri musik dangdut dalam situasi yang selalu problematis, dalam kontrol otoritas patriarki yang terus berlangsung, dengan tujuan mempertegas posisi diri sebagai manusia yang berharga.

 

Kata-kata kunci: praktik saweran, perempuan peanyanyi dangdut, kekerasan seksual, negosiasi, perspektif feminis.

 


This study aims to reveal sexual harassment in dangdut music industry and saweran practices, as well as how female dangdut singers build strategies and negotiate in order to survive. I assume that in dangdut performances, female dangdut singers often experience various forms of sexual harassment while working. Commodification, exploitation, negative labeling, and sexual harassment can occur to them, especially through saweran practices, not only when they are performing on stage, but also when they are off stage. Therefore the approach used in this research is feminist approach that considers the experiences of four female dangdut singers with various backgrounds as the subjects. This study uses MacKinnon's theory of sexual harassment on working women and also negotiation as the main concept. The results of this case study of those female dangdut singers in DKI Jakarta show how female dangdut singers respond to the challenges they face in the dangdut music industry which is always problematic, in the ongoing control of patriarchal authority, with the aim of reinforcing their position in the society as valuable human beings.

 

"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T54845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Reza Mardian
"Suku Batak telah mempraktikan upacara Kematian yang salah satu tradisinya adalah menggunakan musik dan bernyanyi di depan almarhum ketika berduka. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana koping berduka suku batak yang menggunakan musik dalam upacara kematian. Studi deskriptif ini dilakukan pada 96 responden bersuku batak yang pernah berduka dan menghadiri upacara kematian. Responden yang bermukim di Jakarta dipilih dengan metode non-randomized consecutive sampling. Peneliti melihat bagaimana koping berduka suku batak yang menggunakan musik dalam upacara kematian dengan menggunakan modifikasi dari Coping Strategy Inventory (CSI). Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa 91,7% responden memiliki koping berduka adaptif dan hanya 8,3% suku batak yang berkoping maladaptif. Dapat disimpulkan bahwa suku Batak di Jakarta yang menggunakan musik dalam upacara kematian cenderung berkoping adaptif. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan di tanah Batak dengan teknik kualitatif agar dapat menganalsis kedalaman dan signifikasi musik dan budaya pada responden secara subjektif.

Batak has been commemorating death by organizing death ceremony within which family members grieve by hearing music and singing along in front of the deceased. The aim of this research is to describe how Batak cope using with grief by using music within the death ceremony. This descriptive study was undergone towards 96 respondents who had experienced grief of the loved ones. The respondents living across Jakarta were collected by non-randomized consecutive sampling method. This research used modified Coping Strategy Inventory (CSI) in measuring coping. The result showed that 91,7% of respondents cope adaptively whilst the other 8,3% cope in maladaptive circumstance. The conclusion is Batak living in Jakarta who uses music within the death ceremony tend to cope adaptively. The future research should be done in their homeland and use qualitative method to measure the depth of the grief and the significance of the music and the culture subjectively."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Guntur Farhan
"Penelitian ini mengkaji kode kultural di musik video `This Land` dan kaitannya dengan sejarah diskriminasi, penindasan, dan kekerasan rasial di Amerika menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan representasi Stuart Hall. Menggunakan kedua teori tersebut, penelitian ini menemukan bahwa video musik “This Land” menguak akar settler colonialism dalam ideologi supremasi kulit putih yang melegitimasikan sistem penindasan terhadap orang kulit hitam dan orang kulit berwarna. Dengan demikian, video musik ini merepresentasikan isu rasisme kontemporer sebagai sebuah sistem yang bertahan sepanjang sejarah dan tetap direpresentasikan melalui simbol-simbol. Terakhir, penelitian ini menemukan bahwa `This Land` mendekonstruksi ideologi supremasi kulit putih dan wacana rasisme yang diwakilkan melalui simbol-simbol tersebut.

This study examines the cultural codes linked to the history of racial discrimination, oppression, and violence in America in the music video of `This Land`, by applying Barthes` classification of codes and Hall`s theory of representation. The music video foregrounds American settler colonial roots of white supremacy ideology that legitimizes a system of oppression towards black people and colored people alike. As such, the music video represents racial issue in contemporary America as a system that persists throughout the history, and remains represented through symbols. Lastly, this study finds that “This Land” deconstructs and subverts the ideology of white supremacy and discourse of racism embodied in the symbols."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Muhammad Chairul Haqq
"Musik merupakan sesuatu yang telah menjadi bagian dari sejarah manusia sejak lama. Hal tersebut membuat musik lekat kaitannya dengan beberapa fenomena internasional. Dengan begitu, posisi musik dalam Ilmu Hubungan Internasional mulai mendapatkan tempat. Dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk mengidentifikasi perkembangan literatur yang memuat relasi antara musik dan Ilmu Hubungan Internasional. Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang dianalisis melalui metode taksonomi dengan 37 literatur yang tergabung dalam empat tema utama, yaitu (1) Musik dan Negara; (2) Musik dan Ideologi; (3) Musik dan Masyarakat Transnasional; dan (4) Musik dan Ekonomi Politik Global. Penulis kemudian menemukan bahwa musik sejatinya memang dapat menjadi bagian dari Ilmu Hubungan Internasional dan para akademisi telah menyadari hal tersebut. Namun, keragaman latar belakang para akademisi membuat literatur musik dalam HI belum saling terintegrasi. Oleh karena itu, adanya kajian lanjut terhadap musik di bawah Ilmu Hubungan Internasional diharapkan dapat mengintegrasikan seluruh temuan yang ada.

Music is one of a lot of things that are already a part of human history. Music is attached to several international phenomena. By looking at the condition, the position of music in international relations began to gain a place. In this paper, the author is to identify the development of literature that contains the relationship between music and international relations. This paper is a literature review through a taxonomic method with 37 literatures which are incorporated into four main themes, (1) Music and State; (2) Music and Ideology; (3) Music and Transnational Society; and (4) Music and Global Political Economy. The author then found that music can indeed be part of the science of international relations and the scholars have been aware of the condition. However, the background of scholars in making music literature in IR has not been integrated with each other. Therefore, the study of music under the science of international relations is expected to integrate all existing findings."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>