Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afriman Djafri
"Kebisingan merupakan risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja yang kemungkinan timbulnya penyakit terkait kerja (work related diseases) disebabkan oleh suatu faktor yang berasal dari tempat kerja dalam bentuk gangguan kesehatan, penyakit, kecelakaan, cacat, dan kematian. Pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika di tempat kerja, di dalamnya ditetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebesar 85 dBA sebagai intensitas tertinggi dan merupakan nilai yang masih dapat diterima oleh pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan seharihari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Data Tahun 2000 di Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 9 juta pekerja setiap hari terpajan kebisingan sebesar 85 dBA. Ada sekitar 5,2 juta pekerja terpajan kebisingan > 85 dBA pada Manufacturing dan Untilities atau sekitar 35 % dari total pekerja pada industri manufacturing di Amerika. Departemen pekerja Amerika memperkirakan ada 19,3 % pekerja pada manufacturing dan untilities terpajan kebisinganSOH 90 dBA, 34,4 % terpajan kebisingan > 85 dBA dan 53,1 % terpajan kebisingan > 80 dBA.
Berdasarkan hasil pemeriksaan audiometri pada 103 orang pekerja di perusahaan PT. Sanggar Sarana Baja ditemukan adanya penurunan status pendengaran pada frekuensi 4000 Hz sebanyak 52,4 %, terlihat bahwa separuh pekerja dari sampel yang diperiksa pada penelitian ini telah mengalami gangguan fungsi pendengaran tidak normal.
PT. Sanggar Sarana Baja adalah salah satu perusahaan berspesialisasi dalam desain dan manufaktur dari peralatan-peralatan proses, fabrikasi baja umum, dan pemeliharaan dan konstruksi untuk minyak dan gas, petrokimia dan industri pembangkit listrik yang beroperasi sejak tahun 1977. Produk permintaan tinggi lainnya yaitu Vessel Pressure, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. Dalam proses kerjanya perusahaan ini menggunakan mesin yang menimbulkan suara yang cukup keras seperti mesin welding, Mechining, bending, rolling, setting dan alat tersebut dioperasikan oleh pekerja, sehingga para pekerja setiap harinya akan terpapar oleh suara bising tersebut, hal ini bagi pekerja/karyawan PT. Sanggar Sarana Baja dapat berpeluang untuk terganggu oleh suara tersebut Besarnya risiko kesehatan yang disebabkan suara bising pada masyarakat khususnya pada karyawan / pekerja dapat berpeluang terhadap gangguan fungsi pendengaran.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran pada pekerja pabrik di PT. Sanggar Sarana Baja tahun 2010.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan studi yang digunakan Cross Sectional, yaitu melakukan pengamatan dan wawancara pada subyek penelitian dan diikuti pengukuran intensitas kebisingan di lingkungan kerja. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2010 di bagian/unit kerja produksi PT. Sanggar Sarana Baja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, tingkat pajanan kebisingan PT. Sanggar Sarana Baja melebihi nilai ambang batas yang telah di tetapkan, yaitu berkisar antara 82 dB(A) - 89 dB(A) di bagian/unit kerja produksi. Tingkat pajanan kebisingan tertinggi terdapat di unit/bagian kerja/seksi area Vessel II yaitu 89 dB(A) dan tingkat kebisingan terendah yaitu di unit/bagian kerja/seksi area Engineering dan terdapatnya hubungan antara Tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran.
Berdasarkan hasil penelitian, perlunya peranan Pihak perusahaan agar mengembangkan program pengendalian kebisingan yang telah ada dengan penerapan komponen Hearng loss Prevention Program (HLPP) sebagai upaya meminimalisasi pajanan kebisingan yang diterima oleh pekerja sampai ke titik dimana bahaya terhadap pendengaran dapat dikurangi atau dihilangkan. Contoh; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering control, dan administrative control.

Noise is a health risk for workers in the possibility of work-related illness (work related diseases) is caused by a factor derived from the workplace in the form of health problems, illness, accident, disability, and death. The Government has issued Decree No Minister of Labor. Kep-51/MEN/1999 about Threshold Limit Value (TLV) of physical factors in the workplace, in which established Threshold Limit Values (TLV) of 85 dBA noise as the highest intensity and a value that can still be accepted by the workers without causing disease or disorder health in their daily work for a period not exceeding eight hours per day or 40 hours a week.
Data Year 2000 in the United States showed more than 9 million workers daily exposed to noise at 85 dBA. There are about 5.2 million workers exposed to noise> 85 dBA at the Manufacturing and Untilities or approximately 35% of the total workers in manufacturing industry in America. United workers Department estimates there are 19.3% of workers in manufacturing and untilities SOH 90 dBA noise exposure, 34.4% exposed to noise> 85 dBA and 53.1% exposed to noise> 80 dBA.
Based on the results of audiometry in 103 people working in the company of PT. Sarana Baja studio found a decrease in hearing status on the frequency 4000 Hz were 52.4%, showed that half the workers from the sample examined in this study had impaired hearing function is not normal.
PT. Sanggar Sarana Baja is one company specializing in the design and manufacturing of process equipment, general steel fabrication, and maintenance and construction services to oil and gas, petrochemical and power industries operating since 1977. Other high demand products are Pressure Vessel, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. In the process his company uses the machines that create a loud enough voice like welding machines, Mechining, bending, rolling, setting and the equipment operated by workers, so workers will be exposed to everyday noises such, this is for the workers / employees of . Steel Facility workshop can expect to distracted by the voice. The magnitude of health risks caused by noise in the society especially in the employee / worker can expect to auditory dysfunction.
The purpose of this study is to determine the correlation between noise exposure on hearing function of factory workers in PT. Sanggar Sarana Baja 2010. This study was a descriptive study was analytic approach used in study design was cross sectional, that is to make observations and interviews on the subject of research and followed by measuring the intensity of noise in the workplace. When the study was conducted in April-May 2010 in unit of PT Sanggar Sarana Baja.
The results showed that noise exposure level of PT Sanggar Sarana Baja exceeds the threshold value that has been on the set, ranging from 82 dB (A) - 89 dB (A) in the unit of production. Have the highest noise exposure levels in the unit / working part / section II Vessel area that is 89 dB (A) and the lowest noise level that is in the unit / working part / section area of Engineering and the presence of the relationship between the level of noise exposure on hearing function.
Based on this research, the need for companies to develop the role of party noise control programs that already exist with the implementation of component loss Hearng Prevention Program (HLPP) in an effort to minimize the noise exposure received by workers to the point where the danger of hearing loss can be reduced or eliminated. Example; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering controls, and administrative control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T29375
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sundari Kustomo
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Industri besi baja sangat dibutuhkan dalan pembangunan di bidang konstruksi yang sejalan dengan pembangunan nasional. Adapun penggunaan alat-alat dan mesin maupun proses kerjanya dapat menimbulkan bising yang dampaknya terhadap alat pendengaran masih dipertanyakan, oleh karena hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia tentang pengaruh bising di Industri besi baja terhadap alat pendengaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan hubungan antara besarnya tingkat bising yang menajan tenaga kerja dan prevalensi "Noise Induced Hearing Loss" atau penurunan daya pendengaran akibat bising, faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya NIHL dan kebijaksanaan Manajer berkenaan dengan pemajanan bising di lingkungan kerja. Penelitian dilakukan dengan pengamatan lingkungan kerja yaitu survei proses kerja dan pengukuran tingkat tekanan suara dengan menggunakan ?Sound Level Hater", penelitian terhadap 168 tenaga kerja dengan pemeriksaan ambang pendengaran yang menggunakan audiometer nada murni dan kuesioner tentang pengetahuan, sikap, perilaku penggunaan alat pelindung telinga. Metode penelitian adalah "Cross Sectional" dan uji statistik yang digunakan adalah Chi square atau Fisher. Perbandingan dilakukan antara responden yang tingkat pemajanannya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dengan responden yang tingkat pemajanannya belum melebihi NAB.
Hasil dan kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan tingkat tekanan suara di bagian produksi peleburan dan pengerolan besi baja telah melebihi NAB bising yaitu antara 89 - 103 dB. Adapun tenaga kerja yang digunakan sebagai sampel berumur 19 - 47 tahun dengan masa kerja 1 - 18 tahun. Hasil pemeriksaan audiometer nada murni prevalensi NIHL yaitu PTS 31,55%, NIEL TTS 4,76% dan terdapat hubungan bermakna antara NIHL dengan tingkat bising, umur, lama kerja, pendidikan, perilaku serta kelainan klinis kehilangan daya dengan sementara. Adapun perilaku tingkat manajemen serta peraturan dan kebijaksanaan perusahaan nasib kurang dalam memberikan perlindungan tenaga kerja terhadap bahaya bising. Untuk itu disarankan mengadakan program pencegahan dan pemeliharaan pendengaran dengan mengaktifkan wadah P2K3 yang sudah ada di PT B.D.

Scope and Method of study: Noise in workplace, a major cause of hearing loss varies considerably among industries and within a given industry, among the workers in particular job description. To asses the prevalence of Noise Induced Hearing Loss (HIHL) among workers at PT B.O. a steel industry, this cross-sectional study of 168 workers from the steel rolling and steel melting departments was carried out. Risk factors as age, length of employment, company regulations and policy, management awareness and attitude related to Hearing Conservation Program (RCP) were also studied. The study consist of noise survey, interview using questioners, physical examination and standard audiometric testing.
Finding and Conclusions : The noise level at the steel rolling and steel melting departments ranged from 89 to 103 dB, which is higher than the permissible noise level threshold of 85 dB. All subjects ranged in age from 19 to 47 years, with a length of employment ranging from 1 to 18 years. Prevalence of NIHL was 31, 55% for Permanent Threshold Shift (PTS) and 4, 76% for Temporary Threshold Shift (TTS) with a positive association between NTEL and noise level, age, length of employment, education, attitude and clinical symptoms of temporary loss of hearing. Company regulations and policy, also management attitude is still inadequate to protect workers against excessive noise exposure. Improvement of the Hearing Conservation Program through activation of the company's P2K3 organization is suggested.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranthy Miristha
"PT. Bukit Makmur Mandiri Utama merupakan salah satu kontraktor yang bergerak di bidang pertambangan batu bara.Sebagai pemenuhan standar audit sertifikasi OHSAS 18001, PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, melakukan pengukuran akan potensi bahaya fisik yang tercantum dalam standar yang dijadikan acuan. Disebabkan belum dilakukannya pengukuran terhadap bahaya tersebut di Job Site Gunung Bayan Pratama Coal (GBPC), Muara Tae, Kalimantan Timur maka oleh itu saya tertarik dengan topik tersebut sebagai topik penelitian skripsi ini.
Penulis melakukan penelitian di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama bertujuan untuk menganalisis hasil pengukuran gambaran dosis pajanan bahaya bising disertai keluhan pendengaran pada operator alat berat. Metode yang digunakan oleh penulis menggunakan metode pengukuran, studi literature, wawancara (kuesioner) dengan pihak terkait serta melakukan pengamatan langsung di lokasi tempat kerja.
Hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara usia dan penggunaan alat pelindung telinga dengan penurunan persepsi subjektif daya dengar. Dengan banyaknya kekurangan yang terjadi pada penelitian ini sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui keluhan operator sesuai dengan dosis pajanan harian yang diterima. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Lise
"Salah satu physical hazard di dunia industri adalah kehisingan. Dan hingga saat ini kebisingan adalah masalah yang paling sering ditemukan di sebagian besar industri. Kebisingan ditempat kerja akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan dan keselamatan karyawan dan lingkungan, khususnya terhadap penurunan fungsi pendengaran. Karyawan adalah salah satu asset penting bagi perusahaan dan merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan untuk melindungi, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan produktifitas karyawan sesuai dengan kebijakan dan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tingginya angka kejadian penurunan fungsi pendengaran pada karyawan yang terpajan bising memperlihatkan adanya hubungan antara karakteristik lingkungan kerja yang bising dengan dampak tersebut. Namun demikian terjadinya penurunan fungsi pendengaran tidak hanya diakibatkan oleh pajanan bising, melainkan adanya faktor - faktor lain yang ikut berpengaruh terbadap penurunan fungsi pendengaran, seperti faktor usia, masa kerja, riwayat pekerjaan lain, status kesehatan dan hobi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepajanan bising dan penurunan fungsi pendengaran pada karyawan yang terpajan bising di area finishing dan dyeing PT. Coats rejo, Bogor, melalui pendekatan cross-sectional. Analisa penelitian ini menggunakan analisa statistik univariat, bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisa multivariat dengan uji regresi logistik. Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 117 karyawan yang sudah dilakukan pemeriksaan audiometri.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan ada sebanyak 13 karyawan ( 11,1 %) yang mengalami Sensori Neural Hearing Loss, dan seluruh karyawan yang diteliti (117). Setelah dilakukan analisa secara statistik, didapatkan faktor-faktor yang secara dominan mempengaruhi penurunan fungsi pendengaran di kalangan karyawan, yaitu riwayat status kesehatan, usia, dan masa kerja. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan saran dan masukan kepada manajemen PT.Coats Rejo Bogor untuk menerapkan Program Konservasi Pendengaran secara terpadu dengan melibatkan manajemen dan karyawan, sehingga bahaya bising yang ada di lingkungan kerja dapat dikendalikan agar tidak memberi dampak yang negatifbagi kesehatan karyawan, khususnya terbadap penurunan fungsi pendengaran.

Noise is a physical hazard that exist in any industrial activities. Noise in the workplaces has a negative effects to the health and safety of employees in their daily occupations, especially hearing loss. Employees are one of the most company assets . therefore, the company should protect their employees from exposure to noise and promote employees health in accordance with the standard and company policy. Increasing of the hearing loss cases in the workplace, showed that work environment characterized by the relationship with the risks of noise exposures. Eventhough the hearing loss can be caused by noise exposures, it can also be influenced by other factors such as ages, length of work, history of work with noisy environment, history of health and hobbies.
The purpose of this research is to better understand the factors associated with the noise exposure and hearing loss to the employees at finishing and dyeing areas of PT.Coats Rejo Bogor. This research has been conducted with a cross-sectional approach, and life event scale technique that carried out through questionnaires that are distributed to the respondens. The sample of this research are covering all workers who have been examinated by the audiometric test. There were 117 respondens, and the research statistics analyze data using the techniques of univariate and bivariate through the Chi-Square test, together with the multivariate through the logistic regression test.
The results of this research showed 11,1% of respondens have experienced sensori-neural hearing loss. History of health, age, and length of work are stastistically significant value and dominating influence on the sensori-neural hearing loss related noise exposures in the workplace. This research can hopefully lead to recommendations that will help the company in developing management of hearing conservation programs in the workplace in order to reduce hearing loss.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T 12886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mandu Chairani
"Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian:
PT. X adalah cabang dari perusahaan multinasional yang memproduksi sepatu basket, sepatu bola, sepatu multifungsi dan sepatu anak-anak. Pemakaian mesin alat kerja dan mekanisme dalam industri dapat menimbulkan kebisingan di tempat kerja. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui intensitas bising lingkungan tempat kerja, prevalensi dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan gangguan pendengaran akibat bising.
Metoda penelitian berupa studi cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 180 tenaga kerja yang terpajan bising lebih dari 85 dB. Mereka telah bekerja kurang lebih 5 tahun dan berumur antara 21 - 40 tahun. Data penelitian didapat dari medical check up, kuesioner, wawancara dan observasi ke tempat kerja.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan:
Intensitas bising lingkungan tempat kerja di atas 85 dB ditemukan di bagian sewing, assembling, outsole, power house, rubber, phylon, EVA, mesin penghancur, PU, 1P dan CPED. Kasus gangguan pendengaran akibat bising pada tenaga keija yang terpajan bising di atas 85 dB sebesar 11,7%. Faktor-faktor seperti umur, masa keija, pengetahuan, sikap, perilaku dan jenis ruangan tidak berhubungan dengan gangguan pendengaran akibat bising (p > 0,05). Sedangkan faktor-faktor seperti intensitas bising (p = 0,016) dan tempat tinggal (p = 0,039) berhubungan dengan gangguan pendengaran akibat bising.
Secara statistik terbukti odd ratio intensitas bising sebesar 4,654, artinya risiko terjadinya gangguan pendengaran akibat bising pada intensitas bising yang tinggi (94 - 108 dB) adalah 4,654 kali lebih besar dibanding dengan intensitas bising yang lebih rendah (85 - 93 dB) dan odd ratio tempat tinggal sebesar 3,454, artinya risiko terjadinya gangguan pendengaran akibat bising di mess karyawan adalah 3,454 kali lebih besar dibanding dengan di luar mess.

Prevalence And Analysis The Factors That Related With Noise Induced Hearing Loss Among The Workers That Noise Exposured Louder Than 85 Db In X Shoes Factory, Banten, 2003Scope and Methodology
PT. X is a branch of multinational that produce basketball shoes, soccer shoes, multifunction shoes and baby shoes. Using work equipment and mechanism in industry cause noise exposure in workplace. This case study done with goal to know what areas and number of worker who exposed to the noise level louder than 85 dB in workplace, also the prevalence and the factors that related with noise induced hearing loss.
The research method is a cross sectional study. Sample consist 180 workers who exposed to noise louder than 85 dB. They had been worked about 5 years and their ages varied from 21 to 40 years old. Data were collected from medical check up results, questioners, interview and observation of the working condition.
Result and Conclusions:
The noise level louder than 85 dB in workplace found at sewing, assembling, outsole, power house, rubber, phylon, EVA, smashed machine, PU, IP and CPED. Noise induced hearing loss case among worker with noise exposured louder than 85 dB is 11,7%. The factors such as age, time work, knowledge, attitude, manner and the kind of room were not related with noise induced hearing loss (p > 0,05). But some factors such as noise level (p = 0,016) and type of residence (p = 0,039) were related with noise induced hearing loss.
Statistically proven that odd ratio of noise level is 4,654, it means the likelyhood of risk noise induced hearing loss for exposure to higher noise level (94 - 108 dB) is 4,654 compared to low noise level (85 - 93 dB) and odd ratio of type of residence is 3,454, it means the likelyhood of risk noise induced hearing loss in boarding house is 3,454 compared to beside boarding house."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krismadies
"Gangguan pendengaran karena bising merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sering ditemui pada perusahaan manufaktur. Hazard yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran meliputi bising, zat kimia dan getaran. Ruang lingkup penelitian tesis ini adalah melihat dampak pajanan bising terhadap fungsi pendengaran pekerja yang terpajan bising diatas 82 dBA. Jenis penelitian adalah cross sectional study yang meneliti hubungan faktor independen berupa dosisi pajanan dalam perhitungan leq, umur dan masa kerja serta faktor penggangu berupa pemakaian alat pelindung diri serta kebiasaan dengan fungsi pendengaran pekerja. Dari survei tingkat bising ditemukan departemen PVC, CDM, CDS dan CDB mempunyai tingkat kebisingan diatas nilai ambang batas yang diperbolehkan.
Hasil pemeriksaan audiometri ditemukan dua orang responden yang mengalami gangguan pendengaran. Responden yang mengalami gangguan pendengaran satu orang berumur diatas 40 tahun, bekerja pada ruangan PVC dimana merupakan tingkat pajanan bising tertinggi di pabrik ini dan sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun. Responden yang mengalami gangguan pendengaran lainnya merupakan pekerja yang berumur dibawah 40 tahun dan sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun. Dari hasil analisis statistik tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara Leq pajanan bising, faktor masa kerja, pemakaian alat pelindung diri dan kebiasaan merokok dengan gangguan pendengaran. Ditemukan hubungan yang signifikan antara umur dan gangguan pendengaran dengan OD ratio 7.99.

Noise induced hearing loss is one of the occupational diseases are often found in manufacturing companies. Hazard that can cause hearing loss include noise, chemicals and vibration. The scope of this thesis research on the impact of noise exposure on hearing function of workers exposed to noise above 82 dBA. This type of research is a cross-sectional study examining the relationship be an independent factor in the noise dose exposure (leq), age and working period and disturbance factors such as the use of personal protective equipment, smoking with hearing function. From the survey found noise levels PVC department, CDM, CDS and CDB have noise levels above the permitted threshold value.
Audiometric examination found two participant who suffered from hearing loss. Respondents who suffered from hearing loss a person aged over 40 years, working on PVC indoor noise exposure level which is the highest in the plant and it has been working for more than 5 years. Other participant who suffered from hearing loss is under the age of 40 years and has been working for more than 5 years. From the analysis found no statistically significant relationship between Leq noise exposure, working period, the use of personal protective equipment and smoking with hearing loss. Found a significant relationship between age and hearing loss with OD ratio 7.99.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Evelina Hotma Baringin Tiurma
"Gangguan fungsi pendengaran pada pekerja industri merupakan penyakit akibatkerja yang sampai saat ini masih ada dijumpai. Gangguan fungsi pendengaran inidisebabkan oleh pajanan bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuigambaran pajanan bising yang diterima dan fungsi pendengaran pada pekerja diPT.X. Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan rancangan crosssectional yaitu meneliti sekaligus variable independen, variable dependen danvariabel perancunya usia, masa kerja, merokok, penyakit HT, penyakit DM, Kebiasaan mendengar bising, pajanan vibrasi dalam waktu bersamaan. Analisisdata adalah tabel dengan menggunakan analisis data univariat, bivariat danmultivariat. Didapatkan gambaran pajanan bising yang diterima pekerja > 85 dBAsebanyak 28 orang dan 11 diantaranya menderita gangguan fungsi pendengarandan variable pajanan bising efektif, umur dan vibrasi memberi pengaruhterjadinya gangguan fungsi pendengaran pada pekerja di PT.X.

Impaired hearing on an industrial worker occupational diseases that until now there isencountered. Malfunctioning of this hearing caused by noise exposure. This study aimsto describe the acceptable noise exposure and hearing function in workers in PT.X. Thestudy was observational with cross sectional design which simultaneously examines theindependent variable, dependent variable and variable perancunya age, years ofsmoking, disease HT, DM, Habits hear noise, vibration exposure at the same time.Analysis of the data is a table using data analysis of univariate, bivariate and multivariateanalyzes. It was noted that workers noise exposure 85 dBA as many as 28 people and11 of them suffer from auditory function and variable effective noise exposure, age andvibration influence auditory dysfunction in workers in PT.X.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T47237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Abi Herdanu
"Kebisingan merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama kepada operator yang bekerja selama 8 jam sehari di area mesin produksi. Dari hasil observasi lapangan, diperoleh Noise Mapping dan Noise Contour area produksi Vial Mesin Spami kebisingannya berkisar 80,7 dBA sampai dengan 87,2 dBA. Hasil pengukuran pajanan bising personal dengan menggunakan Noise Dosimeter didapatkan bahwa dari 24 operator yang bekerja pada area tersebut, 11 pekerja menerima Dosis Pajanan Bising diatas 100% (85 dBA). Salah satu usaha untuk mengurangi dampak kebisingan pada pekerja dengan menggunakan APT Ear Plug dengan NRR 25 dBA. Dosis Pajanan Bising Efektif dengan penggunaan APT pada keseluruhan operator dapat mencapai dibawah 100% (85 dBA). Keseluruhan pekerja sebanyak 24 orang memiliki fungsi pendengaran normal.

Noise is a disorder that can affect comfort and health, especially to the operators who work for 8 hours a day in the machine at production area. Result from observation with Noise Mapping and Noise Countour shows that the noise range at area Vial Production Spami Machine is 80,7 dBA until 87,2 dBA. Results of Personal noise exposure measurement by using Noise Dosimeter found that of the 24 operators working in the area, 11 workers received a Noise Dose Exposure above 100% (85 dBA). One of the actions to reduce the noise risk to workers by using PPE, Ear Plug with NRR 25 dBA. Effective Noise Dose Exposure while use in Earplug on the overall operator can reach below 100% (85 dBA). All of the workers as much as 24 workers have Normal Hearing Functionality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S66488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nuraini
"Kebisingan merupakan suatu bahaya fisik yang masih menjadi masalah di dunia industri. Pajanan bising intensitas tinggi dapat mempengaruhi fungsi pendengaran dan non pendengaran pekerja. PT. X merupakan suatu industri semen yang memiliki bahaya bising di area produksi, khususnya area raw mill, pembakaran, dan finish mill. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran pajanan bising, serta melihat gambaran fungsi pendengaran dan keluhan subjektif non pendengaran yang dirasakan oleh pekerja. Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional, dengan subjek penelitian adalah seluruh pekerja patrol untuk area raw mill, pembakaran, dan finish mill sebanyak 20 orang.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kebisingan area produksi (raw mill, pembakaran, dan finish mill) secara keseluruhan berkisar antara 75,4-108,2 dBA, pajanan bising yang diterima pekerja berkisar antara 81,5 ? 92,8 dBA. Terdapat 2 orang (10%) pekerja mengalami tuli ringan berdasarkan Permenakertrans No. 25 Tahun 2008 dari hasil rata-rata frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz, dan terdapat 2 orang (10%) mengalami NIHL berdasarkan frekuensi 4000 Hz. Faktor yang berkontribusi pada kejadian gangguan pendengaran pada pekerja antara lain, usia, masa kerja, penggunaan alat pelindung telinga yang tidak disiplin dan penggunaannya tidak tepat, riwayat pekerjaan dan perilaku merokok. Keluhan subjektif non pendengaran terkait bising yang paling banyak dirasakan oleh pekerja yaitu, perasaan tidak nyaman (85%).

Noise is a physical hazard which still a problem in the industrialized world. Exposure to high intensity of noise can affect hearing function and non-hearing function. PT. X is a cement industry possessing the noise hazard in the production area, especially at raw mill, kiln and finish mill area. The purpose of this study is to provide an overview of the noise exposure, as well as the auditory function and subjective complaints of non auditory perceived by workers. This study was conducted by cross sectional method, and the subjects of this study were all patroler workers for raw mill, kiln and mill finish area, which all 20 subjects participated in the study.
The results showed that overall noise level at production area (raw mill, kiln and mill finish) ranged from 75.4 to 108.2 dBA, noise exposure to workers ranged from 81,5 ? 92,8 dBA. There are 2 workers (10%) suffering mild deafness from the calculation of the average frequency of 500, 1000, 2000 and 4000 Hz based on Permenakertrans No. 25 Tahun 2008, and there are two workers (10%) suffering NIHL based on frequency of 4000 Hz. Factors contributing to the incidence of hearing loss in workers are age, working period, undisciplined and improper use of ear protection, work history and smoking behavior. The majority subjective complaints of non auditory related noise perceived by workers is annoyance (85%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kusumawati
"Penelitian ini membahas hubungan tingkat kebisingan di lingkungan kerja dengan kejadian gangguan pendengaran pada pekerja PT X. Desain penelitian yang digunakan adalah coss sectional. Sampel penelitian berjumlah 110 pekerja pada area kerja AC dan mesin cuci. Terdapat 33 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan garpu tala. Intensitas kebisingan di dua area kerja antara 86,4 dB-90,1 dB setelah diukur menggunakan Sound Level Meter. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan bermakna, tetapi tingkat kebisingan di dua area kerja telah melebihi nilai ambang batas.

This study aims to determine the relationship between noise levels in working environment with hearing loss occurrence in workers in PT X. The study design used was cross sectional study. Sample of this study is 110 workers in AC and laundry system areas. There are 33 workers that suffer of hearing loss after measured by tuning fork. The noise intensity in two area is between 86,4 dB - 90,1 dB after measured by Sound Level Meter. The study result showed there is no significant relation, but noise level in two areas exceed the limit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>