Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175809 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Untuk mengetahui adanya tingkai nyeri dadn pada klien IMA sebelum dan sesudah pemberian terapi oksigen dengan konsentasi rendah (nasal/Kanula), dilakukan penelitian desikriptif perbandingan terhadap 20 klien yang dilaksanakan di RS Pondok Indah dari 10 Oktober sampai dengan 6 Desember 2001.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada tingkat nyeri dada klien IMA sebelum dan se-sudah pemberian terapi oksigen dengan konsenterasi rendah (nasal/Kanula)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5405
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Bakar
"ABSTRAK
Keberhasilan pelayanan keperawatan yang bermutu dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja perawat. Kepuasan kerja perawat dapat diupayakan melalui MPKP Jiwa modifikasi pendekatan manajemen fungsi pengarahan, namun kegiatan MPKP dan fungsi pengarahan belum dijalankan secara konsisten. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh fungsi pengarahan kepala ruang dan ketua tim terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di unit rawat inap RSUD Blambangan Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan desain pre-post test with control group, dan pelatihan serta bimbingan fungsi pengarahan (operan, pre conference, post conference, iklim motivasi, supervisi dan delegasi) pada kepala ruang dan ketua tim di kelompok intervensi. Sampel penelitian diperoleh secara purposive sampling, terdiri dari 35 perawat pelaksana RSUD Blambangan Banyuwangi sebagai kelompok intervensi dan 40 perawat pelaksana di RSUD dr. Haryoto Lumajang sebagai kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja diambil dari Minnesota Satisfaction Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang sudah memperoleh pelatihan, bimbingan dan pendampingan fungsi pengarahan meningkat lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang tidak dilatih fungsi pengarahan. Fungsi pengarahan bila dilaksanakan secara konsisten oleh kepala ruang dan ketua tim, berpeluang meningkatkan kepuasan kerja sebesar 67,40%. RSUD Blambangan Banyuwangi dan RSUD dr. Haryoto Lumajang dapat mengupayakan dan meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana secara berkelanjutan dengan mengimplementasikan fungsi pengarahan dari MPKP Jiwa Modifikasi umum.

ABSTRACT
Humidifier is a device for delivering oxygen to the patients. Before using it, the humidifier tube should fill with sterile water. There was a recent study that administering oxygen less than five liter per minutes, the tube was not load with the sterile water. Aim: The research aim was to describe the difference between bacterial growth in the humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Design: The design was the analytic survey with purposive sampling method. The samples were 24 patients. They were divided into two groups. Group one, consisted of 12 patients with humidifier and the others with non humidifier. The instrument was culture equipments diagnostic test and observation guidance. Hypothesis: The hypothesis was there was no difference bacterial growth existence in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Results: The results showed that there was no significance difference of bacterial growth at time of zero hour (p=
0.131). Meanwhile, there was significance different of bacterial growth at time of 12 hour (p= 0,046), and time of 24 hour(p= 0,046). There was also significance different between bacterial growth in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy (p= 0.010). Conclusion: The conclusion is a non humidifier device could prevent bacterial and reduce nosocomial infection. Recommends: It was recommended that hospital should use non humidifier and the humidifier had to disinfect and change the water every 12 hours."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Yuhanah
"Oksigenasi merupakan suatu proses pertukaran antara O2 dan CO2 sesuai dengan kebutuhan fisiologis tubuh untuk kelangsungan proses metabolisme sel tubuh dan aktivitas sel dan organ, dimana pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari sistem pernapasan. Kondisi kritis pada anak terjadi apabila mengalami kemunduran fungsi organ yang dapat mengganggu proses metabolisme tubuh yang dapat mengancam jiwa.
Tujuan dari studi kasus ini untuk mengetahui pengaruh aplikasi teori konservasi Levine dalam asuhan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada anak kritis di ruang intensif. Studi kasus ini menggunakan desain deskriptif pada lima kasus anak kritis. Masalah yang terjadi: gangguan ventilasi spontan, penurunan kapasitas adaptif intrakranial, penurunan curah jantung, risiko perfusi serebral tidak efektif, risiko ketidakseimbangan elektrolit, risiko perdarahan, risiko infeksi dan ansietas. Asuhan keperawatan yang diberikan menggunakan pendekatan Levine dengan intervensi sesuai dengan masalah keperawatan menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Hasilanalisis dari lima kasus terpilih di ruang intensif bahwa seluruh pasien memiliki gangguan pada konservasi energi terutama pada masalah oksigenasi dan terjadi penurunan kesadaran pada konservasi integritas struktural dengan respon organismik 2 (40%) pasien mengalami perburukan/meninggal dan 3(60%) pasien mengalami perbaikan yang secara menyeluruh (wholeness) ditandai dengan auskultasi ronchi berkurang, pola napas adekuat, hemodinamik stabil, kesadaran composmentis, pasien ekstubasi dan pindah ruangan/ rawat jalan.  
Kesimpulan penerapan teori konservasi pada studi kasus melalui proses perawatan mulai dari pengkajian, trophicognosis, hipotesis intervensi serta evaluasi dengan melihat respon organismik secara satu kesatuan yang utuh (wholenes) sehingga teori ini dapat diterapkan pada anak kritis di ruang intensif.

Oxygenation is an exchange process between O2 and CO2 in accordance with the body's physiological needs for the continuity of the body's cell metabolism processes and cell and organ activities, where the fulfillment of oxygen needs cannot be separated from the respiratory system. Critical conditions in children occur when there is a decline in organ function that can interfere with the body's metabolic processes which can be life-threatening.
The purpose of this case study is to determine the effect of Levine's conservation theory application in the care of oxygenation needs of critically ill children in intensive care. This case study uses a descriptive design in five cases of critically ill children. Problems that occur: impaired spontaneous ventilation, decreased intracranial adaptive capacity, decreased cardiac output, risk of ineffective cerebral perfusion, risk of electrolyte imbalance, risk of bleeding, risk of infection and anxiety. The nursing care provided uses the Levine approach with interventions according to nursing problems using the Indonesian Nursing Intervention Standards.
The results of the analysis of five selected cases in the intensive care unit showed that all patients had disturbances in energy conservation, especially in oxygenation problems and there was a decrease in awareness of the conservation of structural integrity with an organismic response. overall improvement (wholeness) is characterized by reduced auscultation crackles, adequate breathing pattern, stable hemodynamics, composmentis consciousness, extubated patients and moved rooms/outpatient.
The conclusion is the application of conservation theory to the case study through the treatment process starting from assessment, trophicognosis, intervention hypotheses and evaluation by looking at the organismic response as a whole so that this theory can be applied to critical children in the intensive room.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mujahidah Arinil Haq
"Risiko perilaku kekerasan merupakan keadaan seseorang atau perilaku yang pernah berperilaku mengikuti emosi dan tindakan yang dapat membahayakan fisik, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain di sekitarnya, atau lingkungan. Angka kejadian berisiko terhadap perilaku buruk terhadap tinggi. Penulisan ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan laporan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan melalui penerapan terapi relaksasi nafas dalam. Tindakan yang dilakukan kepada klien adalah mengajarkan teknik mengontrol marah secara non-farmakologis yaitu teknik relaksasi tarik napas dalam dengan penetapan durasi waktu 20 menit pada setiap intervensi selama enam hari. Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan dilakukan dengan menggunakan instrumen tanda dan gejala perilaku kekerasan. Selain itu, kemampuan klien dalam mengontrol risiko perilaku kekerasan juga diukur sebelum dan setelah dilakukan intervensi selama 10 hari menggunakan lembar kemampuan mengontrol risiko perilaku kekerasan. Hasil yang didapatkan skor tanda dan gejala perilaku kekerasan cenderung selalu menurun setiap hari. Berdasarkan hasil tersebut penulis merekomendasikan penerapan terapi relaksasi tarik nafas dalam dengan durasi waktu 20 menit dapat diterapkan pada asuhan keperawatan jiwa sebagai terapi harian yang efektif membantu pasien yang mengalami diagnosis keperawatan risiko perilaku kekerasan. Kata kunci : Risiko perilaku kekerasan, Tanda dan gejala, Tarik Napas Dalam

The risk of violent behavior is a person's condition or behavior that has behaved according to emotions and actions that can harm physically, either to himself, others around him, or the environment. The incidence of risk for bad behavior is high. This writing was made with the aim of providing a report on nursing care in patients at risk of violent behavior through the application of deep breathing relaxation therapy. The action taken to the client is to teach non-pharmacological anger control techniques, namely deep breathing relaxation techniques with a duration of 20 minutes for each intervention for six days. Evaluation of signs and symptoms of violent behavior is carried out using the instrument of signs and symptoms of violent behavior. In addition, the client's ability to control the risk of violent behavior was also measured before and after the intervention for 10 days using the ability to control the risk of violent behavior sheet. The results obtained that the scores for signs and symptoms of violent behavior tend to decrease every day. Based on these results the authors recommend the application of deep breathing relaxation therapy with a duration of 20 minutes can be applied to psychiatric nursing care as an effective daily therapy to help patients who experience a nursing diagnosis of risk of violent behavior. Keywords: Deep Breathing, Risk of violent behvior, Signs and symptoms"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiz Audhar
"Latar belakang:Penggunaan pipa endotrakeal merupakan tindakan yang dapat menciptakan jalan napas yang aman selama operasi. Nyeri tenggorok pascaoperasi masih menempati rangking ke-8 dari komplikasi pascaoperasi terutama akibat intubasi dan penggunaan pipa endotrakeal.Metode: Penelitian ini menggunakan metode uji klinis prospektif acak tersamar ganda pada 88 pasien yang menjalani operasi dengan anestesi umum dengan pipa endotrakeal. Pasien dibagi menjadi dua kelompok secara acak; Grup A 44 orang dan Grup B 44 pasien. Sebelum induksi, pada grup A diberikan inhalasi NaCl 0,9 10 mL dan injeksi deksametason intravena, grup B diberikan inhalasi lidokain 2 1,5 mg/KgBB dan injeksi NaCl 0,9 2 mL. Penilaian tenggorok menggunakan Numerica Rating Scale dalam 3 waktu yang berbeda, jam ke-0, 2 jam dan 24 jam pascaoperasi. Kekerapan dan derajat nyeri dicatat dan dianalisa dengan menggunakan uji chi-kuadrat.Hasil: Tidak didapatkan perbedaan kekerapan nyeri tenggorok pascaoperasi bermakna pada kedua kelompok sesaat setelah operasi selesai 16,3 pada grup A dan 7 pada grup B, p = 0,313 , jam ke-2 dan jam ke-24 pascaoperasi tidak didapatkan nyeri tenggorok pada kedua grup . Derajat nyeri tenggorok pascaoperasi tidak berbeda bermakna di antara kedua kelompok.Simpulan: Inhalasi lidokain sebelum intubasi memiliki efektivits yang sama dengan profilaksis deksametason intravena dalam mencegah nyeri tenggorok pascaoperasi.Kata kunci: Nyeri tenggorok pascaoperasi, intubasi endotrakeal, deksametason, lidokain.

Background The use of endotracheal tube ETT is securing airway during surgery. Postoperative sore throat still holding the 8th rank of anesthesia complication however because endotracheal tube and intubation.Methods This study is prospective randomized clinical trials double blind in 88 patients undergoing surgery under anesthesia with endotracheal tube ETT . Patients was divided into two groups at random Group A 44 patients and group B 44 patient. Before the induction, patient in group A was given NaCl 0,9 inhalation 10 mL and intravenous dexamethasone injection 10 mg, group B was given lidocaine inhalation 1,5 mg KgBW and intravenous NaCl 0,9 injection 2mL. The evaluation using Numerical Rating Scale in three different times early after extubation, 2 hours and 24 hours postoperative. The frequency and degree of POST were recorded and analyzed using chi square.Result there are no differences in postoperative sore throat between both groups at early after surgery 16,3 in group A and 7 in group B, p 0,313 , 2 hour and 24 hour postoperative there is no POST were found in both group . The degree of POST was not significantly different between two group.Conclusion lidocaine inhalationbefore intubation has the same effectiveness compare to prophylactic intravenous dexamethason injection in reducing POST."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Hanifatur Ruslana
"Pandemi COVID-19 merupakan tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Puncak pandemi yang terjadi di Indonesia menjadi tantangan baru dalam tatalaksana pasien COVID-19 di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan segala keterbatasannya. Modifikasi dilakukan sebagai upaya stabilisasi pasien dengan memperhatikan prinsip penangan oksigenasi pasien COVID-19, yaitu dengan strategi eskalasi dan memaksimalkan penggunaan terapi oksigen non invasif. Studi kasus ini menggambarkan upaya stabilisasi pasien, perempuan berusia 55 tahvun dengan Probable COVID-19 derajat berat yang datang ke IGD dengan saturasi 53% menggunakan simple mask. Berdasarkan hasil pemeriksaan, masalah keperawatan yang diangkat adalah gangguan pertukaran gas. Intervensi keperawatan yang diberikan adalah pemberian terapi oksigen dan pengaturan posisi. Modifikasi dilakukan dengan memberikan terapi oksigen Non-Rebreathing Mask (NRM) dan nasal kanul disertai dengan proning position secara bersamaan. Setelah dilakukan terapi tersebut didapatkan status oksigenasi pasien lebih baik dibandingkan sebelum mendapatkan terapi.

The COVID-19 pandemic is a major chalenge facing the world today. The peak of pandemic that occurred in Indonesia was a new chalenge in the management of COVID- 19 patients in emergency unit with al its limitations. The modification was carried out as an effort to stabilize the patient by paying attention to the oxygenation principes of COVID-19 patients, namely by escalation strategies and maximizing the use of non- invasive oxygen therapy. This case study describes an effort to stabilize the patient, a 55- year-old female with severe COVID-19 who came to the ED with a saturation of 53% using a simple mask. Based on the examination result, the nursing problem which raised was gas exchange disorders. The intervention which given was providing oxygen therapy and positioning. Modifications were carried out by giving Non-Rebreathing Mask (NRM) and nasal cannula accompanied by a proning position simultaneously. After the therapy, the patient's oxygenation status was better than before receiving the therapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Bawaeda
"Hospitalisasi mengharuskan anak tinggal di rumah sakit dan menerima prosedur medis seperti terapi inhalasi yang dapat memicu kecemasan anak. Salah satu intervensi keperawatan non farmakologi yang dapat diberikan kepada anak untuk menurunkan bahkan menghilangkan kecemasan adalah bermain terapeutik pop-it. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas bermain terapeutik pop-it terhadap tingkat kecemasan anak yang mendapat terapi inhalasi di ruang rawat inap anak. Penelitian ini menggunakan design randomized control trial yang melibatkan 66 anak (dibagi dalam kelompok intervensi dan kontrol) berusia 1-12 tahun yang mendapat terapi inhalasi dan dirawat di ruang rawat inap anak RSUD Talaud, RSUD Manembo-nembo Bitung dan RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Malalayang Manado. Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling. Tingkat kecemasan diukur menggunakan instrumen visual facial anxiety scale (VFAS). Hasil penelitian menunjukan bahwa bermain terapeutik popit efektif menurunkan tingkat kecemasan anak yang mendapat terapi inhalasi dengan nilai p 0,000 (α < 0,05). Dengan demikian bermain terapeutik pop-it tepat diberikan kepada anak yang mendapat terapi inhalasi dan direkomendasikan untuk disediakan di rumah sakit sebagai alternatif permainan. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi perawat di rumah sakit saat melakukan asuhan keperawatan pada anak yang mendapat terapi inhalasi.

Hospitalization requires the child to stay in the hospital and receive medical procedures such as inhalation therapy that can trigger a child's anxiety. One of the nonpharmacological nursing interventions that can be given to children to reduce and even eliminate anxiety is pop-it therapeutic play. The purpose of this study was to determine the effectiveness of pop-it therapeutic play on the anxiety level of children receiving inhalation therapy in the pediatric inpatient room. This study used a randomized control trial design involving 66 children (divided into intervention and control groups) aged 1-12 years who received inhalation therapy and were treated in the pediatric inpatient room at Talaud Hospital, Manembo-nembo Hospital Bitung and Prof Dr. R.D. Kandou Malalayang Manado. Samples were taken using simple random sampling technique. Anxiety levels were measured using a visual facial anxiety scale (VFAS). The results showed that pop-it therapeutic play was effective in reducing the anxiety level of children receiving inhalation therapy with a p value of 0.000 (α < 0.05). Thus, pop-it therapeutic play is appropriate for children receiving inhalation therapy and is recommended to be provided in the hospital as an alternative game. The results of this study can be used as a reference for nurses in hospitals when providing nursing care to children receiving inhalation therapy"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enjelita Karujan
"Gangguan oksigenasi merupakan masalah yang sering dialami oleh pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif anak. Oksigen merupakan kemponen yang penting dalam pembentukan energi sehingga gangguan oksigenasi dapat memengaruhi keseimbangan energi. Teori Konservasi Levine bertujuan untuk mempertahankan keutuhan pasien melalui empat prinsip konservasi yaitu konservasi energi, konservasi integritas strukrutal, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial sehingga dapat diaplikasikan pada anak dengan gangguan oksigenasi. Salah satu intervensi keperawatan yang sesuai dengan prinsip konservasi energi pada pasien dengan masalah oksigenasi adalah pengaturan posisi lateral kanan. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah memberikan gambaran mengenai aplikasi teori Konservasi Levine dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan pengaruh pengaturan posisi lateral kanan pada anak yang dirawat di ruang perawatan intensif. Asuhan keperawatan dengan pendekatan teori Konservasi Levine diberikan kepada lima anak yang terpasang ventilator. Proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dilakukan berdasarkan empat prinsip konservasi. Evaluasi keperawatan menunjukkan adanya perbaikan kondisi pada beberapa pasien. Demikian halnya dengan pengaturan posisi lateral kanan dengan kemiringan 30° terbukti efektif meningkatkan saturasi oksigen pada anak yang terpasang ventilasi mekanik. Penulis merekomendasikan penggunaan teori Konservasi Levine dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan gangguan oksigenasi di ruang perawatan intensif. Selain itu penulis merekomendasikan pengaturan posisi lateral kanan dengan kemiringan 30° untuk dapat diaplikasikan di ruang perawatan intensif anak serta dilakukan uji klinik lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar sehingga dapat dijadikan dasar penyusunan standar operasional prosedur.

Oxygenation impairment is one of the problems that is often experienced by patients treated in pediatric intensive care units. Oxygen is an important component in energy formation.  Oxygenation impairment can affect energy balance. Levine's Conservation theory focuses on maintaining patient wholeness through four conservation principles, namely conservation of energy, conservation of structural integrity, conservation of personal integrity, and conservation of social integrity so that it can be applied to children with oxygenation impairment. One of the nursing interventions that relate to the conservation of energy in patients with oxygenation impairment is the positioning with the right lateral position. The purpose of this scientific paper is to provide an overview of the application of Levine's Conservation theory in meeting oxygenation needs and the effect of right lateral position in children treated in intensive care units. Nursing care with the application Levine Conservation theory was given to five children who were on ventilators. The nursing process from assessment to evaluation was carried out based on four conservation principles. Nursing evaluation showed an improvement in the condition of several patients. Likewise, the right lateral position setting with a 30° tilt has shown to be effective in increasing oxygen saturation in children who are on mechanical ventilation. The author recommends the use of Levine's Conservation theory in providing nursing care to children with impaired oxygenation in intensive care units. In addition, the author recommends setting the right lateral position with a 30° tilt to be applied in the pediatric intensive care room and conducting further clinical trials with larger samples so that it can be used as a basis for compiling standard operating procedures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Agus Satria Jayatama S. Putra
"Latar Belakang: Polusi udara merupakan masalah kesehatan bagi petugas jalan raya, salah satu dari polusi udara yaitu CO.6 Pajanan CO kronis berakibat peningkatan kadar COHb dalam tubuh pekerja yang tidak menimbulkan keluhan jangka pendek namun berdampak pada aktivitas status oksidan tubuh yang paling sering diukur melalui kadar MDA.8 Terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi pilihan dalam pajanan CO yang membantu meningkatkan oksigen seluler sehingga menghambat ikatan CO pada hemoglobin dan membantu menurunkan status oksidan. Penelitian terkait dampak pajanan CO kronis terhadap aktivitas status oksidan masih terbatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh TOHB terhadap COHb dan MDA pada pajanan CO kronis.
Metode: Penelitian ini dengan desain true experimental double blind control trial. Sebanyak 30 orang petugas jalan raya dibagi menjadi kelompok kontrol (normobaric hyperoxia) dan kelompok perlakuan (hyperbaric hyperoxia) menggunakan randomisasi blok. Kadar MDA dan COHB darah perifer diambil sebelum dan dua jam setelah intervensi. Pemeriksaan kadar MDA menggunakan metode TBARS sedangkan COHb menggunakan spektrofotometri.
Hasil: Terdapat penurunan kadar MDA kelompok intervensi (p=0,291) dan kelompok kontrol (p=0,051). Selisih rerata kadar MDA setelah intervensi (p=0,050) dimana tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada kedua kelompok. Terdapat penurunan kadar COHb kelompok intervensi (p=0,480) dan kelompok kontrol (p=0,776). Selisih rerata kadar COHb post intervensi (p=0,633) dimana tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) pada kedua kelompok.
Simpulan: Pemberian oksigen hyperbaric hyperoxia tidak memberikan perubahan bermakna namun memberikan penurunan yang lebih banyak dibandingkan dengan oksigen normobaric hyperoxia. Hal ini kemungkinan akibat dosis TOHB sebanyak satu kali belum cukup untuk memberikan dampak yang bermakna terhadap aktivitas status oksidan. Penelitian selanjutnya agar TOHB dilakukan lebih dari satu kali.

Background: Air pollution is a health problem for road workers, one of which is air pollution, namely CO.6 Chronic CO exposure results in an increase in COHb levels in the worker's body which does not cause short-term complaints but has an impact on enzymatic antioxidant activity which is most often measured by MDA levels.8 Research on the impact of chronic CO exposure on enzymatic antioxidant activity is limited. Hyperbaric oxygen therapy is the therapy of choice in CO exposure which helps increase cellular oxygen thus inhibits CO binding to hemoglobin and helps increase antioxidant cytoproteins.
Methods: This study used a true experimental double blind control trial design. A total of 30 traffic warden were divided into a control group (normobaric) and a treatment group (hyperbaric) using block randomization. Peripheral blood MDA and COHB levels were taken before and two hours after the intervention. The examination of MDA levels used the TBARS method while COHb used spectrophotometry.
Result: Both group were equal before the intervention (p>0.05). COHb levels in both group were decreased after the intervention (p=0.480) in control group and (p=0.776) in experiment group, so there was no significant difference after intervention (p>0,05). MDA levels were unsignificantly decreased in both group after intervention (p>0,05), control group (p=0.051) and experiment group (p=0.291). Mean difference in after intervention condition of both group also unsignificant (p>0,05).
Conclusion: Hyperbaric oxygen therapy did not provide significant changes but gave more reduction than normobaric. This is probably due to that one dose of TOHB is not sufficient to have a significant impact on enzymatic antioxidant activity. Subsequent research so that TOHB will be do more than once.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidharta Kusuma Manggala
"Pembedahan abdomen atas berkaitan disfungsi diafragma. Disfungsi diafragma merupakan penyebab PPC (postoperative pulmonary complication). Terapi oksigen konvensional (TOK) merupakan terapi standar pada pasien pasca pembedahan abdomen atas. Terapi HFNC (high-flow nasal cannula) memiliki berbagai mekanisme yang berbeda dengan TOK dan dipikirkan dapat membantu fungsi diafragma pascapembedahan abdomen atas. Studi ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan HFNC terhadap TOK dalam mempertahankan fungsi diafragma pascapembedahan abdomen atas. Studi ini dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari November 2018 – September 2019. Tujuh puluh satu pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kelompok TOK dan HFNC. Enam puluh enam pasien mendapat intervensi setelah ekstubasi di ICU (intensive care unit). Seluruh subjek dilakukan pencatatan nilai DTF (diaphragm thickening fraction) menggunakan ultrasonografi, ΔTIV (perubahan tidal impedance variance), ΔEELI-G dan ΔEELI-ROI (perubahan end expiratory lung impedance global dan region of interest) menggunakan EIT (electrical impedance tomography), PaO2 dan PaCO2 (tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida arteri) secara berkala pada dua seri. Efek samping dan keluhan yang muncul dicatat dan ditatalaksana. Total 66 subjek disertakan dalam bivariat menggunakan t-test dan mann whitney, sedangkan analisis tren menggunakan general linear model atau generalized estimating equation. Durasi ventilasi mekanik di ICU, persentase prediksi mortalitas dan skor P-POSSUM antara kedua kelompok berbeda signifikan (p=0,003; 0,001; dan 0,019, secara berurutan). Tidak ada perbedaan tren yang ditemukan antarkelompok pada seri pertama parameter DTF, ΔTIV, ΔEELI-G, ΔEELI-ROI dan PaCO2 (p=0,951; 0,100; 0,935; 0,446; dan 0,705, secara berurutan) maupun pada seri kedua (p=0,556; 0,091; 0,429; 0,423; dan 0,687, secara berurutan). Tren PaO2 pada seri pertama dan kedua berbeda sangat signifikan (p<0,001) karena protokol pengaturan fraksi oksigen yang lebih tinggi pada kelompok TOK. Penggunaan HFNC tidak lebih baik daripada TOK dalam membantu mempertahankan fungsi diafragma pascapembedahan abdomen atas.

Upper abdominal surgery is related to diaphragmatic dysfunction. Diaphragmatic dysfunction is the main factors causing postoperative pulmonary complication (PPC). Conventional oxygen therapy (TOK) in the form of nasal cannula, is a standard therapy in post upper abdominal surgery patients. High-flow nasal cannula (HFNC) therapy has a variety of mechanisms that differ from TOK and is thought to be able to maintain diaphragm function in post upper abdominal surgery patients. This study aims to compare the ability of HFNC vs TOK in maintaining diaphragm function for post upper abdominal surgery patients. This study was conducted at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo from November 2018 - September 2019. Seventy-one patients were randomly divided into two groups: TOK and HFNC groups. Sixty-six patients received intervention after extubation in the intensive care unit (ICU). This given data were all collected periodically in 2 series; diaphragm thickening fraction (DTF) values using ultrasonography, changes in tidal impedance variance (ΔTIV), changes in global end expiratory lung impedance and region of interest (ΔEELI-G and ΔEELI-ROI) using electrical impedance tomography, arterial oxygen and carbon dioxide partial pressure (PaO2 and PaCO2). Side effects and complaints that arise were collected and managed. A total of 66 subjects were included in the bivariate using t-test and mann whitney test, while trends were analyzed by general linear models or generalized estimating equations. The baseline characteristics of mechanical ventilation duration in the ICU, the predicted mortality rate and P-POSSUM score between the two groups were significantly different (p = 0.003; 0.001; and 0.019, respectively). No trend differences were found between groups in the first series of DTF, ΔTIV, ΔEELI-G, ΔEELI-ROI and PaCO2 parameters (p = 0.951; 0.100; 0.935; 0.446; and 0.705, respectively) and in the second series (p = 0.556, 0.091, 0.429, 0.423 and 0.687, respectively). The PaO2 trends in the first and second series differed very significantly (p<0.001) due to the higher oxygen fraction regulation protocol in the COT group. The use of HFNC is no better than COT in maintaining diaphragm function for post upper abdominal surgery patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>