Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62018 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
"ABSTRAK
Kehidupan masyarakat Jawa seialu diwarnai oleh kehidupan simbolis. Unsur-unsur simbolis itu sangatlah berperan terutama di dalarn kehidupan sehari-hari. Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat Jawa mengungkapkan perasaan dan perilakunya dengan mengkaitkannya pada hal-hal yang bersifat simbolis. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya seringkali dituangkan dalam bentuk upacara-upacara. Tak pelak lagi, dalam upacara-upacara tersebut unsur simbolis sangat berperan di dalamnya. Unsur-unsur simbolis itu berkaitan dengan pandangan hidup masyarakatnya. OIeh karenanya, unsur-unsur simbolis itu haruslah dihayati dan dipahami sehingga ungkapan serta keinginan masyarakatnya dapat terkuak dan menjadi pedoman hidupnya.
Upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian ataupun juga berkaitan dengan pekerjaan, mendirikan rumah, kenaikan pangkat, dan sebagainya. Salah satu tradisi Jawa yang dilaksanakan oleh masvarakatnya adalah upacara wiwuhan atau upacara perkawinan. Dalam melaksanakan upacara tersebut, mempelai laki-laki dan perempuan menggunakan busana dan tata rias yang diperuntukkan pada upacara wiwahan serta melaksanakan upacara yang sarat dengan tata cara dan adat Jawa. 'I'ata cara tersebut berasal dari kalangan keraton ataupun raja-raja Jawa yang berkuasa di tanah Jawa. Dengan kata lain, kehidupan dan perilaku para bangsawan yang berada di dalam komunitas keraton menjadi salah satu sumber budaya Jawa. Untuk memahmi upacara wiwahan, baik mengenai tata busana, tata rias maupun langkah-langkah dari upacara yang ada di lingkungan istana, perlu dipahami juga latar belakang yang mendasarinya."
1998
D6
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
"Kehidupan masyarakat Jawa seialu diwarnai oleh kehidupan simbolis. Unsur-unsur simbolis itu sangatlah berperan terutama di dalarn kehidupan sehari-hari. Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat Jawa mengungkapkan perasaan dan perilakunya dengan mengkaitkannya pada hal-hal yang bersifat simbolis. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya seringkali dituangkan dalam bentuk upacara-upacara. Tak pelak lagi, dalam upacara-upacara tersebut unsur simbolis sangat berperan di dalamnya. Unsur-unsur simbolis itu berkaitan dengan pandangan hidup masyarakatnya. OIeh karenanya, unsur-unsur simbolis itu haruslah dihayati dan dipahami sehingga ungkapan serta keinginan masyarakatnya dapat terkuak dan menjadi pedoman hidupnya.
Upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian ataupun juga berkaitan dengan pekerjaan, mendirikan rumah, kenaikan pangkat, dan sebagainya. Salah satu tradisi Jawa yang dilaksanakan oleh masvarakatnya adalah upacara wiwuhan atau upacara perkawinan. Dalam melaksanakan upacara tersebut, mempelai laki-laki dan perempuan menggunakan busana dan tata rias yang diperuntukkan pada upacara wiwahan serta melaksanakan upacara yang sarat dengan tata cara dan adat Jawa. 'I'ata cara tersebut berasal dari kalangan keraton ataupun raja-raja Jawa yang berkuasa di tanah Jawa. Dengan kata lain, kehidupan dan perilaku para bangsawan yang berada di dalam komunitas keraton menjadi salah satu sumber budaya Jawa. Untuk memahmi upacara wiwahan, baik mengenai tata busana, tata rias maupun langkah-langkah dari upacara yang ada di lingkungan istana, perlu dipahami juga latar belakang yang mendasarinya."
1998
D237
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
"Kehidupan masyarakat Jawa selalu diwarnai oleh kchidupan simbolis. Unsur-Unsur simbolis itu sangatlah bcrperan terulanla di dalam kchidupan schari-hari. l)alam nicnjalani kchidupannya, nlasyarakal .Iawa iucngungkapkan perasaan clan perilakunya dengan mengkaitkannya pada hal-hal yang bcrsilat simbolis. Kebiasaan-kebiasaan yang t lakukannya seringkali dituangkan dalam henluk upacara-upacara_ 'Iak pelak lagi, dalam upacara-upacara tersebut unsur simbolis sangat berperan di dalamnya. Unsur-unsur simbolis itu berkaitan dengan pandangan hidup masyarakatnya. Oleh karenanya, unsur-unsur simbolis itu haruslah dihavati dan dipahami sehingga ungkapan Berta keinginan masyarakatnya dapat terkuak dan menjadi pedoman hidupnya. Upacara-upacara yang dilakukan old) masyarakat Jawa berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian ataupun juga berkaitan dengan pekerjaan, mendirikan rumah, kenaikan pangkat, dan scbagainya. Salah sate tradisi Jawa yang dilaksanakan oleh masyarakatnya adalah upacara wiwuhanl atau"
1998
D1645
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiono Herusatoto
Yogyakarta: Hanindita, 1987
306.09598 Her s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1996
LAPEN 16 Bud s
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hasanuddin Wahid
"Perang sebagai sebuah institusi sosial tertua di dunia, sampai detik ini tetap menjadi isu yang paling mematikan dalam sejarah umat manusia. Perangdalam banal ( hampir semua orang-terkait erat dengan penggunaan kekerasan, tipu muslihat (kelicikan), irrasional, penghancuran, kenestapaan, dan despotisme. Perang bukanlah soal politik atau diplomasi ataupun konsep-konsep modem lainnya. Perang adalah sesuatu yang sangat primitif, dan menyangkut rasa kebencian yang mendalam dan sulit dijelaskan.
Penelitian ini berusaha untuk melakukan kajian terhadap perang melalui karya Clausewitz On War dengan menggunakan pendekatan filosofis demi membuktikan apakah perang identik dengan pemahaman umum di atas. Terkait dengan masalah perang ini, peneliti berupaya menelitinya dengan menggunakan pendekatan konstruktivis/perspektif untuk memperoleh kejelasan seperti apakah sebenarnya pemikiran perang itu berdasarkan karya Clausewitz On War. Lebih dari itu, penelitian ini sebenarnya dikonsentrasikan untuk menelaah secara filosofis konsepsi Clausewitz tentang perang, sebab perang bagi Clausewitz tidaklah identik dengan irrasionalitas, penuh kebiadaban dan primitif. Penelitian ini mengungkapkan bahwa perang dalam pandangan Clausewitz hanyalah merupakan alat dari politik (tujuan nasional sebuah bangsa). Perang bukanlah sebuah tujuan melainkan hanyalah alat dari politik (kebijakan/tujuan nasional) sebuah bangsa. Perang itu sendiri bersifat konstan, sedangkan tata cara, alasan berperang, strategi, taktik, skala ataupun bentuknya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian, Clausewitz melihat bahwa perang bukan hanya tindakan politik, namun juga alat politik yang nyata, suatu kelanjutan dari perdagangan politik, upaya untuk mencapai yang sama namun melalui jalan yang berbeda. Pandangan politik adalah tujuannya, perang adalah sarananya dan dalam konsepsi Clausewitz, sarana harus selalu tercakup dalam tujuan. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa didalam On War ditemukan koordinasi yang kuat antara filsafat dan pengalaman. Sejumlah penlikiran filosofis tentang perang dalam On War banyak memperoleh pengaruh dan Machiavelli, Hegel dan Kant. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa Clausewitz melalui karyanya On War juga menegaskan bahwa masalah perang dapat dipelajari secara logis-ilmiah dengan pendekatan-pendekatan filosofis. Pada akhirnya, penelitian ini membuktikan bahwa perang tidaklah identik dengan penggunaan kekerasan yang buta tanpa batas, biadab, primitif dan tidak dapat dikendalikan. Selain perang bukanlah monopoli para jenderal militer. Meski Clausewitz menyatakan bahwa object perang adalah vernichtung (penghancur leburan) kekuatan musuh secara total, Clausewitz justru menunjukkan bahwa perang itu memiliki logikanya sendiri dimana penggunaan kekerasan dapat diukur dan dibatasi oleh sesuatu di Iuar perang itu sendiri. Perang selalu berada dibawah pada tujuan politik ekstemal yang menentukan luas dan sifat kekerasan yang hendak diterapkan. Perang dibenarkan hanya pada saat hal tersebut secara rasional digunakan untuk kepentingan masyarakat luas.

War is an oldest social institution in the world until this moment had been issue which is most killing issue in history of mankind. War-in almost human mind-related to the violence usage, gimmick, irrational, devastation, sorrow and despotism, war is not a politic manner or diplomation or others modem concept. War is something which is very primitive and concerning deep hatred which is hard to be explained. This research try to conduct study as to war by Clausewitz's work On War with using philosophical approach by proof what is identical war with general understanding above. Related to this war problem, researcher tries to research with using constructivist/perspective approach for getting clarity as what is truly that was opinion according to Clausewitz's work On War. More than it, this research is actually concentrated for analyzing philosophically Clausewitz's conception about war, because war for Clausewitz is not identical with irrational, hatred and primitive. This research was showed that war in Clausewitz's opinion is merely tool from politic (national aim in a nation). War is not a means but is merely tool of politic (policy/national aim) a nation. War it self had the quality of constant whereas procedures, wage war's reason, strategy, tactics, scale or its form fluctuated from time to time. Thereby, Clausewitz saw that war is not merely political action, but also real political action, a continuation of political commerce, effort for reaching the same thing but using the different way. Political view is the aim, war is the tool and in Clausewitz's conception, a tool is always come within in the aim.
This research also showed that inside On War can be found strong coordination between philosophy and experience. Amount philosophy view about war in On War a lot of obtaining influence from Machiavelli, Hegel and Kant. Beside that, this research also showed that Clausewitz by his work On War also affirmed that war problem can be studied logically-scientific with philosophical approach. In the end, this research showed that war is not identical with blind of violence usage, barbaric, primitive and can not be controlled. Beside that, war is not military General's monopoly. Although Clausewitz expressed war object is Vernichtung (destruction) enemy's strength totally, Clausewitz exactly showed that war have its logic where violence usage can be measured and bordered by something outside the war it self. War always exists under external political target in determining wide and nature of hardness which will be applied. War is merely agreed at the time of mentioned above rationally is used for the sake of wide society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franz Magnis-Suseno
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997
321.8 FRA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Priyadi
"Pesatnya perkembangan teknologi pada media komunikasi telah membawa perubahan pada peradaban manusia ke suatu era dimana Batas waktu dan ruing dihilangkan. Dalam teorinya mengenai teknologi sebagai perluasan tubuh manusia atau human extension dan konsep global village; McLuhan mengemukakan era bare tersebut menghasilkan masyarakat informasi. Teknologi tidak hanya berdampak positif melalui kegunaannya, tetapi juga melahirkan dampak negatif yang disebut Mcl,uhan sebagai auto-amputation. Manusia semakin teramputasi dari fungsi-fungsinya secara fisik dan biologis yang nienyebabkan dehumanisasi pada manusia sebagai makhluk sosial. Penelitian ini terfokus pada hubungan manusia dan teknologi dalam perkembangannya di era informasi menurut pandangan Mashall McLuhan tenting konsep human extension dan global village, dimana dunia dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh. Pcngaruh teknologi yang tak terclakkan daiam peradaban manusia, berujung pada implikasi-implikasi yang menyiratkan gejala amputasi diri. Penelitian ini disusun menggunakan metode studi kepustakaan dengan mengumpulkan referensi teori yang sesuai dengan topik penelitian yang diangkat. Permasalahan penelitian dipaparkan secara deskriptif menggunakan teori media komunikasi Marshall McLuhan mengenai human extension dan global village. Hasil penelitian kemudian dianalisis secara kritis refleksif"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S16080
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sapardi
"Terdapat hal yang menarik dalam dunia filsafat, tidak ada sesuatu pun yang dapat memperoleh suatu jawaban yang memuaskan. Filsafat tidaklah menjawab, tetapi mengarahkan kepada pemikiran yang lebih mendalam terhadap sesuatu. Terhadap dunia manusia, para filsuf telah banyak memberikan pemikirannya. Sejak Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Rene Descartes hingga kepada filsuf eksistensialis, seperti Heidegger, Sartre maupun yang lain, juga belum dapat memberikan kepuasan dalam mengungkap manusia, termasuk dialamnya kebebasan. Manusia selalu berusaha untuk mencari hakikat yang paling benar, tetapi selalu kekurangan yang dihadapi.
Kajian pokok yang penulis bahas dalam Tesis ini adalah Kebebasan Dalam Pandangan Buddhisme Suatu Telaah Filosofis. Kelahiran demi kelahiran terus berlangsung dan tidak hentinya. Penderitaan dijalani sebagai konsekwensinya dari kelahiran dan kematian. Penderitaan sebagai proses dinamika kehidupan manusia dalam pandangan Buddhisme. Untuk menyingkapi hal tersebut maka kebebasan sebagai alat yang dipergunakan untuk analisanya sehingga dapat dipahami proses kehidupan manusia dalam mencapai tujuan. Selanjutnya adalah esensi manusia yang hakekatnya mengalami penderitaan.
Kajian terhadap manusia dipaparkan kedalam berbagai pokok permasalahan. Untuk memahami hakekat kebebasan dari sudut pandang Buddhisme, maka dalam memahami manusia harus dipandang dari berbagai aspek. Aspek-aspek dimaksud saling keterkaitan dan tidak dapat terpisahkan.
Agar sejalan dengan tujuan dan kegunaan penelitian maka pemikiran awal dirumuskan tentang sejarah perkembangan Buddhisme. Refleksi sejarah mencerminkan pemikiran Buddhisme terhadap segala hal yang akan menjadi acuan. Tahap selanjutnya tentang pandangan Buddhisme terhadap manusia, yang menyangkut alam semesta, alam-alam kehidupan, hakekat manusia, roda kehidupan dan kedudukan manusia.
Kajian selanjutnya diarahkan kepada pemikiran yang lebih mahuk kedalam esensi manusia. Dimensi kebebasan untuk memberikan arah dan tujuan yang seharusnya manusia pergunakan. Adanya rintangan batin yang menjadi momok dalam kehidupan untuk mencapai kesempurnaan. Pandangan terang yang harus dilatih dalam kehidupan melalui meditasi. Kebebasan mutlak sebagai tujuan akhir dari kehidupan. Esensi dari kelahiran mahluk menurut Buddhisme adalah kondisi yang menderita sebagai konsekwensinya. Dalam hal ini harus dipahami secara baik, sehingga untuk mencapai tujuan akhir maka manusia harus menghindari Dua Hal Ekstrim dan melaksanakan Jalan Tengah. Kesempurnaan sebagai akhir tujuan dari kehidupan.
Dalam menyampaikan kajian-kajian tersebut diatas, perlu diketahui bahwa pemikiran dari filsuf-filsuf lain juga dipergunakan. Pemikiran-pemikiran tersebut dipergunakan baik sebagai komparasi maupun lainnya. Sehingga akan dapat diperoleh keterpaduan dalam penulisan ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Relin D.E
"Tari Gandrung merupakan kekayaan budaya lokal banyuwangi dan dijadikan maskot daerah Banyuwangi. Tari gandrung banyak dipentaskan diberbagai acara publik termasuk di dalam tradisi petik laut. Pementasan Tari Gandrung dalam tradisi petik laut memiliki makna tersendiri karena tradisi ini diyakini sebagai bentuk persembahan kepada Dewa Laut agar nelayan dianugrahkan ikan yang berlimpah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk Tari Gandrung dan makna filosofi Tari gandrung yang terkandung dalam tradisi Petik laut di pantai Muncar Banyuwangi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan analisis deskriftip kualitatif Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi (data-data sekunder) Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Setiap peragaan Gandrung Banyuwangi selalu berpola jejer paju dan seblang-seblang. Dalam pementasannya memasuki tiga babak yakni pertama jejer, gending terdiri dari lagu Padha Nonton yang terdiri dari delapan bait 32 baris setiap baitnya terbagi menjadi empat baris baru kemudian dilanjutkan dengan gending Padha Nonton pada bait-bait berikutnya dengan gerak tari yang sesuai warna lagu yang dibawakan. Kemudian babak kedua disebut Paju gending yang dibawakan bebas sesuai permintaan yang akan ikut menari (maju gandrung) dan ketiga Seblang-seblang yang selalu diawali dengan gending atau lagu yang berjudul Sebiang Lukito dan gending-gending lainnya. Pementasan tari gandrung dalam tradisi petik laut secara filosofis bila diamati dan lagu Padha nonton dengan svaimva berbentuk bebas dan pola yang berkembang ini merupakan gambaran filosofis hidup tentang manusia Filosofis yang diekspresikan dalam bentuk tari dan nyanyi sebagai simbol pesan tentang hidup dan kehidupan Terutama dalam adegan seblang-seblang memvisualisasikan perpaduan bentuk gerak dan nvanvian vang indah untuk menyampaikan pesan-pesan tentang hidup dan kehidupan segala suka dukanva sebagai manusia. Demikian juga ucapan rasa syukur kepada Tuhan atas kehidupan ini. Kemudian akhir dari manusia itu sendiri diaktualisasikan tentang keberadaan manusia secara hitam dan putih. Perjuangan dan nereulatan akhirnya dengan hentakan atau kelembutan dalam menjawab semua pertanyaan yang muncul, suatu pertanyaan yang tak pernah habis-habisnya, seperti memasuki dunia pengalaman sekaligus dunia kenyataan dalam satu rangkaian.
"
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>