Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evi Lamria
"Bum our merupakan kondisi kelelahan kerja yang dialami oleh perawat, yang disebabkan oleh Factor personal dan lingkungan kerja. Jika terjadi burn out, maka asuhan keperawatan tidak dapat terlaksana dengan baik, karena bum out member dampak terhadap mutu pelayanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian burn out pada perawat pelaksana di RS PGI Cikini. Dari 175 responden perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan di RS PGI Cikini yang mengalami bum out 5,1%.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pada kejadian burn out terbanyak, bahwa sebagian besar responden berusia 26 sampai dengan 33 tahun yaitu sebanyak 125 orang (71,4%), dari pengelompokan berdasarkan karakteristik pendidikan didapatkan responden paling banyak adalah D3 sebanyak 130 orang (74,3%), berdasarkan beban kerja terlihat bahwa responden yang beresiko sebanyak 102 orang (58,3%), kepemimpinan beresiko yaitu berjumlah 69 orang (39,4%) dan hubungan interpersonal beresiko sebanyak 89 (50,9%).
Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat usia dengan Kejadian bum out pada perawat pelaksana (p=0,5l5 ; p > 0,05), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan Kejadian bum out pada perawat pelaksana (p=1,092 ; p > 0,05), tidak ada hubungan antara beban kerja responden dengan Kejadian burn out pada perawat pelaksana. (p=0,082), tidak ada hubungan antara kepemimpinan dengan Kejadian burn out pada perawat pelaksana. (p=0,157), tidak ada hubungan antara hubungan interpersonal dengan Kejadian burn out pada perawat pelaksana (p=0,169).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat resiko terjadinya burn
out pada perawat pelaksana di RS PGI Cikini. Hasil ini menjadi perhatian bagi
pimpinan RS PGI Cikini dan kepala bidang keperawatan.

Burn out a working fatique condition suffered by nurses, caused by personal and working environment factors. If bum out happend the nursing care would not be carried out well, because a burn out affect the quality of service. This research is carried out to find out what factors influence the burn out incident to charge nurses at PGI Cikini hospital. From 175 respondents from the nurses on duty who provide nursing care at PGI Cikini hospital, 5,1 % suffered from burn out.
This is a correlative descriptive research with cross sectional approach. The highest incident of burn out are on respondent aged between 26 to 33 years old, amounted to 130 people (71,4%); on respondent grouped based on educational back ground is D3, amounted to 130 people (74,3%); on respondent grouped based on work load, 102 people (58,3%) at risk on respondent based on leadership, 69 people (39,4 %) at risk and on respondent based on interpersonal relationship, 89 people (50,9%) at risk.
The statistic test result showed that there are no relationship between the age level and the bum out incident on charge nurses (p=0,515; p>0,05); between educational back ground and the bum out incident on the nurses on duty (p=l,092; p>0,05); between work load of the respondent and the burn out incident on charge nurses (p=0,082); between leadership and the bumout incident on the nueses on duty (p=0,157); between interpersonal relationship and the burn out incident on charge nurses (p=O,`69).
Based on the reaarch result to show that there is the burn out risk occur for charge nurses in PGI Cikini hospital. The result to be care for Director and the Clinical Nurse Manager PGI Cikini hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5743
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Suharti
"Perawat merupakan salah satu pekerjaan yang sangat beresiko mengalami burnout. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan burnout dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre Jakarta.
Desain penelitian ini adalah deskripsi korelasi dengan responden sebanyak 110 orang yang dipilih dengan metode simple random sampling. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner modifikasi Maslach Burnout Inventory (MBI) dan kuesioner Rivai.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara Burnout dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (p value = 0,018; α = 0,05). Tingkat burnout yang dialami perawat termasuk kategori sedang, dan kinerja yang dicapai oleh perawat dalam kategori kinerjanya baik, menggambarkan bahwa perawat bekerja secara profesional meskipun mengalami burnout tingkat sedang.
Penelitian ini menyarankan rumah sakit agar memperhatikan tingkat kejenuhan untuk menghindari pengaruh terhadap kinerja perawat.

Nurses are one of the professions vulnerable to burnout. This study aim is to determine the relationship between burnout and nurses work performance at Metropolitan Medical Centre Hospital, Jakarta.
The research design of this study was descriptive-correlation with 110 samples selected using simple random sampling technique. Research instrument was modified Maslach Burnout Inventory (MBI) and Rivai Questionnaire.
Study result showed a significant relationship between burnout and the work performance of nurses at Metropolitan Medical Centre Hospital (p value = 0,018; α = 0,05). Burnout level of nurses was moderate, and nurses showed good work performance.
This finding suggested nurses work professionally despite the level of burnout was moderate. It is recommended to hospitals to regard the level of burnout to avoid influence on nurses work performance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Nur Asmita Rahma
"Dampak pademi COVID-19 hampir dirasakan oleh seluruh masyarakat di dunia tidak terkecuali profesi perawat. Perawat sering menghadapi stresor tinggi dalam usaha menyelamatkan pasien, melakukan pekerjaan rutin, berada di ruang kerja yang dirasa padat, frekuensi jumlah pasien yang tinggi, serta melakukan tindakan yang cepat untuk merespon kebutuhan pasien. Perawat profesional juga dituntut untuk bisa memberi layanan paripurna kepada klien. Kondisi yang kompleks ini dapat menimbulkan risiko burnout. Tujuan penelitian adalah untuk mengAnalisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Burnout Perawat Puskesmas pada Masa Pandemi COVID-19 di Kota Pekanbaru Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode obsevasional analitik dengan rancangan cross- sectional dengan populasi sebanyak 245 perawat puskesmas di Kota Pekanbaru dan melalui metode cluster random sampling dan total sampling diperoleh sampel 6 puskesmas dengan 71 perawat. Analisis data menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan faktor demografi mencakup usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan lama masa kerja serta organizational effort factor tidak berpengaruh terhadap burnout. sedangkan, individual effort factor dan work environtment berpengaruh terhadap burnout pada perawat. Didapatkan juga hasil 80,3% perawat di Kota Pekanbaru berada pada tingkat rendah berada pada kondisi burnout selama pandemi COVID-19, sedangkan 19,7% nya berada pada tingkat sedang. Menurunkan angka kejadian burnout dapat dilakukan dengan mempertahankan dukungan dari atasan, dukungan rekan kerja dan dengan mempertahankan suasana kerja yang nyaman serta tetap memperhatikan kemampuan individu perawat puskesmas dan memberi ruang lebih bagi perawat untuk berpikir kreatif, menyampaikan pikiran positif.

The impact of the COVID-19 pandemic has been felt of the all people in the world, including the nursing profession. Nurses often face the high stressors in an effort to save patients, doing routinity, a workspace that feels crowded, the high frequency of patients, and have taking quick action to respond to patient needs. Professional nurses are also required to be able to provide best treatment to the clients. This complex condition can pose a risk of burnout. This study aim to analyze the factors that influenced the burnout of nurses in public health center during the COVID-19 pandemic in Pekanbaru City. This study used an analytical observational method with a cross-sectional design with a population of 245 nurses in nurses in public health center at Pekanbaru City and used cluster random sampling method and a total sampling to get 6 public health center with the 71 nurses. The data was analyzed with univariate, bivariate, and multivariate tests with multiple logistik regression. The results showed that demographic factors include age, gender, education level, marital status, and length of service and organizational effort factors have no effect on burnout. Meanwhile, individual effort factor and work environment affect burnout in nurses. Reducing the incidence of burnout can be solve by increasing organizational effort factor and can provide more space for nurses to think creatively and positive thoughts."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Ivander
"Penelitian ini mengkaji para pemagang Technical Intern Training Program (TITP) asal Indonesia yang bekerja di Tokyo, ibu kota Jepang. Penelitian sebelumnya telah mengungkap bahwa para pemagang Indonesia di Jepang sering mengalami stres hingga mencapai tahap burnout. Penelitian terdahulu mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya antara lain adalah kurangnya fasilitas dan dukungan dari pemerintah Indonesia untuk membantu pemagang selama berada di Jepang. Penelitian ini menggunakan teori jaringan sosial, konsep in-group, serta teori faktor stres bekerja di luar negeri dan strategi coping. Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data penelitian diambil dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada lima pemagang (Technical Intern Trainee Program) TITP asal Indonesia yang saat ini sedang bekerja di Tokyo, Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan sosial memiliki pengaruh besar terhadap strategi coping yang digunakan oleh para pemagang Indonesia di Tokyo. Jaringan sosial berperan penting sebagai pemecah masalah, pemberi dukungan sosial, dan pemandu bagi para pemagang. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa faktor penyebab stres terbesar bagi pemagang adalah stres komunikasi. Dalam menangani masalah yang tidak dapat diatasi, strategi coping berfokus pada emosi (Emotion Focused Coping) terbukti paling efektif.

This study examines Indonesian Technical Intern Training Program (TITP) trainees working in Tokyo, the capital of Japan. Previous studies have revealed that Indonesian interns in Japan often experience stress to the point of burnout. Previous studies also have revealed that the causal factors include the lack of facilities and support from the Indonesian government to help trainees while in Japan. This study uses social network theory, the in-group concept, and the theory of stress factors working abroad and coping strategies. The research approach method used is a qualitative approach. Research data was taken by conducting in-depth interviews with five TITP trainees (Technical Intern Trainee Program) from Indonesia who are currently working in Tokyo, Japan. The results of the study indicate that social networks have a major influence on the coping strategies used by Indonesian interns in Tokyo. Social networks play an important role as problem solvers, social support providers, and guides for interns. In addition, this study also found that the biggest stress factor for interns is communication stress. In dealing with intractable problems, emotion-focused coping strategies have proven to be the most effective."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando Donovan Hariyanto
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi peran perceived social support pada burnout terhadap perawat di rumah sakit X kelas A di Jakarta. Penelitian ini mengolah data dari 124 partisipan yang berstatus perawat berusia 22-53 tahun, bekerja di rumah sakit X kelas A di Jakarta, dan durasi lama bekerja dari 1 hingga lebih dari 10 tahun. Pengukuran tingkat perceived social support  dan burnout dilakukan dengan menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) keduanya dalam bentuk short form. Hasil analisis korelasi (r=-0.203, p<0.05) dan regresi (r=-0.203, p<0.05) terbukti bahwa terdapat peran perceived social support secara signifikan pada burnout. Dengan kata lain, makin tinggi perceived social support maka akan makin rendah tingkat burnout yang dialami oleh perawat. Pada penelitian ini juga menemukan bahwa dimensi dari perceived social support yang paling berpengaruh pada burnout adalah dimensi keluarga (p=0.003), jika dibandingkan dengan kedua dimensi yang lainnya, seperti teman (p=0.650), dan sosok yang spesial (p=0.610). Dengan demikian, hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perceived social support memiliki peran protektif terhadap burnout.

The objective of this study is to explore the role of perceived social support on burnout among nurses at Class A Hospital X in Jakarta. This research processes data from 124 participants who are nurses aged 22-53 years, working at Class A Hospital X in Jakarta, with a working duration ranging from 1 to over 10 years. The measurement of perceived social support and burnout levels was conducted using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI), both in short form. The results of the correlation analysis (r=-0.203, p<0.05) and regression analysis (r=-0.203, p<0.05) showed that perceived social support has a significant role in burnout. In other words, the higher the perceived social support, the lower the level of burnout experienced by nurses. This study also found that the dimension of perceived social support that most influences burnout is the family dimension (p=0.003), compared to the other two dimensions, such as friends (p=0.650), and significant others (p=0.610). Thus, these results are consistent with previous research indicating that perceived social support has a protective role against burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Della Ramdiyani
"Pelayanan keperawatan sebagai bentuk pelayanan secara profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan didasarkan ilmu kiat keperawatan secara komprehensif ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit. Pandangan Watson caring merupakan inti dari profesi keperawatan. Perawat seringkali mengeluhkan jika kegiatan diruangan sangat banyak dan tingkat ketergantungan klien yang tinggi sehingga perawat merasa lelah dan sensitif yang tampak dari ekpresi nonverbal seolah olah perawat tidak ramah dan kurang menunjukan sikap caring pada klien. Penelitian ini membahas mengenai hubungan sindrom burnout dan perilaku caring pada perawat yang berkerja di ruang rawat inap dengan menggunakan instrumen Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk mengukur tingkat burnout dan instrumen Caring Behavior Inventory (CBI) untuk mengukur tingkat caring yang dilakukan perawat. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan menggunakan teknik probability sampling terhadap 205 responden perawat yang bekerja diruang rawat inap. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa ada hubungan/korelasi negatif berkekuatan sedang antara sindrom burnout dan perilaku caring di rumah sakit X Jakarta dengan p-value= 0,000, r= -0,422 yang artinya semakin tinggi burnout maka semakin berperilaku caring rendah. Penting bagi institusi pelayanan keperawatan terutama bagian manajemen keperawatan memberikan akses layanan kesehatan mental, konseling dan dukungan psikososial yang dapat membantu perawat dalam mengelola stre dalam bekerja, mengidentifikasi tanda burnout dan mencari bantuan ketika diperlukan, mengadakan gathering dan pemberian penghargaan secara rutin sesuai dengan tugas dan tanggung jawab sehungga perawat sejahtera dan pelayanan yang diberikan akan berkualitas.

Nursing services as a form of professional service which is part of health services based on comprehensive nursing tips aimed at individuals, families, groups and communities both healthy and sick. Watson's view of caring is the core of the nursing profession. Nurses often complain if there are a lot of activities in the room and a high level of client dependence so that nurses feel tired and sensitive which can be seen from non-verbal expressions as if nurses are not friendly and do not show a caring attitude towards clients. This study discusses the relationship between burnout syndrome and caring behaviour in nurses working in inpatient rooms using the Maslach Burnout Inventory (MBI) instrument to measure the level of burnout and the Caring Behaviour Inventory (CBI) instrument to measure the level of caring by nurses. This research design uses cross sectional by using probability sampling technique to 205 nurse respondents who work in the inpatient room. Based on the results of the study, it shows that there is a moderate negative correlation between burnout syndrome and caring behaviour in X Jakarta hospital with p-value = 0.000, r = -0.422 which means that the higher the burnout, the lower the caring behaviour. It is important for nursing service institutions, especially the nursing management department, to provide access to mental health services, counselling and psychosocial support that can help nurses manage stress at work, identify signs of burnout and seek help when needed, hold regular gatherings and awards in accordance with duties and responsibilities so that nurses are prosperous and the services provided will be of high quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Aditama
"Perkembangan dan perubahan di masyarakat beqalan begitu cepat. Dinamika kehidupan telah begitu kompleks dan mobilitas masyarakat pun sudah semakin tinggi. Hal ini menuntut kebutuhan akan peranan kepolisian yang juga semakin tinggi, sehingga peranan Polri dalam melaksanakan fungsi kepolisian menjadi bertambah penting. Pada kenyataannya di lapangan, berbagai respon masyarakat telah memperlihatkan adanya kesan yang negatif terhadap penampilan kerja anggota Polri. Misalnya, sikap anggota reserse yang ogah-ogahan dalam menuntaskan kasus, masih merupakan gambaran yang dipersepsi oleh masyarakat tentang polisi dewasa ini.
Penampilan kerja polisi yang mengecewakan tersebut salah satu asumsinya disebabkan oleh adanya gejala burnout yang timbul dikalangan anggota Polri. Gejala burnout ini terdiri atas kelelahan emosional, depersonalisasi, dan reduced personal accomplishment, yang dialami oleh individu yang bekerja memberikan pelayanan bagi orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran burnout pada anggota Polri secara umum. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Incidental sampling. Teknik ini tergolong non probability sampling. Sampel berjumlah sebanyak 100 orang anggota Polri berpangkat bintara yang bertugas di Jakarta. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Maslach Burnout Inventory (MBI). Untuk pengolahan data dilakukan teknik penghitungan nilai rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala burnout memang dialami oleh anggota Polri di Jakarta. Gejala burnout yang dialami oleh anggota Polri di Jakarta secara umum dirasakan setidaknya satu kali dalam enam bulan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Widiarti
"Perawat yang melanjutkan studi dapat mengalami tingkat kelelahan dan stress yang tinggi karena menghadapi tekanan akademik disertai beban pekerjaan. Stress akademik dan kelelahan kerja dapat memberikan dampak pada permasalahan fisik dan mental, serta kinerja yang buruk. Meskipun perawat sebagai mahasiswa keperawatan menerima pembelajaran mengenai stress dan kelelahan, namun sebagian besar mahasiswa tidak dapat mengenali gejala tersebut pada diri mereka sendiri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran stress akademik dan kelelahan kerja (burnout) berdasarkan karakteristik perawat yang melanjutkan studi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi target dalam penelitian ini adalah perawat yang masih aktif bekerja sambil melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Teknik pengambilan sampling yang digunakan teknik probability sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 119 responden dari mahasiswa keperawatan S1 Ekstensi dan S2 tahun 2021-2022. Pengukuran tingkat stress akademik menggunakan kuesioner Student-Life Stress Inventory (SLSI) dan tingkat burnout kerja menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory Human Service (MBI-HSS. Data dianalisis dengan uji analisa univariat, dan didapatkan bahwa 80 perawat mengalami stress akademik sedang (67.2%), diikuti kelelahan kerja (burnout) sebanyak 91 perawat mengalami burnout tingkat sedang (76.5%). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat stress akademik sedang, diikuti dengan tingkat burnout sedang sehingga perlu dianalisa setiap karakteristik dari setiap komponen. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk memperhatikan kebutuhan mahasiswa seperti konseling, dan pelayanan keperawatan memberikan layanan dukungan.

Nurses who continue their studies can experience high levels of fatique and strss due to facing academic pressure combined with workload. Academic stress and work fatique can have an impact on physical and mental problems, as well as poor performance. Even though nurses as nursing students receive learning about stress and fatique, most students cannot recognize these symptoms in themselves. The aim of this research is to determine the description of academic stress and work fatique (burnout) based on the characteristics of nurses who are continuing their studies. This research is a descriptive research. The target population in this research are nurses who are still actively working while continuing their studies at the Faculty of Nursing, Muhammadiyah University, Jakarta (UMJ). The sampling technique used was probability sampling, with atotal sample of 119 respondens from undergraduate and postgraduate extension nursing students in 2021-2022. Measurement of academic stress levels used the Student-Life Stress Inventory (SLSI) questionnaire and work burnout levels used the Maslach Burnout Inventory Human Service (MBI-HSS) questionnaire. Data were analyzed using univariate analysis tests, and it was found that 80 nurses experienced moderate academic stress (67.2%), followed by work fatique (burnout) as many as 91 nurses experienced moderate levels of burnout (76.5%). These results indicate that the level of academic stress is moderate, followed by a moderate level of burnout so it is necessary to analyze each characteristic of each component. It is hoped that this research can be used as input material for educational institutions to pay attention to student needs such as counseling, and nursing services providing support services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halya Hanuna Kirana
"Kualitas tidur buruk banyak dialami oleh perawat. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kejadian burnout pada perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan kejadian burnout pada perawat di Rumah Sakit. Penelitian kuantitatif analitik korelatif dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 337 perawat ruang rawat inap, ICU, IGD, dan rawat jalan yang dipilih dengan stratified random sampling di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Alat ukur yang digunakan adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Copenhagen Burnout Inventory (CBI). Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dan burnout pada perawat (p<0,001, α= 0.05). Selain itu didapatkan 73% perawat memiliki kualitas tidur yang buruk dan 12,2% perawat mengalami burnout berat. Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tidur dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis perawat. Kejadian burnout pada perawat perlu diminimalisir dengan meningkatkan kualitas tidur perawat. Oleh karena itu, penting bagi pihak Rumah Sakit dan perawat untuk meningkatkan sleep awareness, sehingga kualitas tidur perawat menjadi lebih optimal.

Many nurses experience poor sleep quality. Poor sleep quality can cause burnout in nurses. This study aims to determine the relationship between sleep quality and the incidence of burnout in nurses in hospitals. This correlative analytical quantitative with a cross-sectional approach involving 337 inpatient, ICU, ER, and outpatient nurses who were selected using stratified random sampling at one of the hospitals in Jakarta. The measuring instruments used are the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and the Copenhagen Burnout Inventory (CBI). Hypothesis testing was conducted with a chi-square statistical test. The results showed that there was a significant relationship between sleep quality and burnout in nurses (p=0.001, α= <0.005). Apart from that, it was found that 73% of nurses have poor sleep quality and 12.2% of nurses experienced severe burnout. This study shows that sleep quality can affect the psychological well-being of nurses. Therefore, hospitals and nurses need to increase nurses’ sleep awareness, so that nurses' sleep quality becomes more optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>