Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69415 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azalia Maritza
"Fenomena nongkrong pada convenience store adalah sebuah gambaran ketika ruang komersial bertemu dengan budaya nongkrong yang diminati oleh anak muda. Convenience store merupakan ruang komersial yang tertuju pada jenis transaksi jual beli yang berlangsung dengan cepat. Namun, penyediaan area duduk pada convenience store memberikan peluang terjadinya kegiatan nongkrong yang semakin dominan sehingga orang tidak lagi datang untuk bertransaksi dengan cepat. Pada dasarnya, ruang komersial tidak tertuju sebagai ruang publik karena pada ruang komersial diberlakukan syarat yang menjadikan ruang tersebut lebih privat. Pada kasus di atas ruang komersial dan ruang publik tidak lagi dapat dilihat secara terpisah.
Kegiatan nongkrong yang terjadi pada ruang komersial menyebabkan keduanya memiliki suatu irisan. Kegiatan nongkrong pada ruang komersial merupakan sebuah bentuk pemaknaan yang menjadikan ruang tersebut sebagai tempat atau placemaking. Placemaking pada ruang komersial tidak hanya menjadikannya sebatas ruang yang lebih publik, namun menjadikannya sebagai destinasi nongkrong itu sendiri. Dengan adanya kegiatan nongkrong pada ruang komersial, maka akan diperoleh kemungkinan ruang komersial dengan derajat kepublikan yang lebih tinggi.

The hang out phenomenon that occurs in convenience stores is a description of how commercial space meet the so-called ?hang-out? culture, which interested the young generation. A convenience store itself is a commercial space that fixed to sales transaction that moves quickly. However, the provision of seating areas in convenience stores provides for increasingly dominant hangout activities so that people no longer come to transact quickly. Basically, commercial space is not fixed as a public space because the requirements imposed on commercial space makes the space more private. On that case, the commercial space and public space can no longer be viewed separately.
The hangout activities that occur in commercial space yield an intersection between the two spaces, the commercial space and public space. The hangout activities in commercial space is a form of meaning that makes the space as a place or placemaking. Placemaking in the commercial space not only will make the space more public, but also will make it as a destination for the hangout activities itself. Therefore, the occurrence of hangout activities in commercial space will obtain itself the possibility to become a commercial place with higher degree of publicness.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S760
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manita Piyaputri Hartono
"Skripsi ini mencoba memahami hubungan antara peran swasta pada ruang publik dan derajat kepublikan ruang publik dengan mengevaluasi derajat kepublikan dari tiga jenis ruang publik yang berbeda. Adanya keterlibatan pihak swasta pada ruang publik menyebabkan munculnya ruang ‘publik’ yang tidak sepenuhnya publik. Fungsi ruang publik sebagai ruang demokrasi, tempat untuk seluruh masyarakatnya tanpa terkecuali dapat mengakses dan bersuara, dan merepresentasikan diri, perlahan menghilang dan menandakan tidak adanya inklusivitas dan hak yang setara. Melalui studi literatur, ditemukan bahwa derajat kepublikan suatu ruang dipengaruhi oleh enam dimensi. Keenam dimensi tersebut dikembangkan menjadi suatu indikator untuk mengevaluasi derajat kepublikan ruang publik. Menggunakan indikator tersebut, studi kasus dilakukan dengan mengevaluasi empat ruang yang digolongkan sebagai ruang publik di Jakarta. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa ruang publik dengan keterlibatan pihak swasta memiliki derajat kepublikan yang lebih rendah. Namun, faktor utama penentu derajat kepublikan suatu ruang publik terletak pada pengelolanya, bukan pemiliknya. Ada harga yang harus dibayar oleh masyarakat ketika pemerintah mendorong pihak swasta untuk ikut terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan ruang publik. Masyarakat tidak lagi memiliki ruang yang bebas untuk mengekspresikan diri, opini, tujuan, dan kepentingannya.
This thesis tries to understand the relationship between the role of private sector involvement in public space management and the degree of publicness of these spaces by evaluating the degree of publicness of three different types of public spaces. Involvement of private sectors in the development and management of public spaces has led to the emergence of ‘public’ spaces that are not entirely public. This has led to the slow fading of the space’s function as a democratic space, a place where all members of the public are able to access, express and represent themselves, indicating the nonexistence of inclusivity and equal rights. Through literature studies, it was found that a space’s degree of publicness is determined by six dimensions. These dimensions were developed into a comprehensive indicator used to evaluate the degree of publicness of public spaces. Using this indicator, a case study was carried out by evaluating four spaces in Jakarta that are claimed to be public spaces. The results show that public spaces with private sectors involvement have lower degrees of publicness than those that are not. However, the main deciding factor lies on the space’s manager, not the owner. There is a price that the public has to pay when the government encourages private sectors to involve themselves in the development and management of public spaces. That is that the people no longer have a space to express themselves, their opinions, goals and interests."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Ayu Sattvika
"Penelitian ini membahas tentang pengenaan Pajak Restoran oleh Pemerintah DKI Jakarta pada usaha convenience store. Penelitian ini bertujuan menganalisis kesesuaian perlakuan Pajak Restoran pada usaha convenience store jika ditinjau dari teori Pajak Restoran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya inovasi pada bentuk usaha convenience store yang ada di DKI Jakarta menimbulkan kesan bahwa kegiatan penjualan makanan dan/atau minuman yang dilakukan pada usaha convenience store memiliki kesesuaian sebagai objek Pajak Restoran. Namun demikian, menilik dari karakteristik dasar usaha convenience store, penjualan makanan dan/atau minuman tersebut seharusnya menjadi objek Pertambahan Nilai.

This study discusses the imposition of Restaurant Tax by the Government of DKI Jakarta on convenience store. The purpose of this study is to analyse the feasibility of the imposition of Restaurant Tax on convenience store, based on theory of Restaurant Tax. This research used quantitative approach with qualitative-descriptive data analysis.
The result of this research concludes that the inovation on convenience store in DKI Jakarta rises impression as though the selling activity of food and beverages in convenience store is feasible as an object to Restaurant Tax. However, judging by the base characteristics of convenience store, the said selling activity of food and beverages should be the object to Value Added Tax.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusyono Suryo
"Perkembangan dan penyebaran Convenience Store di Indonesia akhir-akhir ini, dapat dikatakan sangat pesat. Keadaan ini menuntut para pemilik dari Convenience Store tersebut untuk bersaing dalam hal penyediaan fasilitas, dan penciptaan suasana semenarik mungkin dengan tujuan memikat pengunjung dan pembeli agar lebih memilih untuk datang ke Convenience Store miliknya. Atmosphere (suasana atau nuansa) toko yang mampu memberi daya tarik, perasaan nyaman, menyenangkan, ketika berada di dalam toko merupakan salah satu startegi agar konsumen melakukan transaksi pembelian. Skripsi ini membahas bagaimana Store Atmosphere pada ruang ritel khususnya Convenience Store beserta hal-hal yang berpengaruh terhadap minat kunjungan konsumen dengan mengaitkan teori Store Atmosphere dan kualitas ruang.

The development and deployment of Convenience Stores in Indonesia nowadays can be said as very rapid. Such circumstance requires the owners of the Convenience Stores to compete in the provision of facilities, and creating the Store Atmosphere as attractive as possible in order to attract visitors and buyers to select and buy at their Convenience Stores. Store Atmosphere (the feel or nuance) which provide attractiveness, comforts, and pleasure while being in the store is one strategy towards the consumers, to make them purchase. This thesis discusses about Store Atmosphere of the Convenience Store retail space, with the factors that affect the consumer traffics interests, by linking the theories of Store Atmosphere and the Spatial Quality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puguh Hariyanto
"ABSTRAK
Convenience store atau ?toko nyaman? telah mewarnai wajah Jakarta. Convenience store menjadi ruang baru bagi pengunjung. Penelitian dilakukan di wilayah Kemanggisan Jakarta Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku dan persepsi kaum urban dalam memanfaatkan convenience store. Apa saja yang menarik bagi mereka sehingga betah berlama-lama di sana.
Melalui metode survei dan wawancara, convenience store menjadi ruang interaksi dengan orang lain, mengerjakan tugas, atau meluangkan waktu semata. Berbagai fasilitas yang ditawarkan seperti makanan dan minuman yang terjangkau, wifi, toilet, tempat bersih, terang, dan lapang memang memungkinkan kaum urban betah berlama-lama di sana. Bahkan convenience store menjadi tempat untuk mengisi waktu kosong di tengah kepenatan kehidupan Jakarta

ABSTRACT
Convenience store have been coloring Jakarta city faces. Now, convenience store become a new space for visitors. This research done in Kemanggisan area, West Jakarta. This research aims to know the behavior and perception of urban house in utilizing the convenience store. Any appeal to them so that linger there.
Through some survey and interviews, convenience store become a space of interaction with other people, do some chores, or just spend some time alone. A variety facility offered such affordable food and drinks, wifi, toilets, clean and bright place make house of urban taste linger in there. Even, convenience store become a place to fill empty time in the midst of fatigue life in Jakarta."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diany Fitria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspektasi pelanggan terhadap 7-Eleven berdasarkan pengalaman pelanggan terdahulu ketika mengunjungi 7-Eleven, alasan utama pelanggan berbelanja di 7-Eleven, produk dan jasa yang penting menurut pelanggan 7-Eleven dan perbedaan jenis kelamin dan variabel demografi lainnya terhadap atribut-atribut tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksploratori (menggunakan teknik in depth interview dan kuesioner terbuka) dan metode penelitan deskriptif.
Penelitian ini dilakukan terhadap 130 responden yang merupakan bagian dari populasi pengunjung 7-Eleven melalui teknik non-probability sampling melalui convenience sampling.
Hasil penelitiannya adalah ekspektasi pelanggan terhadap 7-Eleven adalah penambahan variasi produk, memperbanyak meja-kursi dan memperbesar lahan parkir; alasan utama mereka mengunjungi 7-Eleven adalah untuk bersosialisasi, mengisi waktu luang dan menghilangkan kejenuhan; atribut convenience store yang paling penting menurut pelanggan adalah search convenience; fasilitas kamar mandi/toilet merupakan atribut jasa yang paling penting dan roti adalah atribut produk yang terpenting.

This thesis research is designed to know the consumers? expectations from 7-Eleven based on their prior experiences, the main reasons to shop at 7-Eleven, the most important products and services offered by 7-Eleven, and gender differences toward those attributes. This thesis research is using exploratory method and descriptive method.
The first method is used by conducting in-depth interviews and open ended questionnaires in order to know consumers? expectations toward 7-Eleven as a convenience store and the main reasons of shopping at 7-Eleven. In addition, descriptive method is used to gather the most important convenience store attributes from the consumers? perspectives.
This research is conducted to 130 respondents who are the populations of 7-Eleven visitors chosen by non probability sampling method through the convenience sampling.
The results of this thesis research are the additional of product assortments, socialization, and enlargement of their parking space. According to the consumers, the most important attribute of a convenience store is search convenience; rest room facility is the most important service attribute and bread is the most important product attribute.<.i>
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30422
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Pahlevi
"Penulisan serta Penelitian ini membahas tentang Convenience Store sebagai Wadah Tempat Kumpul di Jakarta dalam hal ini Studi Kasusnya 7-Eleven Tebet Saharjo. Kegiatan nongkrong pada 7-Eleven Tebet Saharjo menandakan terjadinya pergeseran ruang, pada ruang komersial convenience store. Pergeseran tersebut menjadikan convenience store sebagai ruang komersial yang lebih publik. Dengan adanya kegiatan nongkrong, tingkat kepublikan pada ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo menjadi lebih tinggi. Kegiatan nongkrong merupakan proses pemaknaan yang dilakukan oleh pengunjung terhadap ruang komersial convenience store 7-Eleven Tebet Saharjo.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dilihat adanya proses pemaknaan yang dilakukan oleh pengunjung, hal tersebut dapat dibukikan dengan menjadikan ruang komersial 7-EIeven Tebet Saharjo sebagai destinasi nongkrong bagi pengunjungnya. Peran destinasi turut memberikan dampak terhadap 7-Eleven Tebet Saharjo sebagai ruang komersial yang selalu ramai oleh pengunjung yang menghabiskan waktunya pada ruang duduk yang disediakan. Penetrasi yang lebih tinggi juga merupakan salah satu efek yang terlihat karena 7-Eleven Tebet Saharjo telah menjadi sebuah destinasi bagi pengunjungnya.

This research is about Convenience Store as The Trending Meetup Venue in Jakarta. The study case take place in 7-Eleven Tebet Saharjo. Hang out activity that occur in 7-Eleven Tebet Saharjo indicate the space shift in commercial space of convenience store. That shift makes convenience store to be the commercial space which more public. With the hang out activity, the public level of commercial space in 7-Eleven Tebet Saharjo become higher. Hang out activity is the meaning process which is done by customers toward the commercial space of convenience store 7-Eleven Tebet Saharjo.
Based on the research result, we can see that there is a meaning process which is done by customers. It can be proved by making the commercial space in 7-Eleven Tebet Saharjo as hang out destination for customers. The destination role also give an impact to 7-Eleven Tebet Saharjo as commercial space which always crowded by customers. Higher penetration is also one of the effect, because 7-Eleven Tebet Saharjo has become a destination for its customers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Bayu Edigani Putra
"Kenyamanan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman kini semakin menjadi kebutuhan dan populer di perkotaan. Hal tersebut terjadi karena pada umumnya disebabkan oleh kondisi masyarakat perkotaan yang merasa waktunya untuk makan semakin berkurang sehingga dalam hal makanan ataupun minuman membutuhkan variasi, cepat disajikan, dan kenyamanan tempat. Kondisi ini membuat toko-toko seperti 7-Eleven dan Lawson semakin berkembang di Jabodetabek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana customer perceived value dari 7-Eleven dan Lawson yang keduanya berlokasi di Bintaro sektor 5, Tangerang Selatandan bagaimana perbedaan antara keduanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan 100 orang responden yang pernah mengunjungi dan juga bertransaksi di 7-Eleven dan Lawson Bintaro sektor 5. Penelitian ini menggunakan dimensi nilai harga, nilai kualitas produk, nilai kualitas layanan, nilai emosional, dan nilai sosial dalam melakukan pengukuran terhadap customer perceived value pada convenience store. Hasil penelitian menunjukan customer perceived value 7-Eleven lebih tinggi dibandingkan dengan Lawson.

Convenience store as a trend has entered into the realm of lifestyle that becomes a phenomenon which occurred in the urban consumer. The trend is also moving frequently with the development of the middle class, stronger purchasing power, improved distribution, and rapid information in the modern era. In addition, comfort in consuming is now increasing and became popular in urban areas. It's because in general due to the conditions of urban societies that have a little time to eat, so in terms of food requires variation, quickly served and convenient place. This condition makes convenience stores such as 7- Eleven and Lawson increasingly growing in Jabodetabek. The purpose of this study was to determine how high the customer perceived value of the 7 - Eleven and Lawson that both located at Bintaro sector 5, South Tangerang. This study used a quantitative approach to 100 respondents who had visited and also transacted at 7 - Eleven and Lawson Bintaro sector 5. This study used the dimensions of pricing value, product quality value, service quality value, emotional value and social value in measuring the customer perceived value on convenience stores. The results showed the customer perceived value in 7 - Eleven is higher than Lawson
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S53714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oey Mayasari
"Tesis ini membahas bagaimana perilaku pengambilan keputusan konsumen remaja terhadap pemilihan convenience store dan hal-hal apa saja yang turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan tren convenience store selama dua tahun terakhir ini di kota Jakarta khususnya. Adapun convenience store yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa store yang sesuai dengan kriteria convenience store menurut Kotler. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mengambil keputusan, konsumen remaja tidak dapat dipisahkan dari pengaruh teman sebaya dan juga kebutuhan mendesak untuk bisa mengatasi tekanan dan stress dalam fase remaja. Konsumen remaja dalam penelitian ini cenderung melakukan keputusan pembelian maupun pemilihan berdasarkan informasi pribadi, rekomendasi, atau pengalaman dari teman sebaya dalam komunitasnya melalui komunikasi kelompok berupa komunikasi informal (word of mouth). Oleh karena itu strategi pemasaran berbasis komunitas pada konsumen remaja sangat tepat dan efektif untuk pemasaran terhadap convenience store.

This research is exploring about the decision making behavior of adolescent consumer in choosing convenience store as their place to spend time and also spend money. This research used a qualitative research method which found that decision making behavior in adolescent consumer is influenced by some factors, especially peer group?s opinion and conformity. The background of the this research is based on the last two years? trend in Jakarta where convenience store grew up fast and mostly visited by adolescent consumers. Besides, convenience store has its speciality to give convenient experiences for the consumers.
This research also found that teens or adolescent consumers tend to experience stressful moment and also school preassure, the homeworks and exams are the stress source. The informants here rend to make up their mind and make a decision according to their personal effort to find information and to seek informations from others, friends, and also internet. The marketing strategy, word of mouth can be concluded as the most powerful strategy for now, for the adolescent consumer who rely on their peer group?s perception and vision due to choosing some activity, products, and brand. Consequently, a marketing strategy based on community and group would be the most effective strategy to grow some business, just like the success of convenience store expand in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30641
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Nugroho Wicaksono
"[Penggunaan teknologi informasi inovatif baru pada sektor retail telah banyak diterapkan. Salah satunya adalah kiosk elektronik yang digunakan pada minimarket di Indonesia. Akan tetapi karena layanan dengan menggunakan mesin ini masih tergolong baru, banyak kesulitan yang dialami pengguna serta rancangan user interface yang belum ramah pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi usability dari user interface mesin kiosk elektronik yang digunakan sehingga dapat diketahui bagaimana rancangan user interface agar pengguna merasa nyaman menggunakan mesin kiosk elektronik tersebut. Pengujian usability dilakukan dengan metode usability testing menggunakan teknik performance measurement, retrospective think aloud (RTA), dan kuesioner System Usability Scale (SUS) serta Questionnaire For User Interaction Satisfaction (QUIS). Setelah mendapatkan letak permasalahan usability langkah selanjutnya adalah mendesain ulang user interface sistem yang memiliki masalah. Sebagai hasilnya adalah rancangan perbaikan user interface sistem kiosk elektronik yang dapat meningkatkan kemudahan penggunaan mesin tersebut., Innovative information technologies have commonly used in retail business. One of them is electronic kiosk that operated in various convenience store in Indonesia. However, this is a newly established kind of retail service and many users find the user interface is too confusing ,thus make this machine difficult to operate. This research is aming to measure the usability of electronic kiosk so the user can use it easily. To measure the usability, we use usability testing method such as performance measurement , retrospective think aloud, System Usability Scale (SUS), and Questionnaire For User Interaction Satisfaction (QUIS). The result of this research is a recommended user interaction design for electronic kiosk that allows the user to use electronic kiosk machine easily.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>