Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65578 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andrea Baskoro Prabowo
"Serat nata de coco memiliki karakteristik biodegradable, memiliki formasi kristalinitas serat, dan memiliki struktur fisik baik sehingga cocok dikembangkan menjadi material superkuat. Pada penelitian ini dilakukan pemasukan filler nanosilika ke dalam serat nata de coco dengan menggunakan metode post modification (perendaman), serta dipadukan dengan beberapa variasi resin dengan teknik handlay up untuk mendapatkan material komposit yang lebih kuat. Dari hasil pengujian SEM-EDX didapat nanosilika terdistribusi merata di dalam serat, jumlah nanosilika yang masuk ke dalam serat sebanding dengan lama perendaman. Dari hasil uji mekanik didapatkan lama perendaman yang optimum adalah 3 hari karena meningkatkan kuat tarik serat dari 85.6 MPa menjadi 316 MPa. Material komposit yang tertinggi kuat tariknya adalah variasi resin polyamide+epoxy yang mencapai kuat tarik sebesar 96.2 MPa.

Nata de coco fiber has the characteristic of biodegradable, has a crystallinity of fiber formation, and has a good physical structure so that suitable to be developed into high strength material. In this study has been carried out nanosilica filler dispersing into nata de coco fiber using post modification (immersion) method, and making composite nata de coco fiber with some variation of resin using handlay up technique to get stronger composite materials. From the SEM-EDX results found that nanosilica distributed uniformly in the fibers, amount of nanosilica dispersed in the fiber is proportional to the long of immersion. Mechanical test results showed that the optimum immersion time is 3 days because it increases the tensile strength of fiber from 85.6 MPa to 316 MPa. Composite material with the highest tensile strength is a variation of polyamide+epoxy resin with 96.2 MPa of strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1129
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Shobirin
"Iklim merupakan kejadian alam yang mempunyai banyak kaitan dengan kejadian-kejadian lain di atas muka bumi. Kaitan yang dimaksud bisa berarti iklim sebagai faktor yang mempengaruhi suatu kejadian di muka bumi atau sebaliknya iklim yang diperigaruhi oleh faktor-faktor setempat sehingga berbeda dengan iklim di tempat lain. Untuk berbagai kebutuhan, manusia berupaya mengklasifikasikan iklim seperti yang dilakukan oleh Schmidt dan Ferguson di Indonesia.
Klasifikasi iklim yang mereka buat adalah untuk kepentingan pertanian. Dasar klasifikasi adalah curah hujan, sedangkan suhu di daerah Sulawesi dipilih sehagai wilayah penelitian karena keunikan iklimnya yang berhubungan erat dengan faktor-faktor alam setempat.
Sebagai faktor yang dipengaruhi oleh iklim di Sulawesi ini, dipilih tanaman kelapa yang merupakari hasil tanaman utama.
Melalui tulisan ini ingin diketahui pola iklim Sulawesi menurut Schmidt dan Ferguson dan kaitannya dengan produksi kelapa. Sehubungan ciengan tujuan penulisan diatas, maka masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimania pola iklim Sulawesi menurut Schmidt dan Ferguson?
2. Kenapa demikian?
3. Bagaimana kaitannya dengan produksi kelapa?"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Devita
"Penelitian mengenai pengaruh pemberian berbagai konsentrasi santan kelapa terhadap kualitas spermatozoa ikan koi Cyprinus carpio, Linnaeus 1758 48 jam pascakriopreservasi telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi metanol 5 dengan berbagai konsentrasi santan kelapa 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 terhadap motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa ikan koi 48 jam pascakriopreservasi. Semen ikan koi yang dilakukan pada penelitian diperoleh dengan cara pengurutan stripping dan selanjutnya dievaluasi secara mikroskopis dan makroskopis. Hasil evaluasi selanjutnya diolah secara statistik dengan uji normalitas Saphiro-Wilk, uji homogenitas Levene, uji analisis variansi ANAVA faktor tunggal, dan uji perbandingan berganda Tukey. Hasil uji ANAVA satu faktor menunjukan adanya perbedaan nyata.

Research about effect of various concentration of coconut milk on spermatozoa quality of Koi Fish Cyprinus carpio, Linnaeus 1758 48 hours postcryopreservation has been done. The research aims to know the effect of 5 methanol and various concentrations of coconut milk 0, 2, 4, 6, 8, 10 on motility, viability, and abnormality on Koi fish's spermatozoa 48 hours postcryopreservation. Koi fish's milt in this research was collected by stripping method and then evaluated microscopically and macroscopically. Results obtain are further assayed statistically with Saphiro Wilk normality test, Levene homogeneity test, one way Anova test, and Tukey multiple comparison test. One way Anova test showed that various concentration of coconut milkhad significant different."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Fazar Indah
"Virgin Coconut Oil (VCO) adalah produk turunan kelapa berupa minyak kelapa mumi memiliki keunggulan kadar asam laurat yang tinggi serta diproses tanpa menggunakan panas. Produk ini memiliki nilai tambah yang sangat menunjang perkembangan industri kelapa nasional. Proses pembuatan VCO secara sederhana dilakukan dengan beberapa cara, antara lain enzimasi, ekstraksi, dan pengadukan. Pada penelitian ini, dibuat VCO dengan dua cara yaitu dengan metode pengadukan dengan alat pengaduk gantung elektrik dengan kecepatan putar 1000, 1300, dan 1500 rpm dan juga dengan metode enzimasi yang menggunakan crude enzim bromelin dari sari buah nanas.
Kedua metode ini dibandingkan untuk mendapatkan metode yang terbaik dari keduanya. Pengadukan dilakukan untuk memecah emuisi kanil, dengan cara mekanisasi. Energi dari pengadukan memecah globula-globula emuisi sehingga terbentuk tiga fasa yaitu minyak, air dan kanil. Penggunaan sari buah nanas yang mengandung crude enzim bromelin sebagai katalisator, dapat membantu reaksi biokimia, yaitu dalam reaksi pemecahan globula kanil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengadukan dengan kecepatan putar 1300 rpm lebih baik dari pada metode enzimasi, dengan hasil yang dicapai sebanyak 16,33 ml/100 gram kelapa parut atau 455 ml kanil dan kadar asam laurat mencapai 39,12% terhadap keseluruhan asam lemak dalam VCO."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri N.
"Metil laurat merupakan bahan baku atau dasar bagi banyak industri, termasuk industri surfaktan. Metil laurat merupakan metil ester yang diperoleh dari minyak kelapa melalui proses transesterifikasi trigliserida minyak kelapa tersebut dengan alkohol menggunakan bantuan katalis. Kandungan asam laurat pada trigliserida minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) cukup tinggi, yaitu sekitar 48%. Dengan demikian proses isolasi metil laurat dari VCO merupakan proses yang efektif untuk menghasilkan banyak metil laurat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi metil laurat dari VCO. VCO awalnya ditransesterifikasi dengan metanol untuk menghasilkan metil ester dengan menggunakan NaOH sebagai katalis. Metil laurat dipisahkan dari metil ester dengan menggunakan metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik leleh. Selama ini, metil ester yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi dipisahkan dengan menggunakan metode distilasi fraksionasi (perbedaan titik didih). Padahal, metil ester memiliki perbedaan titik leleh (melting point) juga. Dengan demikian, pemisahan metil ester berdasarkan titik leleh menambah alternatif metode pemisahan.
Penelitian ini dititikberatkan pada pengkajian beberapa variabel dalam transesterifikasi. Variabelnya adalah temperatur (40°C, 50°C, 60°C, 80°C), lamanya (waktu) reaksi transesterifikasi (0,5 jam, 1 jam, 1,5 jam, 2 jam, 3 jam), kecepatan pengadukan (50 rpm, 68 rpm, 97 rpm, 120 rpm), rasio mol metanol dengan VCO (3:1, 4:1, 6:1, 10:1), dan persen berat katalis NaOH (0,5 %, 1 %, 1,5 %, 2 %, 3 %).
Variabel-variabel ini akan dilihat pengaruhnya terhadap konsentrasi metil laurat yang dihasilkan. Pada penelitian ini, konsentrasi metil laurat secara umum meningkat seiring kenaikan temperatur, waktu, kecepatan pengadukan, rasio mol reaktan dan persen berat katalis. Pemisahan metil laurat dari campuran metil ester hasil transesterifikasi dengan metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik leleh pada penelitian ini masih belum efektif, karena hanya menaikkan konsentrasi metil laurat sebesar 0,3 % volume saja.

Methyl laurate is a raw or base material for many industries, includes surfactant industries. Methyl laurat is a methyl ester obtained from coconut oil through the transesterification process of that oil with alcohol with the help from catalyst. Lauric acid in the tryglicerides of Virgin Coconut Oil (VCO) is quite high, which is around 48 %. This is the reason why isolation process of methyl laurate from VCO becomes an effective process to gain a lot of methyl laurate.
This research is meant to isolate methyl laurate from VCO. First, VCO is transesterified with methanol to produce methyl ester, using NaOH as the catalyst. Methyl laurate then is seperated from the methyl ester using different melting-point based separation method. All this time, produced methyl esters from transesterification are seperated using fractionation distillation method. But methyl esters also have difference in melting point. And the melting point based separation method adds the alternatives for separation method.
This research's mainly point is to study some variables in transesterification. The variables are temperature (40°C, 50°C, 60°C, 80°C), time of transesterification reaction (0,5 hour, 1 hour, 1,5 hours, 2 hours, 3 hours), speed of stirring (50 rpm, 68 rpm, 97 rpm, 120 rpm), mol ratio between methanol and VCO (3:1, 4:1, 6:1, 10:1), and the percent weight of the catalyst NaOH (0,5 %, 1 %, 1,5 %, 2 %, 3 %).
These variables' effects to the concentration of produced methyl laurate will be observed. From this research, the concentration of methyl laurate avaragely increased, following the increasing of temperature, time, agitation, reactan mol ratio and catalyst weight percent. The separation of methyl laurat from mixtured methyl esters using melting point based separation method on this research is not effective yet, because it only increased the concentration of methyl laurate in the amount of 0.3 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Arief Putra
"Sumber cadangan bijih besi yang terdapat di Indonesia tersebar di seluruh kepulauan sehingga dibutuhkan usaha untuk mengolah cadangan tersebut untuk meningkatkan perekonomian. Mengingat UU No.4 Tahun 2009 yang berisikan tentang pengolahan mineral yang ada di Indonesia dilakukan didalam negeri. Berdasarkan kedua hal tersebut maka dibutuhkan sebuah teknologi sederhana yang dapat mengolah bijih besi tersebut hingga mendapatkan konsentrasi yang lebih tinggi dengan biaya yang terjangkau dan ramah lingkungan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bijih besi laterit dari Kalimantan dan arang batok kelapa. Perbandingan rasio massa antara bijih besi dan arang batok kelapa divariasikan menjadi 1:1, 1:2, dan 1:3. Kedua material ini dicampur dan dibakar hingga api menyebar merata. Kemudian dimasukkan ke Rotary Kiln, blower dinyalakan dan ditahan selama 15 menit. Kemudian Rotary Kiln diputar dan dikondisikan proses berlangsung selama 30 menit. Karakterisasi dilakukan dengan XRD untuk melihat secara kualitatif hasil reduksi dan efisiensi proses.
Hasil XRD menunjukkan bahwa semakin banyak reduktor maka semakin terbentuk hasil reduksi. Terbukti peak maksimal pada 2θ antara 20-40 menunjukkan kenaikan dari setiap perbandingan rasio yang ada, dari intensitas 330 ke 630 (contoh perbandingan 1 : 2) dari peak maksimum Fe3O4. Hasil reduksi yang paling efisien terdapat pada perbandingan 1:2. Hal ini dikarenakan perubahan intensitas yang dimiliki antara perbandingan 1:2 dan 1:3 tidak terlalu signifikan.

Iron ore sources are located in all of island of Indonesia so it takes some effort to process the sources to improve economic matters. Based on UU No.4 Tahun 2009 which requires that raw mineral mined must be processed in Indonesia. So, we need simple technology which can process iron ore with low cost and green.
This research was use laterit iron ore from Kalimantan and coconut charcoal. Mass rasio beetwen iron ore and coconut charcoal variated to 1:1, 1:2 and 1:3. Both of them was mixed and burned until fire spread evenly. After that, both of them get into Rotary Kiln and blower was turned on. After that sample was holded in 15 minute. Then, Rotary Kiln was turned on and prosess did in 30 minute. Characterization use XRD to see in qualitative reduction result and efficiency process.
XRD result showed, if there more reductor so more formed reduction result. it proved with intensity of maximum peak of Fe3O4 was ascent in every ratio, from 330 to 630 (example in Ratio 1 : 2). Efficient Process there in ratio 1 : 2, it proved that reduction result beetwen ratio 1 : 2 and 1 : 3 was not significanly changed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buah kelapa di tingkat petani umumnya diolah menjadi kopra. Namun dengan menurunnya harga kopra maka pendapatan petani dari mengolah kelapa menjadi kopra sangat rendah...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The thirteen isolates amylolitic microbes had been tested their ability to extract the oil from "Coconut milk" and nine of them could break the emulsion and separated the oil from the water and protein...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S27964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Sarro Ina Ita
"Masalah terbentuknya bunga dan buah abnormal pada klon kelapa sawit sampai saat ini belum terungkap dengan jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesamaan genetik, pengelompokan antar genotipe normal dan abnormal, serta menetapkan pita DNA penciri untuk abnormalitas berdasarkan analisis RAPD. Bahan tanam yang dianalisis adalah Klon MK152, MK203, MK209dan MK 212 (berbuah normal /abnormal, dan berbunga jantan), serta Klon MK104 dan MK176 (berbuah normal Jan abnormal) berumur 5 tahun. Reaksi amplifikasi DNA menggunakan 15 primer acak. Kesamaan genetik dan pembuatan fenogram dilakukan dengan program NTSYS-pc. Tingkat kepercayaan UPGMA ditetapkan dengan analisis bootstrap menggunakan program WinBoot. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa primer OPC-09, SC10-I9, OPC-07 dan OPW-19 mampu membedakan genotipe normal dan abnormal dalam klon yang sama untuk ke enam klon yang diuji. Sedang primer lainnya hanya mampu menunjukkan perbedaan antar genotipe normal dan abnormal dalam beberapa klon saja. Kesamaan genetik antar genotipe yang diuji berkisar 0,47-0,96.. Kesamaan genetik antar genotipe normal lebih tinggi dibandingkan dengan antar genotipe abnormal atau antar normal dengan abnormal. Klon MK176 lebih stabil di daiam kultur dibandingkan dengan klon lainnya. UPGMA menunjukkan bahwa umumnya genotipe normal dan abnormal dalam klon yang sama berada dalam satu grup. Seluruh primer yang diuji belum mampu menghasilkan pita DNA penciri untuk abnormalitas.

The formation of flower and fruit abnormalities in oil palm still unclear. The aim of this study is to analyze the genetic similarities, grouping among normal and abnormal genotypes and to obtained a specific DNA band for abnormalities by RAPD analysis. Plant materials have been used i.e. MK152, MK203, MK209 dan Mk212 (normal / abnormal and male flowers), while clones MK104 and Mkl76 (normal and abnormal). Amplification of DNA samples have been done 15 random primers. Genetic similarities and phenogram were analyzed with NTSYS-pc. While UPGMA were analyzed by bootstrap with WinBoot program. The results showed that OPC-09, SCIO-19, OPC-07 and OPW-19 primers werer able to differentiate normal and abnormal genotype in the same clone for all of clones have been tested. While others primers were able to dfferentiate between normal and abnormal genotypes only in several clones. The genetic similarities of 16 genotypes 0,47-0,96. Genetic similarities between normal genotype is higher than the genetic similarities among abnormal or normal with abnormal. MKI76 clone more stable in culture compare with others clones. UPGMA showed that generally the genotype normal and abnormal within the same clone belong to the same group. All of the primers have been tested can not be able to give a specific DNA band as an abnormalities character."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2006
SAIN-11-3-2006-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>