Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73206 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anidya Ghaisani
"Banyak orang menghindari bekerja dalam kelompok karena mereka tidak mau menghadapi ‘free-riders’ atau ‘social-loafers’. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efek dari verbal encouragement terhadap fenomena social loafing. Dengan menggunakan 2 x 2 independent-groups design, 40 mahasiswa mengikuti penelitian ini dan diminta untuk memikirkan sebanyak-banyaknya kegunaan sebuah sendok. Partisipan penelitian dibagi ke dalam kelompok collective (di mana partisipan bekerja sama) atau coactive (di mana partisipan bekerja sendiri), dan ke dalam encouragement present (partisipan mendapatkan kata penyemangat) atau encouragement absent (partisipan tidak mendapat kata penyemangat). Independent – groups t-tests menunjukkan bahwa peserta di kelompok collective menghasilkan lebih sedikit kegunaan sendok daripada peserta di kondisi coactive, menyiratkan bahwa social loafing terjadi. Tidak ada perbedaan antara kelompok collective-encouragement present dan collective-encouragement absent. Hasil ini menunjukkan bahwa verbal encouragement mungkin tidak mengurangi fenomena social loafing. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan motivasi internal dan eksternal awal serta tingkat kesulitan tugas yang dirasakan peserta penelitian.

Many people avoid working in groups because they do not want to encounter ‘free-riders’ or ‘social-loafers’. The current study aimed to investigate the effects of verbal encouragement on social loafing. Using a 2x2 independent-groups design, 40 university students participated in the study and were asked to generate as many ideas as possible about the different uses of a spoon. Participants were sorted to either collective (i.e., participants are working together) or coactive (i.e., participants are working individually) group, and to either an encouragement present (i.e., participants were given encouraging words) or an encouragement absent group (i.e., participants were not given encouraging words). Independent-group t-tests revealed that participants in collective condition generated fewer ideas than those in coactive condition, suggesting that social loafing has occurred. There is no difference between collective-encouragement present and collective-encouragement absent conditions. This suggests that verbal encouragement might not serve to moderate social loafing. Future research should take participants’ initial intrinsic and extrinsic motivations and their perceived task difficulty into consideration."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rizal
"ABSTRAK
Dalam dunia medis masalan Irreversible Comma sering terjadi pada pasien
dengan tingkat penyakit yang parah. Dokter akan meyerahkan sepenuhnya
tanggung jawab dalam pengambilan keputusan kepada pihak keluarga,
karena dalam dunia kedokteran, pasien lrreversible Comma dinyatakan tidak
Iayak membuat keputusan sendiri. Kondisi ini menyebabkan munculnya
konflik pada pasangan hidup penderita. Kenyataan bahwa pasangannya
diinformasikan tidak akan sembuh dan keinginan untuk tetap merawat
membuat individu berada dalam keadaan konflik. Lewin (dalam lazarus,
1976), mengemukakan adanya beberapa bentuk konflik yang berasal dari
perbedaan tuntutan. Sementara Janiss dan Mann (1979) serta Gibson
(1990), mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan walaupun
sudah melalui tahap-tahap yang rasional dan Iogis seringkali tetap
menghasilkan keputusan yang tidak rasional, karena dipengaruhi oleh faktor-
faktor subyektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, dengan tujuan mendapatkan gambaran tentang konflik yang
dialami pasangan penderita irreversible Comma. Teknik pengambilan data
menggunakan teknik wawancara mendalam, dengan teknik sampling non
probalilitas. Hasil menunjukkan adanya berbagai konflik yang muncul,
terutama berbentuk multiple Apprach-avoidance. Data pengambilan
kepulusan, ternyata keputusan yang diambil tidaklah efektif untuk
menyelesaikan konflik, karena adanya faktor-faktor subyektif yang terlibat.
Ditemukan juga bahwa ada perbedaan pengungkan penghayatan antara pria
dan wanita, yang mungkin dapat diteliti lebih Ianjut mengenai adanya
perbedaan gender, perbadaan individual, atau pengaruh rentang waktu
penderitaan pasangan. Disarankan untuk membuat suatu program yang
apat membantu para pasangan penderita irreversible Comma, agar mereka
dapat meyeiesaikan konfliknya, dan dapat membuat keputusan yang efektif."
1999
S2631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitoresmi Ratu Raras
"ABSTRACT
Sekarang ini, dimana zaman berkembang pesat, masih terdapat orang yang bertahan menjadi biarawati yang mengikrarkan kaul sepanjang hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengambilan keputusan dan personal strivings untuk menjadi biarawati dan untuk bertahan menjalani kehidupan sebagai biarawati. Pengambilan keputusan diartikan sebagai prosedur pemilihan yang terjadi saat seseorang memilih beberapa tindakan Janis Mann, 1977. Personal strivings merupakan sejumlah tujuan seseorang yang khas dan menggambarkan karakteristik yang tetap dan berulang, mencerminkan pengalaman, nilai, dan komitmen, serta dikejar dan berusaha dicapai dalam kehidupan sehari-hari Emmons, 2005. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis tematik untuk memperoleh data secara mendalam. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang biarawati, dua di antaranya saat ini berusia 50 tahun, dan satu orang lainnya berusia 38 tahun. Ketiga partisipan menjadi biarawati pada usia dewasa muda sekitar 20 tahun. Hingga pada akhirnya, saat ini terdapat dua personal strivings yang sama-sama dikejar ketiga partisipan, yaitu generativity dan spiritual striving. Dua dari tiga partisipan memiliki personal strivings lainnya sebelum memasuki pembinaan kesusteran. Partisipan Sr. Lili memiliki intimacy strivings, sedangkan partisipan Sr. Noni memiliki independence striving dan kemudian mengejar personal growth striving saat memasuki pembinaan. Personal strivings merupakan salah satu alasan mereka memutuskan menjadi biarawati. Proses pengambilan keputusan untuk menjadi biarawati tidak selalu berlanjut secara berurutan ke tahap berikutnya seperti yang diungkapkan oleh Janis dan Mann, yaitu menilai masalah, melakukan survei alternatif, menimbang alternatif, berkomitmen pada keputusan, dan menerima umpan balik. Bisa saja partisipan kembali pada tahap sebelumnya, atau meloncati suatu tahap. Walaupun demikian, pada pengambilan keputusan untuk bertahan menjalani kehidupan sebagai biarawati, ketiga partisipan tidak melalui proses yang panjang, dan tidak melalui satu persatu dari lima tahap pengambilan keputusan tersebut. Pengambilan keputusan ketiga partisipan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang diungkapkan oleh Kemdal dan Montgomery, yaitu preferensi, keadaan, keyakinan, tindakan, dan emosi. Selain faktor-faktor tersebut, ditemukan pula faktor iman yang menjadi faktor yang terus mempengaruhi pengambilan keputusan ketiga partisipan sepanjang perjalanan hidup mereka. Personal strivings juga menjadi alasan untuk bertahan sebagai biarawati

ABSTRACT
Nowadays, although humanity has developed advancely, there are people who still devote their life as nun who make vows throughout their life. This study is conducted to describe decision making and personal strivings to become a nun and to live a devoted life as a nun. Decision making is selection procedure that occurs when a person chooses among several actions Janis Mann, 1977. Personal strivings are typical goals of a person, describe fixed and recurring characteristics, reflecting experience, values, and commitment, and are pursued and tried to accomplish in everyday life Emmons, 2005. This study used qualitative method with thematic analysis to deeply acquire data. The participants are three nuns, two of them are currently 50 years old, and the other is 38 years old. The three participants became nun in their 20s young adulthood stage. Currently, all participants attempt to achieve two personal strivings generativity and spiritual striving. However, two out of three participants have different personal strivings before entering the novitiate stage. Participant Sr. Lili had intimacy striving. Participant Sr. Noni had independence striving, which then transformed into personal growth strivings upon entering novisiat. Personal strivings are one of the reasons they decide to become a nun. The decision making process to become a nun does not always continue sequentially to the next stage as revealed by Janis and Mann, i.e. appraising the challenge, surveying the alternatives, weighing alternatives, deliberating about commitment, and receiving feedback. Participants might return to the former stage, or skip a stage. However, in decision making to live a devoted life as a nun, the three participants didnt go through a long process, and didnt go through each of the five stages of decision making. The decision making of the three participants is influenced by the factors revealed by Kemdal and Montgomery, such as preference, circumstances, beliefs, actions, and emotions. In addition to these factors, it is also found that faith is a sole factor that continuously influences the decision making of all three participants throughout their lifetimes. Personal strivings are also a reason to live a devoted life as a nun."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harlita NTB
"ABSTRAK
Bekerja merupakan salah satu upaya dalam membangun kemandirian
terutam dalam hal ekonomi. Pada individu dewasa muda , hal ini mulai dibangun
dan berkelanjutan (Santock, 2002). Sebagai proses yang terus berkelanjutan, proses
penentuan dan pengubahan pekeijaan merupkan hal yang penting pada individu
dewasa muda, sehingga dalam pelaksanaannya akan melibatkan banyak
pertimbangan dan pemikiran. Oleh karena itu proses ini sering ditandai dengan
adanya konflik pada individu yang bersangkutan (Atwater, 1983).
Salah satu bentuk pengubahan pekerjaan yang terjadi adalah keputusan untuk
berwirausaha pada individu yang sebelumnya adalah karyawan. Memutuskan untuk
berhenti dari pekeijaan semula dan membangun usaha sendiri bukanlah hal yang
mudah, terutama pada laki-laki yang telah menikah. Penelitian yang dilakukan oleh
Zimmerer & Scarborough (2004) menyatakan bahwa terdapat ancaman dalam
keberlangsungan fungsi keluarga pada para wirausahawan yang mendirikan bisnis
pada usia antara 25-39 tahun. Hal ini didasari oleh keadaan mereka yang baru atau
berusaha memulai kehidupan keluarga mereka. Kondisi lainnya adalah ketegangan
emosi yang lebih banyak diakibatkan ketidakpastian ekonomi (Kuratko & Hodgetts,
1995). Hal semacam inilah yang berpotensi menimbulkan konflik pada diri individu
yang memutuskan untuk berwirausaha dengan meninggalkan pekerjaannya. Konflik
yang dialami dapat terselesaikan salah satunya dengan memutuskan pilihan atau
alternatif yang dianggap terbaik, sehingga dapat dikatakan pengambilan keputusan
sebagai awal dari rangkaian penyelesaian konflik.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman
mengenai jenis konflik apa saja yang mungkin dialami dan bagaimana proses
pengambilan keputusna yang dijalani oleh individu yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini dipilih pendekatan kualitatif, agar dinamika konflik dan
gambaran pengambilan keputusan yang dijalani dapat tergambar dan dapat dipahami
lebih baik dari sudut pandang individu yang bersangkutan. Jumlah subyek dalam
penelitian ini berjumlah tiga orang dengan karakteristik laki-laki berusia 25-45 tahun
dan telah menikah ketika pengambilan keputusan dilakukan, pekeijaan sebelum
berwirausaha adalah sebagai karyawan di sektor formal (Instansi Pemerintah atau
Perusahaan Swasta) minimal selama 3 tahun, memutuskan keluar dari pekeijaan
semula secara sukarela (voluntary turnover), dan memilih hanya berwirausaha setelah keluar dari pekerjaannya. Pengumpulan data-dilakukan dengan metode !
wawancara dan metode observasi sebagai penunjang.
Proses analisis yang dilakukan mencakup dua tahap. Pertama, analisis
dilakukan pada masing-masing kasus untuk mengetahui pengalaman, permasalahan
dan proses yang terjadi pada masing-masing subyek. Kemudian yang kedua, analisis
dilakukan antar subyek atau lintas kasus. Pada bagian ini dilakukan perbandingan
baik perbedaan maupun persamaan pada beberapa hal dari keseluruhan subyek.
Dengan demikian, diharapkan dapat diperoleh suatu gambaran dan pola mengenai
konflik yang dialami oleh individu yang memutuskan untuk berwirausaha setelah
keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan ketiga subyek memeiliki keinginan yang kuat
untuk berwirausaha, namun terdapat hal-hal lain yang menjadi faktor pertimbangan
yang oleh karena itu mengantarkan subyek pada situasi konflik. Salah satu konflik
yang berpotensi dialami oleh individu adalah
intrapersonal dengan tipe : (1) Double Approach-Avoidance dan (2) Driving forces
vs restaining force. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan digambarkan
melalui tahapan yang dilalui dan stategi yang digunakan. Proses pengambilan
keputusan yang dialalui menggunakan wish strategy dan escape strategy.
Prilaku yang muncul pada umunya berupa kebimbangan, sehingga jalan yang
ditempuh untuk menyelesaikannya antara lain dengan menimbang kekuatan relatif
dari masing-masing pilihan untuk bisa menentukan pilihan mana yang akan diambil,
selain itu terdapat pula tindakan meninggalkan situasi konflik. Kebimbangan itu bisa
juga diselesaikan dengan cara meruntuhkan internal barrier agar tidak selamanya
menunda penyelesaian konflik."
2004
S3349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Bella Kartika
"Kerja kelompok merupakan keterampilan penting bagi banyak orang. Bekerja dalam kelompok bermanfaat karena dapat membuat pekerjaan lebih efisien dan produktif. Namun, ada juga beberapa kelemahan bekerja dalam kelompok. Salah satunya adalah terjadinya kemalasan sosial. Hal ini terjadi ketika anggota kelompok tidak memberikan usaha yang cukup saat bekerja dalam kelompok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh hukuman dalam kemalasan sosial. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelitian menggunakan desain 2 x 2 antar subjek yaitu hukuman (tidak ada hukuman & hukuman) dan kondisi kelompok (kolektif & koaktif). Dalam kondisi tanpa hukuman, partisipan menerima hadiah terlepas dari performa mereka. Dalam kondisi dengan hukuman, partisipan akan menerima hadiah lebih sedikit jika mereka berperforma rendah. Dalam kondisi kolektif, performa partisipan dinilai sebagai gabungan dari performa anggota kelompok hipotetis. Dalam kondisi koaktif, performa partisipan dinilai secara individu. Penelitian ini dilakukan dengan 40 peserta dengan jumlah yang seimbang antar jender (20 perempuan dan 20 laki-laki). Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kondisi kolektif dan koaktif pada kondisi hukuman. Selain itu, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kolektif dan koaktif dalam kondisi tidak ada hukuman. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa hukaman dan kondisi kelompok tidak efektif untuk mengurangi kemalasan sosial.

Working as a part of a group is an important skill for people. It is beneficial because it can increase work efficiency and productivity. However, there are also some disadvantages. One of the disadvantages is social loafing. It occurs when group members does not put enough effort on group work. The aim of the study is to identify the impact of punishment and group conditions in social loafing. To answer the research question, 2 x 2 in between subject design was conducted with 4 conditions. The conditions are punishment (no punishment & punishment) and group condition (collective & coactive). In the no punishment condition, participants received the reward regardless of their performance. In the punishment condition, the participants are given less reward if their performance is low. In collective condition, the participants’ performances were measured as a combination with hypothetical group members. In coactive condition the participants’ ideas were measured individually. The research was conducted with a total of 40 participants with equal number between gender (20 female & 20 male). The result shows no significant difference between collective and coactive in punishment. In addition, there was no significant difference between collective and coactive in no punishment condition. To conclude, punishment and group conditions are not effective to reduce social loafing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Nul Hakim
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor kepribadian conscientiousness, faktor kepribadian extraversion dan faktor lingkungan yaitu kompetisi terhadap kualitas keputusan kelompok. Dengan menggunakan tes kepribadian Big Five, 240 mahasiswa S1 yang terdiri atas 175 perempuan dan 65 laki-laki dibagi dalam 80 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang. 80 kelompok tersebut dibagi dua kedalam 40 kelompok kompetisi dan non kompetisi. Pada masing-masing dari 40 kelompok tersebut terdapat 10 kelompok yang anggotanya mempunyai partisipan dengan karakteristik kepribadian conscientiousness tinggi, conscientiousness rendah, extrovert dan introvert. Pendekatan penelitian ini adalah eksperimental between subject design. Kepada kedua kelompok ini diberi tugas untuk membuat keputusan kelompok dalam dua variasi pengaturan, dengan dan tanpa kompetisi. Kelompok menerima informasi dengan mekanisme distribusi hidden profile, dimana hanya satu dari tiga anggota kelompok mendapatkan informasi kunci. Hasil exact logistic regression menunjukkan bahwa karakteristik kepribadian conscientiousness tinggi meningkatkan kemungkinan kelompok menghasilkan keputusan yang lebih buruk. Sementara karakteristik kepribadian extraversion dan kompetisi tidak memengaruhi kualitas keputusan kelompok. Uji statistik juga menemukan terdapat interaction effect dari conscientiousness tinggi dan kompetisi terhadap kualitas keputusan kelompok. Kemungkinan kelompok dengan conscientiousness tinggi menghasilkan keputusan yang buruk menjadi semakin meningkat ketika mereka berada dalam situasi kompetisi. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa dalam rangka menempatkan the right person on the right place maka organisasi harus mempertimbangkan faktor kepribadian conscientiousness dalam rekrutmen, penempatan, penyusunan tim kerja ataupun pelatihan. Selain itu organisasi juga perlu mengatur lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan kualitas rapat-rapat didalam lingkungan organisasi.

ABSTRACT
This study aims to study the effect of personality factor of conscientiousness, personality factor of extraversion, and environmental factor of competition to group decision quality. Based on Big Five personality test, 240 undergraduate students consists of 175 girls and 65 boys were divided into 80 groups with each group consists of 3 people. 80 groups then divided into two groups of competition and non competition. In each of the 40 groups there are 10 group of high conscientiousness, low conscientiousness, extrovert, and introvert participants. The approach of this study is experimental with randomized between group design. Given to these groups is a task to make group decision in two setting variations, with and without competition. The groups receive the information through hidden profile distribution mechanism, where only one of the three group member gets the key information. Exact logistic regression results show that high conscientiousness personality characteristic increase the likelihood of a group to produce bad decisions. But extraversion personality characteristic and competition do not affect group decision quality. Statistical testing also found an interaction effect of conscientiousness and competition on the quality of group decisions. The probability of producing poor group decision will increase when high conscientiousness group are under competition situation. The implication of this research is that in order to put rdquo;the right person in the right place rdquo;, the organization must consider the personality factor conscientiousness in recruitment, placement, formulating team and training. In addition, organizations must create conducive environment to improve the quality of meetings within the organization."
2018
D2503
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kevin Aprilio Kurniawan
"ABSTRACT
Kepercayaan terhadap pesan iklan kini telah tergeser oleh tingginya kepercayaan pada pesan yang dari word of mouth. Penelitian ini menganalisis bagaimana word of mouth mempengaruhi tahapan proses pengambilan keputusan pada konteks layanan streaming musik Spotify, di mana word of mouth pada penelitian ini ditinjau melalui aspek pendorongnya yang berasal dari karakteristik brand. Penelitian kuantitatif ini menggunakan kuesioner online yang diambil menggunakan teknik convenience sampling pada generasi millennials di Jabodetabek. Pengujian dilakukan dengan uji analisis faktor dan regresi yang memiliki hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara word of mouth terhadap tahapan proses pengambilan keputusan. Ditemukan bahwa word of mouth terdiri dari faktor rasional dan emosional sedangkan proses pengambilan keputusan yang terjadi adalah tahap pencarian informasi dan pemenuhan kebutuhan.

ABSTRACT
A person rsquo s trust on the messages delivered by advertising nowadays has been replaced by word of mouth. This research focuses on analyzing the influence of a person rsquo s decision making process on using Spotify, a music streaming service, through word of mouth that is derived from its brand characteristics drivers. This quantitative research uses online questionnaires targeting the millennials generation in Jabodetabek region by using convenience sampling technique. The analysis that is conducted by using factor analysis and regression test finds that the influence of word of mouth towards the steps of consumer decision making process is significant. It was found that word of mouth is composed of rational and emotional factors while decision making process that occurs is the information search and needs fulfillment."
2017
S66685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>