Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Francisca Aryani Suriawinata
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inka Setiorini Roebiono
"Penerbang adalah salah satu profesi yang unik, karena memiliki sifat pekerjaan yang berbeda dengan profesi lainnya. Profesi ini sudah sangat populer dalam kehidupan masyarakat modern dan sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menyeli- diki faktor bioteknikal dari sisi seorang penerbang. Tetapi ternyata masih sedikit yang menyelidiki aspek sosial yang terbentuk dalam kaitannya dengan profesinya tersebut, termasuk penelitian yang berkaitan dengan sisi kehidupan keluarga penerbang. Padahal, menurut pendapat beberapa ahli, keadaan keluarga sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja yang ia tunjukkan.
Pada kehidupan perkawinan seseorang, selalu dituntut adanya penyesuaian diri dari masing-masing pihak dan ini biasa disebut sebagai penyesuaian perkawinan. Masa penyesuaian yang paling sulit adalah pada masa 0 - 2 tahun perkawinannya, dan masa tersebut merupakan masa di mana seseorang harus menyesuaikan diri dengan pasangannya. Dikaitkan dengan kehidupan suami sebagai penerbang, pekerjaannya sendiri sudah merupakan suatu bentuk penyesuaian tersendiri, apalagi bila dikaitkan dengan awal-awal perkawinan mereka yang juga membutuhkan penyesuaian yang tidak mudah.
Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang dikemukakan para ahli untuk menggali dan menemukan jawaban dari 3 pertanyaan yang menjadi dasar penelitian ini. Masalah yang muncul dalam masa penyesuaian perkawinan Seorang penerbang ternyata tidak hanya berasal dari 8 area penyesuaian perkawinan yang umumnya ditemui pasangan biasa, tetapi muncul masalah-masalah lain yang sangat spesifik dan berkaitan dengan kondisi kerjanya. Dari 8 area tersebut, 2 area berkaitan erat, 1 area diduga berkaitan erat tetapi masih harus diteliti lebih lanjut, sedangkan 4 area lainnya tidak berkaitan. Sedangkan area terakhir, tidak dapat dilihat kaitannya karena data yang didapat sangat minim.
Area yang berkaitan erat dengan profesi seorang penerbang adalah pembagian peran dan rekreasi/penggunaan waktu luang, serta yang diduga berkaitan dengan profesi tersebut walaupun harus diteliti lebih lanjut yaitu pada area pengasuhan anak. Sedangkan masalah yang spesifik muncul pada pasangan keluarga penerbang tetapi tidak termasuk dalam 8 area penyesuaian perkawinan tersebut adalah penyesuaian terhadap profesi suami, ketakutan yang muncul dari pihak istri serta adanya pengaruh keluarga yang mempengaruhi kinerja dan konsentrasi seorang penerbang.
Selain itu, cara penyelesaian masalah yang muncul tidak hanya berbentuk kesepakatan atau kompromi saja, tetapi ternyata muncul bentuk lain yang bukan merupakan ke 2 bentuk cara penyesuaian perkawinan tersebut dan lebih mengarah pada bentuk strategi Coping.
Terakhir, terlihat faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian perkawinan pada ke empat pasang keluarga penerbang yang ditemui. Faktor-faktor yang berkaitan erat dengan kondisi kerja suami sebagai penerbang, baik sebagai faktor pendukung ataupun faktor penghambat adalah komunikasi yang terbuka, kesiapan mental istri termasuk kesadaran bahwa istri harus dapat memberikan ketenangan bagi suami, serta peranan suami untuk menceritakan dunia kerjanya secara lebih terbuka.
Penelitian studi kasus memberikan hasil yang unik, karena akan terlihat perbedaan untuk tiap pasang yang diwawancarai. Namun demikian, hasil yang diperoleh tidak begitu saja dapat digeneralisasikan untuk populasi pasangan penerbang yang baru menikah selama 2 tahun pada umumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Orchidita D.
"Berdasarkan penelitian para ahli diketahui bahwa usia tengah baya adalah masa krisis yang penuh tekanan dan sering disamakan dengan gejolak masa pubertas. Bahkan masa krisis ini dapat mengganggu hubungan suami istri, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kepuasan perkawinan. Khusus bagi wanita atau istri usia tengah baya, tampaknya tekanan yang mereka hadapi lebih berat dibandingkan para suami. Selain harus menghadapi penurunan fisik mereka sendiri (dimana hal ini seringkali dipersulit dengan adanya standar ganda terhadap ciri-ciri ketuaan pada pria dan wanita), para istri usia tengah baya juga harus menghadapi rasa kehilangan karena anak-anak sudah mulai remaja (dan juga sedang mengalami masa pubertas) dan mencoba melepaskan diri dari ketergantungan ibunya. Hal ini merupakan tekanan psikologis tersendiri bagi seorang ibu, yang tidak terjadi pada para ayah atau suami. Selain itu, istri usia tengah baya juga disibukkan dengan tanggung jawab mengurus orangtua atau mertua yang mungkin sudah membutuhkan perawatan. Hal ini juga jarang terjadi pada pria, karena aturan sosial menetapkan bahwa tanggung jawab memelihara hubungan kekeluargaan terletak pada istri atau menantu perempuan. Bila seorang istri juga bekerja, dapat dibayangkan beban berlebih yang mereka hadapi yaitu mengatur berbagai peran sekaligus dalam waktu bersamaan. Keadaan penuh tekanan ini dapat menjadi lebih berat bila tidak ada dukungan sosial dari suami dalam menjalani perkawinan. Menurut penelitian, para istri memang lebih sering merasa tertekan dalam perkawinan dibandingkan suami karena mereka lebih sedikit memperoleh dukungan sosial dari pasangannya. Padahal peran dukungan sosial sangat beaar artinya dalam meringankan tekanan-tekanan yang dihadapi dan dapat menghindarkan seseorang dari tekanan yang lebih parah. Untuk itu penelitian dilakukan dalam rangka melihat gambaran persepsi dukungan sosial yang diterima istri dari suami mereka, mencari hubungan antara
persepsi dukungan sosial dan kepuasan perkawinan istri usia tengah baya serta melihat perbedaan persepsi dukungan sosial suami pada istri yang tidak bekerja maupun yang bekerja. Sebagai tambahan, dilihat pula peran komponen persepsi dukungan sosial yang paling berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan. Penelitian dilakukan pada istri usia tengah baya yang berusia 40-50 tahun di Jakarta dengan menggunakan teknik accidental sampling. Penulis menyusun sendiri alat untuk mengukur persepsi dukungan sosial suami, sedangkan untuk mengukur kepuasan perkawinan digunakan Dyadic Adjustment Scale dari Spanier. Hasil pengolahan data dengan menggunakan teknik korelasi menemukan hubungan yang signifikan antara persepsi dukungan sosial suami dan kepuasan perkawinan istri
usia tengah baya, namun tidak ada perbedaan persepsi dukungan sosial suami antara istri usia tengah baya yang tidak bekerja maupun yang bekerja. Hasil tambahan menemukan bahwa komponen Intimacy merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan. Hasil tambahan lain yang memperkuat hasil utama adalah ditemukannya kontribusi persepsi dukungan sosial suami terhadap kepuasan perkawinan istri usia tengah baya yang cukup besar yaitu sebesar 45,3%. Untuk lebih menyempurnakan penelitian selanjutnya, disarankan menggunakan teknik probability sampling atau menambahkan metode wawancara untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam. Selain itu, membandingkan subyek pria dan wanita dapat dilakukan untuk lebih membuktikan apakah benar ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal penerimaan dukungan sosial. Masalah istri usia tengah baya dalam menghadapi masa pensiun juga merupakan hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astiliani
"ABSTRAK
Keterikatan karyawan terhadap perusahaan sangat diperlukan bagi perusahaan
untuk dapat tetap bertahan pada dunia usaha saat ini yang telah mengalami
perkembangan dan perubahan yang semakin cepat. Rendahnya keterikatan organisasi
pada karyawan dapat membawa dampak negatif bagi perusahaan, yaitu tingginya
tingkat absensi dan pergantian karyawan (turnover). Namun di pihak lain, tingginya
keterikatan karyawan terhadap perusahaannya dapat membawa dampak negatif bagi
karyawan terutama yang telah berkeluarga.
Waktu dan tenaga yang dicurahkan untuk perusahaan akan mengurangi
interaksi individu dengan keluarganya, sehingga individu tidak sepenuhnya dapat
memenuhi peran di dalam keluarganya. Hal ini terutama dialami olah pasangan bekerja
yang memiliki anak usia balita. Kesulitan yang dihadapi pasangan bekerja tidak hanya
terbatas pada pengurusan anak yang masih membutuhkan perhatian yang besar dari
kedua orang tua, tetapi terbatasnya waktu yang diluangkan bagi pasangannya dan
dalam penyelesain tugas-tugas rumah tangga.
Beberapa penelitian di negara Barat menunjukkan bahwa peran dalam keluarga
berhubungan dengan perkembangan keterikatan organisasi seseorang. Suatu penelitian
yang dilakukan terhadap karyawan yang memiliki anak usia balita menyatakan bahwa
tingginya keterlibatan peran dalam keluarga berhubungan dengan tingginya keterikatan
organisasi karyawan. Namun, terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa
rendahnya keterlibatan diri seseorang terhadap perannya di dalam keluarga
berhubungan dengan tingginya keterikatan organisasi seseorang.
Dapat terlihat bahwa masih terdapat hasil yang kontradiksi dari penelitian-
penelitian tersebut. Berdasarkan hal ini, maka pada penelitian ini ingin diketahui lebih
jelas hubungan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi pada pria dan
wanita bekerja yang memiliki anak usia balita, khususnya di Jakarta. Penelitian ini
menggunakan pengumpul data berupa kuesioner yang terdiri dari dua alat ukur yang
telah diadaptasi, yaitu Life Role Salience Scale dari Amatea et al. dan Commitment
Organization Scale dari Allen dan Meyer. Subyek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang merupakan suami istri bekerja, memiliki anak usia balita,
berpendidikan minimal D3, dan telah bekerja di perusahaan minimal 15 bulan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signikan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi. Pada subyek
wanita menunjukkan hubungan yang positif dan keterikatan yang tidak
berhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatan afektif. Sedangkan
pada pria, hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif dan keterikatan yang
tidak berhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatan
kesinambungan.
Hasil tambahan menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada tingkat keterikatan organisasi. Namun berdasarkan komponennya,
hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
keterikatan afektif dan normatif antara pria dan wanita. Dalam hal keterlibatan
terhadap peran dalam keluarga, pria dan wanita menunjukkan skor yang berbeda
secara signifikan pada peran dalam keluarga dan dalam dimensi peran sebagai
orang tua dan pengurus rumah tangga. Selain itu hasil menunjukkan bahwa pada
wanita terdapat perbedaan tingkat keterikatan organisasi dan komponen
kesinambungan berdasarkan jumlah pengeluaran. Hal ini tidak berbeda dengan
pria, bahwa terdapat perbedaan skor rata-rata yang signiilkan pada keterikatan
organisasi serta pada komponen afektif dan normatif berdasarkan jumlah
pengeluaran untuk rnemenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Hasil juga
menunjukkan bahwa semakin besar gaji yang diterima oleh pria bekerja, maka
semakin tinggi keterikatan organisasi, terutama keterikatan kesinambungannya"
1998
S2675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debbie G. Retnoningsih
"Bagi sebaglan besar ibu bekerja, terutama yang memlliki anak usia balita, kemudahan untuk mendapatkan bantuan pengasuhan merupakan hal yang panting dan berpengaruh terhadap keiancaran pekerjaan mereka (Strong dan DeVault, 1995). Salah satu altematif bantuan pengasuhan bagi ibu bekerja yang memiliki anak usia 3 hingga 6 tahun adalah bantuan dari kakek dan nenek (Strong dan DeVault. 1995). Hal ini sejalan dengan fungsi simbolis kakek dan nenek dalam keluarganya, yang antara lain fungsi kehadiran {being there) dan fungsi pelindung keluarga {family watchdog) (Hagestad, 1985; Troll, 1983, dalam Bengston, 1985). Keterlibatan kakek nenek pada pengasuhan anak memiliki nilai positif baik bagi orang tua, anak maupun bagi kakek nenek itu sendiri. Namun, keterlibatan yang terlalu jauh tidak jarang membawa masalah bagi keluarga, antara lain masalah penerapan disiplin pada anak. Kakek dan nenek tidak menyetujui prosedur pengasuhan yang ingin diterapkan oleh orang tua, atau sebaliknya (Duval dan Miller, 1985; Leninger, 1994). Padahal, masalah penerapan disiplin merupakan masalah yang sangat penting bagi keluarga yang memiliki anak usia prasekolah, karena usia 3 hingga 6 tahun merupakan masa dimana anak membentuk sikap-sikap dasar terhadap dirinya, keluarganya serta dunianya (Signer, 1994; Hamner dan Turner, 1991; Duvall dan Miller, 1985). Oleh karena itu keputusan untuk melibatkan kakek dan nenek sebagai altematif bantuan pengasuhan anak dapat menjadi pedang bermata dua bagi orang tua. Bila keterlibatan kakek nenek terlalu besar dan tidak sesuai dengan keinginan orang tua, justru dapat menimbulkan konflik pada orang tua, ketidakpastian bagi kakek nenek, dan lebih jauh menimbulkan konflik pada hubungan antara kakek nenek dengan orang tua.
Berdasarkan latar beiakang masalah tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai bagaimana peran yang diharapkan ibu bekega dari kakek dan nenek pada pengasuhan anak mereka yang berusia prasekolah. Subyek penelitian ini adalah ibu beken'a yang memiliki anak usia 3 hingga 6 tahun (usia prasekolah), berpendidikan minimal SMA, dan melibatkan kakek atau nenek atau keduanya untuk membantu pengasuhan anaknya tersebut, baik secara regular (setiap hari) maupun temporer (sesekali saja bila diperlukan).
Penelitian ini merupakan penelitian awal berupa studi deskriptif, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran harapan ibu bekeija teitiadap peran kakek dan gambaran harapan ibu bekerja terhadap peran nenek, sekaligus ingin melihat profil harapan pada masing - masing peran kakek nenek tersebut, serta ingin melihat perbedaan gambaran harapan terhadap peran kakek dan peran nenek. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner, dimana alat yang digunakan untuk mengukur harapan terhadap peran kakek dan peran nenek berupa skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori peran kakek dan nenek yang dikemukakan oleh Neugarten dan Weinstein serta Cherlin dan Furstenberg.
Penarikan sampelnya dilakukan secara insidental, di sekitar wilayah Jakarta, Bogor dan Bekasi. Untuk pengolahan datanya dilakukan perhitungan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dari 101 orang subyek, yang terdiri dari ibu bekerja yang melibatkan kakek saja. nenek saja, serta kakek maupun nenek, hasil yang diperoleh antara lain bahwa peran kakek dan nenek yang paling diharapkan adalah sebagai sumber kebijaksanaan keluarga, yaltu mengajarkan berbagai nilai dan pengetahuan serta menjadi teladan bagi cucu maupun bagi orang tua cucu. Sementara, ada perbedaan antara harapan terhadap peran kakek dan harapan terhadap peran nenek, dimana nenek lebih diharapkan berperan sebagai figur formal, sebagai teman cucu dan sebagai orang tua pengganti."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pitauli
"ABSTRAK
Semakin meningkatnya jumlah pasangan perkawinan antar agama di Indonesia
menunjukkan bahwa pernikahan antar agama sulit ditampik di tengah masyarakat yang
plural. Tidak ada seorang pun yang dapat melarang adanya interaksi dan hubungan kasih
sayang diantara mereka yang berbeda agama. Tambahan lagi banyak kaum muda yang
tidak terlalu memperhatikan lagi faktor-faktor seperti sosial ekonomi, suku dan agama
sebagai dasar pencarian pasangan hidup dan cenderung menekankan faktor cinta dan
kecocokan sebagai dasar perkawinan seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli.
Namun perbedaan agama dalam perkawinan tidak dapat dipungkiri memicu
terjadinya konflik interpersonal antara pasangan. Menurut literatur banyak perkawinan
beda agama yang akhirnya kandas karena pasangan tidak mampu mengatasi konflik yang
terjadi dalam perkawinan mereka. Meski demikian tidak berarti perkawinan antar agama
selalu berakhir dengan kegagalan. Untuk mengatasi perbedaan dan mencegah terjadinya
kegagalan dalan perkawinan ini, diperlukan suatu manajemen konflik yang dilakukan
oleh masing-masing pasangan sebagai upaya menyesuaikan diri terhadap perbedaan
agama yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk itu penelitian ini menganggap
penting untuk mengetahui konflik dan manajemen konflik pada pasangan perkawinan
antar agama.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konflik dan manajemen
konflik pada pasangan suami istri beda agama. Metode penelitian yang dipakai adalah
metode pendekatan kualitatif dengan instrument penelitian berupa wawancara. Hasil dari
penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar subyek penelitian menggunakan
cara kompromi untuk mengatasi persoalan-persoalan yang memicu terjadinya konflik,
seprti masalah pelaksanaan ibadah pasangan, masalah agama anak dan masalah dengan
keluarga pasangan. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi ide bagi bagi penelitianpenelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan perkawinan antar agama yang terjadi di
Indonesia."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menur Karen K.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T38019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharita Miranda
"Perkawinan merupakan suatu institusi yang membutulikan banyak penyesuaian dari individu-individu yang terl/^at di dalanmya. Tabun-tahun pertama masa perkawinan, yaitu satu sampai dua tabun pertama dapat dikatakan merupakan masamasa dimana individu mulai meletakkan landasan bagi perkawinan mereka untuk itu dibutubkan adanya penyesuian perkawinan. Hubimgan interpersonal memainkan peranan yang penting dalam masa ini untuk tercapainya suatu penyesuaian perkawinan. Kelekatan {attachment) yang dimiliki individu memberikan sumbangan yang penting terhadap peiilaku individu dalam berhubungan interpersonal dengan orang lain, dalam bal ini dengan pasangannya. Melalui penelitian ini akan dilihat pengamh dari gaya kelekatan avoidant, anxious/ambivalent dan secure terhadap penyesuaian perkawinan individu yang sedang menjalani masa dua tahun pertama perkawinannya itu. Alat ukur yang akan digunakan berupa kuesioner dalam bentuk skala untuk mengukur penyesuaian perkawinan dan gaya kelekatan yang dimiliki individu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kelekatan yang berbeda memptmyai pengaruh yang berbeda pula terhadap penyesuaian perkawinan individu. Individu yang memiliki gaya kelekatan secure menunjukkan penyesuaian perkawinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki yang kelekatan lain. Sementara individu dengan gaya kelekatan anxious/ambivalent menrmjukkan penyesuaian perkawinan yang paling rendah dari individu dengan gaya kelekatan lain. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan dari liwayat atau sejarah kelekatan dengan gaya kelekatan yang dimiliki individu saat ini Selain itu juga didapatkan gambaran penyebaran gaya kelekatan subyek penelitian.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mempertimbangkan adanya interaksi gaya kelekatan. Juga dipandang perlu rmtuk melakukan penelitian pada jumlah subyek yang lebih besar serta menggunakan metode lain, selain kuesioner, misalnya wawancara sehingga mendapatkan hash yang lebih tajam dan mendalam."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S2361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Octacia Sjam
"ABSTRAK
Status Intimacy Pada Pasangan Suami Istri Kristen Dengan Usia Pemikahan
l - 2 Tahun dan Pengamhnya Terhadap Kehidupan Pemikahan
(118 +- xv), (8 tabel)_ (I skema), (4 lampiran)
Dalam suatu pemikahan, dua orang yaitu pda dan wanita beréatu
untuk mcmbina suatu kehidupan rumah tangga yang akan mereka jalani
sepanjang kehidupan mereka. Salah satu faktor penentu kelanggengan
dalam suatu pemikahan adalah kemampuan individu untuk membuka diri
kepada pasangannya dan menjalin suatu relasi yang hangar. Kemampuan ini
sering disebut sebagai intimacy. Intimacy setiap individu dapat berbeda~
beda tingkat kedalaman dan komitmennya. Perbedaan tingkat kedalaman
dan komitmen dalam inlimacy, disebut status intimacy.
Permasalahan yang ingin dijawab dalam pcnelitian ini adalah
bagaimana status intimaqy pada pasangan suami istri Kristen dengan usia
pemikahan I - 2 tahun dan pengaruhnya terhadap kehidupan pemikahan
mereka. Unluk menjawab permasalahan penelitian lersebut, penelitl
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara Penelitian
ini melibatkan 3 pasangan suami istri Kristen dcngan usia pemikahan 1 - 2
lahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua subjek pda yang
berstatus sebagai suami dalam penelitian ini memiliki status intimacy yang
berada pada tahap p.seudofntimate_ Sedangkan subjek wanita yang bcrstatus
sebagai istri dalam penelitian ini masing-masin memiliki status intimacy
yang berada pada tahap psendointimate, intimate dan merger committed.
Status inlimaqv yang dirniliki oleh suami dan istri juga belpengamh
terhadap kehidupan pemikahan mereka, dimana suami maupun istri yang
zidak terpenuhi kebutuharmya dalam relasinya dengan pasangan akibat
adanya perbcdaan status intimacy antara keduanya, mengalami
ketidakpuasan dalam pemilcahan mereka. Namun, adanya ajaran Kristiani
yang dihayati oleh semua subjck sebagai dasar dari pernikahan telah
membuat mereka berhasil untuk terus mempertahankan kehidupan
pemikahannya.

"
2005
T34104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>