Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Morning sickness merupakan gejala mual (nausea) dan muntah (emesis) yang wajar
dan sering didapati pada kehamilan trimester pertama. Gejala ini biasanya terjadi pada
pagi hari. Morning sickness ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya
adalah faktor psikologis. (Ilmu kebidanan, 1994). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh wanita bekerja diluar rumah terhadap kejadian morning sikcness
pada trimester pertama. Den gan menggunakan desain penelitian deskrripsi korelasi
dengan memilih 17 responden dari populasi wanita bekerja yang berada dilingkungan
kampus UI Salemba serta 13 responden dari populasi wanita tidak bekerja yang
berada di Iingkungan RW 08 kelurahan Lubang Buaya. Setelah melalui analisa data
dengan menggunakan uji Fisher Exact didapatkan data bahwa wanita bekerja yang
mengalami morning sickness berat sekitar 82,35 %, sedangkan pada wanita yang tidak
bekerja sekitar 69,23 %."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5039
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Marthafanny
"Kehamilan melibatkan peningkatan hormon dan adaptasi biologis. Hal ini menyebabkan penurunan daya ingat yang disebut baby brain. Kehamilan merupakan saat yang rentan dalam peningkatan kecemasan dan kualitas tidur yang buruk. Kecemasan dan kualitas tidur buruk yang terus menerus terjadi dapat berdampak pada penurunan daya ingat. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara kualitas tidur dan kecemasan terhadap baby brain pada wanita hamil trimester ketiga.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode consecutive sampling. Jumlah sampel penelitian 110 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index, Zung Self-Rating Anxiety Scale dan Everyday Memory Questionnaire. Sebagian besar wanita hamil trimester ketiga memiliki tingkat kecemasan ringan 80,9 dan kualitas tidur yang buruk 67,3.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan baby brain p=0,003 serta kecemasan dengan baby brain p=0,000 . Penelitian ini merekomendasikan pentingnya memperhatikan aspek fisik dan psikologis ibu hamil, mengembangkan intervensi yang berkontribusi positif dalam menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur, mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi baby brain selama kehamilan.

Pregnancy involves increased hormones and biological adaptation. It lowers memory, referred to as baby brain. Pregnancy is a vulnerable period in terms of increased anxiety and poor sleep quality. Continuous anxiety and poor sleep quality may lower memory. The purpose of this study was to examine the relations between sleep quality and anxiety with baby brain in third trimester pregnant women.
This study used cross sectional design with consecutive sampling method. Total research sample was 110 respondents. The instruments were the Pittsburgh Sleep Quality Index, Zung Self Rating Anxiety Scale and Everyday Memory Questionnaire. Most pregnant women in the third trimester had mild anxiety 80,9 and poor sleep quality 67,3.
The research result showed relations between sleep quality and baby brain p 0,003 and anxiety and baby brain p 0,000. This study recommended the importance of paying attention to the physical and psychological aspects of pregnant women, developing intervention which contributes positively in reducing anxiety and improving sleep quality, identifying other factors influencing baby brain during pregnancy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisfie Masitach Hoesin
"ABSTRAK
Dalam kehidupan wanita, terdapat beberapa transisi penting, transisi masa menarche
(masa permulaan haid), masa kehamilan dan masa menopause. Curtis dan Fraser
(1991) mengatakan, menopause merupakan masa transisi yang paling sering
mengundang masalah. Hal ini disebabkan karena pada masa ini sering muncul keluhan-
keluhan baik yang bersifat fisik maupun bersifat psikologis (emosional). Akan tetapi,
berdasarkan beberapa penelitian, temyata tidak semua wanita mengeluhkan datangnya
masa ini. Keluhan bahwa menopause bermasalah dalam hal fisik maupun psikologis,
datang dari wanita yang tinggal dan dibesarkan dalam budaya western atau di negara-
negara industri, seperti di Amerika. Sebaliknya pada wanita yang tinggal dan dibesarkan
dalam budaya non-western atau negara-negara non industri, keluhan-keluhan di atas,
tidak ditemukan (Beyene dkk, 1999; Souza, 1994).
Dari Iiteratur yang diperoleh, penelitian mengenai menopause Iebih banyakdilakukan di
negara-negara barat. Karenanya perlu dipertanyakan bagaimana pandangan terhadap
menopause pada wanita-wanita di negara-negara Iain yang tinggal dan dibesarkan
dalam budaya ketimuran, umumnya di Asia. Meskipun pernah dilakukan penelitian Iintas
budaya di Asia, seperti penghayatan wanita India, Cina dan Jepang terhadap
menopause yang ternyata Iebih positif dibandingkan dengan penghayatan wanita yang
tinggal di negara-negara dengan budaya kebaratan (Matlin, 1987), sejauh ini peneliti
belum menemukan hasil penelitian mengenai bagaimana penghayatan wanita Indonesia
terhadap menopause, ataupun penelitian yang mengemukakan apakah menopause
dianggap bermasalah atau tidak bagi wanita Indonesia. Di satu pihak, jika diperhatikan,
di Jakarta sudah berdiri klinik-klinik menopause di beberapa kawasan strategis (Kemang
dan Kebayoran) yang berdasarkan informasi, bergerak di bidang pelayanan HRT
(Hormone Replacement Therapy) untuk mengantisipasi dampak menopause (agar tidak
mudah terserang osteoporosis, menunda proses penuaan, menjaga stamina dan
sebagainya). Di Iain pihak, beberapa wanita menyatakan bahwa menopause tidak
menimbulkan keluhan apa-apa, bahkan mereka tidak membutuhkan treatment apapun
untuk mengatasinya. Sebagian dari mereka justru menantikan datangnya masa ini.
Sampai di sini peneliti masih mempertanyakan bagaimana sebenarnya wanita Indonesia
memandang datangnya menopause? Menyenangkankah sehingga dinantikan kedatangannya, atau justru dianggap bermasalah sehingga diperlukan perlakuan
khusus untuk mengatasinya.
Anggapan bermasalah tidaknya menopause, menurut Paltiel (dalam Koblinsky dkk,
1993) disebabkan karena adanya kaitan antara peristiwa menopause dengan
penilaian masyarakat terhadap fungsi dan peran seorang wanita. Menurut Lanson
(1981) penilaian ini selanjutnya mempengaruhi persepsi wanita, baik terhadap
datangnya menopause maupun persepsi terhadap wanita yang mengalaminya.
Peneliti berasumsi, wanita yang memandang menopause sebagai suatu perubahan
yang wajar dan akan dialami oleh setiap wanita, maka persepsi terhadap keadaan ini
akan positif, yang selanjutnya dapat dilalui tanpa kesukaran dan keluhan. Namun bagi
mereka yang memiliki persepsi negatif akan cenderung menganggap bahwa
menopause merupakan awal dari suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Akan tetapi
persepsi dapat berubah akibat pengaruh belajar dan pengalaman individu terhadap
obyek yang ia persepsikan tersebut (Dember, 1971).
Dari adanya pandangan yang berbeda terhadap menopause pada wanita yang peneliti
temukan, tampaknya wanita Indonesia ada yang beranggapan bahwa menopause
sebagai bermasalah dan ada juga yang tidak menganggapnya demikian. Karenanya,
peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran kecenderungan persepsi wanita
Indonesia terhadap keadaan ini. Selain itu, karena persepsi dapat berubah akibat
pengaruh belajar dan pengalaman, peneliti tertarik juga untuk meneliti lebih lanjut
apakah faktor pengalaman dan belajar ini mempengaruhi menopause (premenopause), baru
mengalami menopause (perimenopause) dan sudah lama mengalami menopause
(postmenopause)
Penelitian dilakukan terhadap tiga kelompok subyek, yang diambil dengan
menggunakan metode accidental sampling. Subyek penelitian ini adalah wanita berusia
40 tahun ke atas. Alat yang digunakan adalah kuesioner dengan skala 1 sampai 6
dengan mengikuti bentuk skala Likert. Data yang terkumpul diolah dengan teknik
Analisa Varians (F-test) untuk melihat adanya perbedaan persepsi terhadap menopause
di antara ketiga kelompok tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan adanya gambaran bahwa menopause secara umum
dipandang sebagai tidak bermasalah (mean = 4.05). Jika dilihat per aspeknya,
responden cenderung memandang bahwa menopause tidak mengandung masalah
yang bersifat psikologis maupun seksual. Adapun masalah yang cenderung dianggap
timbul pada masa ini adalah masalah yang berkaitan dengan perubahan fisik dan
keluhan-keluhan yang menyertainya.
Hasil dari perbandingan terhadap ketiga kelompok menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan di antara kelompok premenopause, perimenopause dan postmenopause
dalam memandang menopause secara umum (F= 3.156, p = .O46). Jika dilihat per
aspeknya, perbedaan yang signifikan ini hanya terdapat pada persepsi terhadap kondisi
fisik (F= 4606, p=.012) dan kondisi psikologis (F= 4395, p= ,O14), sedangkan persepsi
di antara ketiga kelompok responden terhadap kondisi seksual, menunjukkan adanya
perbedaan yang tidak signifikan (F= .285 , p= .752)."
1996
S2843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Desi Hartati
"ABSTRAK
Proyek dengan jenis kontrak EPC memiliki risiko yang sangat variatif dan sering kali menimbulkan dampak negatif terhadap kontraktor EPC. Proses engineering merupakan fase yang sangat penting dari kehidupan proyek EPC karena akan mempengaruhi kelangsungan fase-fase setelahnya. Dalam proses engineering, keterlambatan merupakan salah satu masalah yang paling kerap terjadi. Berangkat dari masalah tersebut, perlu dilakukan suatu kajian mengenai risiko kinerja engineering yang berpengaruh terhadap kinerja waktu. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survey di salah satu kontraktor EPC terkemuka di Indonesia. Selanjutnya, dilakukan analisis penentuan peringkat risiko berbasis AHP. Setelah ditemukan risiko-risiko dominan, dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai respon terhadap risiko-risiko tersebut.

ABSTRACT
Project with EPC contract comes with various risks and often cause negative impact to EPC contractor. Engineering process is a very important phase in the life of the EPC life itself, because it is the root of the phases that follows. In engineering process, delay is one of the critical problems that often causes loss to the contractor. In view of these facts, it was thought necessary to conduct a research in engineering performance factors that affect project schedule performance. This research was carried out by performing a survey in one of reputable EPC contractor in Indonesia. Based on the survey data, an analysis utilizing AHP was conducted to obtain the dominant risks. And lastly, there was a further research about the risk responses to the dominant risks."
2016
S63424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ashram Vrata Wijaya merupakan sebuah bangunan arsitektur Ashram yang berusaha menyelaraskan diri dengan lokasi dan lingkungannya. Ashram Vrata Wijaya dengan bentuk interior plafon dengan lukisannya yang unik menjadi daya tarik bagi pemakai ruang dan mereka yang memasuki ruangan, menjadi bahan pertanyaan, apa maksud dan makna dari lukisan plafon tersebut? Sehingga untuk itu agar menghindari terjadinya kesalahan informasi maka penelitian ini sangant diharapkan nantinya sebagai sumber yang akurat mengenai makna yang terkandung dari lukisan plafon pada interior Ashram Vrata Wijaya. Ashram Vrata Wijaya dibangun sebagai tempat memperdalam ilmu spiritual khususnya kesiwaan. Arsitektur dan iteriornya bukan semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan fungsi sebagai tempat suci untuk menaungi kebutuhan aktivitas para bhakta (umat) namun juga sebagai sebagai usaha penyelarasan hubungan manusia dengan alam. Lukis pada plafon interior banyak dibuat dalam bentuk dan motif karya dua dimensi lukis bercorak lukis wayang kamasan dilihat dari teknik pengerjaan dan bahan-bahan yang digunakan sebagai usaha memunculkan makna dan keindahan dimasa proses pembangunan arsitektur dan interiornya jika dieksplor secara mendalam makna yang terkandung dalam lukisan plafon Ashram ini ingin mengabadikan semangat pengabdian yang tulus yang lahir dari dalam diri bakta untuk menjadi bakta yang baik dan berbakti pada ajaran jnama buda siva.
"
SWISID 2:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrice Clarisa
"Work-family conflict merupakan konflik antar peran yang terjadi ketika tuntutan peran dalam kehidupan pekerjaan dan keluarga bersifat saling bertentangan dalam beberapa hal.
Ketidakmampuan untuk menyeimbangkan dua tuntutan peran yang berbeda dapat memberikan dampak negatif bagi individu, keluarga, maupun perusahaan. Ketersediaan dukungan sosial dapat menyediakan sumber daya bagi individu untuk mengelola tuntutan peran pekerjaan dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan sosial supervisor, rekan kerja, dan pasangan dengan work-family conflict pada perawat wanita yang telah menikah. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2023 dengan responden 75 perawat wanita yang telah menikah, yang dipilih dengan menggunakan stratified random
sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Hasil penelitian melalui uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial pasangan dan dukungan sosial rekan kerja dalam beberapa aspek (dukungan emosional,
dukungan informasi, dan dukungan penilaian) dengan work-family conflict. Sedangkan itu, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial supervisor dengan work-family conflict. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat dukungan sosial pasangan dan rekan kerja yang dimiliki, maka akan semakin rendah tingkat
work-family conflict yang dialami. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi manajemen organisasi pelayanan kemanusiaan dalam mengembangkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan pekerjaan-keluarga pekerja

Work-family conflict is a form of an inter-role conflict that occurs when the demands of roles in work and family life are mutually contradictory in several ways. The inability to balance the demands of two different roles can have a negative impact on individuals, families and
even companies. The availability of social support can provide additional resources for
individuals to manage the competing demands of work and family roles. This research aims
to determine the relationship between the social support of supervisors, colleagues, and
partners with work-family conflict in married female nurses. This study used quantitative
methods with descriptive objectives. Data collection was conducted in June 2023 with 75
married female nurses as respondents, who were selected using stratified random sampling
as the sampling method. The research results obtained from Kendall's tau-b correlation test
showed that there was a significant negative relationship between spousal social support and
coworker social support in several aspects (emotional support, informational support, and
appraisal support) with work-family conflict. However, it was found that there was no
significant relationship between the social support of supervisors and work-family conflict.
The results showed that the higher the level of spousal and co-worker social support an
individual received, the lower the level of work-family conflict experienced. This research is
expected to contribute for the management of human service organizations in developing
efforts to improve the welfare in the work-family life of workers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Baskoro
"An important aspect of the organization to improve the work ethos and productivity by giving employees the motivation and effort in motivating employees by providing compensation in the form of incentives. Work motivation Muslims are seeking the blessing of Allah and worth worship. The research aims to determine the relationship between incentives and work to worship with employee motivation at the Polyclinic and Maternity Hospital Ibnu Sina Balikpapan. The study was conducted in January 2015 using a questionnaire. Analyses were performed quantitative approach with cross sectional study design. This research sample 95 of 95 total population.
The results showed as much as 75.8% of respondents have a low work motivation, as well as the most dominant variable with work motivation is a variable communication with superiors. Suggested Polyclinic and Maternity Hospital has a policy of ensuring good communication with the boss as a forum for formal and informal meetings regulary with employees and optimize the religious forum to improve communication with superiors."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T42936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Astika Endah
"Osteoporosis merupakan salah satu Pcnyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi beban kesehatan mayarakat di negara bcrkembang tezmasuk di Indonesia. Osteoporosis discbut sebagai silent disease karena pada stadium awal tidak menimbulkan gejala yang nyata. Osteoporosis bisa menyerang laki-iaki maupun perempuan dan lebih berisiko pada usia Ianjut. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu rendahnya massa tulang disertai pcrubahan-perubahan mikro arsitcktur dan mundumya kualitasjaringan pada tulang. Kondisi ini pada akhimya dapat menyebabkan tenjadinya pcningkatan kerapuhan tulang dan rneningkatkan risiko terjadinya fraktur pada tulang.
Pengukuran Dcnsilas Massa Tulang (DMT) dapat dilakukan dengan mcnggunakan alat densitomcter tulang. Metode ini mcncntukan kandungan mineral tulang pada seluruh tulang. Dengan uji Densitas Massa Tulang (DMT) dapat didiagnosis terkena osteoporosis ataukah tidak. Pengukuran dapat dilakukan pada tulang belakang, tuiang pinggul, tulang pergelangan tangan, tumit atau pun jari tangan. Mctode Quantitative Ultrasound (QUS) mcngukur densitas tulang pada tumit. Daiam mendiagnosis terjadinya osteoporosis, alat tersebut mengukur keoepatan gelombang suara yang bergerak sepanjang tulang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian osteoporosis pada kelompok dewasa usia 40 sampai 65 tahun di Kota Depok. Disain penclitian yang digunakan adalah disain studi kasus kontrol dengan jumlah keseluruhan subjek yang diteliti scbanyak 116 orang yaitu tcrdiri dari 29 orang kasus dan 87 orang kontrol (1 : 3). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2008. Populasi adalah seluruh orang dewasa laki-laki maupun perempuan bemsia antara 40 sampai 65 tahun yang menetap atau tinggal di wilayah Kota Depok, Jawa Barat. Kelompok kasus ditetapkan dengan kriteria seluruh orang dewasa laki-Iaki maupun perempuan benlsia 40 sampai 65 tahun yang tinggal di ernpat lokasi penclitian terpiiih (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 dan RW 03) di Kota Depok, Jawa Barat yang didiagnosis osteoporosis menggunakan alat Achilles Exprem/Insight rnetode Quantitative Ultrasound (QUS) dengan scnsitivitas alat sebesar 97%, diperoleh nilai t-score 5 -2,5 SD, sedangkan jika nilai t-score 2 -1 SD ditctapkan sebagai kontrol.
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda model faktor risiko menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara IMT dengan osteoporosis (p-vaIue<0,05}. Nilai Odds Ratio (OR) dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa subjek dengan IMT ‘kurang’ berisiko terkena osteoporosis sebanyak l85,8 kali dibandingkan dengan subjek yang mempunyai IMT ‘nom1al’. Dari hasil analisis tersebut terbukti bahwa 11 (sebelas) variabel mempakan variabel confounder yaitu terdiri dari merokok, aktivitas olahraga, tingkat pendidikan, tingkat pcngetahuan, pekexjaan, pendapatan, frekuensi konsumsi buah, frekuensi konsumsi minuman penghambat penyerapan kalsium, asupan protein, asupan vitamin C, serta asupan vitamin D.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai osteoporosis dengan menggunakan jumlah subjek yang lebih banyak untuk disain kasus kontrol. Selain itu juga dapat dilakukan penelitian lain dengan mengukur kadar kalsium dalam darah pada subjek disamping pengukiuan terhadap Densitas Massa Tulang (DMT). Dapat juga diiakukan penelitian berikutnya dengan disain studi yang berbeda yaitu dengan disain studi kohort. Hal ini ditujukan untuk rnengetahui lebih lanjut mcngenai pengaruh faktor-faktor risiko lainnya yang berkaitan dengan osteoporosis.

Osteoporosis is one of non-communicable diseases that becomes problem among people in developing countries, including in Indonesia. Osteoporosis is known as silent disease where in the first stadium does not have a significant symptom. Osteoporosis may attack men and women and it is higher risk to old people. Osteoporosis has specific characters they are low of bone weight repeated with micro-architecture changes and the decrease of bone tissues quality. This condition, at the end, may cause the increase of bone brittle and bone fracture risk. Bone Mass Density (BMD) measurement was done by using bone densitomcter. This method measures mineral content in the bone. The osteoporosis can be diagnosed by using the Bone Mass Density test. The measurements were carried out from back bone, hip bone, wrist bone, heel bone, and fmgers bone.
Quantitative Ultrasound Method measured the heel bone density. It measured the speed of sound wave moving throughout the bone while diagnosing the osteoporosis. The objectives are to find out the relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis to adult people aged 40 - 65 years in Depok in 2008. Case contorol study design was carried out in this research by using 116 subject as samples divided into 29 case and 87 control (I : 3). The research was done on May 2008. Population involved in this research were men and women aged between 40 until 65 years old, lived or stayed in Depok, West Java. The osteoporosis was measured by using Achilles Express/Insight with Quantitative Ultrasound Method with 97% tools sensitivity, resulted the t-score (osteoporosis : 5 -2.5 SD decided as case, while normal : 2 -1 SD as control). Case and control stayed in 4 (four) selected location (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 and RW 03) in Depok, West Java.
The multivariat analysis by using risk factor model with double logistic regression analysis shows that there is a significant relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis (p-value < 0.05). Odds Ratio (OR) value from statistical test shows that people ‘under’ Body Meight Index (BMI) are high risk to osteoporosis, 185.8 times than people above ‘normal’ Body Mass Index (BMI). The iinal result from multivariate analysis proved that 11 (eleven) variables were confounder; there were smoking, exercise activity, education level, knowledge level, jobs, earning, fruit consumption frequency, calcium absorption resistor drinking frequency, protein intake, Vitamin C intake, and Vitamin D intake. It is necessary to carry out next step research by sampling more case and control population, not only measuring Bone Mass Density (BMD) but also measuring blood calcium content with different study design by using kohort study. This will find out, further, the effect of other risk factors dealing with osteoporosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34577
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Normalita Putri
"International Labour Organization (ILO), setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. dan 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Dampaknya pada ekonomi dunia karena hilangnya hari kerja mendekati 4% dari GDP Global. PT. X merupakan perusahaan konsorsium konstruksi migas yang salah satu aktivitas yang memiliki tingkat kecelakaan kerja tinggi di PT. X hal ini dapat dilihat dari data pendahulu kecelakaan kerja yang dimiliki PT. X pada periode Januari 2023 sampai dengan April 2023 dengan total kasus kecelakaan kerja sebanyak 40 kejadian. Dari uraian diatas maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja pada perusahaan konstruksi migas di PT. X Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan rancangan crossectional. Penelitian ini memiliki sampel berjumlah 106, penelitian dilakukan pada bulan Mei 2023 sampai dengan Juni 2023, berusia rata-rata 28 tahun dan di dominasi usia di atas 28 tahun sebanyak 94 pekerja (88,7%), jenis kelamin di dominasi pekerja laki-laki sebanyak 85 pekerja (80,2%), untuk tingkat pendidikan di dominasi pekerja berpendidikan tingkat tinggi sebanyak 85 pekerja (83%), dan masa kerja di dominasi pekerja yang bekerja di bawah 5 tahun sebanyak 91 pekerja (85.8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Analisis Bivariat terdapat 3 Faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja yaitu Shift Kerja dengan hasil p value 0,000 < 0,05, Sosialisasi K3 dengan hasil p value 0,008 < 0,05, Pengawasan Manajemen dengan hasil nilai p value 0,032 < 0,05. Dengan hasil Analisis Multivariat yang menunjukkan bahwa faktor yang dominan adalah faktor shift kerja. Kesimpulannya adalah faktor yang paling mendominasi dalam terjadinya kecelakaan kerja adalah shift kerja.

International Labor Organization (ILO), every year there are more than 250 accidents in the workplace and more than 160 million workers become sick due to hazards in the workplace. and 1.2 million workers died as a result of accidents and illness at work. The impact on the world economy due to lost working days is close to 4% of Global GDP. PT. X is an oil and gas construction consortium company which is one of the activities that has a high work incident and or accident rate at PT. X, this can be seen from the work incident and accident predecessor data owned by PT. X in the period January 2023 to April 2023 with a total of 40 occupational incident and accident cases. From the description above, the authors want to conduct research on the factors that influence occupational incident and or accidents at oil and gas construction companies at PT. X Year 2023. This research uses a descriptive analytic research design with a cross-sectional design. This study has a sample of 106, the study was conducted from May 2023 to June 2023, the average age is 28 years and the predominance is over 28 years of age as many as 94 workers (88.7%), gender is dominated by male workers as many as 85 workers (80.2%), for the level of education dominated by highly educated workers as many as 85 workers (83%), and years of service dominated by workers who worked under 5 years as many as 91 workers (85.8%). The results of this study indicate that in Bivariate Analysis there are 3 factors that influence work accidents, namely Shift Work with a p-value of 0.000 <0.05, OSH Socialization with a p-value of 0.008 <0.05, Management Supervision with a p-value of 0.032 <0.05. With the results of Multivariate Analysis which shows that the dominant factor is the work shift factor. The conclusion is that the most dominating factor in the occurrence of work accidents is shift work."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Estiani
"Premenstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosional yang terkait dengan siklus menstruasi yang biasanya terjadi 7-14 hari sebelum periode menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Gejala yang muncul dapat mengganggu aktivitas. Salah satu faktor penyebab Premenstrual Syndrome adalah usia menarche dan asupan zat gizi mikro. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis data sekunder terkait hubungan antara usia menarche dan asupan zat gizi mikro dengan kejadian Premenstrual Syndrome pada remaja putri di SMAN 4 Surabaya tahun 2017. Penelitian ini menggunakan studi Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data dianalisis secara multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zink (0,014), dan kolesterol (0,001) dengan kejadian Premenstrual Syndrome. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan natrium merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Premenstrual Syndrome dengan OR=5,787 artinya remaja putri yang memiliki asupan natrium tinggi berisiko mengalami kejadian Premenstrual Syndrome 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan remaja putri yang tidak mengonsumsi natrium secara berlebih, setelah dikontrol usia menarche, vitamin B1, vitamin B2, zink, dan kolesterol

Premenstrual Syndrome (PMS) consists of physical, psychological, and emotional symptoms associated with menstrual cycle which usually occurs 7-14 days before the menstrual period and disappears when menstruation begins. The symptoms can even cause interference activities. Menarche and micronutrition intake are the factors causing PMS. The purpose of this study was to analyze the relationship between menarche and micronutrition intake with PMS in adolescent girls at SMAN 4 Surabaya in 2017. This study uses a ross sectional study with a quantitative approach. Data analyzed by logistic regression. The result of bivariate analysis found correlation between menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zinc (0,014), dan cholesterol (0,001) with Premenstrual Syndrome. The results of multivariate analysis found that sodium intake is the dominant variable in the correlation with Premenstrual Syndrome, OR=5,787 means that adolescent girls with high sodium intake will increase the risk of Premenstrual Syndrome 5,8 times higher than adolescent girls with normal sodium intake, after controlled by menarche, vitamin B1, vitamin B2, zinc, dan cholesterol"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>