Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144509 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chandra Bagus Ropyanto
"Fase rehabilitasi merupakan fase kemampuan fungsional berada pada tahap paling rendah dibandingkan fase lain. Pemulihan fungsi fisik menjadi prioritas dilihat dari status fungsional. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status fungsional pada paska ORIF fraktur ekstremitas bawah.
Desain penelitian adalah cross-sectional dengan 35 responden dan pengumpulan data menggunakan kuesioner. Variabel independen adalah usia, lama hari rawat, jenis fraktur, nyeri, kelelahan, motivasi, fall-efficacy, dan dukungan keluarga sementara variabel dependen adalah status fungsional. Uji ANOVA digunakan untuk data kategorik serta korelasi pearson dan spearman rho untuk data numerik.
Hasil penelitian menunjukan fall-efficacy (r = -0,490 dan nilai p=0,003) merupakan faktor yang berhubungan. Model multivariat memiliki nilai p=0,015 dan jenis fraktur, nyeri, dan fall-efficacy mampu menjelaskan 28,2 % status fungsional dengan nyeri sebagai faktor yang paling besar untuk memprediksi status fungsional setelah dikontrol fall-efficacy dan jenis fraktur. Penelitian ini merekomendasikan melakukan latihan meningkatkan status fungsional terintegrasi manajemen nyeri dan fall-efficacy.

Rehabilitation phase is a phase of functional ability at the stage of the lowest compared to other phases. Recovery of physical function is a priority from functional status. Conducted research on the functional status as the basis for the restorative care. The research aimed to identify factors associated with functional status post ORIF fracture in the lower extremities.
The study design was a crosssectional with 35 respondents and collecting data using questionnaires. Independent variables were age, length of day care, type of fracture, pain, fatigue, motivation, fall-efficacy, and family support; as the dependent variable was functional status. ANOVA test used for categorical data and Pearson correlation and spearman rho for numerical data.
The results show the fall-efficacy (r = - 0.490 and p-value = 0.003) is related factors. Multivariat model have p value=0,015 and type of fracture, pain, and fall-efficacy explained 28,2 % functional status variable with pain as the biggest factor for predicting functional status after controlled fall-efficacy and type of fracture. This research recommended for exercises improved functional status integrated pain and fallefficacy managemen."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Made Yashinta Maharani
"Tidur sangat diperlukan untuk proses penyembuhan, dimana gangguan tidur pasca pembedahan merupakan masalah yang penting untuk dipertimbangkan dalam program peningkatan pemulihan nyeri dan status fungsional pasca operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien fraktur ekstremitas bawah pasca pembedahan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) yang menjalani rawat inap. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini meliputi nyeri, penggunaan obat-obatan, stress dan kecemasan, fatigue, dan lingkungan ruang perawatan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik asosiatif dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada 55 responden menggunakan metode consecutive sampling di ruang rawat inap bedah. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien fraktur ekstremitas bawah pasca pembedahan O RIF yang menjalani rawat inap adalah nyeri (p=0.002) dan lingkungan ruang perawatan (p=0.032), dimana nyeri merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas tidur pasien (p) 0.004; Odd Ratio (OR) 28,482 (95% CI: 2,842-285,491). Penelitian ini merekomendasikan penggunaan manajemen nyeri yang efektif sehingga kualitas tidur pasien dapat terpenuhi.

Sleep is indispensable for the healing process, where postoperative sleep disturbance are an important issue to consider in programs to improve patients postoperative pain and functional status. This study aims to identify factors that affecting sleep quality in patients with lower limb fractures post Open Reduction Internal Fixation surgery undergoing hospitalization. Those factors are pain, medications used, stress and anxiety, fatigue, and ward environment. This study using analitic assosiative design with Cross Sectional approach. 55 respondents were selected with consecutive sampling from surgical ward. The Results showed, factors that affecting sleep quality in patients with post-surgical lower limb fractures undergoing hospitalization are pain (p=0.002) and ward environment (p=0.032), where pain was considered as the most significant factor that affecting patients sleep quality with (p) 0.004; Odd Ratio (OR) 28,482 (95% CI: 2,842-285,491). This study recommends that the use of effective pain management are needed to improve patients sleep quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanyfer Claudia Fetris
"Fraktur merupakan salah satu gangguan sistem muskuloskeletal yang menyebabkan keterbatasan fisik dalam bergerak dan beraktivitas. Tn. BP mengalami fraktur humerus sinistra sejak dua minggu lalu dan direncanakan tindakan open reduction internal fixation (ORIF) pada 28/4/2022. Pasien dikelola oleh penulis sejak pra ORIF (26/4/2022) hingga dipulangkan pada 30/4/2022. Kondisi post ORIF, pasien masih merasa nyeri dan mengalami keterbatasan gerak ekstremitas atas sinistra. Oleh karena itu ditegakkan masalah keperawatan berupa nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, dan gangguan integritas kulit. Pasien dilakukan latihan range of motion (ROM) untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik yang dialaminya dengan tujuan meningkatkan pergerakan sendi dan mencegah komplikasi paska bedah. Latihan ROM pada ekstremitas atas sinistra khususnya pergelangan dan jari-jari tangan dilakukan sejak pasien masuk ruang perawatan, sedangkan pada sendi siku dilakukan H1 post ORIF. Latihan ROM dilakukan selama 5 hari dengan frekuensi latihan 3 kali sehari, durasi 10 menit, dan 5 kali pengulangan. Selanjutnya dilakukan pengukuran gerakan fleksi sendi siku sesuai batas toleransi pasien menggunakan alat ukur goniometri. Karya ilmiah ini menunjukkan latihan ROM post ORIF yang dilakukan selama 2 hari terbukti efektif meningkatkan derajat rentang gerak sendi siku pasien hingga 70o dengan ROM aktif dan menjadi 90o dengan ROM pasif. Selain itu, pasien mengatakan mampu menggerakan sendi siku sebesar 100o dengan ROM aktif maupun pasif saat dilakukan follow up kondisi pasien setelah dipulangkan (H6 Post ORIF). Implikasi karya ilmiah ini menunjukkan latihan ROM pada pasien fraktur post ORIF perlu dilakukan dengan rutin agar mencapai hasil yang maksimal serta diperlukan keterlibatan aktif perawat dalam menginisasi latihan ROM pada pasien.

fractured his left humerus 2 weeks ago and is planning open reduction internal fixation (ORIF) on 28/4/2022. The patient was managed by the authors from pre ORIF (26/4/2022) until he was discharged on 30/4/2022. Post-ORIF condition, the patient still feels pain and limitation of motion in the left upper extremity. Therefore, nursing problems are defined in the form of acute pain, impaired physical mobility, and impaired skin integrity. The patient underwent a range of motion (ROM) exercise to overcome the impaired physical mobility he experienced to improve joint movement and prevent postoperative complications. ROM exercises on the left upper extremity, especially the wrist and fingers, were carried out since the patient entered the treatment room, while the elbow joint was performed H1 after ORIF. ROM exercises were performed for 5 days with a frequency of 3 times a day, a duration of 10 minutes, and 5 repetitions. Furthermore, the measurement of elbow joint flexion movement according to the patient's tolerance limit was carried out using a goniometric measuring instrument. The results showed that post-ORIF ROM exercise for 2 days was proven to be effective in increasing the degree of range of motion of the patient's elbow joint up to 70o with active ROM and up to 90o with passive ROM. In addition, the patient said he could move the elbow joint by 100o with active or passive ROM when monitoring the patient's condition was carried out after H6 Post ORIF. The implication of this scientific work shows that ROM exercises in post-ORIF fracture patients need to be carried out routinely to achieve maximum results and the active involvement of nurses in initiating ROM exercises in patients is required."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liya Arista
"Praktik Spesialis Keperawatan Medikal Bedah dengan Kekhususan pada Sistem Muskuloskeletal ini bertujuan untuk mengaplikasikan peran perawat sebagai pemberi asuhan, pengelola, pendidik dan peneliti. Peran sebagai pemberi asuhan dilakukan dengan mengelola sebanyak 30 pasien yang mengalami masalah pada sistem muskuloskeletal dan satu pasien kelolaan utama dengan kasus Fraktur Terbuka Ekstremitas Bawah dengan pendekatan teori self-care Orem.
Peran perawat sebagai peneliti dilakukan dengan penerapan tindakan keperawatan yang berbasis bukti ilmiah (Evidence-Based Nursing Practice) yaitu dengan menerapkan wound drain management untuk mencegah kehilangan darah berlebih post operasi Total Joint Arthroplasty. Sedangkan peran sebagai pengelola dilakukan deengan menyusun suatu panduan komunikasi efektif yang terstruktur dengan metode SBAR untuk mengkomunikasikan kondisi pasien dengan masalah sistem muskuloskeletal. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut bertujuan untuk mewujudkan asuhan keperawatan holistik dalam meningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Clinical Practice of Medical-Surgical Nursing Specialist in the specialty of Orthopaedic Nursing aims to apply the role of nurses as a direct patient care providers, managers, educators and researchers in the clinical setting. Role as a care provider has done by managed 30 patients with musculoskeletal problems and one patient (major managed cases) with Open Fracture of Lower Extremities using Orem’s Self-Care Nursing Theory Approach.
The role of nurses as a researcher has conducted by applying the nursing action based on scientific evidence (Evidence-Based Nursing Practice), the evidence is wound drain management to prevent excessive blood loss post Total Joint Arthroplasty. The role as a nursing manager has been done by applying SBAR method as a strategy to achieve effective communication at orthopaedic ward. All activities aim to realizing the holistic nursing care in order to improve the quality of nursing services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faraniara
"ABSTRAK
Perasaan takut akan jatuh dan penurunan status fungsional sering dialami pada pasien fraktur ekstremitas bawah yang telah menjalani pembedahan. Edukasi yang tepat diikuti dengan latihan ambulasi pada pasien pascapembedahan diperlukan untuk dapat meningkatkan status fungsional dan keyakinan pasien untuk melakukan ambulasi dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi dan latihan ambulasi terhadap fall efficacy dan status fungsional pada pasien pascapembedahan ORIF ekstremitas bawah. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan pre test and post test without control group. Besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 33 responden dengan consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan fall efficacy dan status fungsional antara sebelum dan setelah dilakukan edukasi dan latihan ambulasi (p value < 0,001). Penelitian ini menyimpulkan terdapat perbedaan nilai fall efficacy dan status fungsional setelah diberikan intervensi edukasi dengan latihan ambulasi

ABSTRACT
Fear of falling and decreasing functional status are often experienced in patients with lower limb fractures who have undergone surgery. Appropriate education followed by ambulation training in postsurgery patients is needed to be able to increase the functional status and confidence of patients to carry out early ambulation. This study aims to determine the effect of education and ambulation training on fall efficacy and functional status in postsurgery patients with lower extremity ORIF. The design of this study was a quassy experimental with a pre test and post test design without control group. The sample size in this study was 33 respondents with consecutive sampling. The results of this study indicate that there are differences in fall efficacy and functional status between before and after education and ambulation training (p value <0.001). This study concluded that there were differences in fall efficacy and functional status after being given educational intervention with ambulation training"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Anshori
"Pendahuluan: Cedera yang disebabkan oleh gempa bumi seringkali memiliki pola kompleks dan bervariasi, dan maka dari itu menyebabkan krisis situasional dan serius untuk pusat layanan kesehatan. Dalam konteks terjadinya gempa, seringkali terjadi ketidakkeseimbangan antara kepadatan yang berlebihan dalam rumah sakit dan sumber daya inadekuat; hal ini menyebabkan penurunan standar pelayanan kesehatan. Sampai saat ini, di Indonesia, masih belum terdapat pedoman terkait tatalaksana cedera musculoskeletal setelah terjadinya gempa. Studi ini bertujuan untuk mengetahui analisa faktor-faktor resiko yang mempengaruhi profil luaran klinis, dan luaran radiologis pada pasien gempa Lombok 2018 dengan fraktur ekstremitas atas, ekstremitas bawah dan tulang belakang pasca tindakan orthopaedi.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 di 2 Rumah Sakit dan 9 puskesmas di Lombok dan beberapa kecamatan paling terdampak di Lombok Utara. Korban bencana gempa Lombok Agustus 2018 dengan fraktur esktremitas bawah, esktremitas atas dan tulang belakang yang mendapat tindakan Orthopaedi dilibatkan dalam penelitian ini. Data diperoleh secara langsung dari pasien dan dari data kasus dan tindakan Orthoapedi tim bencana PABOI dan tim bantuan medis Orthopaedi lainnya.
Hasil: Data hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan 62,2% dan mayoritas berusia dewasa 75,7%. Distribusi diagnosis terbanyak adalah fraktur tertutup ekstremitas bawah 52,7%. Diagnosis jenis cedera dan tindakan ORIF memiliki hubungan yang signifikan dengan union rate (p=0,038 dan p=0,021). Faktor resiko diagnosis dan tindakan ORIF memiliki hubungan yang bermakna terhadap Infeksi (p=0,001 dan p=0,011). Faktor resiko diagnosis dan lokasi cedera memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai SF 36 physical function (P=0,001 dan P=0,002)
Diskusi: Tata laksana definitif ORID tidak realistis dilakukan sesaat setelah gempa. Damage control orthopaedic adalah tindakan pilihan penanganan kasus orthopaedi untuk patah tulang terbuka. Usia, diagnosis dan lokasi cedera dan tindakan ORIF memiliki pengaruh terhadap union rate, infeksi, dan skor fungsional SF-36 korban bencana gempa bumi.
Kesimpulan: Usia, diagnosis dan lokasi cedera dan tindakan ORIF memiliki pengaruh terhadap union rate, infeksi, dan skor fungsional SF-36 korban bencana gempa bumi.

Introduction: Injuries caused by earthquakes often have a complex and varied pattern, and therefore cause serious situational crises for health care centres. In the context of an earthquake, there is often an imbalance between overcrowding in hospitals and inadequate resources; this causes a decrease in the standard of health services. Until now, in Indonesia, there are still no guidelines regarding the management of musculoskeletal injuries after an earthquake. This study aims to determine the analysis of risk factors that affect the clinical outcome profile, and radiological outcomes in Lombok earthquake patients 2018 with fractures of the upper extremities, lower extremities and spine after orthopedic procedures.
Method: This research is a cross-sectional study. This research was conducted in September 2019 in 2 hospitals and 9 health centers in Lombok and some of the most affected sub-districts in North Lombok. Victims of the Lombok earthquake in August 2018 with fractures of the lower extremities, upper extremities and spine who received orthopedic procedures were included in this study. Data were obtained directly from patients and from data on cases and actions of the Orthopedic PABOI disaster team and other Orthopedic medical assistance teams.
Results: The data from this study showed that the majority of patients were female 62.2% and the majority were adults 75.7%. The most distribution of diagnoses were closed fractures of the lower extremities 52.7%. The diagnosis of the type of injury and the ORIF procedure had a significant relationship with the union rate (p=0.038 and p=0.021). Risk factors for diagnosis and ORIF treatment had a significant relationship to infection (p=0.001 and p=0.011). Risk factors for diagnosis and location of injury had a significant relationship with the SF 36 physical function value (P=0.001 and P=0.002)
Discussion: Definitive management of ORID is not realistic to be carried out immediately after the earthquake. Orthopedic damage control is the treatment of choice for orthopedic cases for open fractures. Age, diagnosis and location of injury and ORIF action have an influence on union rate, infection, and functional score of SF-36 earthquake victims.
Conclusion: Age, diagnosis and location of injury and ORIF action have an influence on union rate, infection, and functional score of SF-36 earthquake victims
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hertuida Clara
"Osteoartritis pada lutut (OA genu) merupakan OA yang bersifat idiopatik, yang ditandai dengan degenerasi tulang rawan lutut yang berdampak terhadap terjadinya kecacatan atau disability. Akibat disability yang dialaminya, pasien kesulitan untuk melakukan perawatan diri atau self care. Terkait hal tersebut, peran perawat spesialis keperawatan medical bedah diperlukan dalam pemberian asuhan keperawatan dengan pendekatan teori self care Orem pada pasien dengan osteoartritis genu.
Peran perawat juga diperlukan dalam penelitian antara lain menerapkan praktik keperawatan berbasis bukti (Evidence based practice nursing) pada pasien ortopedi yang akan menjalani pembedahan dengan anestesi umum untuk mencegah pneumonia post operasi melalui intervensi oral hygiene dengan chlorhexidine mouthwash 0.12%.
Hasil penerapan EBN ini efektif yaitu dapat mencegah infeksi pneumonia post operasi pada seluruh partisipan. Sebagai inovator, kegiatan inovasi yang dilakukan adalah membuat buku panduan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) yang fokus kepada masalah-masalah keperawatan pada kasus ortopedi untuk digunakan oleh perawat di ruangan pada saat handover.

Osteoarthritis of the knee (OA genu) is an idiopathic OA, which is characterized by degeneration of knee cartilage that may cause disability. Due to the disability they experienced, patient found it difficult to perform self-care. Related to this, the role of medical-surgical nurse specialist are needed in providing nursing care based on Orem?s theory of self care in patients with osteoarthritis of the knee.
The role of the nurse is also required in research, for example, applying evidence-based nursing practice in patients undergoing orthopedic surgery under general anesthesia to prevent postoperative pneumonia through the intervention of oral hygiene with a 0.12% chlorhexidine mouthwash.
The results of the implementation of this EBN was effective to prevent postoperative pneumonia infection among participants. As an innovator, the innovation activity was a SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) communication guide book which focused on the problems of nursing in orthopedic cases to be used by nurses in the ward while they do handover.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuriya
"Fraktur merupakan masalah sistem muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Penanganan fraktur yang tidak tepat dapat mengakibatkan osteomielitis. Osteomielitis tibia merupakan osteomielitis terbanyak kedua setelah femur. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, peneliti dan innovator. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan self care deficit theory pada klien osteomielitis. Masalah yang paling sering terjadi pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal adalah konstipasi, peran sebagai peneliti dilakukan dengan praktik berbasis bukti (evidence based nursing) yaitu bowel management untuk mencegah konstipasi pada klien pasca Total Hip Replacement (THR) dan Total Knee Replacement (TKR). Inovasi pada tempat praktik dilakukan dengan menyediakan panduan komunikasi dengan metode SBAR pada kasus dengan gangguan sistem muskuloskeletal untuk mendukung komunikasi efektif inter-intra disiplin saat handover maupun komunikasi melalui telepon.

Fractures are musculoskeletal system problems that most frequently occur. Fracture improper handling can lead to osteomyelitis. Tibial osteomyelitis is the second largest after the femoral osteomyelitis. Nurses act as care providers, researchers and innovators. Nurse as care provider use Orem's self-care deficit theory approach for client with osteomyelitis. Nurse as researcher found that the most often problem that occurs in clients with musculoskeletal system dysorder attempt Total Hip Replacement (THR) and Total Knee Replacement (TKR) is constipation that need to be performed bowel management as evidence based nursing. Nurse as innovator provides guidance communication using SBAR method in cases musculoskeletal system dysorder to support effective communication inter-intra discipline when handover or communication by telephone."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Spinal Cord Injury (SCI) merupakan suatu gangguan muskusloskeletal yang berdampak besar baik dari segi fisik, sosial dan ekonomi. SCI berdampak kelemahan pada ekstremitas, tingkat keparahan kelemahan bergantung pada area spinal cord yang terganggu. Untuk itu perlu perawatan yang lama dalam pemulihan dan adaptasi terhadap kelemahan terkait aktivitas sehari hari pasien. Laporan ini merupakan hasil analisa kegiatan praktek residensi penerapan Evidence Based Nursing (EBN) dengan pendekatan Model Adaptasi Roy dalam peran care provider, peneliti, innovator dan role model. Hasil dari penerapan model Adaptasi Roy dapat diaplikasikan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal dimana pasien membutuhkan kemampuan adaptasi dalam menjalani perawatan. Hasil penerapan EBN menunjukkan bahwa relaksasi mendengarkan musik dan masase punggung dapat mengurangi nyeri dan kecemasan. Hasil dari kegiatan inovasi adalah panduan format komunikasi SBAAR (Situation, Background, Assesment and Recommendation)

Spinal Cord Injury (SCI) is one of musculosceletal disorder that distrub physic, social and economic faktors. Effect of SCI are extremities weakness, para parese depand on injury areas of spinal cord. Furtermore patients needs adaptation in his/hers paraparese to doing actuvuty daily living (ADL). This article shows tat clinical practice of recidency using Adaptation Roy Model as provider care, researcher, innovator and role model. Result of Adaptation Roy Modelapproach shows that effective in musculosceletal disorder patient care, who nees ability to asaptation in ADL. Result of Evidence Based Nursing shows that relaxation music therapy and back massage effective to reduce pain and anxiety. Result of innovation project format of SBAR (Situation, Background, Assesment and Recommendation)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Sutisna
"ABSTRAK
Total Hip Replacement THR merupakan salah satu tindakan bedah rekonstruktif penggantian sendi panggul akibat gangguan anatomi, fungsi tubuh yang mengganggu dan berpengaruh terhadap status fungsional. Tujuan penelitian teridentifikasinya faktor-faktor yang berhubungan dengan status fungsional pasien paska operasi THR. Penelitian ini menggunakan desain case control. Penetapan jumlah sampel menggunakan nonprobability sampling dengan metoda consecutive sampling. Hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi status fungsional dengan menggunakan Hip Haris Score HHS proporsi responden yang mengalami gangguan status fungsional mencapai 24,4 kelompok kasus dimana diantara variabel yang mempunyai hubungan yaitu usia, program rehabilitasi dan lama rawat dengan status fungsional pasien paska operasi THR. Pada kelompok kasus usia merupakan faktor paling besar mempengaruhi status fungsional setelah dikontrol oleh program rehabilitasi dan lama rawat dengan nilai odd ratio OR usia 31,30 p value =0,031, program rehabilitasi OR 28,21, p value=0,056 dan lama rawat OR 12,99 dengan p value=0,093. Pada kelompok case penelitian ini merekomendasikan melakukan latihan meningkatkan status fungsional terintegrasi dengan memperhatikan kemampuan dan kelompok usia.

ABSTRACT
AbstractTotal Hip Replacement THR is one of the reconstructive surgery of hip joint replacements which is done due to anatomic disorder, disturbing body function and effect on functional status. The purpose of the study is to identify the factors associated with the functional status of patients post THR surgery. This research uses case control design. Nonprobability sampling with consecutive sampling method is used to determine a number of samples. The result of this research shows that the functional status of frequency distribution using Hip Haris Score HHS proportion of respondents who have functional status disorder reached 24,4 case group where among variables possess age relationship, rehabilitation program and length of stay with functional status of patient after THR surgery. In the age group, it was the greatest factor affected functional status after controlled by rehabilitation program and length of stay with the value of odd ratio OR age 31,30 p value 0,031, rehabilitation program OR 28,21, p value 0,056 and length of treatment OR 12,99, p value 0,018. Based on the result, this case study group recommends for further research to do exercise enhancing functional status integrated with attention to ability and age group."
2018
T49404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>