Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147444 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspa Yunita
"Keterbatasan lahan kosong di DKI Jakarta mendorong pemerintah membangun Rumah Susun Sederhana (RUSUNA) bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan rendah. Beragamnya penghuni RUSUNA berpengaruh terhadap banyaknya kegiatan penghuni yang berpotensi menimbulkan kebakaran. Penghuni lebih banyak menggunakan waktunya di RUSUNA untuk beristirahat atau tidur sehingga dapat mempengaruhi upaya penyelamatan penghuni. Koridor merupakan bagian RUSUNA yang pertama kali diakses penghuni, haruslah bebas hambatan dan didukung sistem proteksi untuk mengakomodasi penyelamatan penghuni saat terjadi kebakaran.
Dalam skripsi ini, mengambil studi kasus RUSUNA Bendungan Hilir 2 dan RUSUNA Berlian untuk melihat dan menganalisis serta mengevaluasi kefektifan koridor sebagai sarana jalan keluar atau sarana evakuasi. Kedua RUSUNA memiliki tipe koridor berbeda yaitu double loaded pada RUSUNA Bendungan Hilir 2 dan single loaded untuk RUSUNA Berlian. Penggunaan koridor oleh penghuni sebagai tempat berinteraksi sosial berpengaruh terhadap kefektifitasan koridor sebagai sarana jalan keluar yang diharuskan bebas hambatan. Sistem proteksi yang harusnya mendukung koridor sebagai sarana jalan keluar, tidak dapat mengakomodasi upaya penyelamatan penghuni saat terjadi kebakaran.
Di akhir penulisan, didapatkan koridor dan sistem proteksi kedua RUSUNA dapat dikatakan tidak efektif untuk digunakan sebagai sarana jalan keluar penghuni dalam melakukan evakuasi saat terjadi bahaya kebakaran. Walupun begitu, RUSUNA Berlian memiliki koridor dan sistem proteksi kebakaran yang lebih baik dan efektif dibandingkan RUSUNA Bendungan Hilir 2.

The limitations of vacant land in Jakarta are prompting the government to build simple flats (RUSUNA) for the lower middle and low income society. The diversity of RUSUNA occupants affects their activities that could potentially cause a fire. Occupants use more of their time in RUSUNA to rest or sleep, this can affect the efforts to rescue them. Corridor is the first part of RUSUNA that will be accessed by occupants, it should be barrier-free and supported by protection systems to accommodate the occupants during a fire rescue.
In this thesis, taking case studies on RUSUNA Bendungan Hilir 2 and RUSUNA Berlian to view, analyze and evaluate the effectiveness of corridors as a evacuation facility or means of escape. Both RUSUNA have different types of double-loaded corridor on RUSUNA Bendungan Hilir 2 and single loaded on RUSUNA Berlian. The use of corridors by residents as a place of social interaction influence the effectiveness of corridors as a means of escape is required to be barrier-free. Protection system which should support the corridor as a means of escape cannot accommodate the rescue of occupants during a fire.
At the end of writing, found both corridor and RUSUNA protection system can be said to be ineffective as a means of escape to evacuate the occupants in the event of a fire hazard. Even though way, RUSUNA Berlian has more effective corridor and fire protection system than RUSUNA Bendungan Hilir 2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1054
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Nurlaela Kustiawati
"Ruang publik mencerminkan identitas suatu masyarakat. Masyarakat Indonesia menganut demokrasi sehingga seharusnya nilai-nilai demokrasi tercermin dalam ruang publiknya. Ruang publik yang demokratis mencerminkan identitas masyarakat karena fisiknya mampu berperan dalam mengupayakan pengembangan sikap demokratis. Masyarakat mengalami pembangunan karakter dengan adanya interaksi sosial di ruang publik sehingga dimensi fisik ruang publik sangatlah penting dalam menanamkan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip¬prinsip demokrasi yaitu persamaan, kebebasan, dan pluralisme (Abdillah, 1999; dalam Rosyada, dkk, 2005). Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seperti apakah wujud fisik ruang publik demokratis yang bisa berperan mengupayakan pengembangan sikap demokratis.
Skripsi ini mengambil studi kasusnya di ruang publik RUSUNA Harum Tebet Barat dan ruang publik RUSUNA Bidaracina dengan kelas sosial ekonomi yang berbeda. Dengan perbedaan kelas sosial ekonomi masyarakat tersebut, maka bisa diketahui juga kaitan antara wujud fisik ruang publik yang demokratis dengan kelas sosial ekonomi masyarakat. Lingkungan rumah tinggal memiliki potensi menumbuhkan nilai-nilai demokrasi secara alami dalam kesehariannya.
Berdasarkan hasil tinjauan teori dan analisis studi kasus, wujud fisik ruang publik yang demokratis difokuskan pada dimensi keterbukaan dan dimensi kepemilikan. Dimensi keterbukaan menekankan pada aksesibilitas yang tinggi sedangkan dimensi kepemilikan menekankan pada batas teritorial fisiknya. Setelah dianalisis, penulis menemukan ruang pada perpotongan jalan memiliki potensi besar dalam penciptaan ruang publik yang demokratis sebagai upaya pengembangan sikap demokratis.

Public space is reflecting the community identity. Indonesian community is embracing democracy so that democracy values should be reflected into public space. Democratic public space is reflecting community identity because of it's physics have a role to strive democratic attitude development. Community have been develop their character with social interaction in public space so that physical public space is being important to develop democracy principles. Democracy principles are equation, freedom, and pruralism (Abdillah, 1999; into Rosyada, dkk, 2005). The aim of this writing is to find what kind of the physical public space which have a role as an effort for developing of democratic attitude.
The case studies are RUSUNA Harun Tebet Barat's public space and RUSUNA Bidaracina's public space. Both of them have different level of social conomic so can find the relationship between physical public space and community's social economic level. Housing environment have potency to develop democracy values naturally.
Based on the theory and it's application on case studies, it can be concluded that physical democratic public space focused on two dimension. There are openness and ownership. Openness dimension is emphasizing high accessibility and ownership dimension is emphasizing physical territory. The writer found space in street intersection have big potency to create democratic public space as a democratic attitude development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S821
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Berry Chaerul Basyir
"ABSTRAK
Kebutuhan akan properti hunian di kota Jakarta terus meningkat, terutama bagi MBR Masyarakat Berpenghasilan Rendah . Keberadaan RUSUNA Rumah Susun Sederhana seharusnya dapat menjawab permasalahan itu akan tetapi beberapa RUSUNA yang sudah dibangun pemilihan lokasinya kurang tepat karena memiliki aksebilitas dan sarana transportasi yang tidak terjangkau. Pengembangan Kawasan TOD Transit-Oriented Development di kota Jakarta seharusnya dapat menjawab permasalahan tersebut. Keberadaan hunian MBR berupa RUSUNA pada Kawasan transit seharusnya menjadi perhatian karena mereka lebih membutuhkan hunian serta transportasi umum. Keberadaan mereka akan memaksimalkan penggunaan angkutan masal dan menjauhkan kawasan transit dari eklusifitas, serta keberlanjutan dari Kawasan TOD tetap terjaga. Permasalahan dari pembangunan RUSUNA TOD terletak pada mahalnya harga tanah dan biaya kosntruksi serta belum adanya peraturan atau regulasi terkait, Sehingga pengembang atau pengelola TOD enggan untuk mengembangkannya. Dari permasalahan tersebut muncullah pertanyaan penelitian Apakah keberadaan RUSUNA pada TOD diperlukan, mengingat kondisi pasar berpenghasilan rendah dan pengguna kawasan TOD mendukung adanya pengembangan RUSUNA pada kawasan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode campuran, dimana metode kuantitatif dengan menyebar kuesioner kepada pekerja di Kawasan Lebak Bulus dan pengguna angkutan masal KRL dan Bus Transjakarta, dan metode kualitatif melalui wawancara responden, para ahli dan stakeholder terkait.

ABSTRACT
The need for residential property in Jakarta continues to increase, especially for MBR Low Income Society . The existence of RUSUNA Public Vertical Housing should be able to answer the problem but some RUSUNA already built the location election is inappropriate because it has accessibility and transportation facilities that are not reachable. The development of TOD Transit Oriented Development area in Jakarta should be able to answer the problem. The existence of MBR occupancy in the form of RUSUNA in transit area should be a concern because they need more occupancy and public transportation. Their existence will maximize the use of mass transport and keep the transit area from exclusivity, and the sustainability of the TOD Area is maintained. The problem of RUSUNA TOD development lies in the high price of land and the cost of construction and the absence of regulation or related regulation, so the developer or manager of TOD is reluctant to develop it. From these problems came the question of research Whether the existence of RUSUNA in TOD is necessary, given the low income market conditions and users of the TOD region in support of the development of RUSUNA in the region. This study uses a mixed method, where quantitative methods by spreading questionnaires to workers in Lebak Bulus area and mass transit users KRL and Bus Transjakarta, and qualitative methods through interview respondents, experts, and relevant stakeholders."
2018
T50679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Rosa Indah
"Salah satu permasalahan transportasi DKI Jakarta adalah meningkatnya mobilitas dan perjalanan harian penduduk terutama pengguna kendaraan pribadi yang mengakibatkan tingginya tingkat kemacetan lalu lintas di jalan. Dibuatlah jalur khusus bus atau busway sebagai solusi dari masalah tersebut. Namun dari pemantauan di lapangan sepertinya jalur busway yang dibangun hanya menambah masalah kemacetan yang terjadi di beberapa ruas jalan. Hal ini menandakan adanya dampak dan pengaruh langsung dari pembangunan jalur busway terhadap kinerja jalan.
Analisis yang dilakukan adalah membandingkan kinerja jalan dengan dua kondisi yaitu Before and After dan With or Without Implementasi jalur khusus bus. Perbandingan ini didasarkan data sekunder dan hasil survey aktual tahun 2007. Data sekunder digunakan untuk analisa kondisi sebelum adanya jalur khusus bus dan untuk prediksi volume tahun 2007. Data hasil prediksi digunakan untuk analisa kondisi (if conditional) jika jalan tanpa jalur khusus bus di tahun 2007.
Metode penelitian yang digunakan adalah survey lalu lintas 12 jam. Pengolahan data dilakukan dengan metode MKJI baik manual maupun dengan software KAJI 1997, serta uji hipotesa dengan metode Chi-Kuadrat.
Dari pengolahan data didapatkan hasil yang bervariasi untuk 2 lokasi studi. Untuk Jl. Wr. Jati Barat (koridor VI) didapatkan kenaikan tingkat pelayanan jalan dari LOS (Level Of Service) F ke LOS E dengan penurunan kapasitas aktual sebesar 52 % dan 46 % untuk arah Selatan - Utara (S-U) dan Utara - Selatan (U-S). Sementara Jl. Raya Bogor (Koridor VII) mengalami penurunan tingkat pelayanan jalan dari LOS D ke LOS E dengan penurunan kapasitas aktual sebesar 22% untuk kedua arah. Selain itu, dari fluktuasi volume lalu lintas didapatkan kondisi yang bervariasi untuk distribusi waktu puncak kedua ruas lokasi studi. Untuk Jl. Raya Bogor arah S-U, cenderung tidak terjadi perubahan yang signifikan. Sementara untuk arah U-S terjadi pergeseran waktu puncak. Untuk Jl. Wr. Jati Barat mengalami perubahan distribusi waktu puncak, dimana untuk arah S-U, terjadi pergeseran waktu mulai jam puncak dan pengurangan durasi waktu puncak. Dan untuk arah U-S, terjadi penambahan durasi waktu puncak pagi yang lebih lama dibandingkan durasi normal jam puncak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35275
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahlan Zakiyyan
"Perpindahan pengguna dari pemberhentian menuju tujuan menciptakan ruang transit dalam suatu kawasan. Dengan intensitas berlalu lalang yang tinggi, ruang transit seperti ini tidak hanya digunakan sebagai jalur sirkulasi, melainkan memiliki fungsi lain, seperti tempat kegiatan ekonomi oleh masyarakat sekitar. Ruang transit yang berdekatan kegiatan masyarakat di sekitar, sehingga penciptaan koridor transit dapat mewadahi atau menampung dampak yang muncul dari berbagai bentuk kegiatan yang terjadi di sekitar kawasan. Skripsi ini membahas fenomena yang terjadi dalam koridor transit. Penggunaan koridor transit sebagai sarana bersosialisasi akan diulas serta melihat kaitan antar keduanya.

The user transit from stop point to their destination creates transition space in one particular area. According to high intensity of people’s traffic, the function of transition space is not just for people’s traffic but has another function as economic activity places for people in surrounding. Transition space which is located near to surrounding creates transit corridor to facilitate or accommodate the effects that arise from various forms of activities ongoing around the area. This thesis discusses the phenomena in the transit corridor. The use of transit corridors as a socializing meaning will be reviewed as well as the linkage between those two topics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Salim Yunior
"Aspek suhu kenyamanan sesunggunnya telah semakin menjadi perhatian dalam kehidupan manusia, oieh karena suhu kenyamanan tersebut punya pengaruh yang besar pada kesehatan manusia sehari-hari. Suhu kenyamanan manusia di daerah tropis tidaklah sama dengan suhu kenyamanan pada daerah beriklim kering dan intermediate. Yang berbeda adalah faktor iklim pada beberapa daerah tidaklah sama.
Pencahayaan matahari menjadi faktor penentu suhu kenyamanan pada daerah iklim tropis. Intensitas pencahayaan matahari tidaklah sama untuk tiap iklim, begitu pula halnya dengan iklim tropis. Untuk mendapatkan acuan bagi perencanaan Iingkungan tempat tinggal manusia di iklim tropis teori mengenai arsitektur tropis dapat dijadikan sumber.
Skripsi ini akan membahas mengenai pencahayaan matahari pada iklim tropis lembab (Warm Humid Climate), di mana suhu kenyamanan yang akan dibahas juga mengenai suhu kenyamanan daerah tropis. Begitu pula dengan wujud kota tropis dapat dijadikan patokan untuk menciptakan suatu Kota yang warganya dapat menjalankan kehidupan sehari-hari secara nyaman."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moehamad Adi Rochmat
"Jalur khusus busway merupakan salah satu solusi yang ditawarkan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta untuk mengatasi permasalahan transportasi yang semakin pelik. Pengembangan koridor busway membutuhkan analisis dan pertimbangan dari berbagai sisi di antaranya menentukan headway dan jumlah armada yang harus disediakan. Tahap Pertama yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah menghitung rata-rata jumlah penumpang pada jam sibuk, dengan menggunakan simulasi ProModel. Lamanya headway dan jumlah bus yang diperoleh dari hasil simulasi akan menjadi hasil akhir dari penelitian ini.

Busway corridor has been one of the solutions proposed by Governor of DKI Jakarta to overcome the traffic congestion in Jakarta. The development of busway corridor needs analysis and consideration from many aspects including headway and number of buses should be placed. First phase of this thesis is counting the average number of customer at rush hours, than build scenario using ProModel simulation. The headway period and number of buses that shoud be placed from the simulation will be resulting this thesis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51829
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kollin A. Akbar
"Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu melakukan kegiatan yang bersifat interaksi, karena manusia merupakan mahluk sosial sehingga memerlukan kehadiran orang lain untuk melakukan kontak sosial dan komunikasi sewaktu menjalani kehidupannya. Ketika berinteraksi manusia akan, memilih suatu tempat untuk melangsungkan kegiatan tersebut. Tempat yang dipilih tentunya telah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan keinginan serta telah memiliki arti khusus pada diri pengguna sehingga menurutnya pantas untuk dijadikan sebagai seiring kegiatan berinteraksi.
Penghuni Rumah Susun Kebon Kacang ternyata lebih memilih koridor sebagai tempat mereka melakukan kegiatan berinteraksi. Di sana beragam bentuk kegiatan berinteraksi telah dilakukan oleh mereka. Terjadinya penambahan fungsi pada koridor rumah susun ini tentunya telah menandakan bahwa koridor disana memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai seiring kegiatan berinteraksi. Untuk itu skripsi ini akan membahas mengenai potensi sebuah koridor sebagai seiring kegiatan berinteraksi, baik dilihat dari faktor setring fisik, pemilihan seiring oleh pengguna maupun perilaku penghuni didalam seiring tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Leo Amstrong
"Dapat dimengerti bahwa terdapat keinginan untuk mengatur kinerja jalan pada suatu nilai tertentu, agar tercipta pola lalu lintas yang baik dengan melakukan pembatasan trip pada ruas jalan, sebagai pemecahan problema kemacetan yang umum berlangsung di kota besar. Pemikiran tersebut memerlukan telaahan mendalam karena terdapat trade off antara pembatasan kinerja jalan pada satu sisi dengan pengaruhnya terhadap kinerja ruas jalan yang lain maupun trip yang melalui ruas jalan tersebut.
Melalui studi kasus koridor Blok M - Kota, yang merupakan kawasan macet di DKI Jakarta, dilakukan simulasi dengan model penjadualan yang dikembangkan dalam penelitian ini, guna memecahkan masalah hubungan antara pengaturan kinerja suatu ruas jalan terhadap trip dan kinerja ruas jalan yang lain.
Dari simulasi, dengan ditingkatkannya batasan VC ratio pada koridor Blok M-Kota, akan menyebabkan turunnya trip, peningkatan travel time serta perbaikan VC ratio pada ruas-ruas jalan di koridor tersebut. Hal tersebut juga terjadi pada ruas-ruas yang memotong koridor yang bersangkutan. Dari hubungan ini dapat dinyatakan bahwa ruas eksternal yang memotong koridor merupakan feeder bagi ruas koridor dengan tujuan utama adalah aktifitas pada kawasan Blok M - Kota.
Hal yang berbeda terjadi pada ruas jalan yang paralel dengan koridor, dimana dengan pembatasan yang dilakukan pada koridor Blok M - Kota, akan meningkatkan trip, pengurangan tavel time dan meningkatkan VC ratio pada ruas-ruas jalan tersebut. Hal ini menyatakan bahwa dengan pembatasan koridor utama membuat jalan tersebut menjadi kurang menarik dan menyebabkan perpindahan sebagian rute pelaku perjalanan walupun dalam tingkat yang lebih kecil dari koridor Blok M - Kota.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa hasil simulasi menunjukkan terdapatnya kecenderungan yang sama antara ruas jalan pada koridor dengan ruas yang memotongnya, serta cenderung terbalik terhadap ruas jalan yang paralel dengan koridor yang diatur. Tampak pula semakin besar batasan yang diberikan akan semakin besar pula nilai perbedaan yang timbul. Secara implisit hal ini menyatakan bahwa pengaturan pada suatu koridor jalan tertentu harus dilakukan terpadu dengan ruas jalan yang paralel dengan ruas tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triandriani Mustikawati
"Signage dalam bentuk papan nama toko dan reklame, merupakan elemen visual yang dominan pada suatu koridor pertokoan dan memiliki peran yang penting dalam menentukan penampilan keseluruhan koridor pertokoan sebagai bagian dari kawasan kota. Sering tidak disadarinya hal ini menyebabkan keberadaan signage kurang mendapat perhatian dari segi penataan kota, padahal penataan signage dapat memberikan nilai tambah bagi penampilan kota. Karena itu perlu diketahui apa raja aspek-aspek penataan signage pads koridor pertokoan, dilihat dari segi penataan kota. Skripsi ini membahas mengenai aspek-aspek penataan signage dari segi kota, melalui tinjauan pustaka. Kemudian dilakukan tinjauan kasus di koridor pertokoan Pasar Baru untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek-aspek tersebut. Kesimpulan dari skripsi ini menyatakan bahwa dari pendekatan penataan kota, aspek-aspek yang menjadi pertimbangan dalam penataan signage pada sebuah koridor pertokoan adalah visibilitas (terlihat), legibilitas (terbaca) dan aspek visual / estetika. Di camping itu, hasil tinjauan kasus menunjukkan bahwa dalam penerapannya, selain ketiga aspek ini, kondisi fisik koridor pertokoan di mana signage tersebut berada juga ikut mempengaruhi pertimbangan penataan signage di koridor pertokoan tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>