Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priyanto
"Deep breathing exercise merupakan latihan aktifitas paru dengan teknik nafas dalam dan batuk efektif untuk meningkatkan ventilasi oksigenasi. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh deep breathing exercise terhadap fungsi ventilasi oksigenasi paru pada klien post ventilasi mekanik. Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan 26 responden (intervensi dan kontrol). menggunakan instrumen bedside monitor, peak flowmeter dan pulse oximetry. Penelitian dilaksanakan di ICU RSUD Dr. Moewardi, RSUD Tugurejo dan RSUD Ambarawa. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna fungsi ventilasi oksigenasi paru setelah melakukan deep breathing exercise pada hari ke- 4 dan 5 (p=0.018, p=0.004).

Deep breathing exercise is pulmonary activities with deep breath technique and effective cough to restore oxygenation ventilation. The purpose of research is to identify the influence of deep breathing exercises on ventilation oxygenation pulmonary function on client with post mechanical ventilation. The research used quasy experiment, with 26 respondents (intervention and control) by using bedside monitor, peak flowmeter, pulse oximetry. The research was conducted on ICU of Dr. Moewardi Regional Hospital, Tugurejo Regional Hospital and Ambarawa Regional Hospital. The results show significant difference ventilation oxygenation pulmonary function after conducting deep breathing exercise on day 4 and 5 (p=0.018, p=0.004)."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T41459
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Kusumaningrum
"Masalah pernafasan merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi. Ventilasi mekanik adalah tindakan yang sering dibutuhkan pada perawatan bayi baru lahir yang mengalami suatu penyakit dan masalah pernafasan termasuk pada bayi prematur. Tindakan non invasif juga dilakukan untuk meningkatkan efektifitas ventilasi dan perfusi. Salah satu tindakan non invasif yang menyokong terapi oksigen adalah pengaturan posisi. Studi literatur tentang posisi pada bayi yang mengalami masalah pernafasan menunjukkan bahwa terdapat keuntungan Posisi Pronasi (PP) dibandingkan dengan Posisi Supinasi (PS). Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian posisi pronasi terhadap status oksigenasi bayi yang menggunakan ventilasi mekanik di ruang NICU RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental.
Rancangan yang dilakukan adalah jenis one group pretest-postest. Jumlah sampel sebanyak 18 bayi dengan karakteristik umur rata-rata 44,78±25,06, laki-laki 61%; perempuan 39%; berat lahir 2008,33±977,84; mode ventilator dibatasi pada presure support, synchronized intermitten mandatory ventilation dan asist control,dan lama ventilator 36,67 ±19,57. Pengukuran dilakukan dengan melihat saturasi oksigen dengan Pulse Oximetry, frekwensi nafas dan fraksi oksigen yang diinspirasi sebelum dilakukan PP, pengukuran dilakukan lagi setelah PP selama 30 menit, 1 jam dan 2 jam.
Terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen dengan pulse oximetry (SpO2) pada bayi yang menggunakan ventilasi mekanik sebelum dan sesudah pemberian posisi pronasi (P=0,001, α=0,05), dan frekwensi nafas (P=0,027, α=0,05). Kesimpulan lain didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit jantung dengan FiO2 bayi. Implikasi keperawatan yang direkomendasikan bahwa perlu ditingkatkan penerapan PP pada bayi dalam kondisi stabil dan dalam proses weaning. Implikasi penelitian diharapkan adanya penelitian dengan jumlah sampel yang besar dan dengan desain quasi eksperiment atau true eksperiment dengan pengontrolan terhadap variabel perancu yang lebih ketat. Analisa dan pembuktian untuk mengetahui waktu PP yang tepat juga diperlukan. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-26567
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Megawati Sibulo
"Peningkatan prevalensi hipertensi primer menjadi penyebab timbulnya gagal jantung, jantung koroner, gagal ginjal, dan stroke. Penatalaksanaan hipertensi primer dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologis. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh terapi kombinasi slow deep breathing dan handgrip exercise terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi primer. Penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan desain the nonrandomized control group pretest-posttest dengan jumlah keseluruhan responden 30 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perubahan yang signifikan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi p value

Increased in the prevalence of primary hypertension causes of heart failure, coronary heart disease, kidney failure, and stroke. The management of primary hypertension should be include the non pharmacological therapy. The purpose of this study to identify the effect of combination therapy of slow deep breathing and handgrip exercise to reduce blood pressure in primary hypertension patients. The study design was a quasi experimental design with the nonrandomized control group pretest posttest design recruited 30 respondents. The results showed that there was significant changes in systolic and diastolic blood pressure after intervention in the intervention group p value "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merita Basril
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kanguru (PMK) terhadap fungsi fisiologis pada bayi prematur yang terpasang ventilasi mekanik. Penelitian ini menggunakan desain randomized control trial (RCT) yang melibatkan 50 responden bayi prematur yang terpasang ventilasi mekanik dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (perawatan rutin rumah sakit) 25 responden dan kelompok intervensi (bayi dilakukan PMK) 25 responden sesuai kriteria inklusi. PMK dilakukan tiga hari berturut-turut selama satu jam/hari. Hasil analisis uji perbedaan menujukkan adanya perbedaan saturasi oksigen secara bermakna pada saat dilakukan PMK (p=0.000; α=0,05) dan frekuensi pernapasan intra (p= 0,007), dan post (p= 0,027) pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Berdasarkan hasil tersebut, adanya pengaruh perawatan metode kanguru terhadap fungsi fisiologis pada bayi prematur yang terpasang ventilasi mekanik. Intervensi ini diharapkan dapat dilanjutkan sebagai prosedur di ruang NICU karena sudah terbukti dapat mempercepat weaning ventilator.

his study was conducted to determine the effect of the kangaroo method of care (PMK) on the physiological function of mechanically ventilated premature infants. This study used a randomized control trial (RCT) design involving 50 premature infants who were mechanically ventilated and divided into two groups, namely the control group (routine hospital care) 25 respondents and the intervention group (babies undergoing PMK) 25 respondents according to the inclusion criteria. . PMK is carried out three days in a row for one hour/day. The results of the analysis of the difference test showed that there was a significant difference in oxygen saturation during PMK (p=0.000; α=0.05) and intra-respiratory frequency (p= 0.007), and post (p= 0.027) in the control group and the intervention group. Based on these results, there is an effect of kangaroo treatment on physiological function in mechanically ventilated premature infants. It is hoped that this intervention can be continued as a procedure in the NICU room because it has been proven to speed up ventilator weaning"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Ari Rama Dewi
"

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan kondisi paru yang memicu respon inflamasi sistemik dengan etiologi yang berbeda yang memiliki ciri-ciri klinis patologis khas. Penelitian ini menganalisis tentang pemberian posisi prone dan reverse trendelenburg 30 derajat sebagai terapi suportif untuk meningkatkan status oksigenasi pada pasien ARDS serta bagaimana dampaknya terhadap komplikasi edema wajah dan Gastric Residual Volume (GRV). Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian posisi prone dan reverse trendelenburg 30 derajat terhadap parameter oksigenasi, edema wajah dan GRV. Desain penelitian dengan menggunakan quasi experiment design melalui pendekatan crossover trial design dengan 11 responden. Analisis data menggunakan uji independent t-test pada data terdistribusi normal dan Mann Whitney pada data terdistribusi tidak normal dan jenis data kategorik. Tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada parameter oksigenasi; saturasi oksigen (p value 0,685), PaO2/FiO2 rasio (p value 0,358), SpO2/FiO2 rasio (p value 0,850), maupun EtCO2 (p value 0,409) dan edema wajah (p value 0,403) antar kelompok prone dengan kelompok prone dan reverse trendelenburg 30 derajat, namun terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada variabel GRV antara kelompok prone dengan kelompok prone dan reverse trendelenburg 30 derajat (p value 0,035). Kesimpulan: baik posisi prone maupun posisi prone dengan reverse trendelenburg 30 derajat sama-sama memberikan dampak yang positif pada parameter oksigenasi. Namun kedua posisi ini juga memberikan dampak yang patut diwaspadai terkait kejadian edema wajah dan peningkatan GRV, dengan angka kejadian yang lebih rendah pada pemberian posisi prone dengan reverse trendelenburg 30 derajat.


Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) is a pulmonary condition that triggers a systemic inflammatory response with different etiologies that has typical pathological clinical characteristics. This study analyzes the provision of 30 degrees prone and reverse Trendelenburg positions as supportive therapy to improve oxygenation status in ARDS patients and its impact on complications of facial edema and Gastric Residual Volume Gastric Residual Volume (GRV). The aim of the research is to determine the effect of 30 degrees prone and reverse trendelenburg positions on oxygenation parameters, facial edema and GRV. The research design used a quasi experimental design using a crossover trial design approach with 11 respondents. Data analysis used the independent t test on normally distributed data and Mann Whitney on non-normally distributed data and categorical data types. There were no significant average differences in oxygenation parameters; oxygen saturation (p value 0.685), PaO2/FiO2 ratio (p value 0.358), SpO2/FiO2 ratio (p value 0.850), as well as EtCO2 (p value 0.409) and facial edema (p value 0.403) between the prone group and the prone group and reverse trendelenburg, there is a significant average difference in the GRV variable between the prone group and the prone and reverse trendelenburg 30 degrees groups (p value 0.035). Conclusion: the prone position and the prone position with reverse trendelenburg 30 degrees both have a positive impact on oxygenation parameters. However, these two positions also have an impact that is worth paying attention to regarding the incidence of facial edema and increased GRV, with a lower incidence rate in the prone position with reverse Trendelenburg 30 degrees.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarwoto
"Slow deep breathing (SDB) merupakan teknik pernapasan dengan frekuensi bernapas kurang dari 10 kali permenit dan fase inhalasi yang panjang. Latihan slow deep breathing dapat meningkatkan suplai oksigen ke otak dan dapat menurunkan metabolisme otak sehingga kebutuhan oksigen otak menurun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan SDB terhadap nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen pre post test dengan kelompok kontrol terhadap 21 responden kelompok intervensi dan 21 responden kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan tindakan SDB pada hari pertama 3 kali dan pada hari kedua 1 kali masing-masing selama 15 menit.
Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan yang bermakna rerata intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan latihan SDB (p=0,000, α = 0,05. Terdapat hubungan jenis kelamin dengan intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan (p= 0,046), tetapi tidak ada hubungan antara usia dan suku responden terhadap intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan (berturut-turut p= 0,079 dan p=0,834; α = 0,05). Rekomendasi hasil penelitian ini adalah SDB dapat diterapkan sebagai intervensi keperawatan dengan nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan.

Slow deep breathing (SDB) is a breathing technique with breathing frequency of less than 10 times per minute and a long phase of inhalation. Slow Deep Breathing exercises relaxation can increase the supply of oxygen to the brain and may decrease the metabolism of the brain so the brain needs of oxygen will decrease. The purpose of this study to determine the effect of SDB relaxation of headache in patients with acute mild head injury. The study design was quasiexperimental pre-post test with a control group of 21 respondents intervention group and control group. The intervention group is given SDB intervention on the first day 3 times and on the second day of rehearsals SDB 1 each for 15 minutes.
The results obtained there are significant differences in mean intensity of headache pain in patients with acute mild head injury between the intervention group and control group after exercise SDB (p= 0.000; α = 0.05). There is a relationship of sex with pain intensity in patients with acute head injury lightheadedness (p= 0.046), but there was no association between respondent?s age and ras with the intensity of acute headache in patients with mild head injury (perspectively p = 0,079 and p=0,834; α = 0,05). Recommendation of this study is SDB can be applied as a nursing intervention with acute headache in patients with mild head injury.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Kriswanto
"Besarnya bukaan ventilasi pada suatu ruangan berpengaruh terhadap besarnya bahaya yang mungkin timbul saat terjadi kebakaran. Dalam hal ini ventilasi menjadi tempat masuknya udara ke dalam ruangan yang berfungsi sebagai oksidizer pada proses kebakaran. Besarnya bukaan ventilasi memiliki pengaruh terhadap karakteristik api yang muncul, hal ini dapat diindikasikan dari besarnya laju pembakaran (burning rate) [Kawagoe & Sekine, 1963). Laju produksi kalor suatu benda dapat diukur berdasarkan besarnya konsumsi oksigen yang dibutuhkan saat benda tersebut terbakar. Metode pengukuran ini berdasarkan pada prinsip dasar bahwa panas yang dilepaskan per unit oksigen yang dibutuhkan adalah kurang lebih sama untuk bahan bakar organik umum yang sering ditemui sebagai bahan bakar dalam kebakaran, yaitu 13,1 kJ/gram O2 [Hugget, 1980). Makalah ini membahas hasil penelitian yang dilakukan berupa pengaruh besarnya ventilasi pada kasus kebakaran yang terjadi di dalam ruangan (room fires) dengan berdasarkan prinsip pengukuran laju produksi kalor. Peralatan eksperimental yang digunakan adalah kalorimeter api skala laboratorium, yang terdiri dari conical heater dengan daya 4000 Watt yang digunakan pada tegangan 220 Volt, load cell, sistem pengambilan sampel gas buang, sistem gas buang yang telah dilengkapi berbagai alat ukur, sistem pengukuran dan kontrol temperatur, sistem pengukuran tekanan, dudukan sampel, sistem pembatas pemasukan udara ke dalam ruang tempat sampel terbakar, dan sistem akuisisi data. Selain mendapatkan data laju produksi kalor, dalam penelitian ini juga didapatkan data laju penurunan massa. Berdasarkan hasil data penelitian serta analisa yang dilakukan, dapat diperoleh adanya pola yang menunjukan kemiripan pada tiap besar bukaan ventilasi dan besar frekuensi blower. Secara umum perbedaan yang terjadi terdapat pada nilai-nilai puncak HRR dan laju penurunan massa, lamanya sampel terbakar, dan delay waktu antara peak pertama dan kedua HRR yang secara umum berhubungan dengan kecukupan udara yang masuk ke dalam ruangan dan heat loss yang terjadi. Kegiatan dan hasil-hasil lainnya dari penelitian ini akan dijelaskan lebih lanjut pada makalah lengkap.

The size of ventilation opening in a compartment plays a role in the level of danger that may occur in fire hazard. In this case, ventilation is considered to be the place for air coming from outside to play its role as an oxidizer in the combustion process. Indication that shows ventilation opening plays role in a combustion process can be seen from the fact that it influenced the rate of burning [Kawagoe & Sekine, 1963]. Heat release rate of a burn material can be measured by the amount of oxygen consumption during the combustion process. This measuring method as based on the fact that the heat released per unit oxygen in a combustion process has the same value for an organic fuel that usually play role as fuel in combustion, which is 13,1 kJ/gram 02 [Hugget, I980]. This paper present the result of an experiment that proof the role of ventilation in compartment/room fires based on the principal of heat release rate. The equipments used during the experiment is the fire calorimeter that consist of a 4000W conical heater, load cell, exhaust gas sampling sistem that has been fully equipped with many measuring device, temperature control and measuring system. pressure measuring device system, sample holder, ventilation system with opening variable, and data acquisition system. Beside getting the heat release rate, this experiment also give the value of mass loss rate during the sample's combustion process. Based on the data collected and further analysis, this experiment result many similar pattern on the graph from variable opening and blower frequency. In general, the difference of each graph are the peak value of heat release rate and mass loss rate, burning period, and the delay time between the first and the second peak of heat release rate that related with the amount of oxygen entering the compartment and the heat loss that occur. Other activities and results from this experiment is clearly explained in the full paper."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Endria
"Gangguan respirasi yang berkepanjangan menjadi permasalah baru yang muncul bagi pasien yang telah dinyatakan sembuh dari infeksi Covid 19. Gejala terjadi karena terganggunya compliance paru akibat proses infeksi yang berdampak pada penurunan kapasitas vital paru. Kondisi tersebut dapat dicegah melalui latihan nafas dalam. Latihan nafas dalam bertujuan meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan yang berguna untuk meningkatkan compliance paru, meningkatkan fungsi ventilasi, recovery pasca infeksi, memperbaiki oksigenasasi dan meningkatkan efisiensi batuk. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh latihan nafas dalam terhadap kapasitas vital paru pada pasien post Covid 19. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 responden yang dibagi menjadi 20 responden kelompok intervensi dan 20 responden kelompok kontrol. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen pre dan post test nonequivalent control group. Kelompok intervensi diberikan perlakuan latihan nafas dalam dan kelompok kontrol diberkan perlakuan standar dari rumah sakit Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh latihan nafas dalam terhadap kapasitas vital paru ( p = 0.000) dan terdapat perbedaan yang bermakna nilai kapasitas vital paru antara kelompok intervensi dan kontrol (p = 0.008). Kesimpulan penelitian ini bahwa latihan nafas dalam yang dilakukan tiga hari dengan durasi 45 menit selama dua minggu memiliki pengaruh terhadap perbaikan kapasitas vital paru pasien post Covid 19, sehingga intervensi ini dapat menjadi advance nursing intervension dan sebagai rekomendasi self management untuk memperbaiki fungsi paru pasca infeksi dan mengurangi masalah gejala berkepanjangan yang dialami pasien post Covid 19.

Prolonged respiratory disorders are a new problem that arises for patients who have been declared cured of Covid 19 infection. Symptoms occur due to disruption of lung compliance due to the infection process which results in a decrease in vital lung capacity. This condition can be prevented through deep breathing exercises. Deep breathing exercises aim to improve the ability of the respiratory muscles to increase lung compliance, improve ventilation function, post-infection recovery, improve oxygenation and increase cough efficiency. The purpose of this study was to identify the effect of deep breathing exercises on vital lung capacity in post-Covid 19 patients. The sample in this study was 40 respondents who were divided into 20 respondents in the intervention group and 20 respondents in the control group. This research method is a quasi-experimental pre and post test non-equivalent control group. The intervention group was treated with deep breathing exercises and the control group was given standard treatment from the hospital. The results showed that there was an effect of deep breathing exercises on vital lung capacity (p = 0.000) and there was a significant difference in the value of vital lung capacity between the intervention and control groups (p = 0.008). The conclusion of this study is that deep breathing exercises carried out for three days with a duration of 45 minutes for two weeks have an effect on improving the vital lung capacity of post-Covid 19 patients, so this intervention can be an advance nursing intervention and as a recommendation for self-management to improve lung function after infection and reduce the problem of prolonged symptoms by post-Covid 19 patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Gede Intan Saraswati
"ABSTRAK
Pengaruh Deep Breathing Exercise terhadap Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung Gangguan tidur merupakan salah satu gejala pada pasien gagal jantung. Tidur yang buruk berimplikasi negatif pada kesehatan psikologis, fisiologis, kualitas hidup, pasien gagal jantung. Deep breathing exercise menjadi intervensi keperawatan yang dapat memperbaiki kualitas tidur. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh deep breathing exercise terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung. Rancangan penelitian menggunakan quasy experiment pre-post with control group. Besar sampel sebanyak 34 subjek sebagai kelompok kontrol dan perlakuan. Terdapat perubahan yang signifikan pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah intervensi p=0,001 , dan tidak ada perubahan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan setelah intervensi. Walaupun demikian terjadi perubahan nilai kualitas tidur yang lebih baik pada kelompok intervensi, sehingga teknik deep breathing exercise ini dapat diberikan pada pasien gagal jantung. Kata kunci: deep breathing exercise, gagal jantung, kualitas tidur.

ABSTRACT
The Effect of Deep Breathing Exercise for Sleep Quality in Heart Failure Patient THE EFFECT OF DEEP BREATHING EXERCISE FOR SLEEP QUALITY IN HEART FAILURE PATIENT Sleep disorder is one of the symptom among heart failure patients. The Poor sleep quality has negative impact for the psychological, physiological, quality of life in heart failure patients. Deep breathing exercise is a nursing intervention to improve sleep quality. This study aim to identify the effect of deep breathing exercise among heart failure patients. This study used quasy experiment pre post test with control group design. This study recruited 34 subjects as control and treatment group. The result of the study showed that quality of sleep was improved significantly after deep breathing exercise was implemented in treatment group p 0,001 , but there was no significant difference between control and treatment group after deep breathing exercise. However deep breathing exercise is recommended as nursing intervention to improve the quality of sleep among heart failure patient because the change of sleep quality in treatment group is better than control group Keywords deep breathing exercise, heart failure, quality of sleep"
2017
T47167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nieniek Ritianingsih
"ABSTRAK
PPOK merupakan penyakit yang mengarah kepada adanya beberapa gangguan yang
mempengaruhi keluar masuknya udara paru-paru. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
terutama kebutuhan oksigen dapat terganggu dengan adanya PPOK, sehingga untuk
mengoptimalkan kesehatan pasien kembali diperlukan tindakan keperawatan yang tepat.
Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi ventilasi paru
adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi
paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi eksperimental dengan pendekatan
pre test post test group design. Sampel berjumlah 36 orang yang diambil secara
purposive sampling. Pasien diberikan tindakan pengaturan posisi high fowler dan
orthopneic. Hasil penelitian menunjukkan posisi high fowler dan orthopneic dapat
meningkatakan fungsi ventilasi paru (p=0,0005), tetapi posisi orthopneic dapat
meningkatkan fungsi ventilasi paru lebih baik dibandingkan high fowler (p=0,0005).
Usia berhubungan terhadap peningkatan fungsi ventilasi paru pasien PPOK baik pada
posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan
(p=0,453 dan p=0,456), berat badan (p=0,385 dan p=0,411), dan jenis kelamin (p=0,240
dan 0,164) tidak mempengaruhi peningkatan fungsi ventilasi paru baik pada posisi high
fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan
posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan

ABSTRACT
Fungsi ventilasi paru dapat terganggu dengan adanya penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi
ventilasi paru adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap
fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M.
Goenawan Partowidigdo Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi
eksperimental dengan pendekatan pre test post test group design. Sampel berjumlah 36
orang yang diambil secara purposive sampling. Pasien diberikan pengaturan posisi high
fowler dan orthopneic. Hasil penelitian frekuensi nafas memiliki nilai yang sama. Posisi
high fowler dan orthopneic dapat meningkatkan nilai APE (p=0,0005), tetapi posisi
orthopneic dapat meningkatkan nilai APE lebih baik dibandingkan high fowler
(p=0,0005). Usia berhubungan terhadap peningkatan nilai APE pasien PPOK baik pada
posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan, berat
badan, dan jenis kelamin tidak mempengaruhi fungsi ventilasi paru baik pada posisi high
fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan
posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24772
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>