Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164538 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Palupi, Hanasatya Westri
"ABSTRAK
Salah satu dongeng dengan tokoh binatang yang sarat dengan pesan moral yang
implisit adalah fabel. Untuk memahami pesan moral dalam fabel dibutuhkan
kemampuan untuk menafsirkan dan menyimpulkannya dari keseluruhan isi cerita.
Pemahaman oleh Bloom dibagi ke dalam 3 tingkatan, yaitu translation,
interpretation, dan extrapolation. Ketika seorang anak dapat memahami isi fabel
pada tingkal interpretation pesan moral fabel dapat dipahami. Di antara rentang
usia 5-I2 tahun, baru pada usia 8-9 tahun, pada tahap operasional konkrit, anak
diperkirakan mulai mampu menafsirkan pesan moral fabel ini, sedangkan pada
usia 5-6 tahun anak belum mampu melakukannya. Walaupun belum semua anak
telah mampu memahami pesan moral fabel, penelitian ini ingin melihat tingkat
pemahaman mengenai isi fabel secara umum pada kelompok usia 5-6 tahun, 8-9 tahun, dan 11-12 tahun, yang mewakili tahap praoperasional, operasional konkrit,
dan operasional formal menurut tahapan perkembangan kognitif Piaget.
Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara mengenai dua buah
fabel yang diperdengarkan dari kaset rekaman suara orang bercerita dan hasilnya
dinilai dengan kriteria yang telah disusun. Analisis dilakukan dengan melakukan
perhitungan persentase dan pengkategorian tingkat pemahaman. Reliabilitas
dalam penilaian dilakukan dengan menggunakan interscorer reliability.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam memahami isi fabel, umumnya anak
pada kelompok usia 5-6 tahun memahami fabel pada tingkat translation, anak
kelompok usia 8-9 tahun pada tingkat interpretation, dan anak kelompok usia
11-12 tahun telah memahaminya pada tingkat extrapolation. Sedangkan dalam
memahami pesan moral fabel, umumnya anak usia 5-6 tahun belum dapat
memahami pesan moral ini, anak usia 8-9 tahun berkisar antara belum paham dan
mulai memahaminya, dan anak usia 11-12 tahun berkisar antara mulai paham dan
sudah dapat memahami pesan moral fabel.
Perbedaan tingkat pemahaman mengenai isi dan pesan moral fabel yang
ditunjukkan oleh hasil penelitian ini selain disebabkan oleh perbedaan keabstrakan
pemikiran para subyek, juga mungkin disebabkan oleh perbedaan popularitas
pesan moral antara kedua cerita atau pun belum adanya suatu konsep nilai moral
dalam jaringan informasi anak. Maka, pesan moral fabel harus disajikan secara
eksplisit kepada anak-anak usia 5-6 tahun."
1999
S2737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lu`Luam Mantsura
"Menuturkan cerita merupakan hal yang mudah dan dapat dilakukan oleh kalangan manapun. Pada anak, kegiatan ini banyak memberikan manfaat bagi perkembangannya. Ternyata terdapat dua cara penyajian cerita yang saling dan dengan mudah dilakukan oleh pencerita yaitu, menuturkan cerita dibantu dengan buku cerita bergambar dan tanpa buku cerita bergambar. Hasil dari kegiatan ini tentunya diharapkan anak dapat memahami cerita yang dituturkan.
Bila dilihat melalui proses pengolahan informasi, maka cerita yang dituturkan merupakan sebuah informasi baru bagi anak. Kemudian informasi itu akan terpapar pada sensory memory kemudian di teruskan ke short term memory hingga bermakna dan tersimpan dalam long term memory. Dalam long term memory terdapat script, yaitu representasi pengetahuan secara mental. Jadi bila diteliti lebih jauh maka, cerita yang disampaikan dengan Cara berbeda, maka pengolahan informasinya akan berbeda, sehingga akan menghasilkan script yang berbeda pula. Maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah, bagaimana proses pemerolehan script sebagai hasil pemahaman anak terhadap cerita yang disajikan. Hal ini dapat diketahui melalui uraian komponen script yang diperoleh anak ketika menceritakan kembali cerita tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail pada subjek maka dilakukan pendekatan penelitian melalui studi kasus. Teori yang digunakan adalah teori pengolahan informasi, script dan diuraikan pula karakteristik anak usia tiga tahun.
Subjek penelelitian adalah 4 orang anak usia tiga tahun (dengan rentang usia 3 tahun sampai 3 tahun 8 bulan). Anak sudah mampu berbicara paling sedikit mampu merangkaikan dua kata menjadi sebuah kalimat. Anak mampu berinteraksi dan bercakap-cakap berbentuk tanya jawab yang terbuka terhadap topik yang beragam. Ibu dari keempat subjek merupakan bagian dad 30 orang ibu yang mengisi daftar kata yang disarikan dad Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS Poerwadarminta, 1988). Melalui daftar kata ini dapat diketahui kata yang telah diucapkan dan dipahami anak usia tiga tahun.
Script adalah representasi pengetahuan, sehingga untuk mengetahui bagaimana anak memaharni informasi dapat dilihat melalui bagaimana struktur script anak. Setiap script diaktifkan oleh judul script. Script terdiri atas beberapa komponen yaitu variabel-variabel dan benda yang mendukung berlangsungnya peristiwa(prop), tokoh dan peran yang dimainkan (role), tindakan (scene) dan kumpulan uraian yang menjelaskan tindakan (slot). Analisa hasil akan dilihat melalui uraian komponen script cerita narasi yang anak peroleh, sehingga akan terlihat pemahaman anak terhadap cerita.
Basil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua penyajian cerita, anak memiliki indikasi mernahami cerita yang disampaikan. Hal ini terlihat dari bagaimana anak menceritakan kembali cerita tersebut. Perbedaan strategi pengolahan informasi sangat jelas terlihat, dimana pada penyajian dengan buku cerita bergambar anak sangat sederhana menggunakan strategi elaborasi dan visual imagery. Hal ini jauh berbeda dengan penyajian tanpa buku cerita bergambar, dimana anak sangat kaya dan kuat melakukan visual imagery dan elaborasi, sehingga tampak adanya penyimpangan alur cerita dan membuat rangkaian cerita selanjutnya berbeda dengan alur cerita naskah instrumen. Walau demikian, tujuan akhir cerita sangat mirip dengan apa yang terurai dalam naskah instrumen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani F. Syahrul
"Adanya beberapa kecenderungan dampak negatif pada anak-anak setelah menonton TV (khususnya pada tayangan film cerita), misalnya tentang agresivitas anak, menyebabkan penulis tertarik untuk melihat lebih jauh proses kognitif apa yang terjadi pada anak ketika mereka menyaksikan suatu film cerita. Salah satu aspek kognitif yang terdapat di antara saat menonton TV dan dampaknya adalah 'pemahaman' (Berry & Asamen, 1993).
Pemahaman yang dimaksud di sini adalah seperti yang dikemukakan oleh Collins, et.al. (1978), yang artinya bahwa pemahaman itu mengacu kepada pengentian dari penonton, dan adanya integrasi dari bermacam bagian dari suatu program, kedalam suatu keseluruhan yang berarti. Pemahaman itu sendiri dilkaukan terhadap tingkah laku, kejadian, akibat, baik yang ditampilkan secara eksplisit maupun implisit, dalam satu atau beberapa satuan adegan dalam film cerita. Berry & Asamm (1993), mengatakan bahwa fungsi dari pemahaman itu adalah sebagai filter (penyaring) dan mediator (perantara).
Ketika anak menemui suatu hal/adegan yang dapat menimbulkan dampak negatif, maka di sini pemahaman berfungsi sebagai filter, sehingga anak tersebut tidak meniru tayangan yang disaksikannya. Ketika anak perlu memikirkan lebih jauh hubungan sebab-akiibat, motivasi, serta konsekuensi, maka di sini pemahaman berfungsi sebagai mediator, sehingga anak mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang disaksikannya. Dari beberapa referensi, antara lain seperti yang dikemukakan olda Piaget (dalam Nobel, 1975) diketahui bahwa pemahaman anak pada usia sekitar 9 atau 10 tahun lebih tinggi daripada anak yang berusia di bawahnya.
Mengetahui pentingnya faktor pemahaman ketika naka menyaksikan tayangan film cerita, dan adanya perbedaan kondisi antara anak-anak di lndonsia dan anak-anak di Barat terhadap cerita yang disaksikannya membuat peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan: "Bagaimana pemahaman anak yang berada pada tahap konkret operasional (khususnya usia sekitar 8 tahun, dan 10-12 tahun) terhadap film cerita anak yang disaksikannya di TV?".
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pemahaman anak-anak tersebut terhadap film cerita yang disaksikannya di TV, khususnya bagi sampel yang ada di beberapa sekolah di Jakarta-Indonesia. Lebih jauh Iagi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para orangtua, guru, maupun pihak penyelenggara TV tentang pemahaman anak tersebut, sehingga mereka dapat rneiakukan pendekatan yang lebih tepat guna meningkatkan pemahaman anak ketika menonton suatu film cerita anak.
Disain penelitian ini adalah ?studi lapangan? (field study), dengan metode pengambilan data non probability sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 64 orang (terdiri dari 33 orang sampel berusia 7;6 - 8;6 tahun, dan 31 orang sampel berusia l0;6 - 12;6 tahun), berasal dari 4 Sekolah Dasar Negeri di Salemba - Jakarta Pusat. Selain usia, kriteria sampel penelitian ini adalah: memiliki tingkat kecerdasan rata-rata, berasal dari tingkat sosial- ekonomi menengah, sehat mata dan telinga, sudah bersekolah, pernah menonton film Mighty Morphin Power Rangers. Adapun prosedur pengambilan data dalam penelitian ini adalah: (1) subyek diberikan tayangan Film Power Rangers selama 31 menit; (2) setelah menonton subyek diminta mengisi kuesioner yang telah disusun untuk mengukur pemahaman mereka (melalui aspek recall dan inference).
Gambaran yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pemahaman anak yang berada pada tahap konkret operasional secara umum masih kurang (di bawah separuh pemahaman orag dewasa). Pemahaman anak pada tahap ini secara umum masih berkisar pada hal-hal yang eksplisit, misalnya mengenai konsekuensi dari suatu tindakan tokoh. Anak yang berusia 10 - 12 tahun mendekati separuh dari pemahaman orang dewasa, dan secara signifikan memiliki pemahaman yang lebih tinggi daripada anak yang berusia di bawahnya (dilihat dari signifikansi pada nilai recall: p=0,001; dan nilai inference: p=0,000; dengan 1os=0,005). Pemahaman mereka itu ditunjukkan dengan kemampuannya yang cukup dalam mengurutkan adegan yang pentlng dalam film cerita, dan menyimpulkan adegan yang eksplisit dan implisit dalam adegan tersebut. Namun demikian, hanya sepertiga (10 orang) dan jumlah sampel berusia l0;6 - l2;6 tahun yang memiliki pemahaman tinggi (diatas nilai rata-rata). Selain itu, dari latar belakang anak yang memiliki pemahaman tinggi dan rendah, terlihat bahwa peran orangtua ketika menemani anaknya nonton TV masih belum efektif terlebih lagi untuk anak yan gberusia dibawah10-12 tahun.
Saran untuk penelitian selanjutnya antara lain adalah agar jumlah sampel diperbanyak, mengingat bahwa gambaran subyek yang memiliki pemahaman tinggi dalam penelitian ini hanya sedikit, hingga kesimpulannya belum dapat digeneralisasikan. Adapun saran yang dapat diterapkan dalam masyarakat adalah: hendaknya peran orangtua, guru, dan pihak penyelenggara TV ditingkatkan dengan caranya masing-masing, agar pemahaman anak semakin meningkat, baik untuk anak yang berusia 10 - 12 tahun, apalagi untuk anak yang berusia di bawahnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonny Erlichta S.
"Pendidikan mengenai moral sebaiknya dilakukan sejak anak masih berusia dini (Borba, 2001). Borba (2001), mendefinisikan moral sebagai kapasitas individu dalam memahami yang benar dari yang salah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pemahaman pesan moral (kebaikan & toleransi) dalam film seri Upin & Ipin pada anak usia enam sampai delapan tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dan metode wawancara untuk menggali lebih dalam mengenai gambaran pesan moral dalam film seri Upin & Ipin pada 30 partisipan anak-anak usia enam sampai delapan tahun. Disain penelitian ini adalah non-experimenal, dengan menggunakan accidental sampling sebagai metode pengambilan partisipan. Hasil penelitian ini menunjukkan pada partisipan berusia enam sampai delapan tahun dapat menangkap pesan moral (kebaikan dan toleransi), yang terdapat dalam film seri Upin & Ipin.

The education of moral for children should enact since their early age (Borba, 2001). Borba (2001), define a moral as the capacity to understand right from wrong. This research aims to see whether the moral messages (kindness and tolerance) in the movie series Upin & Ipin can be adsorp by children aged six to eight years. This research using quantitative approach and interviews to extract the message in the movie series Upin & Ipin from 30 partisipants of children aged six to eight years. This research is a non-experimental study using accidental sampling as the partisipant-taking method. This study indicate that partisipants can grasp the message of morality, in this case kindness and tolerance, on the Upin & Ipin movie series.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnayu Sitaresmi
"Tesis ini menjelaskan pemahaman anak-anak anggota Sanggar Kukuruyuk, tentang ajaran moral triguna, yang merupakan bagian dari norma masyarakat Bali yang berlandaskan ajaran agama Hindu Dharma, yang mereka terima melalui simbol dalam fabel "Katuturan Kambing Takutin Macan". Asumsi yang disusun adalah fabel, yang merupakan cerita yang mengajarkan moral dan terdiri dari wacana yang menyampaikan pesan tentang moral tersebut dengan menggunakan simbol bahasa, menjadi alat transmisi yang mewariskan ajaran moral kepada anak-anak sebagai anggota masyarakat Bali.
Pemahaman anak ini didekati dengan menggunakan pendekatan antropologi linguistik, yang dikaitkan dengan pendekatan simbolik dan kognitif. Pendekatan ini melihat bahasa sebagai sistem pemaknaan simbolik dan terdiri dari susunan konsep, yang membantu menyusun pemahaman seseorang tentang suatu rangsangan. Pemaknaan ini tidak bersifat individual, melainkan merupakan hasil pengamatan bersama dari kebudayaan yang dianut masyarakat yang menjadi tempat individu tersebut bersosialisasi.
Metode yang digunakan ialah etnografi terfokus, dengan menggunakan teknik pengumpulan data partisipasi observasi, yang didukung studi literatur, wawancara, pengamatan, serta penyebaran kuesioner, untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif.
Temuan-temuan penting dalam penelitian ini adalah (1) wacana dalam fabel "Katuturan Kambing Takutin Macan" merupakan bentuk penyampaian pesan tentang ajaran moral triguna, (2) penyampaian ajaran moral melalui fabel "Katuturan Kambing Takutin Macan" mengembangkan imajinasi anak, sehingga anak dapat menjelaskan sebab akibat munculnya tindakan dalam sebuah interaksi sosial.
Penyampaian fabel "Katuturan Kambing Takutin Macan" membantu anak mengembangkan imajinasi mereka tentang sifat-sifat dalam ajaran moral triguna yang mempengaruhi tindakan pelaku dalam fabel tersebut. Imajinasi ini mempengaruhi penyusunan konsep dalam pemahaman anak tentang alasan tindakan, perkiraan tentang tanggapan yang akan terjadi terhadap tindakan tersebut, penilaian mengenai tindakan, dan alasan mereka memberikan penilaian tersebut. Imajinasi ini memperkuat pemahaman mereka untuk memahami konsep awal yang ingin diwariskan penutur cerita, tetapi juga menyebabkan munculnya pemahaman yang berlawanan dengan konsep awal tersebut. Pemahaman yang berlawanan tidak disebabkan kesalahan pemahaman, melainkan disebabkan kreativitas yang dipancing oleh fabel yang mengajak mereka berkelana ke wilayah imajiner. Sehingga, meskipun terdapat pemahaman yang berlawanan, secara garis besar anak-anak tetap memahami makna pesan yang ingin disampaikan penutur cerita melalui fabel "Katuturan Kambing Takutin Macan"."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Puspita Sari
"Pendidikan moral di Jepang merupakan salah satu penelitian yang menarik untuk dikaji baik dilihat dari sejarahnya, dan berbagai kasus yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Pendidikan moral di Jepang merupakan salah satu bagian terpenting dalam pendidikan yang diberikan di sekolah terutama pada tingkat SD dan SMP. Pendidikan moral yang diberikan di sekolah Jepang semua sama dan seragam yang berdasarkan pada Gakushu Shido Yoryo (Garis Besar Panduan Belajar) yang telah ditetapkan oleh Monbukagakusho (Departemen pendidikan). Selain itu, pendidikan moral yang diberikan tercermin dalam berbagai kegiatan siswa di dalam sekolah, yang banyak memberikan nilai positif bagi perkembangan intelejensia dan kepribadian anak. Skripsi ini dibuat dengan menggunakan metode deskriptif analisis, dengan menggunakan berbagai data dan informasi dari berbagai buku dan media lainnya yang kemudian menganalisanya. Dalam Analisa terlihat bahwa pendidikan moral ini ternyata mendapat banyak hambatan dengan terjadinya benturan-benturan nilai yang terjadi karena adanya nilai_-nilai yang tidak lagi sejalan antara yang diberikan di sekolah dengan yang ada di dalam keluarga dan masyarakat, terlebih lagi dengan semakin pesatnya kemajuan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah banyak merubah berbagai kebiasaan dan nilai-nilai yang dulu dianut. Skripsi ini kiranya dapat rnenarik perhatian bagi para kritikus dan para pemerhati pendidikan dan para peneliti studi tentang Jepang untuk dapat menggali lebih dalam lagi mengenai peran penting pendidikan moral di sekolah dalam pembentukan kepribadian dan karakter anak. Skripsi ini kiranya juga dapat membuka wawasan bagi para pemerhati pendidikan di Indonesia untuk dapat belajar dari kesuksesan dan berbagai hambatan yang dihadapi Jepang untuk dapat mempersiapkan anak-anak mereka sebagai generasi penerus bangsa dan melihat betapa besar dan pentingnya arti pendidikan bagi masa depan bangsa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mela Desina
"Skripsi ini membahas perbedaan karakter disiplin, tanggung jawab dan penghargaan antara anak SD di kota metropolitan dan non-metropolitan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan disain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa pihak sekolah dapat melakukan pelatihanpelatihan untuk guru dan siswa guna meningkatkan kualitas pendidikan akhlak di sekolah; dapat menggunakan sistem kurikulum yang tidak hanya mengutamakan nilai akademis tetapi juga nilai akhlak dan moral para siswanya; pihak sekolah juga dapat menggunakan muatan lokal sebagai wadah para siswa mengembangkan nilai moral pada diri sendiri.

The focus of this study is the difference discipline, responsibility, and respect character of student between metropolitan and non-metropolitan city. This research is quantitative descriptive interpretive. The data were collected by mean of kuesioner. The researcher suggests that the school should improve the quality of moral education by mean pelatihan-pelatihan to the teachers and the students; use the curriculum that give the priority to morals and morality value for students instead academic value; and also can use ?muatan lokal? as a place for students to developt theirself morals value."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. A. Widyarini Utami
"ABSTRAK
Penelitian ini bermula dari adanya indikasi bahwa pemahaman
bacaan sebagian siswa Sekolah Dasar masih tergolong rendah,
termasuk pemahaman bacaan eksposisi. Hal ini diperkirakan akan
berdampak negatif pada penguasaan pelajaran siswa dalam bidang
studi yang banyak menggunakan bahan bacaan. Karena sebagian
besar buku-buku pelajaran siswa adalah bacaan berbentuk eksposisi
maka pemahaman bacaan eksposisi ini perlu sekali ditingkatkan.
Salah satau strategi yang dapat meningkatkan pemahaman bacaan
adalah memberi pertanyaan kepada siswa tentang bacaan tersebut.
Dalam pemberian pertanyaan perlu juga dipertimbangkan variasi
pertanyaan, karana tipe pertanyaan yang berbeda akan menuntut
pemahaman yang berbeda pula.
Pemahaman dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu (1)
pemahaman literal yang menuntut siswa memahami apa yang tertulis
secara eksplisit dalam bacaan, (2) pemahaman inferensial yang
menuntut siswa memahami lebih daripada apa yang tertulis secara eksplisit dalam bacaan, antara lain menyimpulkan informasi dalam
bacaan, dan (3) pemahaman kritikal menuntut siswa melakukan
analisa dan evaluasi pribadi terhadap bacaan. Pemahaman tingkat
kedua dan ketiga ini sangat penting untuk melatih siswa berpikir
lebih dalam dan kritis terhadap bacaan yang dibacanya.
Walaupun pemberian pertanyaan, khususnya [ertanyaan yang
bervariasi seperti di atas sangat bermanfaat, namun dalam
kenyataannya guru-guru jarang memberikan pertanyaan inferensial
dan kritikal. Siswa-siswa hanya diberikan pertanyaan yang
sifatnya literal saja. Oleh karena itu, peneliti mencoba
merancang suatu pelatihan menjawab pertanyaan untuk membantu
pemahaman bacaan siswa. Pelatihan ini meliputi pelatihan menjawab
pertanyaan literal, inferential dan kritikal. Selanjutnya
pelatihan ini ingin diuji keefektifannya dalam meningkatkan
pemahaman bacaan.
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuasi eksperimen
dengan Noneequivalent Control Group Design yang melibatkan 79
siswa dari dua SD Negeri di Jakarta. Siswa dikelompokkan ke dalam
kelompok eksperimen (yang mendapat pelatihan menjawab pertanyaan)
dan kelompok kontrol (yang tidak mendapat pelatihan menjawab
pertanyaan). Pelatihan dilakukan sebanyak 11 kali pertemuan @ 80
menit, dimana 1 minggu ada 2 kali pertemuan. Pada sebelum dan
sesudah pelatihan, siswa diberikan tes pemahaman bacaan. Karena
sejak awal, latar belakang siswa pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tidak dapat disetarakan maka faktor-faktor yang
secara teoritis berpengaruh terhadap DV dikontrol dengan dijadikan sebagai kovariat. Oleh karena itu pengolahan statistik
akan dilakukan dengan Analisis Kovarian (ANKOVA). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen terjadi
peningkatan pemahaman bacaan, baik pemahaman secara keseluruhan
maupun pemahaman literal, inferensial dan kritikal dimana hal ini
tidak terjadi pada kelompok kontrol. Dengan demikian hasil ini
menunjukkan bahwa pelatihan menjawab pertanyaan efektif untuk
meningkatkan pemahaman bacaan."
1996
S2516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Coles, Robert.
New York: Random House, 1997
155.4 COL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Megawangi
Depok: Indonesia Heritage Foundation, 2011
370.114 RAT k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>