Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83238 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsha Niken Prabandani
"Steel fiber dan Hollow-core-slab merupakan inovasi-inovasi baru yang telah banyak diterapkan dalam dunia konstruksi. Berdasar pada teori tegangan lentur di tengah penampang yang sama dengan nol, maka dibuat void pada tengah penampang untuk mengurangi volume beton adalah tujuan dari HCS. HCS yang pada umumnya diproduksi dalam bentuk precast dengan perkuatan pretegang membuatnya mahal untuk diaplikasikan. Maka dilakukan penelitian ini, yaitu HCS dengan sistem pengecoran insitu dan tanpa prategang yang memanfaatkan limbah botol air mineral sebagai pembuat lubang. Telah diketahui dari berbagai penelitian bahwa steel fiber meningkatkan secara signifikan kuat geser, kuat tarik belah, dan kuat lentur dari beton. Maka dalam penelitian ini peningkatan kekuatan lentur dari struktur digunakan bahan tambah steel fiber dengan variasi volume fraksi 0,19% dan 0,32%. Penelitian ini menggunakan benda uji pelat berukuran 15 cm x 60 cm x 175 cm yang dibebani hingga mecapai kekuatan lentur maksimum. Didapatkan bahwa dengan komposisi steel fiber 0,19% terdapat peningkatan kekuatan sebesar 19%-22%, sedangkan untuk komposisi 0,32% peningkatan kekuatan berkisar 26%-42%.

Steel fiber and Hollow-core-slab are some new innovations that has been widely applied in the construction world. Based on the theory of bending stress section in mid-area which is equal to zero, then the void could be created in the middle section to reduce the volume of concrete. HCS are generally produced in precast with prestressed then made it expensive to apply. Then carried out this research, to try HCS with cast-in-site system and using waste of mineral water bottle for made the hole. It is known from various studies that steel fiber significantly increasing the shear strength, split tensile strength, and flexural strength of concrete. So in this research, to increasing flexural strength of structure, steel fiber added with 0,19% and 0,32% fraction volume. The dimension of slab that used in this research ais 15cm x 60 cm x 75 cm which weighed up to maximum flexural strength. It was found that the composition of 0,19 % steel fibers increase strength by 19%-22%, while for the 0,32% steel fiber composition increase strength ranged by 26%-42%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S598
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abimantrana
"Hollow-CoreSlabbukanlah produk baru di dunia konstruksi. Namun, selama ini Hollow-CoreSlabidentik dengan produksi di pabrik secara pracetak dan melibatkan proses prategang. Sebuah rangkaian penelitian dilakukan, untuk meneliti mengenai perilaku dan kapasitas lentur Hollow-CoreSlabyang dibuat secara insitu non-prategang dengan menggunakan limbah botol PET sebagai pembuat lubang. Skripsi ini akan membahas mengenai pengaruh penambahan sengkang diagonal dan vertikal terhadap perilaku pelat Hollow-CoreSlab(HCS) insitu non-prategang dan feasibilitas pelaksanannya. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan benda uji berdimensi 1750 x 600 x 150 mm3. Pada penelitian ini dilakukan pengujian pembebanan empat titik sehingga didapatkan perbandingan perilaku antara HCS insitu non-prategang yang diperkuat oleh sengkang dengan HCS insitu non-prategang yang tidak diberi perkuatan. Analisis dilakukan dengan membandingkan grafik beban-lendutan, grafik momen-rotasi, dan pengamatan visual dari pola retak dan keruntuhan yang terjadi pada benda uji.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa HCS insitu non-prategang dengan perkuatan sengkang memberikan kemudahan dalam hal pelaksanaan. Adanya sengkang membantu memastikan limbah botol PET yang digunakan tidak bergerak selama proses pengecoran. Selain itu, perilaku HCS insitu non-prategang yang diperkuat sengkang tidak berbeda dengan yang tidak diperkuat sengkang. Keruntuhan yang terjadi pada keduanya sama-sama didominasi oleh kegagalan lentur. Adapun kapasitas lentur HCS insitu non-prategang yang diperkuat sengkang meningkat antara 8-11 %. Penelitian ini memberikan pemahaman mengenai kemudahan pelaksanaan yang didapat dari adanya sengkang pada HCS insitu non-prategang, sehingga membuka kemungkinan untuk diaplikasikan pada proyek konstruksi.

Hollow-CoreSlabis not a new product in the construction world. But, Hollow-Core Slab has always been known as precast and prestressed concrete product. A series of experiment is therefore conducted, to study the behavior and bending capacity of a Cast In-site Non-prestressed Hollow-Core Slab, which was made using PET Plastic Botle Waste as it?s Void. This undergraduate thesis will discuss and explain the effect of added Stirrups, whether its diagonally or vertically assembled, to the behavior and manufacturing feasibility of Cast In-Site Non-prestressed Hollow-Core Slab. The study was done by experiment using samples of 1750 x 600 x 150 mm3. The testing was conducted using four-point-loading method, in order to obtain results that show behavior comparison of the tested samples. Analysis is conducted by comparing force-displacement graphs, moment-rotation graphs, and visual observation of crack pattern and failure mode.
From the results, it is discovered that HCS samples with added Stirrups are easier to be manufactured. The presence of Stirrups contributes in making sure that the PET Plastic Bottle Waste will not shift or move during casting. Besides of that, it is confirmed from this experiment that the presence of Stirrups does not change the failure mode of Cast In-site Non-prestressed HCS. Both variants, with or without added Stirrups, has a failure mode that is governed by flexural failure. Furthermore, the flexural capacity of HCS is 8-11 % increased by the presence of Stirrups. This study gives us understanding about how Cast In-Site Non-prestressed HCS can be manufactured in a simpler way, so to make it easier to be applied in the real-world construction project.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S599
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Oktora
"Dewasa ini, penggunaan material komposit serat geias/poliester semakin banyak diminati pada aplikasi lingkungan air karena sifatnya yang mama, yaitu tingginya rasio kekuatan terhadap berat dan pembuatan bentuk yang tak terbatas serta kemurahan bahan-bahan bakunya. Dengan adanya kombinasi antara beban selama pemakaian (tekanan hidrostatis) dan lingkungan pemakaian seperti perendaman dan temperatur tinggi, komposit sefat gelas/poliester mempunyai keterbatasan. Dengan perendaman dan temperatur tinggi akan sama-sama mengurangi kekuatan matriks, sehingga akan mengurangi kekuatan tekan arah longitudinal komposit serat gelas/poliester, yang dikenal sebagai matnir dominated strength. Sampel komposit pada penelitian ini adalah kombinasi resin poliwter jenis General Purpose (GP) dan serat gelas jenis E-glass dengan bentuk Chopped Strand Mat (CSM) dan Woven Roving (WR). Dimana serat gelas tersusun dengan urutan: 3CSM, IWIL BCSM, IWR, ZCSM. Sampe! ini direndam pada media air selama 552 jam dengan variasi temperatun 26°C, 6o°C, dan 90°C Adapun dimensi dan pengujian tekan mengguuakan standar ASTM D695-80. Dan pengamatan foto makro dilakukan terhadap perpatahan yang terbentuk pada setiap kondisi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perendaman hingga di bawah temperatur gelas (Ts=73°C [12]) akan menyebabkan pertambahan berat, sementara di atas temperatur gelas, tidal: menyebabkan pertambahan berat komposit serat gelas/poliester. Peningkatan temperatur perendaman akan menyebabkan penurunan kekuatan tekan arah longitudinal komposit serat gelas/poliester. Pada perendaman di bawah temperatur gelaa, penunman kekuatan telcan arah longitudinal dipengaruhi oleh penyerapan air pada matriks, sedangkan di atas temperatur gelas, dipengaruhi oleh temperatur tinggi. Pada perendaman di bawah temperatur gelas, peningkatan temperatur akan menyebabkan semakin terbukanya perrnukaan retak. Sedangkan pada perendaman di 8183 tempemturgelas, perpatahan menjadi sangat getas yang pelepuhan metriks (matrix blistering). Mode perpatahan akibat beban tekan arah longitudinal adalah shear mode. Dan perambatan retak terjadi pada serat gelas WR."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Imelda Eva R.
"Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan mekanik kompasit adalah dengan mengkombinasikan beberapa serat penguat dalam susunan yang berbeda untuk mencegah terjadinya ketUsakan awal. Pada penelilian ini kombinasi lapisan serat pada laminat akan dievaluasi untuk melihat ketahanan material komposit terhadap beban tekan dan impak. Penelitian ini menggunakan resin polyester sebagai matrik dan serat gelas tipe E berbentuk Olopped Strand Mat (CSM) dan Woven Ravings (WR) sebagai penguat Pembuatan material tnt dilakukan dengan teknik laminasi basah secara manual dangan mengkombinasikan susunan lapisan semt pada laminat sebanyak 10 (sepuluh) lapisan dengan kombinasi susunan sebagai berikut: O%CSM-100%WR : 10 lapisan serat WR 21J%CSM-80%WR: CSM-8WR-(;SM 40%CSM-150%WR: CSM-WR·CSM-4WR-C5M-WR-csM 60%CSM-40%WR: CSM-WR-csM·WR-2CSM-WR-csM-WR-csM 80%CSM-20%WR: CSM-WR-OCSM-WR-(;SM 100%CSM-0%WR : 10 lapisan semt CSM Kemudlan dilakukan pengujian tekan berdasarkan standar ujf tekan AS7M 0695-90 dan pengujian fmpak ben:fasarkan standar uji tmpak AS7M 0256-93.4. Dan dilanjutkan dengan pengamalan kerosakan makro komposit aldbat pembebanan yang diberikan. Data yang diperofeh menunjukkan bahwa kekuatan tekan sangat tergantung pada tahanan komposit dalam mencegah lentur serat (fibre buckling) dan perpatahan semt Serat CSM memiliki kemampuan dalam mencegah lentur serat pada daerah tengah sedangkan serat WR memiliki kemampuan mencegah perpatahan semt pada bagian pinggit; sehingga kekuatan tekan terlinggi dimiliki komposit 60%CSM-40%WR dengan susunan CSM-WR-(;SM-WR-2CSM-WR-csMWR ·CSM. Sedangkan kekuatan impak sangat tergantung pada ketahanan serat dalam mendistribusikan beban impak dan dalam menahan beban impak"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41994
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhlis
"Peningkatan penggunaan material komposit dalam aplikasi bidang teknik menuntut tersedianya material ini dengan sifat mekanik yang tinggi. Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan mekanik material komposit adalah dengan mengkombinasikan beberapa jenis penguat (serat) yang dibuat dalam bentuk laminat.
Dalam penelitian ini digunakan kombinasi serat gelas tipe E jenis Chopped Strand Mal (CSA/U dan Woven Roving (WR) dan matriks resin polyester dengan merk dagang DECIJDE PH-164M Serat gelas jenis CSM mempunyai ikalan yang baik dengan resin sehingga dapat mencegah delaminasi, sedangkan sera! gelas jenis WR memiliki kekuatan tarik yang tinggi dalam arah longitudinal. Proses pembuatan sampel dilakukan dengan metode laminasi basah manual. Kemudian dilakukan pengujian tarik dengan menggunakan standar ASTM D 638M untuk diketahui kekuatan tarik. Mekanisme perpatahan yang terjadi akibat beban tarik diamati dengan menggunakan mikroskop optik.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik komposit meningkat dengan bertambahnya jumlah Iapisan serat WR. Kekuatan tarik terendah didapat pada komposisi 100% CSM dan kekuatan tarik tertinggi adalah pada komposisi 100% WR. Juga dengan bertambahnya jumiah lapisan serat WR, fraksi volume serat meningkat. Mekanisme perpatahan yang terjadi pada komposir akibat pembebanan tarik merupakan gabungan perpatahan pada serat, perparahan pada matrike, retak matrik dan delaminasi. Lapisan serat CSM cenderung mengulami pemisahan serat setelah menerima beban tarik, sedangkan pada lapisan serat WR proses delaminasi merupakan mekanisme perpatahan yang dominan terjadi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Heru Kurniawan
"ABSTRAK
Penelitian mengenai penambahan serat baja ke dalam campuran beton telah menjadi sorotan beberapa dekade terakhir sejak pertama kali dipublikasikan pada tahun 1960. Beberapa penelitian bahkan telah mengaplikasikan beton berserat baja atau biasa disebut steel fiber reinforced concrete (SFRC) pada struktur pelat, dengan ataupun tanpa penambahan tulangan. Penelitian mengenai sifat mekanis material beton dengan berbagai proporsi pencampuran (mix design) telah dan akan terus dikembang di berbagai belahan dunia. Beberapa penelitian mengenai beton berserat baja ini bahkan telah diakui sebagai ASTM (American Standard Test Method) dan digunakan sebagai acuan metode pengujian di berbagai negara.
Dalam penelitian ini, Pengujian pelat akan di lakukan berdasarkan volume fraksi steel fiber yang digunakan bervariasi diantara 0,19%; 0,32%; dan 0,51 % serta diamati pengaruhnya terhadap kuat tekan, kuat lentur, kuat tarik belah dan kuat geser. kuat tekan, kuat lentur, kuat tarik belah dan kuat geser bertambah seiring dengan pertambahan volume fraksi steel fiber dalam beton tersebut.

ABSTRACT
Research on addition of steel fiber into the concrete mixture has been in the spotlight the last decade since it was first published in 1960. Some studies have even applied steel fiberor so-called steel fiber reinforced concrete (SFRC) at the slab structure, with or without the addition of reinforcement. Research on the mechanical proporties of concrete materials with different propotions of mixing (mix design) has been and will continue to be developed in various part of the world. Some research on the steel finer concrete has even been recognized as an ASTM (American Standard Test Method) an used as reference test methods in various countries.
In this study, Slab testing will be made based on the volume fraction of steel fiber used varies between 0,19%; 0,32%; 0,51% and the observed effect on compressive strength, flexural strength, split tensile strength and shear strength. Compressive strength, flexural strength, split tensile strength and shear strength increases with increasing volume fraction of steel fibers in concrete."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S731
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fredrik Andrianto
"Serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah tanaman kelapa sawit yang berlimpah di Indonesia. Serat ini merupakan serat alam yang dapat digunakan sebagai penguat di dalam komposit polimer, namun masalah utama dari serat alam adalah hidrofilik sedangkan polimer propilena sebagai matriks adalah hidrofobik. Perlakuan kimia alkalinisasi merupakan perlakuan kimia yang dapat meningkatkan kompatibilitas serat dan sifat mekanis yang dihasilkan pada pembentukan komposit. Metode pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bentuk serat di dalam struktur komposit menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan kemudian diolah menggunakan perangkat lunak ImageJ. Alkalinisasi dapat meningkatkan distribusi serat di dalam komposit dinyatakan dalam bentuk rasio distribusi hingga 0,42 pada serat 50 mesh dan 0,40 pada serat 100 mesh. Selain itu, kompatibilitas serat juga meningkat ditunjukkan oleh selisih tegangan permukaan yang menurun hingga 1.60 mN/m. Hasil pengujian dibentuk dalam purwa-rupa aplikasi sebagai contoh manfaat mengetahui pengaruh secara kuantitatif yaitu dapat memprediksi sifat-sifat yang dihasilkan.

Oil Palm Empty Fruit Bunch (OPEFB) Fiber is an abundant waste in Indonesia. This fiber is a natural fiber that can be used for reinforcement in polymer-based composites, but natural fiber is hydrophilic while polypropylene as a matrix are hydrophobic. Alkalinization is a type of chemical treatment that can improve fiber compatibility and mechanical properties resulting in the formation of composites. Testing methods conducted to determine the shape of the fibers in the composite structure are using Scanning Electron Microscope (SEM) and then processed using ImageJ software. Alkalinization can increase fiber distribution in composites expressed in the form of distribution ratio up to 0,42 for 50 mesh and 0,40 for 100 mesh. In addition, the compatibility of the fiber also increases, indicated by the differences in surface tension decreased to 1,60 mN/m. The test results are formed in the prototype of application that can be used for an example of the benefits of knowing the influence quantitatively so that can be able to predict the resulting properties.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elgiva Kallita Tafiana
"Latar Belakang: Palfique Universal Flow® merupakan resin komposit flowable yang digunakan untuk merestorasi gigi anterior dan posterior. Untuk dapat beredar di pasaran, material restorasi harus memenuhi karakteristik standar, salah satunya adalah kekuatan fleksural. Material restorasi akan terpapar oleh lingkungan mulut yang kondisi pH-nya selalu berubah sehingga dapat berdampak pada kekuatan fleksuralnya. Tujuan: Menganalisis pengaruh perendaman resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow® tipe medium pada berbagai pH saliva buatan terhadap kekuatan fleksural. Metode: Sejumlah dua puluh empat spesimen resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow® tipe medium dengan dimensi 25 x 2,8 x 2 mm dikelompokkan menjadi empat, yaitu kelompok tanpa perlakuan, perendaman di saliva buatan pH 3, pH 5,5, dan pH 7. Setelah direndam selama 7 hari, kekuatan fleksural diukur menggunakan Universal Testing Machine. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis, Mann-Whitney, dan Independent T-Test. Hasil: Nilai kekuatan fleksural pada kelompok tanpa perlakuan merupakan yang tertinggi dan semakin rendah pada perendaman di dalam saliva buatan pH 7; 5,5; dan 3 secara berturut-turut dengan perbedaan signifikan (p≤0,05). Nilai antar kelompok berbeda signifikan pada seluruh kelompok (p≤0,05), kecuali pada pH 3 dengan pH 5,5 dan pH 5,5 dengan pH 7 (p>0,05). Kesimpulan: Saliva buatan yang asam menyebabkan nilai kekuatan fleksural resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow® tipe medium menjadi lebih rendah.

Background: Palfique Universal Flow® is a flowable composite resin that used for restoring both anterior and posterior teeth. To be marketed, restorative materials must meet standard characteristics, one of which is flexural strength. Restorative materials are exposed to the oral environment, where pH conditions continuously change, potentially affecting their flexural strength. Objective: To analyze the effect of immersion medium-type supra-nano composite resin Palfique Universal Flow®in artificial saliva at various pH levels on the flexural strength. Methods: Twenty-four specimens of medium-type supra-nano composite resin Palfique Universal Flow®, with dimensions of 25 x 2.8 x 2 mm, divided into four groups: untreated, immersion in artificial saliva with pH 3, pH 5.5, and pH 7. After a 7-days immersion, the flexural strength was measured using a Universal Testing Machine. The data were analyzed using Kruskal-Wallis, Mann-Whitney, and Independent T-Test. Results: The flexural strength values in the untreated group were the highest, decreasing within immersion in artificial saliva at pH 7, 5.5, and 3 with significant differences observed (p≤0.05). Significant differences were noted between groups in all cases (p≤0.05), except between pH 3 and pH 5.5, as well as between pH 5.5 and pH 7 (p>0.05). Conclusion: Artificial saliva with acidic pH levels leads to lower flexural strength values of the medium-type supra-nano composite resin Palfique Universal Flow®.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rista Eka Aprilianti Sugiono
"ABSTRAK
Latar Belakang : Ekstrak Biji AnggurEBA mengandung proantosianidin sebagai pengikat silang kolagen yang menentukan sifat mekanik dentin.
Tujuan : Menganalisis pengaruh larutan EBA terhadap kekuatan lentur dentin saluran akar.
Metode : 90 lempeng dentin saluran akar dibagi menjadi 3 kelompok direndam larutan EBA, NaOCl dan aquabides. Dilakukan uji kekuatan lentur dentin dengan Universal Testing Machine.
Hasil : Kekuatan lentur tertinggi pada kelompok larutan EBA, terendah pada kelompok NaOCl. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok larutan EBA dan aquabides (p>0.05).
Kesimpulan : Nilai kekuatan lentur dentin saluran akar pada larutan EBA lebih tinggi dibandingan dengan larutan NaOCl.

ABSTRACT
Background : Grape Seed Extract (GSE) contains proanthocyanidin as collagen crosslinking which determines the mechanical properties of dentin.
Objective: To analyze the effect of the GSE solution to the flexural strength of root canal dentin.
Methods : 90 root canal dentin slabs were divided into 3 groups, immersed in GSE solution , NaOCl and aquabidest . Dentin flexural strength test measured by Universal Testing Machine.
Results : The highest flexural strength was found in GSE solution group , the lowest in the group of NaOCl . There were no significant differences between GSE groups and aquabidest group ( p > 0.05 ).
Conclusion : The value of flexural strength of root canal dentin found in GSE solution group was higher when compared with NaOCl solution.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putry Bunda Navirie
"The oral health of denture wearers depends on the cleanliness of their denture. Therefore, it needs proper care and maintenance to prolong the denture wearing, while the oral mucosa is kept healthy. Maintenance and cleaning the denture by brushing and immersing in desinfectant solution is done to eliminate microorganims. Themoplastic nylon is widely used as material of choice in constructing partial or full denture instead of acrylic resin heat-cured material. This material is superior due to good esthetic, thinner denture base compared with acrylic resin denture base, and alternative material for patient allergic to acrylic monomer. Based on findings, immersion in disinfectant solution for 24 hours can increase the rigidity of nylon denture base material. Refer to those, a research was done to discover the effect of chlorhexidine gluconate 0,2% and sodium hypoclorite 1% disinfectant solution to flexural strength of thermoplastic nylon material, bearing in mind that a those solution are available abundantly in less price. ln this research it is concluded that flexural strength of thermoplastic nylon material is increased in sodium hypochlorite 1% immersion compared to chlorhexidine gluconate 0,2%, aquadest immersion, and control group. Flexural strength of thermoplastic nylon material in chlorhexidine gluconate 0,2% and aquadest immersion are relatively equal. (p=1,000). Hereby disinfectant solution could effect to flexural strength of thermoplastic nylon material. Chlorhexidine gluconate 0,2% and aquadest immersion can decrease flexural strength compared to control group (p=0,000). Anticipation on physical, mechanical, and chemical changes of denture made from thermoplastic nylon material rises a need of socialization among dentist that thermoplastic nylon material can change at immersion in sodium Hypochlorite 1% and chlorhexidine gluconate 0,2% solution. To this matter, further research of other disinfectant solutions needs to be done."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>