Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205233 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sebayang, Melya Dyanasari
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95??C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 950C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25129
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Melya Dyanasari
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95??C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 950C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maharetta Cipta Umbara
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang 1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang 2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95_C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 95_C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52312
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Priatmoko
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T39996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Tri Utami
"Pada penelitian ini telah dilakukan optimasi homopolimer butil akrilat dengan proses polimerisasi emulsi yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi konsentrasi surfaktan sodium lauryl sulfate (SLS) dan inisiator ammonium peroxodisulfate (APS) serta variasi teknik polimerisasi yang terdiri dari teknik semikontinu, teknik batch, dan teknik seeding 10% dengan waktu feeding 5 jam. Homopolimer yang dihasilkan kemudian ditentukan solid content, indeks viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, temperature glass, dan spektrum IR. Homopolimer ini selanjutnya dapat digunakan sebagai shell dalam polimer core-shell yang menimbulkan efek warna. Peningkatan konsentrasi surfaktan dan konsentrasi inisiator menghasilkan solid content yang semakin meningkat dan ukuran partikel yang cenderung menurun. Kondisi optimum yang diperoleh pada penggunaan konsentrasi surfaktan 0,5 CMC, konsentrasi inisiator 1%, melalui teknik semikontinu dengan persen konversi sebesar 97,21%, ukuran partikel 104,4 nm dan bersifat monodispers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30414
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rindias Helenamartha Fatmasari
"Penelitian ini membahas nomina berafiks pe-, per-, pe--an, dan per--an dalam naskah Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Muhammad Hanafiyyah, dan Hikayat Raja Pasai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis kepustakaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa perbedaan pola pembentukan nomina berafiks pe-, per-, pe--an, dan per--an. Selain memaparkan pola pembentukan nomina berdasarkan kaidah morfofonemik, penelitian ini juga mencoba menganalisis makna afiks pembentuk nomina pe-, per-, pe--an, dan per--an. Penelitian ini juga membahas perbedaan makna afiks pe-, per-, pe--an, dan per--an pada beberapa nomina yang terdapat dalam naskah Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Muhammad Hanafiyyah, dan Hikayat Raja Pasai.

This study discusses nouns affixed with pe-, per-, pe--an, and per--an in the manuscripts Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Muhammad Hanafiyyah, and Hikayat Raja Pasai. This study uses qualitative method, while the data collecting technique used is literature analysis. Based on this study, there are some differences in the forming pattern of nouns affixed with pe-, per-, pe--an, and per--an. In addition to describing the noun-forming pattern based on morphophonemic rules, this study also tries to analyze the meaning of noun forming affixes pe-, per-, pe--an, and per--an. This study also discusses the differences of meaning of affixes pe-, per-, pe--an, dan per--an for several nouns in the manuscripts Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Muhammad Hanafiyyah, and Hikayat Raja Pasai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pathul Djannah
"Zeolit alam yang merupakan mineral aluminosilikar yang terhidrasi yang mengandung kationalkalidanataualkali tanah yang dapat dipertukarkan dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, penukar ion, adsorben dan katalisator. Namun kemampuan ini belum memberikan basil yang optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivasi terhadap zeolit baik dengan memberikan perlakuan panas atau secara untuk meningkalkan kemampuan zeolit.
Untuk mengetahui sejauh mana ketahanan zeolit alam terhadap panas maka dilakukan pemanasan terhadap Zeolit Alam Lampung (ZAL) dan Zeolit Alam Jawa Barat (ZAB). ZAB lebih tahan terhadap panas dibandingkan dengan ZAL. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi jenis zeolit dalam struktur. ZAB yang didominasi oleh mordenit lebih tahan terhadap panas daripada ldinoptilolit yang mendominasi ZAL. Pada pemanasan 150°C - 400°C belum terjadi kerusakan struktur sedangkan pada 600°C terjadi kenaikan sebagian struktur zeolit (moderare disordered). Dan pada suhu 800°C terjadi kerusakan yang Iebih parah (highb: disordered), namun belum merusakkan struktur zeolit secara keseluruhan.
Sintesa H-zeolit dilakukan dengan cara pemanasan I50°C terhadap ZAL kemudian dilakukan pertukaran ion dengan menggunakan larutan CH3C00NI-14 dan NI-LOH. Tujuan pemanasan ZAL 150°C d dapat menguapkan air dan zat-zat impurities lainnya dari rongga zeolit séhingga kapasitas pertukaran ion dapat meningkatkan pertukaran ion pada variasi konsentrasi dengan larutan CH3C0ONH4, mempunyai konsentxasi optimum 0,7 M sodangkan dengan larut/an NTLOH adalah 1,5 M. Pada variasi waktu pertukman ion dengan Iarutan CH3CO0NH4 maupun NH4OH 0,7 M mencapai waktu optimum pertukaran ion selama 4 jam sedangkan dengan larutan CH3C0ONH4 maupun NH4OH 0,3 M mencapai waktu optimum selama 65 menit.
Dari perbandingan kapasitas pertukaran ion yang diperoleh, pertukamn ion dengan larutan CH3COONH4 mempunyai Kapasitas Pertukaran Kation (KTK) yang Iebih besar dibandingkan dengan larutan NH 4OH. Pada variasi perbandingan berat zeolit terhadap volume penukar ion, larutan yang lebih encer (1 gr : 30 ml) mempunyai KTK yang lebih besar daripada penggunaan larutan dengan perbandingan 1 : 10 dan 1 : 20."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Lanang Kinasih
"Untuk mendapatkan kemasan makanan dengan sifat yang superior, trend saat ini ialah pengembangan teknologi nanokomposit. Salah satu permasalahan yang ada ialah pembuatan nanokomposit ini terbilang rumit dan mahal. Penelitian ini bertujuan membuat polipropilena clay nanokomposit (red. PPCN) yang berbiaya rendah dengan menerapkan prinsip pembuatan singkat cascade engineering. Prinsip cascade engineering pada pembuatan PPCN ini, ditunjukkan melalui pembuatan compatibilizer (untuk memungkinkan pencampuran PP dengan clay), masterbatch, dan PPCN secara berkelanjutan dalam satu alat melt mixing. Kemudian untuk mengamati kinerja dari PPCN yang dihasilkan dilakukan karakterisasi mekanis dan XRD. Namun karena adanya permasalahan gelembung pada slab pengujian, maka penelitian ini lebih difokuskan pada pengujian stabilitas termal PPCN berdasarkan studi annealing.
Dari hasil XRD yang dilakukan, terlihat bahwa morfologi yang dihasilkan sistem ini ialah berupa mikrokomposit. Dan secara umum, terlihat tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel waktu pembuatan masterbatch yang digunakan (1, 3, dan 6 menit). Setelah dilakukan pengujian XRD pasca anil, terlihat bahwa stabilitas termal sistem yang dihasilkan kurang baik. Hal ini terlihat dari adanya penurunan ukuran galeri MMT (deinterkelasi). Diperkirakan hal ini disebabkan oleh kurang kuatnya ikatan yang terbentuk antara compatibilizer PP-g-MA dengan clay dan juga kurang baik kompatibilitas PP-g-MA.

For getting superior properties of food packaging, today?s people try to use nanocomposite technology. One of nanocomposite problems is the fabrication of this materials were complex and expensive. This research aim is to make a low cost polypropylene clay nanocomposite (red. PPCN) which processed by a short-cut method well-known as cascade engineering principle. Cascade engineering principle in this PPCN fabrication is shown by making compatibilizer (to enable the mixing of PP and clay), masterbatch, and PPCN in one pot process using melt mixing. After making PPCN, to examine the performance of this system, the intended characterizations were mechanical and XRD testing. Due to the presence of voids in slabs produced for the testing, the investigation was focused on the thermal stability of PPCN based on annealing study.
The initial result of XRD showed that the morphology of the system were microcomposite. The XRD data showed that time, as the investigated parameter (1, 3, and 6 minutes), did not make any significant change on the PPCN morphology. After doing the annealing process, the XRD data showed that the thermal stability of this system was poor. This conclusion obtained from the reduction of MMT gallery?s height (deintercalation). These phenomenons are cause by the weak bonding and the lack of compatibility of PP-g-MA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yonda Lavembelno
"Permasalahan sampah plastik selalu menjadi masalah utama pencemaran lingkungan seperti pencemaran darat dan laut. Salah satu upaya pemanfaatan limbah plastik adalah melalui pembuatan wood plastic composite (WPC). Dalam rangka meningkatkan performanya, polyethylene perlu dimodifikasi sehingga memiliki gugus polar dalam rantainya. Modifikasi pencangkokan melalui iradiasi sinnar gamma merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperluas penerapan aplikasi polietilena. Polimer yang digunakan pada penelitian ini berupa High Density Polyethylene (HDPE) dengan senyawa yang dapat diaplikasikan untuk kopolimer pencangkokan ke dalam HDPE yaitu Maleic anhydride (MA). Pada pembuatan agen kompatibilitas HDPE-g-MA dilakukan dengan variasi dosis penyinaran iradiasi gamma sebesar: 50, 75, dan 100 kGy serta variasi lamanya waktu proses pencangkokan, yaitu selama: 3, 6, dan 8 jam. HDPE-g-MA yang telah melalui proses pencangkokan akan dikarakterisasi dengan contact angle, FTIR, dan DSC. Hasil karakterisasi penelitian ini didapatkan adanya gugus fungsi baru, yaitu gugus fungsi karbonil (-C=O) pada bilangan gelombang 1720 cm-1, reaksi sampingan pada HDPE-g-MA sangat minim dengan perubahan Tm yang tidak signifikan, dan juga perubahan sifat permukaan menjadi hidrofilik pada HDPE-g-MA ditandai dengan sudut kontak yang terbentuk sebesar 64,03° - 83,27°.

The problem of plastic waste has always been a major problem of environmental pollution such as land and sea pollution. One of the efforts to utilize plastic waste is through the manufacture of wood plastic composite (WPC). In order to improve its performance, polyethylene needs to be modified so that it has a polar group in its chain. Modification of grafts through gamma ray irradiation is one effective way to expand the application of polyethylene. The polymer used in this research is High Density Polyethylene (HDPE) with a compound that can be applied for grafting copolymers into HDPE, namely Maleic anhydride (MA). The manufacture of HDPE-g-MA compatibility agents was carried out with variations in gamma irradiation doses of: 50, 75, and 100 kGy and variations in the length of time for the grafting process, namely for 3, 6, and 8 hours. HDPE-g-MA which has gone through the grafting process will be characterized by contact angle, FTIR, and DSC. The results of the characterization of this study showed that there was a new functional group, namely the carbonyl functional group (-C=O) at a wave number of 1720 cm-1, side reactions in HDPE-g-MA were minimal with insignificant changes in Tm, and also changes in surface properties. to be hydrophilic in HDPE-g-MA is indicated by the contact angle formed of 64.025° - 83.27°"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmudin
"Membentuk dan mengembangkan perilaku peserta didik dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku disiplin dan membangkitkan Self-Regulated Learning. Religiusitas menjadi salah satu faktor pengendali tingkah laku serta merupakan sebuah motifasi hidup dan merupakan alat pengembangan, pengendalian diri, dan juga merupakan suatu alat pembentuk moral. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh religiusitas terhadap disiplin dan regulasi diri dalam belajar siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Bekasi. Hipotesis; 1) Terdapat pengaruh yang signifikan dari religiusitas terhadap disiplin siswa SMP; 2) Terdapat pengaruh yang signifikan dari religiusitas terhadap regulasi diri dalam belajar siswa SMP; 3) Terdapat pengaruh yang signifikan dari disiplin terhadap dan Self-Regulated Learning siswa SMP. Skala yang digunakan adalah skala religiusitas (Glock & Stark), skala disiplin (Sears) dan skala MSLQ (Pintrich dan Groot). Responden penelitian ini adalah 164 siswa SMP Negeri di Kota Bekasi. Pemilihan subyek dilakukan dengan random sampling. Langkah analisis data menggunakan Analisis CFA dan Analisis SEM dengan alat bantu SPSS 15 dan LISREL 8.8 Kesimpulan; Ada pengaruh yang signifikan antara religiusitas terhadap disiplin dan Self-Regulated Learning dan antara disiplin terhadap Self-Regulated Learning.

The formation and development of students' behavior may be carried out by imposing discipline and encourage self-regulated learning. Religousness is one of the factors which controls the behavior and a motivation to live and is a development tool, self control as well as a tool to form the moral. The objectives of the study is to find out the impact of religiousness on the disciple and self regulation in the learning prosess of students of State Junior High School in Bekasi City. The hyphotheses are : (1) There is a signification impact of religiouness on the discipline of Junior High School students; 2) There is a significant impact of religousness on the self-regulated learning Junior High School students; 3) There is a significant impeet of religiousness on the discipline and self regulated learning of Junior High School students. The scale is used is the scale of religiousness (Glock & Stark), the scale of discipline (Sears) and MSLQ scale (Pintrich and Groot). The respondents of this study are 164 students of State Junior High School in Bekasi City. The subject is selented by random sampling. The data analysis step uses CF A Analysis and SEM Analysis with the help of tools namely SPSS 12 and LISREL 8.8. Conclusion: There is a signifant impact of reHgiousness on discipline and self-regulated learning and of discipline on self-regulated learning."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26944
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>