Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171789 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yourina Azwar
"ABSTRAK
Iklan televisi merupakan jenis iklan audio-visual yang sedang berkembang pesat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena telah diperbolehkannya ditayangkan siaran komersial di stasiun swasta. Iklan televisi dikatakan media efektif untuk menyalurkan pesan karena kemampuannya dalam mengkombinasikan citra visual, suara dan gerak, sehingga keBampatan untuk mengembangkan pesan kreatif dan imaginatif lebih memungkinkan. Selain itu iklan televtai dapat menjangkau khalayak yang besar. Untuk menyampaikan pesan dalam media audio-visual ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain dengan memakai pendekatan Slice of Life, atau dengan pendekatan Animasi. Pendekatan Slice of life memperlihatkan masalah yang dihadapi khalayak sehari-hari dan bagaimana produk menyelesaikannya, merupakan pendekatan yang mendapat perhatian penonton yang Sedangkan Animasi cukup tinggi karena menarik untuk ditonton. Agar mencapai hasil maksimal, pengiklan sering menggabungkan pendekatan ini, dimana kelebihan keduanya dapat disatukan dan kelemahan masing-masing dapat ditutupi. Salah satu yang memakai pendekatan ini adalah produk permen Vicks Jahe, pengiklan menyalurkan pesan dengan memakai cuplikan kehidupan sehari-hari dan animasi. Terdapat masalah bila khalayak tidak dapat mempersepsikan animasi maupun iklan ini secara keseluruhan sehingga tujuan penyampaian pesan tidak tercapai. Peneliti tertarik akan masalah penyampaian pesan melalui iklan televisi dengan memakai animasi dan Slice of Life karena iklan televisi sedang berkembang sehingga kita perlu tahu bagaimana cara penyampaian pesan yang tepat. Dari hasil penelitian ini te.rgambar persepsi khalayak yang positif terhadap iklan televisi permen Vicks Jahe. Dengan perincian bahwa perhatian khalayak Sebagian besar mengacu pada pendekatan Slice of Life, sedangkan animasi ternyata bukan merupakan unsur yang menarik perhatian khalayak. Pesan secara keseluruhan dapat ditangkap dan dipersepsikan khalayak dengan baik, karakter animasi tidak terlalu mengena tetapi ternyata dengan tidak tertangkapnya makna utama yang seharusnya ditangkap oleh khalayak."
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Hindrarti Devi Prayogo
"Persaingan di dunia bisnis, bukanlah hal yang baru pada masa
sekarang ini. Demikian pula kompetisi di produk konsumsi yang begitu
tajam dan para produsen harus memi1iki strategi serta banyak mengeluarkan
biaya ntuk menguasai pasar. Sarana untuk memnangkan persaingan
diantaranya dengan mengunakan periklanan.
Salah satu teknik iklan televisi adalah animasi iklan ini banyak
menarik perhatian khalayak karena di sukai semua umur, bentuk animasi
biasanya lucu dan unik, serta menciptakan suasana yang menyenangkan.
Iklan animasi ini mempunyai kelemahan yaitu dikhawatirkan khalayak lebih
terpaku pada bentuk, suara dan gerakan animasi tanpa memperhatikan dan
mengerti pesan yang disampaikan. Untuk itu iklan kombinasi antara animasi dan model yang disebut iklan rotoscope merupakan alternatif pengganti Ik lan. rotoscope Happy Sal ad Oil mengena i ik lan minyak goreng non
kolesterol yang te;·buat dari kacang kedelai. Sasaran iklan ini adalah
wanita usia 20-50 tahun, kelas menengah ke atas dan tinggal di perkotaan
. Animasi Happy merupakan personifikasi dari kandungan kacang kedelai
dalam minyak goreng, dihidupkan untuk mengesankan suasana bersahabat
bagi khalayak sasarannya dan merupakan simbol atau atribut yang mewakili
produk tersebut.
Oari hasil penelitian terlihat bahwa kartun Happy sebagai unsur
yang pa ing b~nyak diing t responden, tetapi pesan yang disampaikannya
hanya bisa dimengerti oleh orang yang berpendidikan sarJana. Ini membukt
ikan bahwa kartun animasi masih belum mampu menginformasikan dengan
gamb lang pesan produk, karena khalayak leb ih tertarik dengan bentuk
kartun dibandi ng pesannya Oemikian pula dengan bentllk kartun ·-yang
merupakan personifikasi dari kacang kedelai tidakla
hui oleh para responden, dan hanya mereka yang berpendidikan sarjana
yang dapat mengartikannya arena mereka menghubungkan kandungan kedelai
dalam minyak goreng dengan bentuk kartun anima srinya. Iklan Happy Salad
Oil dipersepsikan oleh sebagian besar responden yang berpe ndidikan
sarjana sesuai dengan yang diinginkan oleh pengiklan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S4103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Aster
"Representasi gender dalam iklan ikut memiliki andil dalam memperkuat persepsi masyarakat tentang konsep perempuan yang cantik. Tontonan iklan mengagungkan kecantikan perempuan lewat wajah cantik, kulit putih dan halus. Iklan di televisi cenderung menjual mimpi dan imajinasi yang melambung tinggi. Media mengkonstruk sebuah realitas semu dari realitas sosial yang terjadi. Pasar perempuan merupakan pasar potensial yang selalu dieksplorasi oleh pemasar karena perempuan merupakan pengambil keputusan dalam pembelanjaan barang kebutuhan sehari-hari. Dari sini, peran kreativitas periklanan dalam mengadu rayuan menjadi sangat penting. Perempuan akhimya menjadi sasaran utama dari iklan sebuah produk. Mereka menjadi incaran utama dari sebuah pemasaran produk. Melalui interaksi simbolik, persepsi khalayak perempuan dibangun sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu konstruksi realitas mengenai perempuan cantik yang mendorong perempuan untuk menjadi serupa dengan perempuan cantik tersebut.
Penelitian ini membahas mengenai persepsi perempuan terhadap iklan sabun kecantikan dalam kaitannya dengan konstruksi realitas mengenai kecantikan yang terbentuk di dalam masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Peneliti menggunakan tehnik wawancara terhadap 9 informan perempuan yang adalah wanita pekerja, ibu rumah tangga dan mahasiswi. Kerangka konsep yang digunakan adalah proses persepsi yang melalui 4 tahapan, yaitu Attention, Interest, Memory dan Impact (Moriarty, 1991). Melalui proses kreatif iklan mampu membangun suatu realitas sosial yang sering disebut sebagai kesadaran palsu (Berger, 1990) Ditinjau dari persepsi informan, mereka menggunakan sabun kecantikan karena keinginan mereka menjadi perempuan yang sesuai dengan iklan tersebut. Hal ini membuat iklan sabun kecantikan mengutamakan keindahan, kecantikan dan mengkonstruksi wanita sebagai mahiuk yang harus cantik dan mendorong khalayak untuk mencontoh dan berpola pikir sesuai dengan apa yang dipesankan di dalam iklan. Pemasar dengan sengaja membuat suatu konstruksi realitas sosial mengenai pola pikir ataupun gaya hidup masyarakat melalui iklan televisi yang dapat dijangkau oleh masyarakat secara luas. Konstruksi realitas sosial ini membuat wanita selalu ingin mengungguli sesama wanita dengan berpatokan pada suatu bentuk ideal yang sebenamya adalah semu. ReaIitas semu ini dibentuk dari interaksi simbolik yang muncul pada saat menonton iklan. Melalui penelitian ini membantu pemaharnan terhadap konstruksi realitas sosial yang terjadi di masyarakat mengenai bentuk ideal seorang perempuan dan persepsi perempuan terhadap suatu produk. Hal ini dapat digunakan oleh pengiklan dalam membuat kreatif iklan untuk menarik minat khalayak perempuan. Sebaliknya penelitian ini juga membantu konsumen agar tidak serta merta memilih produk. Di satu sisi akan menguntungkan produsen dalam memperkenalkan produknya melalui iklan, di sisi lain konsumen harus dapat menyikapi sikap konsumtif dan mengikuti konstruksi iklan yang dibangun oleh produsen agar tidak terjadi pembodohan terstruktur.

Gender representation in advertising contributes a big part in constructing audience perception regarding `beauty' concept. Advertisements mostly highlight `beauty' concept with using female star which have a beautiful face, white and smooth skin. The TV ad usually sells unreal reality and high expectations. Media construct this unreal reality from social reality which already occurred. Women segmentation always becomes potential segment which always explore by marketers due to women are the decision maker in buying daily need. From this point of view, creativity in making an ad especially for women is very important. Women finally the main target from the marketers and from the ad itself. Women perception is build using symbolic interaction in the ad and it construct a social reality regarding `beautiful' women and insist them to become those `beautiful' women by using their products.
This research explains women perception regarding a beauty soap TV ad from the reality social construction about `beautiful' women. Method that being used in this research is qualitative method. Researcher interviewed 9 (nine) women, who is professionals, housewives and students to know their perception. Researcher used perception process which has 4 steps which is attention, interest, memory and impact (Moriarty, 1991). The ad creative process can construct social reality which sometimes said as an unconsciously awareness (Berger, 1990). From informants perception can conclude that they using a beauty soap because they want to be the same with the women in the ads. This make soap ad always using beautiful women and always stress on beauty, smooth skin and these construct women's idea about `beautiful' women and encourage them to duplicate the ad. Marketers construct a social reality regarding beauty by using TV ad which can reach a big number of people. This social reality construction make women always want to be perfect which means the same as the social construction which already exist. This research hopefully can help audience understanding regarding the social construction about `beautiful' women and their perception about soap ad, which can used by advertising in making attractive ad for women. Also help consumers in selecting product from advertisement.
"
2005
T14092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Marintan Dewi Febriana
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S4663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurika S.M. Margono
"In May 2007, Pertamina started a program as a result of the high price of world crude oil. The new program is called energy conversion year 2007, which converts the consumption of kerosene to LPG of households and small industrie in Jakarta and surroundings. Like any other campaign, the objective of this program is to change the behavior of the target adopters, in this case buying behavior of kerosene to LPG. In order to accelerate the campaign, Pertamina
uses some tools to communicate the idea to the target adopters. One of the tools is using Public Service Advertising (PSA) on television. Using television as the communication medium gives some advantages in delivering the social idea, namely combining the function of audio and visual, as well as reaching a wide range of audience at once. By using PSA on television, Pertamina expect the
target adopter to comprehend the message content the same way they do. Consequently, the attention of this study is to discover the perception of target adopters toward PSA on television. This is a descriptive study with quantitative approach, which uses survey with questionnaires distributed to 100 respondents. The results were statistically analyzed by using frequency tables and mean. In
analyzing the data, the variables of exposure to PSA is derived into
product/message thoughts, source oriented thoughts, and ad execution thoughts. This study concludes that the target adopters already have good perception on the PSA. In the dimension of product/message thoughts, one-sided-message of a PSA is the most attractive of all dimensions that indicates message structures
and contents. For the second dimension, source oriented thoughts, similarity between source and target adopters could increase the level of certainty of the target adopters. Last but not least, using the music that the target adopters fond of could create a positive reaction upon the PSA. According to the results that this study concludes, marketer as well as ads agency should pay more attention
on those indicators to create a good perception on the PSA and Pertamina also have to pay more attention on the quality of the product that is percept by the target adopters to generate a buying behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rr. Adisti Dyah Pithaloka
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5371
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lenitya R. Almatsier
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menjelaskan perbandingan antara hubungan sikap khalayak pada iklan Molto Ultra versi iklan televisi yang menggunakan teknik animasi dan teknik live-action terhadap sikap pada merek Molto Ultra. Hubungan antara kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh penilaian dan perasaan yang dimiliki khalayak terhadap iklan.
Penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen completely randomized design dengan laboratory experiment dan jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatif komparatif. Model-model teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah model Attitude toward the Ad serta model Hierarchy of Effect. Sedangkan konsep-konsep yang digunakan adalah konsep sikap, konsep iklan, dan konsep khalayak.
Iklan Molto Ultra versi ?Tantangan kesegaran 7 hari? digunakan sebagai treatment pada kelompok eksperimen 1 yakni iklan dengan teknik animasi. Sedangkan iklan Molto Ultra versi ?Ramadhan kumpul bersama anak-anak? digunakan sebagai treatment pada kelompok eksperimen 2 yakni iklan dengan teknik live-action. Sampel pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga, SSE A-B, serta tinggal di wilayah perumahan Merak, Bintaro Jaya Sektor 1. Keseluruhan jumlah responden dalam penelitian ini adalah 40 orang dengan komposisi masingmasing 20 responden untuk kelompok eksperimental 1 dan kelompok eksperimental 2, sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel probabilita dengan sampel acak sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan yang menggunakan teknik liveaction mampu menciptakan sikap pada iklan yang lebih positif ketimbang iklan yang menggunakan teknik animasi. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa iklan yang menggunakan teknik live action menimbulkan sikap pada merek yang lebih positif dibandingkan iklan yang menggunakan teknik animasi.

This research aimed at proving and explaining correlation comparison between the audience?s attitude on Molto Ultra ad using animation technique and live-action technique to their attitude on Molto Ultra. The correlation that exists was affected by the audience?s judgements and feeling toward the advertisement.
This research is quantitative with completely randomized design experiment research with laboratory experiment and the type is an comparative explanative research. Theories that have been used in this research were Attitude toward the Ad model and also Hierarchy of Effect model. Concepts that have been used were attitude concept, advertising concept and also audience concept.
The Molto Ultra ?Tantangan kesegaran 7 hari? ad was used as a treatment in experimental group 1 which was the ad with animation technique, while the Molto Ultra ?Ramadhan kumpul bersama anak-anak? ad was used as a treatment in experimental group 2 which was the ad with live-action technique. The sampel of this research was the housewives, SES A-B, and live in Merak in Bintaro Jaya Sector 1. The overall number of respondents in this research were 40 people with a composition of 20 respondents for each experimental group 1 and experimental group 2. Sampling technique which was used in this research was probability sample with simple random sampling.
The research findings revealed that advertisement using live-action technique created more positive attitude toward the ad from respondent than the ad using animation technique. Researcher also found that ad which was using live-action technique generated more positive brand attitude than ad which was using animation technique."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emiria Ferida Shafiananda
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon kognitif khalayak, mengenai opininya tentang eksekusi ikian yang menggunakan endorser. Iklan yang diteliti adalah ikian Enfagrow, Rinso (versi "Bikin Kue"), dan Natur-E. Ketiga ikian ini merupakan wujud dari tiga jenis endorser yang lazim ditampilkan dalam iklan di Indonesia, yaitu kalangan pakar, konsumen, dan selebriti. Penelitian ini juga berusaha ingin mengetahui hal-hal yang menunjang penerimaan khalayak terhadap kehadiran seorang endorser dalam iklan. Penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data Focus Group Discussion (FGD), terhadap 25 sampel (responden) yang diambil secara random dan populasi ibu rumahtangga yang bermukim di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat. Responden kemudian dibagi atas tiga kelompok diskusi, dua kelompok beranggotakan 8 responden dan satu kelompok beranggotakan 9 responden. Dan data demografis yang diperolea, tiga kelompok ini ternyata terbagi menjadi dua kelompok karakteristik SES. Perbedaan SES ini ternyata rnenghasilkan hasil diskusi yang berbeda. Dan analisis terhadap hasil FGD dapat ditarik kesimpulan bahwa iklan dengan endorser yang paling disukai oleh dua kelompok responden (yang dibagi berdasarkan SES tadi) adalah iklan Rinso, iklan yang menggunakan konsumen sebagai endorser. Iklan Enfagrow mendapat respon yang negatif dan responden kelompok SES A-B. Kesaksian yang pakar berikan tampak dibuatbuat, alias diatur sedemikian rupa oleh pihak pengiklan. Sementara, responden dari kelompok SES C-D menyukai iklan ini. Menurut mereka, kehadiran pakar dalam iklan ini sangat meyakinkan dan mempengaruhi mereka secara positif. Mereka percaya sosok pakar di iklan ini benar-benar paham akan apa yang ia sampaikan sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya, baik responden dan SES A-B maupun SES C-D ternyata memiliki respon yang cenderung negatif terhadap iklan Natur-E. Untuk mempercayai bahwa Widyawati benar-benar seorang pengguna ternyata tidak dapat terjadi begitu saja. Mereka merasa yakin bahwa Widyawati bukan pengguna produk, ia hadir dalam iklan hanya berdasarkan kenyataan bahwa ia memiliki kemampuan untuk menarik perhatian dan membuat khalayak merasa tergoda untuk mencoba produk yang ia iklankan. Kemudian, penelitian dilanjutkan dengan sikap responden mengenai tiga jenis endorser secara lebih umum. Hasilnya, kelompok SES A-B dan kelopok SES C-D sama-sama paling menyukai eksekusi iklan yang menggunakan konsumen sebagai endorser. Sementara, untuk endorser pakar, kelompok responden SES A-B cenderung memiliki pemikiran yang negatif karena keobyektifan informasi tidak lagi terjamin. Responden kelompok SES C-D memandang positif terhadap iklan dengan endorser pakar karena responden percaya sosok pakar memiliki ilmu yang tinggi dan memiliki tanggungjawab atas profesinya. Lalu, untuk endorser selebriti, responden kedua kelompok sama-sama memiliki pemikiran yang terlanjur negatif Menurut mereka, seringkali kehadiran mereka dalam ikian justru membuat tanda tanya di benak mereka, terutama apabila karakteristik antara produk dan si selebriti jauh berbeda. Responden memberikan beberapa pembagian dalam hal penempatan endorser dalam ikian, namun yang terpenting bagi mereka adalah kejujuran dan pihak pengiklan bahwa endorser yang mereka pakai benar-benar orang yang mengggunakan produk yang bersangkutan atau benar-benar memahami produk tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>