Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150076 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Nugraha Putra
"Di dalam kebijakan penanggulangan kejahatan, terdapat upaya penal dan non-penal. Dimana upaya non penal bersifat preventif. Upaya non-penal ini bisa berbentuk apa saja, peranan media massa dalam membentuk persepsi atas kejahatan dan hukuman adalah salah satunya. Media massa dapat melakukan peranan ini melalui pemberitaan kejahatan dan melakukan kerjasama dengan lembaga penegak hukum. Namun masih ada media massa yang menjadikan berita kejahatan sebagai komoditas saja, sementara dalam hubungannya dengan lembaga penegak hukum masih sebatas sebagai narasumber saja. Muatan berita di media massa khususnya yang ada kaitan dengan berita kekerasan dapat menimbulkan dampak ketakutan dan tidak mengedukasi masyarakat. Tesis ini meneliti bagaimana peran media massa dalam kebijakan penanggulangan kejahatan, kerjasamanya dengan lembaga penegak hukum dan bagaimana memperkuat peranan media massa dalam kebijakan penanggulangan kejahatan. Terdapat beberapa permasalahan dalam konstruksi media massa akan pemberitaan kejahatan seperti penggunaan terminologi, pemberitaan yang berimbang dan pemberitaan yang menghakimi. Hal ini berkaitan erat dengan konstruksi media massa akan berita kejahatan, agar kemudian dapat berjalan sesuai pada fungsi preventif. Penggunaan narasi dan gambar yang terlalu detail dan kepatuhan terhadap etika sebaiknya menjadi pedoman ketika media massa mengkonstruksi pemberitaan kejahatan, karena dampak berita media massa dapat menjadi pemicu perilaku agresif, menimbulkan efek ketakutan dan membentuk opini publik berupa perwujudan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masyarakat yang bisa berupa partisipasi terhadap penegakan hukum sendiri, hal ini menunjukkan bahwa opini publik atau tindakan publik punya partisipasi yang penting dalam berjalannya sistem peradilan pidana. Namun opini publik ini memiliki paradoks, dimana dalam hal ini dapat berarti pula timbul ketidak percayaan masyarakat dan apresiasi kepada lembaga penegak hukum yang ada. Media massa dalam konteks kebijakan penangggulangan kejahatan dapat berperan juga dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat dan apresiasi kepada lembaga penegak hukum, media massa dapat menjalin kerjasama dengan lembaga penegak hukum. Tidak harus merupakan kerjasama yang sifatnya formil asalkan dapat saling menghargai profesi masing-masing dan saling menguntungkan. Peran media massa ini juga bisa dilakukan dengan memenuhi semua sisi lembaga penegak hukum dalam konstruksi berita kejahatan, sehingga tidak ada lembaga penegak hukum yang kinerjanya disoroti terlalu besar lalu menimbulkan semacam persaingan dengan lembaga penegak hukum lainnya. Konstruksi berita kejahatan dari media massa memang tidak bisa lepas dari nilai beritanya sendiri, namun berita kejahatan besar dan kejahatan jalanan sebaiknya mendapatkan bentuk konstruksi yang sama, dimana sebaiknya ia memberikan bentuk peringatan, edukasi dan kontrolnya terhadap penegakan hukum, hal ini penting mengingat media massa merupakan wadah aspirasi masyarakat sehingga yang dilakukannya seharusnya juga menjadi cerminan masyarakat dan memang apa yang dibutuhkan masyarakat khususnya dalam konteks penegakan hukum.

In the criminal policy, there are penal effort and non-penal effort. Where non penal preventive efforts. These non-penal efforts could formed in many ways, the role of mass media in influencing perceptions of crime and punishment is one of them. Mass media can perform this role through their construction of the news crime and cooperate with law enforcement agencies. But there are still some mass media makes news crime only as a commodity, while in connection with law enforcement agencies is only as a source only. Content in the mass media particularly that there is a link to the news of violence can lead to fear and does not educate the public. This thesis examines how the role of the mass media in criminal policy, their collaboration with law enforcement agencies and how to strengthen the role of mass media in criminal policy. There are some problems in construction of news crime from mass media like the use of terminology, balanced news coverage and judging news coverage. It is closely related to the construction of news crime from mass media, so that the news can then be run according to the preventive function. The use of narrative and images that are too detailed and obedied to ethic should be guidelines when mass media construct the news crime, due to the impact of the news media can be a trigger aggressive behavior, giving rise to fear effect and shaping public opinion in the form of embodiment of the actions undertaken by the community which could either be participation against the rule of law itself, this shows that public opinion or public actions have significant participation in the passage of the criminal justice system. But public opinion has a paradox, which in this case can also mean arise distrust and disappreciation society to law enforcement agencies. Mass media in the context of criminal policy can be instrumental in restoring public trust and appreciation to law enforcement agencies, the media are able to establish cooperation with law enforcement agencies. The partnership should not be a formal partnership as long as cherising each other profession and give mutual benefit. The role of the mass media could also be done covering all side of the law enforcement agency in the construction of news crime, so there is no law enforcement agency that performs highlighted too big then give rise to a kind of competition with other law enforcement agencies. Construction news crime of mass media did not get off from the value of the news itself, but white collar crime news and street crime should get the same form of construction, where should be deliver the form of warning, education and control of law enforcement, this is important given from mass media because mass media is channel of society aspiration so that what are done by mass media should also be a reflection of society and indeed what it needs by society especially in the context of law enforcement."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
T21668
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dhika Shakiya
"Penelitiari ini menyelidiki pengaruh program tayangan informasi kriminal di tetevisi terhadap tingkat ketakutan khalayak terhadap kejahatan. Program yang diteliti adalah "Patroli," "Derap Hukum," "Jejak Kasus," "Buser," "Fakta," "Inuesngasi," dan "Sergap." Selain itn diselidiki juga pengaruh faktor-faktor lain terhadap tingkat ketaJaitan akan kejahatan itu sekatigus hubungan di antara faktor-faktor tersebut Penelitian menggunakan teori kualtiuasi dari Gerbner. Peneliti menggunakan metode path analysis untuk menemukan hubungan faktor-faktor yang mempengaruht tingkat ketakutan terhadap kejahatan. Penelitian menemukan bahim temyata tingkat ketakutan terhadap kejahatan memang dipengaruhi oieh intensitas menonton tayangan informasi kriminal, selain pengaruhi faktor faktor lain seperti hubungan indiuidu, pengalaman indiuidu, kerentanaa menjadi korban kejahatan, dan persepsi mengenai keamanan lingkungan."
2004
TJPI-III-3-SeptDes2004-91
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhika Shakiya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara konsumsi tayangan informasi kriminal dengan ketakutan pada kejahatan. Diasumsikan bahwa media massa, melalui tayangan informasi kriminalnya dapat menimbulkan ketakutan akan kejahatan pada masyarakat, dengan memperhatikan faktor hubungan individu, kerentanan, pengalaman individu, dan persepsi keamanan lingkungan. Selain itu dilihat juga hubungan antara kredibilitas tayangan informasi kriminal dengan konsumsi tayangan informasi kriminal. Adapun tayangan informasi kriminal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Derap Hukum, Jejak Kasus, Fakta, Buser, Sergap, Patroli dan Investigasi. Penelitian dilakukan terhadap 100 responden pemiliki saluran telepon Telkom yang dipilih secara acak, dengan menggunakan tabel random. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang ditanyakan langsung kepada responden, serta wawancara mengenai seputar dampak media terhadap ketakutan pada kejahatan. Uji reliabiiitas yang dilakukan pada setiap variabel menunjukkan bahwa indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini memiliki keterandalan yang baik. Begitu pula dengan hasil uji validitas yang menunjukkan bahwa indikator yang dipergunakan memang telah mengukur konsep dengan baik. Tayangan informasi kriminal dapat dibuktikan membuat masyarakat menjadi takut akan kejahatan, walaupun hubungan diantara kedua variabel tersebut cukup lemah. Persepsi keamanan lingkungan, hubungan individu dan kerentanan juga memiliki andil dalam membentuk ketakutan pada kejahatan dalam masyarakat. Namun pengalaman individu yang semula dianggap akan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan ketakutan kejahatan, justru tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Banyak atau sedikitnya seseorang mengalami suatu tindak kejahatan, ternyata tetap akan menimbulkan ketakutan pada kejahatan. Sementara justru seseorang yang pengalaman individunya cukup banyak, ternyata justru tidak mengalami ketakutan pada kejahatan. Dimana hal itu dikarenakan adanya desensitifikasi pada dirinya, dimana seseorang merasa bahwa kejahatan adalah hal yang wajar."
2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Ryan Aronda
"[ABSTRAK
Media massa merupakan alat komunikasi massa yang dapat mengkonstruksi realitas dalam masyarakat. Akan tetapi media massa cenderung bias dalam memberitakan suatu berita kejahatan, terutama pemberitaan tentang perempuan pelaku kejahatan. Penulisan ini menggunakan data skunder yang berasal dari penelitian-penelitian terdahulu, untuk melihat representasi perempuan pelaku kejahatan dimedia massa dan menganalisis bagaimana konstruksi yang dibangun media massa terhadap perempuan pelaku kejahatan. Hasil dari analisis tersebut adalah perempuan pelaku cenderung direpresentasikan dan dikonstruksikan negatif oleh media massa, sehingga membangun realitas palsu dan mempertegas stereotypes terhadap relasi kuasa yang tidak seimbang di masyarakat.

ABSTRACT
Mass media is a tool which can construct reality in society. But mass media is biased in reporting a crime news, especially news about women offenders. This paper using secondary data who derived from previous studies, to see the representation of women offenders and analyze how the mass media construction about women offenders in mass media. The results of the analysis are female offenders tend to be represented and negative constructed by the media, so as to build a false reality and reinforced stereotypes against unbalanced power relations in society., Mass media is a tool which can construct reality in society. But mass media is biased in reporting a crime news, especially news about women offenders. This paper using secondary data who derived from previous studies, to see the representation of women offenders and analyze how the mass media construction about women offenders in mass media. The results of the analysis are female offenders tend to be represented and negative constructed by the media, so as to build a false reality and reinforced stereotypes against unbalanced power relations in society.]"
2015
TA-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Rifai
"Kejahatan merupakan masalah yang selalu ada dan melekat pada setiap bentuk masyarakat. Kejahatan pembunuhan misalnya, telah ada dan dimulai sejak anak-anak Nabi Adam. Demikian pula bentuk-bentuk kejahatan lainnya seperti penganiayaan, pemerkosaan, perampokan, dan sebagainya merupakan masalah setiap masyarakat, baik masyarakat yang menganut sistem liberalis maupun sosialis, yang dilakukan oleh penjahat-penjahat perorangan atau terorganisasi dengan motifnya masing-masing.
Penanggulangan kejahatan dengan menggunakan (hukum) pidana, juga merupakan cara yang paling tua, serta peradaban manusia itu sendiri. Gene Kesebaum menyebutnya sebagai ?order philosophy of crime control? dan sanksi pidana yang diterapkan berupa pembalasan, dikatakan H.L, Packer merupakan "peninggalan dari kebiadaban kita masa lalu"a vastige of our savagee past), serta Smith dan Hogan menyebutnya "a relic of barbarism?.
Timbulnya kritik-kritik seperti itu karena hukum pidana dalam kenyataannya tidak dapat menanggulangi kejahatan, tidak dapat menjadi "senjata pamungkas" yang ampuh dan terakhir ( ultimum remedium) dalam memberantas kejahatan, sehingga kejahatan dalam kenyataannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan itu tidak hanya dari segi kuantitasnya, tetapi juga pada kualitasnya, seperti penggunaan teknologi canggih, perusakan pola modus operandi yang melahirkan kejahatan ?White collar", misalnya kejahatan korporasi, kejahatan komputer, pemalsuan pajak, pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, penipuan konsumen dan sebagainya, dengan korban yang tidak berorientasi kepada individu, tetapi masyarakat luas dan bahkan negara.
Melihat sangat besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat adanya kejahatan dan terdapatnya masalah dalam penanggulangan kejahatan melalui penegakkan hukum pidana, maka munculah kampanye anti pidana dengan slogannya yang terkenal "the struggle against punishment" atau "abolition of punishment". Bahkan F. Gramatica, seorang tokoh ekstrim dari kelompok anti pidana menyatakan "hukum perlindungan sosial harus menggantikan hukum pidana yang ada sekarang." "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
JVS Tondowidjojo
Yogyakarta: Kanisius, 1985
302.23 TON m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gde Dharma Gita Diyaksa
"ABSTRAK
Menjelang Pemilihan Umum Presiden Indonesia tahun 2014 ramai pemberitaan dengan isu kejahatan, pelanggaran hukum, kecurangan, atau bentuk tindakan lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral masyarakat yang dilakukan oleh kandidat calon Presiden, calon Wakil Presiden, atau pendukungnya. Dari sejumlah pemberitaan media massa dengan isu tersebut, peneliti menetapkan pemberitaan Metro TV dan TV One sebagai subjek dalam penelitian ini. Adapun metode yang digunakan adalah analisis framing. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui makna dibalik tayangan berita Metro TV dan TV One pada periode 1 Mei 2014 sampai dengan 6 Mei 2014, 1 Juni 2014 sampai dengan 4 Juni 2014, dan 1 Juli 2014 sampai dengan 8 Juli 2014. Hasilnya, peneliti melihat fenomena ini sebagai suatu bentuk kejahatan tersembunyi. Terdapat hubungan yang tidak setara dan konstruksi yang bersifat merugikan yang terkandung dalam makna pemberitan Metro TV dan TV One. Disisi lain juga terdapat pemaksaan makna dan simbol yang mengganggu otonomi pihak lain.

ABSTRACT
Ahead of 2014 Indonesian‟s Presidential Election news are crowded with the issue of crime, lawlessness, fraud, or any other action that is incompatible with the moral values of society by Presidential candidates, candidate for Vice President, or their enthusiasts. Based from a number of news on mass media regarding these issue, researcher establishes Metro TV and TV One news as a subject in this study. The method used is framing analysis. This method used to determine the meaning behind the news shows on Metro TV and TV One between the period of May 1st, 2014 until May 6th, 2014, June 1st, 2014 until June 4th, 2014, and July 1st, 2014 until July 8th, 2014. As a result, the researcher sees this phenomenon as a form of hidden crime. There are unequal relations and constructions that are detrimentals within the meaning of Metro TV and TV One news. On the other hand there is also an imposition of meanings and symbols that interfere with the autonomy of others.
;"
2016
S65235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>