Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185544 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Adityasanti
"Salah satu dari sekian banyak masalah yang biasanya dialami oleh remaja adalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan seksualitasnya seperti faktor. Pertama, remaja mengalami perubahan fisik yang melibatkan perubahan bentuk tubuh, perubahan hormonal yang mendorong munculnya perilaku seksual, serta kematangan organ-organ reproduksi yang membuat individu telah mampu untuk mftnghasilkfln keturunarL Selain faktor kematangan biologis yang terjadi dalam dirinya, perilaku seksual remaja juga dipicu oleh ekspose media cetak dan elektronik yang kurang memberikan informasi mengenai konsekuensi negatif dari hubungan seksual pranikah. Di samping itu, berkembang pula keyakinan-keyakinan remaja yang salah seperti keyakina bahwa mereka tidak akan hamil bila melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya atau bila hanya menempelkan alat kelamin dengan lawan jenis (Sarwono, 1991). Faktor pemicu lain yaitu saat ini terjadi pergeseran norma yang membuat remaja cenderung bersikap permisif dan bebas dalam melakukan hnhiingan seksual (Dacey 1982). Hal ini sekali lagLtidak dibarengi dengan pengetahuan seksual yang memadai.
Data penelitian juga menunjukkan peningkatan jumlah kehamilan remaja, penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta aborsi (Hayes, 1987; WHO, 1993; LDUI, 1999). Beberapa hal tersebut di atas cukup untuk menekankan perlunya remaja putri memiliki pengetahuan seksual yang memadai. Pengetahuan seksual yang baik berperan penting sebagai alat kendali bagi remaja untuk mempertimbangkan sebelumnya konsekuensi dari suatu hubungan seksual sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat sebelum bertindak lebihjauh.
Pengetahuan seksual yang diperoleh remaja tidak terlepas dari sumber informasi pengetahuan tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa remaja memperoleh pengetahuan seksual mereka dari teman sebaya, sekolah, majalah, orang tua, film dan televisi (David & Harris, 1982; Syartika, 1998). Namun, tidak semua sumber informasi memberikan informasi yang akurat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran pengetahuan seksual remaja putri yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui gambaran sumber informasi subyek dalam memperoleh pengetahuan seksual tersebut. Sehingga kemudian dapat diketahui sumber informasi tnana yang memberikan informasi yang benar dan yang memberikan-informasi yang salah.
Penelitian ini dilakukan pada siswi kelas II dan III SMU Tarakanita I, yang telah mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah, dengan menggunakan tehnikpurposive sampling. Setiap subyek dalam penelitian ini mendapatkan kuesioner yang terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner pengetahuan seksual beserta pemilihan sumber informasi dan kiipginner pada asuli untuk memperoleh gambaran pola asuh subyek yang akan digunakan sebagai salah satu data kontrol untuk memperkaya hasil penelitian. Data yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan seksual diolah dengan menggunakan SPSS for Windows Release 9.01. Sedangkan data yang diperoleh dari knpginnftr pada asuli dinlah Hpingan menggunakan perhitungan semi-interquartile secara manual.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kehamilan (64,11%), penyakit menular seksuaL (79,69%), HIV/AIDS (56,25.%), serta kontrasepsi (91,19%). Dalam hal sumber informasi, sebagian besar subyek dengan proporsi sebanyak 70,31% mendapatkan pengetahuan ssk&ual dari sekolah sebagai sumber informasi utama mereka Sedangkan proporsi kedua terbanyak sebesar 15,63%, mendapatkan pengetahuan seksualnya dari majalah. Dari hasil tamhahan yang diperoleh dari penelitian ini, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara semua jenis pengetahuan seksual yang diperoleh dari sumber informasi yang berbeda. Selain itu juga tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan yang dimiliki subyek dengan pola asuh antnritarian aiitnritatif maiipiin perrpisif.
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan agar orangtua dapat menciptakan komunikasi yang terbuka dengan anak serta menambah pengetahuannya mengenai masalah-masalah seksual, sehingga dapat memberikan informasi yang akiirat kepada remaja Selain itu disarankan juga agar sekolah dalam memberikan materi pendidikan seksual turut memperhatikan perkembangan kognitif remaja, sehingga dapat meminimalkan kesalahan remaja dalam menginterpretasi informasi yang diberikan. Penelitian ini dapat diperluas dengan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perhandingan antara pengetahuan seksual serta sumber informasi pengetahuan seksual pada remaja yang telah mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah dan yang tidak mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Meity Sulistia Ayu
"Mengingat bahwa pengetahuan terhadap pendidikan seksual amatlah penting untuk diinformasikan dalam memfasilitasi perkembangan biologis remaja putri, peneliti tertarik, untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual. Penelitian ini berjudul tingkat pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan remaja putri tentng pendidikan seksual.
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Sampel yang di ambil pada penelitian ini adalah 30 remaja putri dengan rentang usia 13-18 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 6 pertanyaan untuk data demografi dan 20 pernyataan menggunakan skala likert mengenai pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual. Analisa data demografi menggunakan distribusi frekuensi dan data tingkat pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual diolah dengan cara tendensi sentral menggunakan mean dan modus.
Hasil analisa data menggambarkan bahwa sebesar 43,3% berada pada kategori tingkat pengetahuan sedang, 33,3% berada pada kategori tingkat pengetahuan sedang dan 23,3% berada pada kategori tingkat pengetahuan tinggi. Nilai skor individu yang paling sering muncul yaitu 66 (43,3%). Dengan standar deviasi SD = 0,08. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual, khususnya di wilayah kelurahan Cilandak Timur Jakarta Selatan adalah rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5171
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Supriatiningsih
"Kesehatan reproduksi adalah sesuatu yang banyak dibicarakan dan menjadi salah satu bidang yang banyak diminati dan dibahas dalam pertemuan ilmiah. Salah satu sassaran kesehatan reproduksi adalah remaja putra dan putri belum menikah dengan ttijuan tercapainya kesehatan reproduksi yang optimal dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja SMU dan hubungan antara pengetahuan, sikap dan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual tersebut. Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang (Cross Sectional Study), dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik.
Populasi penelitian ini adalah remaja SMUN. 1 Kota Metro dengan jumlah sample 255 orang penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 juni 2003, kuesioner diisi sendiri oleh siswa tanpa mencantumkan nama untuk mendapatkan jawaban yang jujur, petugas pengumpul data diambil bukan dari guru sekolah melainkan dari dosen Akademi Kebidanan Metro agar siswa lebih terbuka dalam menyatakan pendapat/pengalaman pribadi.
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi remaja SMU yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi kurang 52,9%, sikap negatif 55,7%, paparan informasi kurang dalam mendapatkan komunikasi kesehatan reproduksi dari orang tua 59,6 %, dari teman sebaya 34,5 %, dan media komunikasi terbanyak dalam mendapatkan informasi kesehatan reproduksi adalah dari media cetak, yaitu majalah 71,4 %. Kesimpulan penelitian ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan (OR = 7,786) dan sikap (OR = 1,800) tentang reproduksi dengan perilaku seksual.
Dari penelitian ini disarankan kepada pihak yang terkait dengan remaja SMU, kepada institusi pendidikan dapat meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler yang didalamnya berisikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, mengaktifkan kelompok remaja/sebaya dengan membicarakan topik topik kesehatan reproduksi dan meningkatkan layanan konseling di sekolah kepada siswa yang membutuhkan atau bermasalah terhadap kesehatan reproduksi dan fungsinya. Kepada Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan misinya kepada anggotanya/orang tua siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan mendidik yang menjurus kepada kesehatan reproduksi dan Lembaga Sosial Masyarakat dapat ikut berperan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja yang positif secara berkesinambungan.

Analysis on the Relationship between Knowledge, Attitude, and the Source of Information on Reproductive Health and Sexual Behavior among Students at SMUN I Metro in 2003Reproductive Health is one of the most common issues that talked about, and be branch of science that is mostly interested to discuss in scientific meetings or conferences. One of the targets of interests in reproductive health is unmarried adolescence. They need a special attention in order to reach their optimal goals in their reproductive health in all aspects which were related to its system, functions and process.
This study objective was to find out a description on adolescence sexual behavior among high school students and its relationship with knowledge, attitude, and source of information about reproductive health. The design of this study was a cross-sectional one and the data were analyzed by logistic regression analysis.
The population of this study was high school students grade 2 of SMUN I, Metro City, and the number of samples were 255 students. This study was carried out in June 9, 2003. To assure an honest answer, an anonimous, self administered questionnaire was used to collect the data. After completion of the filling up the questionnaire, teacher from the Midwifery School of Metro were recruited to assist in explaining the questionnaire prior to data collection. The teacher of the SMUN I were not selected to assist collection of data, so this was also intended to provide the students with freedom ands honesty in filling up the questionnaire concerning both their opinion and experience.
From the study, it was found that the that proportion of students who had less knowledge on reproductive was about 52,9%, almost three out five of the students were either had negative attitude toward reproductive health or had less communication with their parents regarding reproductive. Students who had exposures on reproductive health information from their from peers group was around 34,5% and the most used (71,4 %) of information an reproduction health source was magazine, From this study it was concluded that there was a significant relationship between both knowledge on reproductive health (OR=7.786) and attitude on reproductive health (OR=1.8) with the sexual behavior among the students.
Based on the study findings, it is suggested to those who are incharge of the high school education institution to escalate the extra-curricular activities that include addressing reproductive health subject matters to its activities, In addition it also suggested to initiate in school peer group program for discussing the reproducting health topics and issues. The school is also encouraged to increase counseling services for students who are in need or who have problem with their reproductive health. The Student Parent Committee should develop its program in encouraging parents to empower their ability to communicate reproductive health to their children. Simultaneously, the involvement of non government organizations (NGO), in any program enhancing the adolescent's knowledge and positive attitude on reproductive health is strongly needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perilaku Seksual Remaja Putri di SMA 16 Jakarta Barat Perilaku seksual rnerupakan bentuk tingkah laku mulai dari bersentuhan, berciuman, menempelkan alat kelamin sampai berhubungan seksual. Salah satu faktor yang mempengaruhj perilaku seksual remaja adalah tingkat pengetahuan mengenai resiko dari perilaku seksual tersebut, yaitu kehamilan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kolemsi dengan pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian adalah mengidentiiikasi hubungan tingkat pengetahuan remaja mengenai resiko kehamilan pada usia remaja dengan perilaku seksual remaja putri. Penelitian melibatkan 78 siswi putri SMAN 16 Jakarta Barat berdasarkan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 53,8% remaja memiliki pengetahuan tinggi mengenai resiko kehamilan pada usia remaja dan 59% remaja putri berperilaku seksual ringan. Terdapat hubungan berrnakna antara tingkat pengetahuan remaia putri mengenai resiko kehamilan pada usia remaja dengan perilaku seksual remaja putri (p value= 0,000; a = 0,05)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5792
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfina Abbiya Hermawan
"Masa remaja adalah masa terjadinya pubertas yang memicu timbulnya dorongan seksual untuk melakukan aktivitas seks pranikah. Dampak perilaku seksual pranikah remaja meliputi kehamilan remaja, meningkatnya kasus aborsi, dan penyebaran penyakit menular seksual. Dampak tersebut dapat dicegah bila mempunyai pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan terkait alat kontrasepsi dan perilaku seksual pranikah pada remaja putri di Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan teknik consecutive sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 426 remaja putri pada beberapa kecamatan di Bandung. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia responden yaitu 17.5 tahun, bersekolah di SMA (70.7%), tidak berpacaran (67.4%), beragama Islam (91.1%), teman sebayanya berperilaku seksual pranikah (71.4%), terkadang (78.6%) terpapar konten seksual melalui internet (41%) tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi buruk (61%), serta lebih banyak perilaku seksual pranikah tidak berisiko (52.1%). Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kontrasepsi dan status berpacaran cenderung mendorong perilaku seksual pranikah.

Adolescent stage is a phase when puberty that causes sexual urges to do premarital sex activities takes place. The impacts of premarital sexual behavior in adolescents includes teenage pregnancies, increasing cases of abortion, and outspread of sexual transmitted diseases. Those impacts can be prevented if teenagers have knowledge about contraceptive methods. This research is conducted with the purpose to see the description of knowledge level of contraceptive methods and premarital sexual behavior in adolescents in Bandung. This research used cross-sectional approach with consecutive sampling technique. The sample of this research are 426 adolescent girls from a few sub-districts in Bandung. The result of this research shows that the average age of the respondents are 17.5 years old, currently in high school (70.7%), are not in a relationship (67.4%), have Islamic faith (91.1%), have peers that engage in premarital sexual behavior (71.4%), sometimes (78.6%) exposed to sexual content through internet (41%), have a bad knowledge level of contraceptive methods (61%), and also more engage in safe premarital sexual behavior (52.1%). This research shows that knowledge about contraceptive and relationship status tend to encourage premarital sexual behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriati Reny Harwati
"Remaja yang tidak dibekali dengan informasi yang benar mengenai pengetahuan tentang seksual dapat terjerumus ke dalam tindakan hubungan seksual pranikah yang berakibat semakin meningkatnya angka kehamilan di Iuar nikah dan penyakit menular seksual (Suarta, 2002). Penelitian ini berjudul "Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pendidikan Seksual" bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang pendidikan seksual. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dengan alat pengumpul data berupa kuesioner. Penelitian dilakukan di SMU Negeri I Bekasi dengan jumlah sampel 92 responden. Sampel diambil dengan menggunakan metode convenience sampling. Analisa data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (56,5%) memiliki pengetahuan tinggi tentang pendidikan seksual dan selebihnya (43,5%) memiliki pengetahuan sedang. Rekomendasi penelitian ini adalah dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak responden."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5415
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual yang tidak aman. Remaja merupakan salah satu kelompok risiko
tinggi terkena IMS Hal ini dikarenakan pada remaja terjadi perubahan hormonal
yang dapat meningkatkan hasrat seksual sehingga remaja berperilaku untuk
menyalurkan hasrat seksual tersebut. Pengetahuan mempakan faktor yang paling
penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Oleh sebab itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan infeksi menular
seksual dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasi.
Alat pengumpul data berupa kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling sejumlah 121 responden pada siswa kelas XI SMA 1 Bekasi,
Kota Bekasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleb remaja yang memiliki
pengetahuan IMS rendah dan memiliki perilaku seksual berisiko sebanyak 59,3% (35
remaja), sedangkan remaja yang berpengetahuan tinggi dan memiliki perilaku
seksual tidak berisiko sebesar 61,3% (38 remaja). Hasil penelitian dengan
menggunakan uji Kai Kuadrat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan infeksi menular seksual dengan perilaku seksual pranikah (p
value= 0,037;a= 0,05; p< 0,05). Penelitian ini merekomendasikan agar penelitian
berikutnya mengidentifikasi perbedaan tingkat pengetahuan IMS dan perilaku
seksual ditinjau dari usia dan jenis kelamin. Selain itu, penelitian ini
merekomendasikan untuk memperluas area penelitian agar hasil yang diperoleh
dapat menggambarkan keadaan populasi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5628
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Agustini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peranan pengetahuan HIV/AIDS dan tahapan moral judgement terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya jumlah penderita AIDS dengan faktor seksual sebagai penyebab utama. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan remaja gaul usia 11-22 tahun sebagai responden dan dilakukan di Mal Blok M dan Mal Cijantung. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan bahwa antara pengetahuan HIV/AIDS dan perilaku seksual tidak berhubungan secara bermakna, sedangkan antara tahapan moral judgement dan perilaku seksual secara bermakna berhubungan, begitupun jika diukur secara bersama antara moral judgment dan pengetahuan HIV/AIDS mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual. Namun sumbangan faktor moral dan pengetahuan yang diukur bersama-sama tidak terlalu besar untuk memprediksi perilaku seksual (20.3 %), sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat melihat sumbangan faktor lainnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S7598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>