Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218242 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lena Viyantimala
"Kegiatan pemboran merupakan salah satu aktivitas yang berpotensi dropped object di industri minyak dan gas bumi lepas pantai. Dropped object dapat menyebabkan cidera serius bahkan kematian, kerusakan peralatan dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan persepsi, pengetahuan, sikap dan kemampuan menghindari bahaya dropped object dengan perilaku tidak aman pada pekerja di rig pemboran lepas pantai. Desain penelitian cross sectional, menggunakan kuesioner, analisis data mengunakan chi square.
Hasil telitian menunjukkan hubungan persepsi, pengetahuan, sikap dan kemampuan menghindari bahaya dropped object dengan perilaku tidak aman. Disarankan bagi perusahaan untuk melakukan pelatihan dan pelatihan penyegaran yang berhubungan dengan pencegahan dropped object, memasukkan materi Alat Identifikasi Bahaya dan Kepedulian Dropped Object dalam induksi keselamatan, meningkatkan program Behavior Based Safety dan pengawasan supervisor. Terkait dropped object incident yang telah terjadi disarankan untuk melakukan dropped object incident study.

Drilling is one of activity in offshore oil and gas industry that has dropped object potential. Serious injury, fatality, property damage and environmental pollution can be resulted from dropped object. The purpose of this study is to find out associations between perception, knowledge, attitude, ability to avoid dropped object hazard and unsafe behavior among workers in offshore drilling rig. Cross sectional design is used, using questionnaire and chi square for data analysis.
The results shows there is significant relationship between perception, knowledge, attititude, ability to avoid dropped object hazard and unsafe behavior. It is recommended to conduct training and refreshing training related to dropped object prevention, Hazard Identification Tool and Dropped Object Awareness should be included in safety induction, improve Behavior Based Safety program and supervisor supervision. and dropped object incident study should be conducted related to dropped object incidents that occurred.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T21803
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Syahrul Efendi
"Seiring dengan perkembangan dunia industri, banyak perusahaan yang menerapakan tekhnologi baru dengan tujuan meningkatkan produktivitas. Dengan peningkatan penggunaan teknologi baru ini juga berdampak pada perkembangan hazard yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja; disebabkan tidak diikuti perkemabangan pengetahuan dan kemampuan pekerja terhadap teknologi tersebut. Salah satu penyebab kecelakaan paling besar adalah faktor manusia 80 %, oleh sebab itu faktor manusia merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan.
Faktor manusia yang dibahas mengenai persepsi, pengetahuan, sikap dan kemampuan pekerja menghindari hazard hubungannya dengan perilaku aman. Dengan diketahuinya hubungan faktor tersebut diatas terhadap perilaku aman, dapat dibuat program intervesi dalam rangka mencegah kecelakaan kerja hubungannya dengan perilaku aman.
Desain penelitian obeservasional melalui survey analitik dengan pendekatan cross-sectional untuk menganalisis hubungan persepsi, pengetahuan, sikap dan kemampuan menghindari hazard dengan perilaku aman dengan memakai uji Chi-square continuity correction dengan bantuan perangkat luck SPSS.

Relation of Perception, Cognition, Attitude and Ability of Avoid Worker thorough Hazard with Safe Behavioral at PT GKD Jakarta, on 2003Many companies implement new technology to aim increasing of productivity in recent industrial development. Increasing its development of new technology have an impact to increase number of hazard associated which contributed work accident due to not following knowledge and skill development through its technology human factor should strongly estimated as one of most accident cause is human factor (80%).
Perception, knowledge, attitude and workers ability to avoid hazard related to safe behavior described in this thesis_ Based on relation of the above factor and safe behavior, intervention program cord be made to avoid work accident related to safe behavior.
Observational research design through analytic survey with cross-sectional method to analyze relation of perception, cognition and attitude and ability to avoid hazard by safe behavior using chi-square continuity correction test continued by using SPSS software.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Utomo Pantyarso
"Tindakan tidak selamat atau berisiko merupakan salah satu faktor yang berada disentral dari urutan penyebab kecelakaan. Hilangnya faktor tersebut maka kecelakaandapat dicegah. Penelitian dilakukan di operasi geothermal dimana berdasarkan datakecelakaan dan observasi perilaku berisiko, didapatkan kesimpulan paparan gas H2Sadalah merupakan permasalahan yang paling berisiko. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui hubungan antara persepsi, pengetahuan, sikap dan kemampuan menghindaribahaya paparan dengan H2S dan tindakan berisiko pada pekerja di perusahaan geothermalXYZ tahun 2018.Desain penelitian menggunakan desain cross sectional, jumlah sampel yangdiambil sebanyak 80 sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling,instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner, adapun analisis datamenggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan uji regresi logistik.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki persepsi,pengetahuan, sikap dan kemampuan menghindari bahaya paparan gas H2S yang baik,serta melakukan perilaku yang selamat dalam menghadapi bahaya paparan gas H2S. Ujistatistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan Pvalue0.001 dan OR 6.660 CI 2.151 - 20.623 , sikap tentang bahaya paparan gas H2S denganP Value 0.000 dan OR 13.440 CI 2.876 sd 62.809 Sementara untuk pengetahuan dankemampuan menghindari bahaya tidak terdapat hubungan yang signifikan dengantindakan berisiko paparan gas H2S. Hasil multivariate menunjukkan bahwa sikapmemberikan pengaruh yang paling besar dengan nilai P 0.026 dan OR 8.035 adapunpersamaan regresi logistic yang terbentuk adalah Tindakan Beresiko=0.024 2.084 sikap 0.722 persepsi.Disarankan perusahaan untuk secara konsisten melakukan pelatihan maupunpelatihan penyegaran bagi pekerja yang berkaitan dengan pencegahan paparan H2S,meningkatkan kualitas kegiatan Leadership Accountability, serta tmenyempurnakanpelaksanaan program BBS Behavior Based Safety dan bersinergi dengan program RTS Right To Stop dimana setiap pekerja diberikan wewenang untuk menghentikanpekerjaan jika mengamati adanya tindakan atau kondisi yang tidak selamat, serta terusmenkomunikasikan risiko ke seluruh karyawan.

Unsafe act or at risk behavior is one of the most influential factors as the causeof the accident. By manage the factoers, then accidents could be prevented. The studywas conducted in geothermal operations where, based on accident data and at riskbehavior observation, it was found that the H2S gas exposure was the most risky. Thepurpose of this study was to examine the relationship between perceptions, knowledge,attitudes and the ability to avoid exposure H2S with at risk behavior to workers in XYZgeothermal company in 2018.The research design used cross sectional design, the number of samples takenwere 80 samples by using accidental sampling technique, data collection instrument usedquestionnaire, while data analysis used univariate, bivariate and multivariate analysiswith logistic regression test.The results showed that most respondents have good perception, knowledge,attitude and ability to avoid H2S gas exposure, and have good safe behavior on H2S gasexposure. The statistical test shows that there is a significant correlation betweenperception with Pvalue 0.001 and OR 6.660 CI 2.151 20.623 , attitude about the hazardof exposure of H2S gas with P Value 0.000 and OR 13.440 CI 2,876 to 62,809 Whileknowledge and ability to avoid danger a significant relationship with risk exposure toH2S gas. The multivariate result showed that attitude gave the biggest influence with Pvalue 0.026 and OR 8,035 while logistic regression equation formed was Risk Action 0.024 2.084 attitude 0.722 perception.It is recommended that the company consistently conduct training and refreshtraining for workers related to H2S gas exposure, improve the quality of LeadershipAccountability activities, and improve the implementation of the BBS Behavior BasedSafety program and synergize with the RTS Right To Stop program where each workeris authorized to stop work if observing any unsafe actions or conditions, and continue tocommunicate H2S risks to all employees."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaria Penny
"Tinginya angka prevalensi perilaku tidak aman berisiko menimbulkan sebuah kecelakaan ataupun insiden yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian secara finansial bagi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja Preparation dan Assembling di PT X Tahun 2016. Faktor yang di teliti merupakan faktor personal (Pengetahuan, Masa Kerja, dan Tingkat Pendidikan) dan daktor pekerjaan (Ketersediaan Informasi K3 dan Pengawasan). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 77,92% pekerja mempunyai perilaku tidak aman, dengan 61,7% diantaranya mempunyai risiko rendah dan 38,3% lainnya berisiko tinggi. Selain itu juga terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, tingkat penddikan, dan ketersediaan informasi terhadap perilaku tidak aman pekerja preparation dan assembling dimana tingkat pendidikan merupakan faktor paling dominan terhadap perilaku tidak aman setelah dikontrol dengan faktor lainnya. Oleh karena itu diperlukan perbaikan terhadap perilaku pekerja.

The high number of unsafe act prevalence could yield incidents which cause lose financially to company. The aim of this study is to analyse factors that correlated to unsafe act of workers in preparation and assembling department. This research was conducted in PT X on April to July 2016. These factors divided into two categories, personal factors (knowledge, work experience, and education level) and job factors (OHS Information and Supervision). The result shows that 72,92% of workers have performed unsafe act in which 61,7% of it is high risk and 38,3% low risk. Moreover, there are siginificant correlations between education level, knowledge, and availibity of OHS information with unsafe act whereas education level predominantly contributes to unsafe act after has been controlled with other factors. Therefore, company should commit several attempts to reduce unsafe act on its workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Mochamad Adas
"Kesehatan manusia tidak hanya meliputi kesehatan raga atau badan, tetapi juga kesehatan jiwa (Joint ILO/WHO Committee on Occupational Health 12th session in 1995). Hasil penelitian dari ILO (lntemational Labour Office) tahun 2000 mengenai program dan kebijakan kesehatan jiwa pada angkatan kerja di Amerika Serikat dan Eropa, menunjukkan kasus gangguan jiwa meningkat, dimana satu orang dari sepuluh pekerja mengalami kecemasan, stres, kehilangan semangat, bahkan depresi. ILO begitu peduli dengan stres yang berhubungan dengan pekerja ini, karena berhubungan dengan aspek kepentingan bisnis perusahaan dan kesejahteraan pekerja. Dampak dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan (occupational stress) telah menghabiskan biaya yang tidak sedikit. ILO memperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi stres pekerjaan adalah Iebih dari 200 milyar dolar per tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk didapatkannya gambaran stres dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan aspek bahaya psikososial kerja pekerja migas lepas pantai di pulau Pabelokan tahun 2006.
Desain penelitian adalah cross-sectional dengan metode kuesioner, populasi sampel adalah pekerja di Pulau Pabelokan, besar sample sejumlah 100 orang dengan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Analisis data menggunakan analisis statistik univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian didapatkan ada hubungan bermakna antara faktor perusahaan tempat bekerja dengan stres kerja pada pekerja di Pulau Pabelokan.
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan masukan dan rekomendasi kepada perusahaan untuk membuat program manajemen stres kerja dengan mengacu kepada aspek bahaya psikososial kerja."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Epidemi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) ---suatu penyakit
yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia--- memang tidak dapat
disangkal Iagi keberadaannya di Indonesia. Kasus HIV positif dan AIDS
di negara kita sudah menjangkau seluruh golongan usia dan semua kelas
sosial ekonomi. Data terakhir menunjukkan Iebih 50% dari pengidap
HIV/AIDS merupakan generasi muda yang berusia antara 15-29 tahun.
Kenyataan ini menandakan angka kematian kasar pada kelompok usia
produktif akan meningkat. Dampaknya akan terasa pada masalah
produktivitas kerja. SaIah satu cara yang ampuh untuk menangkal
penyebaran HIV/AIDS adalah dengan menghindari tindakan yang dapat
menularkan HIV, seperti berhubungan seks tanpa pengaman baik sejenis
maupun dengan Iawan jenis, transfusi darah yang tercemar HIV,
penggunaan alat suntik bekas dipakai penderita HIV dan pemindahan HIV
dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya. Tindakan berhubungan
seks sebagai faktor risiko utama dalam penyebaran AIDS, selama ini
paling gencar disebarluaskan kepada masyarakat, terutama kepada
remaja. Kaum remaja menjadi target penting daIam upaya pencegahan
AIDS, karena secara teoritis aktivitas seksuaInya muIai meningkat.
DiIaporkan remaja sering terlibat aktivitas seksuaI yang berisiko
seperti berhubungan keIamin tanpa kondom atau berhubungan keIamin
dengan pasangan tidak tetap. Data yang ada Juga menunjukkan rendahnya
intensi remaja untuk menggunakan kondom dalam berhubungan seks
pranikah, tingginya angka pengidap penyakit menular seksuaI di
kalangan remaja. dan cukup seringnya remaja usia sekoIah menggunakan
jasa pekerja seks. SeIuruh kasus yang dihimpun ini jelas
memperlihatkan besarnya kemungkinan remaja untuk tertuIar AIDS.
Mengapa remaja akhirnya berani terlibat da1am perilaku yang berisiko
menuIarkan AIDS? Ha] inilah yang mendorong peneIiti untuk mencari
penjeiasannya. Berbagai upaya untuk menjelaskan keterIibatan seseorang
dalam tindakan yang mengandung risiko telah dilakukan. Salah satunya
dengan menganalisis persepsi risiko. Konsep persepsi risiko yang
pernah dikaji meliputi dua variabel yakni Optimisme Yang Tidak
Realistis dan Persepsi Bahaya. Optimisme Yang Tidak ReaIistis adaIah
konsep tentang ketidakpekaan seseorang bahwa sebenarnya dirinya rentan
terhadap kejadian buruk di masa depan, sementara Persepsi Bahaya
mengacu pada peniIaian tentang seberapa besar potensi bahaya dari
keterlibatan dalam perilaku berisiko. Dari beberapa penelitian yang
pernah diIakukan terbukti remaja cenderung merasa optimis tidak akan
mengalami kejadian buruk di masa depan. Remaja juga cenderung menilai
rendah potensi bahaya dari tindakan yang mengandung risiko. PeneIiti
melihat kedua variabel ini dapat diterapkan untuk menjelaskan permasalahan yang ada. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti
berusaha mendeskripsikan terlebih dahulu kedua variabel tersebut pada
populasi pelajar dan mahasiswa sekolah swasta di Jakarta. Kemudian
untuk melihat apakah konsep ini memang terkait dengan keterlibatan
dalam tindakan yang berisiko, maka peneliti membandingkan gambaran
kedua variabel) ini pada kelompok subjek berisiko tinggi (yang
berperilaku seks tidak aman) dan pada kelompok subjek berisiko rendah
(yang berperiiaku seks aman). Penelitian ini dilakukan pada 118 subjek
pelajar dan mahasiswa di beberapa sekolah swasta di Jakarta dengan
menggunakan teknik accidental non probability sampling. Kriteria
populasi ini dipilih karena dinilai memenuhi persyaratan sebagai
populasi yang cukup heterogen. Dari seluruh subjek yang ada peneliti
membaginya menjadi 61 subjek berisiko rendah dan 57 subjek berisiko
tinggi. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang menggali Optimisme
Yang Tidak Reaiistis dan Persepsi Bahaya. Kedua alat ukur ini
diadaptasi dari penelitian Cohn et al (1995) dan Weinstein (1980).
Subjek diminta untuk menilai seberapa besar kemungkinan mereka
mengalami kejadian buruk di masa depan dibanding teman sebaya. Mereka
juga diminta untuk menilai risiko ari keterlibatan sekali dua kali.
kadang-kadang dan sering daiam sejumlah tindakan yang mengandung
bahaya. Hasil utama penelitian menunjukkan seluruh subjek merasa
optimis tidak akan mengalami kejadian buruk di masa depan dibanding
orang Iain. Subjek cenderung kurang peka akan kerentanan dirinya
mengalami kejadian buruk. Sementara pada aspek Persepsi Bahaya, subjek
cenderung meningkatkan kadar bahaya dari keterlibatan daiam perilaku
berisiko sejalan dengan meningkatnya intensitas keterlibatannya.
Penilaian tersebut meningkat mulai dari sekali dua kali -- kadang-
kadang -- sering. Perbandingan aspek Optimisme Yang Tidak Realistis
pada kedua kelompok subjek memperlihatkan perbedaan optimisme yang
signifikan. Remaja Berisiko Tinggi cenderung kurang optimis dirinya
bisa menghindari kejadian buruk di masa depan dibandingkan remaja
berisiko rendah. Hal ini menunjukkan arti subjek berisiko tinggi lebih
peka terhadap kemungkinan mengalami kejadian buruk dibanding subjek
berisiko rendah. Sementara pada aspek Persepsi Bahaya. perbandingan
antara kedua kelompok juga memperlihatkan adanya perbedaan yang
signifikan pada ketiga macam tingkat keterlibatan. Secara umum subjek
berisiko tinggi cenderung menilai rendah (underestimate) potensi
bahaya dari keterlibatan mereka daiam perilaku berisiko dibandingkan
subjek berisiko rendah. Hasil akhir pada aspek Persepsi Bahaya ini
mengarah pada satu hipotesis yakni remaja yang terlibat perilaku seks
berisiko tinggi cenderung kurang memperhitungkan potensi bahaya dari
keterlibatan mereka dalam tindakan-tindakan yang mengandung risiko.
Dugaan yang muncul ini perlu dibuktikan daiam penelitian selanjutnya."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikie Eliantho
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman awak kapal tunda PT. X yang beroperasi di anjungan lepas pantai area Balikpapan tahun 2004, dan merupakan studi yang bersifat kualitatif dengan variabel data bersifat kualitatif dan kuantitatif, yang kemudian dikuantitatifkan dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua awak kapal tunda PT. X yang beroperasi di anjungan lepas pantai area Balikpapan dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 86 orang. Analisis data menggunakan analisis statistik yaitu analisis univariat, dilanjutkan dengan analisis bivariat menggunakan uji signifikasi (chi-square), kemudian analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas awak kapal tunda (73 orangl 84.9%) mempunyai perilaku aman yang baik dalam menunjang keselamatan operasi harian. Berdasarkan uji signifikasi (chi-square) dan uji regresi logistik yang dilakukan terhadap dua belas variabel independen, diketahui bahwa faktor yang berkorelasi secara signifikan dengan perilaku aman awak kapal tunda PT. X adalah faktor masa kerja yang merupakan faktor internal.
Masa kerja terbukti mempengaruhi perilaku aman awak kapal tunda PT. X sehingga untuk meningkatkan perilaku aman awak kapal tunda diperlukan adanya sistem pertukaran informasi/ pengalaman antara awak kapal senior atau awak kapal yang mempunyai masa kerjal pengalaman lebih lama kepada awak kapal baru (seperti pertemuan pagi harian, ramah tamah antara awak kapal yang libur dan personil darat bulanan/ perdua bulan, dan lain sebagainya sesuai kondisi operasional perusahaan), dan perlunya divisi HSE perusahaan bersama dengan personil darat lainnya untuk lebih aktif menginformasikan/ mengimplementasikan manual HSE sehingga timbul kesadaran awak kapal akan keutamaan keselamatan diatas kegiatan operasional atau kegiatan lainnya, karena hal ini juga didukung oleh pihak penyewa. Selain hal diatas perlu juga ditingkatkan dan digiatkan kegiatan pelatihan baik internal maupun eksternal dengan fasilitator perusahaan, dikarenakan keterbatasan penghasilan awak kapal, dan tanggungjawab perusahaan akan keselamatan dan peningkatan kemampuan/ pengetahuan awak kapal. Untuk peningkatan program pendidikan budaya keselamatan lainnya, bisa dilaksanakan propaganda melalui pamflet/ poster keselamatan, pencontohan penggunaan APD yang baik oleh personil darat, serta sosialisasi resikoresiko kecelakaan di kapal tunda yang mungkin terjadi.
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan rekomendasi dan masukan kepada PT. X untuk pembuatan program guna mengurangi angka kecelakaan pada umumnya, dan khususnya untuk meningkatkan sadar keselamatan melalui program sadar keselamatan yang akan dirancang.

This research is going to find factors influence safety attitude of crew tugboats PT. X that. operated on offshore platform Balikpapan area 2004, and constitute of qualitative study with qualitative and quantitative data variable, then made it quantitative with cross-sectional approach. Population in this research are all of the crew tugboats PT. X that operated on offshore Balikpapan with quantity of responden. 86 person. Data analysis using statistic analysis i.e univariate analysis, follow up by bivariate analysis with chi square test, then multivariate analysis using logistic regression test.
Result of research show that majority of crew tugboats (73 person/ 84.9%) having good safety attitude for supporting daily safety operation. Basis chi square test and logistic regression test had done to twelve independence variables, result that related factor significant influence safety attitude of crew tugboats PT. X is working period, it's one of research internal factors.
Working period proven tobe influence safety attitude of crew tugboats PT. X, and to improve safety attitude of crew tugboats need proper system information exchange/ experiences between senior crews or crews having morel longer experiences to junior crews (like daily morning meeting, monthly or bi-monthly conversable between off duty crews and onshore personnel, and etc asper company's operational condition), and HSE division with others onshore personnel need more active to inform/ implement HSE manual, enable develop safety awareness crew tugboats with safety priority upon operational activity or other activities, since this is also supported by the chatterer. Besides the above mentioned, need to improve and more active in training activities (internal or external) which facilitated by company, since limitedness of crews income, and company responsibility with safety and crew skill/ knowledge development. Other improvement safety culture program could be done by propaganda using safety pamphlet/ poster, proper utilizing PPE training by onshore personnel as sample, and also socialization with accident risks onboard that might be happened.
Researcher hopefully this research could give proper recommendation and input to PT. X for developing one program aim to minimize incident rate (common purpose), and to improve safety awareness through safety awareness program that will be developed by the company (specific purpose).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Lis Widiana
"Data Badan Susenas menunjukkan prevalensi perokok pasif di Indonesia sebesar 48,9% atau sebesar 97.560.002 penduduk, dan 66% terjadi pada perempuan (Pradono & Kristanti, 2006). Informasi ini menunjukkan betapa besarnya prevalensi perokok pasif dengan akibat yang lebih parah lagi terutama pada perempuan usia subur.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap dan perilaku perempuan usia subur terhadap bahaya menjadi perokok pasif. Penelitian ini dilakukan di RW 12 Kelurahan Kemiri Muka Depok dan tempat umum (n=96). Menggunakan desain deskriptif korelasi dengan instrumen kuesioner. Analisa data memakai uji chi-square.
Hasil menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perempuan usia subur terhadap bahaya menjadi perokok pasif (p value 0,000; α = 0,05). Tetapi ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perempuan usia subur terhadap bahaya menjadi perokok pasif (p value 0,114; α = 0,05). Penelitian ini merekomendasikan adanya promosi kesehatan tentang bahaya menjadi perokok pasif."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5284
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Handradika
"Pekerja di lapangan migas, khususnya di lepas pantai memiliki risiko yang tinggi terhadap pajanan BTX di area kerja. Pajanan bersumber dari aktifitas yang langsung bersentuhan dengan uap dan gas hidrokarbon yang sifatnya mudah menguap pada suhu kamar (Volatile organic compounds - VOC) sehingga memungkinkan terhisap oleh para pekerja dan menimbulkan efek kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan tingkat risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik dari Pajanan BTX terhadap pekerja lepas pantai beserta manajemen risiko yang harus dilakukan. Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) yang meliputi 4 langkah penting: identifikasi bahaya, analisis dosis-respon, analisis pajanan dan karakterisasi risiko. Jumlah sampel berupa 95 orang pekerja tetap di perusahaan hulu migas X. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung, tingkat risiko dihitung dengan cara membagi asupan dengan dosis referensi BTX. Sebagai pembanding (control) dilakukan juga perhitungan terhadap 7 orang pekerja lepas pantai yang bekerja hanya di kantor (office).
Hasil penelitian menunjukkan risiko pajanan benzene non karsinogenik harus diwaspadai bagi pekerja lepas pantai dimana dari perhitungan diketahui nilai RQ (Risk Quotient) yang lebih dari satu baik untuk pajanan realtime (ada 21,05% pekerja) maupun pajanan lifetime (61,05% pekerja). Sementara untuk risiko pajanan non karsinogenik dari toluene dan xylene termasuk rendah. Ini ditunjukkan dari hasil perhitungan RQ untuk realtime maupun lifetime yang semuanya (100%) bernilai kurang dari satu (RQ <1). Untuk risiko kesehatan pajanan karsinogenik benzene, diperoleh bahwa 20% pekerja lepas pantai memiliki efek karsinogenik pada pajanan realtime dan 60% pekerja pada pajanan lifetime. Disimpulkan bahwa perlu dilakukan manajemen risiko terhadap pajanan senyawa benzene di lingkungan kerja lepas pantai, agar pekerja terhindar dari risiko kesehatan baik risiko nonkarsinogenik dan risiko karsinogenik jangka panjang.

This research has objective to predict carsinogenic and non carcinogenic effect of BTX exposure to offshore workers and the risk management required. It is cross sectional study which utilize the environmental health risk assessment approach. Sample consists of 95 offshore workers in upstream oil and gas company X. research data is compiled from direct interview and company measurement data. As a control, 7 administrative workers are involved in calculation.
The result of this research is non carcinogenic exposure of benzene must become a high concern which has risk quotient - RQ 21.05% at realtime exposure and 61.05% at lifetime exposure. There is little risk related to toluene and xylene. Its respectively RQ is lower than 1 for both of them. For carcinogenic health risk of benzene, 20% of offshore workers and 60% of offshore workers has carcinogenic effect to their health risk.It can be concluded that risk management is required for being applied in order to minimize the benzene health effect to offshore workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matakupan, Henry Victor
"Industri Minyak dan Gas Lepas Pantai PT M Tahun 2018 Paparan kebisingan merupakan penyebab paling umum gangguan pendengaran, menyebabkan noise induced hearing loss (NIHL). Penelitian ini mengevaluasi gangguan pendengaran yang berhubungan dengan pajanan bising dikaitkan dengan usia, masa kerja, lama pajanan, pemakaian alat pelindung diri, kebiasaan merokok, hobi berhubungan kebisingan dan penyakit Diabetes Mellitus, hyperlipidemia dan hipertensi pada pekerja. Ini adalah penelitian observational cross sectional meneliti variabel independen, variabel dependen dan variabel perancu pada waktu bersamaan. Menggunakan data sekunder perusahaan melalui pengamatan, pengukuran dan questioner. Hasil pengukuran kebisingan area berpotensi kebisingan menunjukan potensi kebisingan terendah adalah 63 dBA dan tertinggi 110, 6 dBA,tingkat kebisingan area field berkisar 84.88 - 93 dBA. Kebisingan di area nonfield tertinggi 79.5 dBA. Pajanan bising efektif di bawah 80 dBA, baik di area field maupun nonfield; 7.1% pekerja bekerja > 20 tahun, didapatkan hubungan antara masa kerja > 20 tahun, terjadinya gangguan pendengaran pekerja sebanyak 5.6%, 40.5% pekerja berusia > 40 tahun, didapatkan hubungan antara usia pekerja dengan kejadian gangguan pendengaran. 42.9% pekerja memiliki kebiasaan merokok, tidak didapatkan hubungan antara perilaku merokok dengan gangguan pendengaran. Tingkat pemakaian APT pada pekerja didapatkan sebanyak 90.5% pekerja yang selalu memakai APT, tidak ada hubungan antara pemakaian APT dengan gangguan pendengaran. Tidak didapatkan hubungan antara hobi dengan terjadinya gangguan pendengaran Tidak didapatkan hubungan antara status kesehatan berupa profil lipid pekerja (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida), kadar glukosa darah pekerja dan tekanan darah dengan gangguan pendengaran.

Exposure to noise is the most common cause of hearing loss, leading to noise induced hearing loss (NIHL). This study evaluated hearing loss associated with noise exposure related to age, length of employment, length of exposure, the use of personal protective equipment, smoking habits, hobbies associated noise and diabetes mellitus, hyperlipidemia and hypertension in workers. This is a cross-sectional observational study examined the independent variable, the dependent variable, and confounding variables at the same time. Using the company secondary data, through observation, measurement and questionnaire. Noise measurement results indicate that the potential area of potential noise is 63 dBA as the lowest noise and the highest is 110, 6 dBA, field noise level area ranging from 84.88 - 93 dBA. Nonfield noise area 79.5 dBA. Exposure effective noise below 80 dBA, either in the field or nonfield area; 7.1% of workers worked > 20 years, working life > 20 years, the hearing loss of workers 5.6%, workers aged > 40 years 40 is 5%. 42.9% of workers have a smoking habit, not found a relationship between smoking behavior with hearing loss. HPD consumption levels in workers earned as much as 90.5% of the workers who always wear APT, there is no relationship between the use of HPD with hearing loss. There were no relationship between hobby with hearing loss. As well as no relationship found between workers health status such as lipid profile (total cholesterol, HDL, LDL, and triglycerides), worker glucose blood levels and blood pressure with hearing loss."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>