Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Ambarsari H.
"ABSTRAK
Keberhasilan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial berkaitan
erat dengan Iaju pertumbuhan penduduk. Saat ini jumlah penduduk indonesia
sudah mencapai 200 juta jiwa dan menempati urutan ke-empat terbesar di dunia.
Untuk menekan Iaju pertumbuhan penduduk sehingga mencapai kondisi Penduduk
Tumbuh Seimbang (PTS), maka pemerintah mencanangkan program nasional
gerakan Keluarga Berencana (KB). Usaha dari program KB tidak hanya ditekankan
pada cara-cara klinis saja, tetapi juga dengan memberi pengertian dengan harapan
terjadi perubahan sikap hidup masyarakat dari berkeluarga besar menjadi
berkeluarga kecil. Hasil survey menunjukkan bahwa jumlah akseptor KB dari tahun
ke tahun terus meningkat, bahkan kadang-kadang malahan melebihi jumlah yang
telah ditargetkan untuk suatu periode tertentu.
Walaupun program KB telah menunjukkan hasil nyata dalam menekan Iaju
perrtumbuhan penduduk dengan memasyarakatkan keiuarga kecil (keluarga
dengan 2 anak) sebagai ukuran keluarga ideal, namun masih terdapat masalah
dalam usaha-usaha untuk mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS).
Masalah tersebut adalah kenyataan bahwa penelitian-penelitian menunjukkan
masih banyak pasangan nikah di Indonesia yang cenderung menginginkan
keluarga besar yaitu keluarga dengan anak banyak, karena mereka berpandangan
bahwa ukuran keluarga ideal adalah keluarga dengan jumlah anak 4-5 orang.
Menurut para ahli, preferensi keluarga besar sebagai ukuran keluarga ideal
yang masih dianut oleh sebagian masyarakat disebabkan karena anak mempunyai
nilai tertentu bagi orangtua (value of children). Usaha untuk membentuk keluarga
kecil akan mengalami kesulitan seandainya anak bagi orangtua mempunyai nilai
atau arti yang tinggi. Secara teoritis, semakin tinggi nilai anak, makin besar
keinginan untuk punya anak banyak. Dengan kata Iain jumlah anak dalam suatu
keluarga dipengaruhi nilai anak bagi orang tua. Para ahli mengatakan mengatakan
bahwa nilai anak bagi orang tua bisa ?berharga" positif (positive values/
satisfactions), yaitu memberikan kepuasan atau manfaat, tetapi bisa juga
?berharga? negatif (negative valuesfcosts), yaitu merupakan biaya atau beban.
Dengan kata lain, nilai anak adalah kegunaan dan kepuasaan yang dapat
diberikan seorang anak kepada orang tuanya dan biaya atau beban yang harus
ditanggung orang tuanya dari konsekuensi memiliki anak.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimakah hubungan
sikap terhadap nilai anak dengan preferensi terhadap ukuran keluarga, karena
menurut para ahli, nilai anak dalam keluarga tergantung pada sikap orang tua
terhadap anak. Sedangkan jumlah anak dalam suatu keluarga dipengaruhi nilai
anak bagi orang tua. Penelitian tentang sikap ini, khususnya sikap individu yang
berada pada tahapan usia dewasa muda yang belum menikah, merupakan hal
penting karena diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kecenderungan perilaku fertilitas individu tersebut. Dengan demikian, perilaku
fertilitas mereka di masa yang akan datang dapat diantisipasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Zanden (1984) yang mengatakan bahwa dengan memahami
sikap seseorang maka dapat diperkirakan kecenderungan tingkah laku apa yang
akan muncul.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan pada 223 subyek. Dalam
penelitian ini, ada 2 instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data. lnstrumen
pertama untuk mengukur sikap terhadap nilai anak dan instrumen yang kedua
untuk mengukur preferensi terhadap ukuran keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
sikap terhadap nilai anak dan preferensi terhadap ukuran keluarga, dimana subyek
yang cenderung bersikap negatif terhadap nilai anak mempunyai preferensi
keluarga kecil dan sebaliknya subyek yang cenderung bersikap positif mempunyai
preferensi keluarga besar.
Untuk penelitian lebih lanjut peneliti menyarankan untuk melakukan pada
sampel dengan karakteristik yang beragam misalnya pendidikan dan jenis kelamin
sehingga hasilnya bisa dibandingkan dan semakin jelas sasaran perubahan sikap
yang akan dilakukan. Menurut para ahli, sikap terbentuk dari pengalaman, melalui
proses belajar sehingga bisa dibentuk, dikembangkan dan diubah. Dengan
demikian pemerintah dapat merencanakan intervensi psikologis yang
memungkinkan, untuk mengubah sikap dewasa muda sehingga Iebih sesuai
dengan kondisi ideal, yang dapat menunjang program pemerintah dalam menekan
Iaju pertumbuhan penduduk sekaligus melembagakan norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
"
1997
S2458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcella Melanie Somba
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umaira Fotineri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai. Pengukuran sikap terhadap pernikahan menggunakan alat ukur Marita Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), dan pengukuran kesiapan menikah dengan menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiraysti, 2004). Jumlah sampel penelitian ini berjumlah total 55 orang yang merupakan dewasa muda dari keluarga bercerai. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai (r = 0.247, p < 0.05). Artinya semakin positif sikap terhadap pernikahan, maka semakin tinggi kesiapan menikahnya. Dalam penelitian ini, terdapat empat area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan sikap terhadap pernikahan, yaitu komunikasi, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, agama, serta minat dan pemanfaatan waktu luang. Berdasarkan hasil penelitian, usia, jender, tingkat pendidikan, usia ketika orang tua bercerai dan status pernikahan orang tua saat ini memberikan pengaruh kepada sikap anak terhadap pernikahan.

This research was conducted to determine the significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adult whose parents divorced. The measurement of attitudes toward marriage use Marital Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), and the measurement of readiness for marriage use Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). The sample size for the research are 55 young adults whose parents divorced. The result of these research indicate that there is a significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adults whose parents divorced (r = 0.247, p < 0.05). The result means that the more positive attitudes toward marriage, the higher the readiness for marriage. In this research, there are four areas of readiness for marriage which has a significant positive relationship with attitudes toward marriage. Those are communication, family background and relationships with family, religion, also the interest in and use of leisure time. Based on the result of the research, age, gender, educational level, age when parents divorced and marital status of parents today give impact to children?s attitudes toward marriage.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akses Tri Handayani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual dengan religiusitas pada kaum dewasa muda yang beragama Islam. Di Indonesia fenomena perilaku hubungan seksual, masturbasi, pornografi, dan homoseksual sudah sedemikian maraknya, khususnya di kota Jakarta.
Peneliti ingin melihat bagaimana sikap masyarakat, khususnya kaum dewasa muda, dalam menyikapi perilaku-perilaku tersebut. Kemudian peneliti mencoba mengaitkannya dengan dimensi-dimensi religiusitas yang pernah dikemukakan oleh Glock dan Stark (dalam Robertson, 1988). Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dalam pengumpulan data, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner sikap terhadap hubungan seksual, masturbasi, pornografi dan homoseksual; dan kuesioner religiusitas. Dalam penelitian ini subjek terdiri dari 100 orang dengan rentang usia antara 20 - 40 tahun, dan beragama Islam.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara perilaku hubungan seksual, masturbasi, dan homoseksual dengan dimensi ritual, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi. Hasil penghitungan independent sampel t-test menunjukkan bahwa laki-laki memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap perilaku masturbasi dan pornografi dari pada perempuan. Sedangkan hasil penghitungan one way ANOVA menunjukkan bahwa subjek yang telah menikah memiliki religiusitas yang lebih tinggi pada dimensi ritual, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi bila dibandingkan subjek yang belum menikah.

The research is purposed to understand correlation between sexual intercourse, masturbation, pornography, and homosexual with religiosity among moslem young adulthood. In Indonesia, the phenomenon of sexual intercourse, masturbation, pornography, and homosexual has been common, especially in Jakarta.
Author wanted to know the attitude of the community, especially that of young adulthood to these behaviors. Furthermore, author tried to correlate these behaviors with religious dimensions that Glock and Stark have pointed out (in Robertsons, 1998). The research uses a questionnaire method to gather data. One questionnaire of the research is concerned with attitude toward sexual intercourse, masturbation, pornography, and homosexual, and the other to religiosity. In the research, subject consisted of 100 persons ranging from 20 - 40 years of age who were Moslems.
The research findings, show a significant negative correlation between attitude toward sexual intercourse, masturbation, pornography, and homosexual with ritual, experiential, knowledge, and consequential dimensions. A calculation of independent t-test sample indicated that men had a positive attitude toward masturbation and pornography than women. Whereas, one way ANOVA measurement showed that those subjects getting married had a higher religiosity at ritual, experiential, knowledge, and consequential dimensions that those of being singled."
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
F.P. Dwiani Fegda Miniati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linggawati Haryanto
"Self-esteem berperan banyak dalam perkembangan mental yang sehat dari seorang anak. Dengan memiliki rasa penghargaan diri yang positif, seorang anak akan bisa meraih kondisi optimal dari perkembangan mentalnya dan mencapai kebahagiaan hidup. Sebagaimana anak yang normal, seorang anak tuna grahita ringan juga membutuhkan self-esteem yang positif untuk perkembangan yang optimal dalam keterbatasan yang dimiliki. Untuk bisa memiliki self-esteem yang positif, seorang anak tuna grahita sangat membutuhkan dukungan yang positif pula dari ibunya.
Walaupun harapan akan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif pada anak tuna grahita ringan sangat dibutuhkan, ternyata kondisi kelainan pada anak dapat menimbulkan sikap yang negatif dari ibu. Hal ini disebabkan kondisi anak tuna grahita tidak sesuai dengan harapannya akan anak yang ideal. Padahal teori mengatakan bahwa sikap ibu akan mempengaruhi perlakuan ibu terhadap anak dan hubungan di antara mereka. Karena itu maka dirasa perlu untuk meneliti hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut.
Pencarian data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada ibu-ibu yang anaknya bersekolah di SLB-C. Kuesioner yang diberikan ada dua buah yaitu kuesioner sikap ibu dan kuesioner dukungan ibu dalam bentuk skala Likert. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbach. Dari analisa reliabilitas terhadap kedua kuesioner didapat nilai alpha sebesar 0,7124 untuk kuesioner sikap ibu dan alpha 0,8471 untuk kuesioner dukungan ibu.
Hasil dari pengumpulan data menunjukkan rata-rata skor kelompok yang cukup tinggi pada kedua skala yaitu skala sikap ibu dan skala dukungan ibu. Perhitungan korelasi antara dua variabel yaitu variabel sikap dan dukungan menunjukkan indeks korelasi sebesar 0,538 yang signifikan pada LOS 0,01. Dengan demikian dapat dinyatakan adanya hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita ringan dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut. Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk melihat adanya social desirability pada kuesioner terutama untuk kuesioner yang membahas hal-hal yang sensitif seperti masalah sikap dan pengasuhan ibu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fadhilah Suralaga
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban tentang hubungan antara sikap orang tua terhadap anak berbakat dan "Task Commitment" siswa berbakat dengan prestasi belajar. Penelitian dilaksanakan pada dua SMU unggulan (SMU Plus) di Jakarta, yaitu SMUN 70 dan SMUN 68.
Subyek penelitian dipilih dengan menggunakan teknik "Purposive Sampling" yaitu memilih anak berbakat berdasarkan data skor inteligensi (IQ ? 120) dam Tes Inteligensi Kolektif Indonesia -- Tinggi (TIKI-T) dan skor kreativitas (CQ 110) dari Tes Kreativitas Verbal (TKV- Konstruksi Utami Munandar). Dan 655 siswa kelas II, jumlah subyek yang berbakat adalah 63 orang (9,6%).
Sikap orang tua diukur dengan instrumen "Skala Sikap Orang Tua Terhadap Anak Berbakat" yang disusun sendiri, sedangkan "Task Commitment" siswa diukur dengan "Skala Pengikatan Diri Anak Berbakat Terhadap Tugas" konstruksi Yaumil Achir yang dimodifikasi. Sebelum digunakan, kedua alat ukur tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Skala sikap orang tua meliputi dimensi penerimaan terhadap keberbakatan, harapan tentang prestasi anak, perlindungan terhadap anak, pemberian tanggung jawab dan sikap pengasuhan. Skala "Task Commitment" Anak Berbakat meliputi dimensi kemampuan mengarahkan perilaku ke tujuan yang nyata, menetapkan "goal" di atas rata-rata, belajar dengan disiplin dan rencana, belajar secara mandiri serta ketangguhan/ keuletan.
Data prestasi belajar diambil dari nilai Rapor Catur Wulan 1, yaitu nilai rata-rata seluruh bidang studi. Diteliti pula nilai per bidang studi yang diperoleh melalui Ulangan Umum Bersama (UUB), yaitu nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi dan PPKN.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara sikap orang tua terhadap anak berbakat pada dimensi perlindungan terhadap anak dengan prestasi belajar Bidang Studi Bahasa Inggris. Pada dimensi lainnya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap orang tua dengan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa ada hubungan positif antara "Task Commitment" siswa secara umum dan perdimensi dengan prestasi belajar, namun hubungan tersebut tidak signifikan.
Untuk meningkatkan mutu SMU unggulan (SMU Plus) dan pelayanan siswa berbakat disarankan agar diupayakan terns peningkatan kualitas guru dan proses belajar mengajamya. Penambahan waktu belajar hendaknya lebih diarahkan untuk membantu perkembangan dan memenuhi kebutuhan siswa secara individual, antara lain dengan mendorong siswa melakukan penelitian-penelitian, baik penelitian survai maupun eksperimental. Kepada siswa yang teridentifikasi sebagai berbakat dan orang tua mereka perlu diberikan pemahaman tentang keberbakatan dan upaya pengembangannya. Pelayanan Bimbingan Konseling juga perlu lebih ditingkatkan.
Temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa calon siswa SMU yang mempunyai NEM SMP tinggi tidak selalu diikuti dengan prestasi belajar yang tinggi pula di SMU. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor situasional siswa pada saat evaluasi belajar dilaksanakan. Karena itu sistem penerimaan siswa berdasarkan NEM saja perlu dipertimbangkan kembali.
Dalam penelitian selanjutnya perlu diupayakan antara lain : pengambilan subjek yang lebih luas, penyusunan instrumen yang lebih baik, serta pengukuran aspek-aspek lain yang mungkin mempengaruhi prestasi belajar siswa berbakat. Dapat pula dilakukan perbandingan antara "task commitment" siswa berbakat dengan siswa berkemampuan normal yang berprestasi tinggi.
Lebih lanjut perlu juga dilakukan penelitian terhadap orang-orang yang sudah bekerja untuk melihat apakah ada hubungan antara prestasi akademis dengan prestasi kerja.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Sari Sekaringnoor
1993
S2320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>