Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159772 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yasmine Widyawati
2005
T38449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Widyawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38449
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariana Novadian A.K.
"ABSTRAK
Sebagaimana diketahui, perkawinan di Indonesia bukan sekedar menyatukan
dua individu tetapi berikut juga dengan keluarganya, maka sosok mertua menjadi perlu
diperhatikan keberadaannya karena dapat mempengaruhi kebahagiaan perkawinan
seseorang. Disukai atau tidak, kondisi tersebut harus disadari oleh pasangan, apalagi
bagi mereka yang harus menetap sementara di rumah orang tua karena pertimbangan
tertentu, sedangkan antara pasangan muda tersebut pun, masih harus melakukan
usaha penyesuaian diri, maka dapat dilihat bahwa pilihan untuk tinggal dengan orang
tua setelah menikah ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan, perlu pemikiran
dan persiapan sebelumnya. Jadi membina dan mempertahankan hubungan yang baik
dengan mertua jelas harus dapat tercipta karena dampaknya bukan saja pada
kehidupan perkawinan tetapi juga pada hubungan dengan keluarga besar pasangan.
Hubungan menantu-ibu mertua, khususnya menantu perempuan merupakan
fenomena yang menarik untuk ditelaah. Tampaknya, hubungan mereka seperti ibu-
anak tetapi tidak sepenuhnya demikian, karena berkaitan dengan keberadaan suami
sebagai ?penghubung" yang menyebabkan mereka menyandang status menantu dan
mertua. Belum Iagi adanya steriotip negatif yang melingkupi hubungan dengan ibu
mertua ataupun tentang sosoknya. Hal tersebut memang secara penelitian, khususnya
di indonesia belum dibuktikan namun melalui pengamatan sehari-hari, baik dari
percakapan maupun dari media-media massa, cukup memperlihatkan kecenderungan
ke arah tersebut. Bila meIihat pada tahapan perkembangan keluarga, kerawanan
dalam hubungan menantu dan mertua memang dapat mungkin terjadi. Sebagaimana
diketahui, bahwa akan ada suatu tahap di mana terjadi pengalihan beberapa tugas
dari ibu kepada istri, dan bukan tidak mungkin, hal tersebut dapat menimbulkan
ketidakpuasan, apalagi jika mereka tinggal seatap. Dengan tinggal bersama, berarti
penerimaan dari pengalihan beberapa tugas menjadi Iebih transparan daripada bila
pasangan muda langsung pisah rumah. Bagaimanapun hal tersebut juga terkait
dengan kesamaan tuntutan mereka sebagai perempuan yang sudah menikah.
Biia ditelaah dari sudut pandang gender, hubungan antara dua orang
perempuan seharusnya dapat menciptakan suatu hubungan yang intim, tapi ternyata
dapat juga sebaliknya, yaitu tercipta hubungan yang rawan. Jadi untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang hubungan menantu-ibu mertua yang tenyata khas,
maka dilakukan penelitian ini, dengan melihat dan sudut pandang menantu. Hal
tersebut disadari karena sebagai ?pendatang?, menantu akan Iebih dituntut untuk
menyesuaikan diri, apalagi jika diperhatikan, keluhan yang ada biasanya datang dari
pihak menantu. tidak heran steriotip yang muncul pun adalah tentang ibu mertua
bukan menantu perempuan. Jadi melalui penelitian ini, ingin dilihat bagaimana
persepsi menantu terhadap kualitas hubungan dengan ibu mertua.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, menggunakan wawancara dan
observasi, agar dapat tergali apa yang terjadi dalam hubungan menantu-ibu mertua,
sehingga Iebih dapat memahami kualitas hubungan mereka. Penelitian ini
menggunakan 4 orang menantu sebagai subyek. Hasil yang diperoleh adalah 2 orang mempersepsikan hubungan dengan ibu mertuanya dekat dan 2 Iainnya ?biasa saja".
maksudnya tidak dekat ataupun jauh, namun keempatnya masih merasakan adanya
keterbatasan dalam menjalin hubungan dengan ibu mertua. Hal tersebut dapat dilihat
dari kurangnya pengungkapan diri, topik pembicaraan menjadi kurang beragam dan
mendalam serta gaya komunikasinya yang cenderung diam bila menghadapi masalah
dengan ibu mertua. Disarankan agar kedua belah pihak dapat mengembangkan
komunikasi efektif dengan melakukan teknik ?pesan diri' dan ?mendengar aktif".
Penelitian ini temyata perlu mempertimbangkan beberapa saran Iain, seperti subyek
penelitian dapat pula ditujukan suami karena perannya sebagai mediator sangat
penting dalam pengembangan hubungan istri dengan ibunya. Selain itu penelitian ini
dapat ditujukan pada ibu merlua sebagai pihak ?penerima", yang perlu melakukan
penyesuaian diri pula. Juga tidak menutup kemungkinan penelitian ini dilakukan
secara kuantitatif."
1998
S2582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolivia Irna Aviani
"Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dihadapi dewasa muda. Menurut Havighurst (dalam Turner & Helms, 1991) menikah dilalui oleh sebagian besar individu dewasa muda sebagai salah satu tugas perkembangannya. Dengan menikah, individu berada pada tahap ?pasangan baru? dalam siklus keluarga dimana ia menghadapi perubahan peran (Carter & McGoIdrick dalam Santrock, 2002).
Diantara banyak tugas masa awal pernikahan, salah satu penyesuaian yang harus dilakukan adalah penyesuaian terhadap mertua dan keluarga pasangan masing-masing. Menurut Sadasivan (http://www.womenexelcom/ relationship/midiI.htm), hubungan antara menantu perempuan dan ibu mertua adalah hubungan yang unik dan sering menimbulkan masalah. Hal ini didukung pula dengan penelitian Silverstein yang menemukan konflik cenderung lebih besar dengan mertua dengan gender sama, artinya menantu perempuan dan ibu mertua cenderung memiliki hubungan yang berkonflik daripada menantu perempuan dengan aya.h mertuanya (dalam Bryant et al).
Dalam membina suatu hubungan, bisa dilihat kualitas hubungannya, dimana didalamnya terdapat interaksi dan komunikasi. Untuk membina komunikasi yang baik dalam berinteraksi dengan orang Iain, dibutuhkan kemampuan berempati dan penyesuaian yang baik pada masing - masing individu sehingga tercipta suatu hubungan yang harmonis (Goleman, 1998).
Menurut Rogers (1975) empati merupakan usaha untuk memahami seseorang, tidak hanya pemahaman terhadap apa yang tampak di luar, tetapi juga memahami dunia dalam dari seseorang itu.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran hubungan antara menantu perempuan dan mertua perempuan yang tinggal bersama dalam satu rumah. Selain itu dalam penelitian ini juga dilihat bagaimana gambaran empati yang dimiliki oleh menantu perempuan dalam hubungannya dengan mertua perempuan yang linggal bersama.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang, yaitu menanm perempuan yang tinggal bersama ibu mertuanya selama satu sampai sepuluh tahun dan yang berusia pada rentang usia dewasa muda (20-30 tahun).
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran hubungan antara ketiga menantu dengan mertuanya masing - masing memiliki karakteristik yang unik, walauplm diantaranya terdapat persamaan dan perbedaan. Ketiga menantu berusaha untuk menghindari konflik dengan mertuanya, dan bemsaha untuk membina hubungan yang baik dengan mertuanya Ketiganya berusaha untuk memaklumi sikap - sikap dan kondisi mertuanya, dengan berusaha rnelayani kebutuhan memmya, mengikuti keinginan mertua dan memberikan penghargaan dengan memberikan sesuatu yang disukai oleh ibu mertuanya Namun dari ketiga subyek peneiitian, hanya satu yang memiliki hubungan yang sangat dekat dan akrab dengan mertuanya Menantu yang dekat dengan mertuanya ini sering melakukan kegiatan bersama seperti memasak, bertukar pengetahuan. Dan ada juga menantu perempuan yang tidak dekat den gan ibu mertuanya.
Penelitian inijuga menemukan beberapa hal yang memurut peneliti cukup penting untuk diperhatikan. Ditemukan adanya faktor - faktor yang mungkin bisa mempengaruhi kualitas hubmmgan antara menantu dan mertua Serta empati. Faktor - faktor tersebut diantaranya adalah kepribadian, perbedaan usia yang cukup jauh antara menantu dan mertua., kesamaan minat antara menamu dan merlua, peran suami yang bisa berperan sebagai penengah atau perantara antara isteri dan ibunya.
Saran yang dapat di berikan pada penelitian ini adalah variasi jumlah subyek perlu ditambah, supaya data-data atau informasi yang diperoleh bisa lebih kaya lagi dalam menggali gambaran hubungan antara menantu dan mertua, dan gambaran empati yang dimiliki menantu perempuan dalam hubungannya dengan mertua bisa lebih bervariasi lagi. Selain itu perlu juga dilakukan wawancara dengan suami, sehingga informasi yang diperoleh lebih kaya lagi mengenai hubungan antara menantu dan mertua dan dapat juga diketahui peran suami dalam hubungan tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuri Adi Handayani
"Tempat tinggal mempakan kebutuhan pokok dan salah satu tugas perkembangan dari pasangan muda. Namun saat keadaan ekonomi Indonesia yang sedang dilanda krisis seperti sekarang ini, kebutuhan akan tempat tinggal menjadi lebih sulit untuk dipenuhi. Alasan mengapa kebutuhan ini menjadi lebih sulit karena harga di sektor perumahan yang membumbung tinggi dan menurunnya daya beli masyarakat. Oleh karena itu tinggal bersama mertua atau orangtua merupakan salah satu pemecahan masalah.
Setiap individu memiliki kebutuhan akan teritori. Kebutuhan teritori berkaitan erat dengan privacy karena territoriality merupakan salah satu mekanisme untuk memenuhi kebutuhan pnVacy (Shaw & Constanzo,1982). Bagi pasangan muda kebutuhan akan privacy dan teritori menjadi sangat penting karena sebagai pasangan yang baru menikah mereka harus melakukan penyesuaian seksual dan penyesuaian terhadap keluarga pasangan (Hurlock, 1980).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif agar gambaran dan dinamika penyesuaian diri subjek, balk sebagal Indlvidu maupun keluarga yang bersifat unik dapat tertangkap dan dipahami dengan lebih balk sesual dengan makna yang diberikan dari sudut pandang indlvidu yang bersangkutan. Dapat dikatakan pula bahwa penelitian ini bersifat deskriptif karena berusaha menggambarkan keadaan, gejala dan proses yang terjadi pada diri indlvidu. Data untuk penelitian ini didapat dari wawancara yang mendalam dengan subjek penelitian dengan karakteristik yaitu wanita bekerja yang telah menikah maksimal lima tahun dan telah dikaruniai anak yang tinggal bersama mertua.
Subjek yang memiliki cukup teritori dengan batas yang jelas dan disepakati oleh keluarga pasangannya merasa puas dengan privacy yang dimllikinya. Sedangkan subjek yang tidak memiliki batas teritori yang jelas akan mengalami kesulitan untuk mengontrol stimulus yang keluar-masuk teritorinya.
Tinggal bersama mertua juga memiliki sisi positif yaitu pasangan muda dapat berhemat dan memiliki orang yang dapat dimintai pertolongan untuk menjaga anak mereka saat mereka pergi bekerja. Bagi pasangan yang belum mampu secara ekonomi, tinggal bersama mertua tetap merupakan cara pemecahan masalah yang balk."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Meutia Rossy
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat korelasi kualitas hubungan menantu dan mertua dengan Psychological Well-Being menantu yang tinggal bersama mertua. Partisipan penelitian ini adalah dewasa muda usia 20-40 tahun yang sudah menikah dan sedang bertempat tinggal dalam satu rumah bersama mertuanya. Terdapat sebanyak 81 Partisipan, dimana terdapat 52 perempuan dan 29 laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat ukur Ryff's Psychological Well-being (RPWB) dan alat ukur Positive and Negative Social Exchange (PANSE) untuk mengukur kualitas hubungan menantu dan mertua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kualitas hubungan positif dengan psychological well-being menantu yang tinggal bersama mertua (r= 0,308, p = 0,01, signifikan pada LoS 0,01). Kemudian, terdapat pula korelasi yang negatif dan signifikan antara kualitas hubungan negatif dengan psychological well-being menantu (r = -0,291, p = 0,01, signifikan pada LoS 0,01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lolly Ariesta Novela
"Adat Minangkabau mengatur suami untuk tinggal menumpang di rumah mertuanya. Posisi suami atau urang sumando di dalam adat lemah dan dapat disingkirkan, tetapi diperlakukan seperti tamu terhormat. Kewajibannya membantu ketika dibutuhkan oleh mamak rumah. Dalam penelitian ini ingin diketahui apakah terdapat hubungan harga diri dengan identifikasi sebagai urang sumando pada suami Minangkabau yang tinggal di rumah mertua. Penelitian ini menggunakan kombinasi penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan disain korelatif. Metode yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Alat ukur harga diri digunakan untuk mengetahui penilaian individu terhadap dirinya. Alat ukur identitas sosial digunakan untuk mengukur seberapa kuat adat Minangkabau diidentifikasi oleh individu. Untuk melihat perbedaan identitas sosial, penelitian dilakukan di kota dan di desa di Sumatera Barat. Dari analisis kuantitatif diperoleh terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dengan identitas sebagai seorang suami yang tinggal di rumah mertua pada suami Minangkabau. Sementara, analisis kualitatif pada dua orang responden menunjukkan bahwa mereka tidak merasa ditekan karena aturan adat, melainkan memacu mereka untuk lebih giat bekerja.

Minangkabau custom rules that urang sumando (husband) must live in his parent-in-law`s house. The urang sumando position in Minangkabau custom is weak and can be neglected, yet treated as a honoured visitor. His duty is to help mamak rumah (brothers-in-law) when needed. This research is to find out whether there is a correlation between self-esteem and social identification as urang sumando on a Minangkabau husband living in his parent-in-law`s house. This research uses combination between quantitave and qualitative methods within correlation design. The used methods are questionnaire and interview. The measure tool of Self-Esteem used in order to know urang sumando evaluation on himself, and the measure tool of Social Identity used in order to explain how strong Minangkabau custom identified by urang sumando. To get the social identity distinctions, this research held in a city and two villages in West Sumatra. The quantitative research proved that self-esteem was significantly associated with social identity on Minangkabau husband who lives in his parent-in-law`s house. The qualitative research on two respondents found that instead of feeling pressured by their custom, identification on custom as urang sumando motivated husband to work harder."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Setiawati
"ABSTRAK
Di dalam kehidupan individu terdapat berbagai masalah yang dapat menjadi
Menurut Papalia, Sterns, Feldman, Cramp (2002), Santrock (1999)
tekanan terus-menerus dan tanggung jawab ganda untuk merawat anak dan
orangtua dapat menyebabkan stres pada seorang individu. Hal ini terutama
berdampak pada wanita (Preto dalam Bird & Melville, 1994).
Pada penelitian ini subjek yang dipilih adalah wanita dewasa madya yang tidak
bekerja, mempunyai anak, tinggal bersama ibu mertua, suku bangsa WNI
keturunan Tionghoa. Peneliti memilih salah satu kriteria tidak bekerja karena
menurut Baruch, Biener, dan Barnett (dalam Cooper & Payne, 1991) wanita yang
tidak bekerja mengalami stres yang lebih besar daripada wanita yang bekerja.
Selain itu, kemungkinan ia untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama
dengan orang yang tinggal di rumah yang dalam penelitian ini adalah anak dan
ibu mertua lebih besar. Peneliti memilih subjek yang mempunyai anak karena
salah satu sumber potensi stres yang besar bagi mereka yang berada pada usia
dewasa madya adalah anak (Preto dalam Bird & Melville, 1994). Peneliti
memilih salah satu kriteria dari penelitian adalah tinggal bersama ibu mertua
karena hubungan menantu wanita dengan ibu mertuanya selalu digambarkan tidak
akur (www.keluarga.org). Peneliti memilih salah satu kriteria subjek penelitian
ini adalah WNI keturunan Tionghoa karena menurut Hariyono (1993), Taher
(1997) terdapat ajaran yang berpengaruh dan mendarah daging dalam kehidupan
orang Tionghoa sehari-hari yaitu konfusianisme yang mengajarkan bahwa
penghormatan anak kepada orangtua memegang peranan yang penting, seseorang
harus berbakti. Dalam konteks penelitian ini seorang anak (wanita dewasa madya
selaku menantu) harus berbakti kepada orangtua (ibu mertua).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan stres yang dialami dan
coping yang digunakan oleh wanita dewasa madya keturunan Tionghoa yang
tinggal bersama dengan ibu mertua. Sumber stres yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sumber stres yang dikemukakan oleh Atwater (1983); Haber
dan Runyon (1984) yaitu: frustrasi, konflik, tekanan, dan kecemasan. Coping
yang digunakan dalam penelitian ini adalah coping yang dikemukakan oleh
Folkman dan Lazarus (dalam Sarafino, 1998), yaitu: planful problem solving,
confrontive coping yang tergolong dalam problem focused coping; mencari dukungan sosial yang tergolong dalam problem dan emotion focused coping',
distancing, escape avoidance, kontrol diri, menerima tanggung jawab, posilive
reappraisal yang tergolong dalam emotion focused coping.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi terhadap empat orang
wanita dewasa madya tidak bekerja yang tinggal bersama ibu mertua. Observasi
yang digunakan pada penelitian hanya dibatasi pada situasi lingkungan, ekspresi
subjek pada saat wawancara berlangsung.
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kesamaan di antara keempat subjek
dalam hal sumber stres yang berasal dari hubungan dengan ibu mertua. Sesuatu
hal dapat menjadi sumber stres bagi seorang subjek namun tidak pada subjek yang
lain. Sumber stres yang berasal dari hubungan dengan ibu mertua adalah
perbedaan agama yang dianut diri subjek dengan ibu mertua, pengaturan rumah,
ibu mertua yang sering berantakan ketika buang air besar, ibu mertua yang tidak
mengkontrol jumlah makanan yang dimakannya, ibu mertua yang sering marah
ketika teman-teman anak subjek datang, subjek yang merasa tidak dapat bebas
karena tidak dapat pergi ketika hendak pergi.
Pada sumber stres yang berasal dari hubungan dengan anak ditemukan satu
kesamaan diantara keempat subjek yaitu anak yang sering pergi ke luar rumah.
Pada tiga orang subjek perilaku anaknya tersebut disertai pulang pada larut
malam. Sumber stres lainnya yang berasal dari hubungan dengan anak adalah
dalam hal pergaulan anak, pasangan hidup anak, pengerjaan tugas rumah tangga,
anak yang kadang-kadang harus disuruh terlebih dahulu untuk belajar, anak yang
ingin langsing sehingga tidak ingin memakan makanan yang rasanya manis yang
ditawarkan oleh subjek.
Sumber stres yang banyak muncul dari keseluruhan permasalahan subjek adalah
sumber stres yang berbentuk frustrasi dan kecemasan. Secara umum coping yang
digunakan cenderung mengarah pada confrontive coping yang tergolong dalam
problem solving coping. Cara coping ini merupakan satu-satunya coping yang
digunakan bersama oleh keempat subjek.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitan pada wanita
dewasa madya tidak bekerja yang tinggal bersama dengan ibu mertua dengan
suku bangsa yang berbeda dengan penelitian ini. Penelitian dapat dilakukan pada
dewasa madya yang suku bangsanya sama dengan ibu mertua namun berbeda
dengan suku bangsa subjek pada penelitian ini. Penelitian dapat juga dilakukan
pada dewasa madya yang suku bangsa dirinya dan ibu mertua berbeda. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah hasil penelitian akan berbeda. Penelitian
selanjutnya juga dapat dilakukan pada wanita dewasa madya bekerja yang tinggal
bersama ibu mertua untuk melihat apakah ada perbedaan mengenai stres yang
mereka hadapi dan coping yang digunakan."
2003
S3299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>