Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86495 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Catur Wahyu Prasetyo
"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan gas biometan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta berdasarkan potensi sampah organik Pasar Induk Kramat Jati dan dari aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis, dengan potensi sampah organik di Pasar Induk Kramat Jati sebesar 40.763 ton/tahun, dapat dihasilkan potensi biogas sebesar 5.656.040 m3/tahun, dan potensi gas biometan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta sebesar 2.381.680 m3/tahun, dengan potensi pengurangan emisi karbon sebesar 2.927,89 tCO2/tahun. Sedangkan berdasakan analisis kelayakan keuangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 6.313.952.701,-, Payback period sebesar 7,49 tahun, dan nilai IRR sebesar 13,02%, maka dapat dikatakan pemanfaatan gas biometan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta layak untuk dilaksanakan.

This research aimed to analyze the use of biomethane gas as transjakarta bus fuel based on the organic waste potential at Pasar Induk Kramat Jati, its environment and the economy aspects. The findings demonstrate that, from 40,763 tons/year organic waste at Pasar Induk Kramat Jati, one can generate 5,656,040 m3/year biogas potential, and 2,381,680 m3/year biomethane gas that can be used as transjakarta bus fuel, with carbon emission reduction of 2.927,89 tCO2 per year. While from financial feasibility analysis, it results NPV as much as Rp. 6.313.952.701,-,with 7,49 year payback period and 13,02% IRR. It can be concluded that the use of biomethane gas as transjakarta bus fuel is highly feasible to implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T40897
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Resiana Winata
"Kompor biomassa konvensional yang ada saat ini masih memiliki permasalahan dengan emisi gas CO yang tinggi dibandingkan kompor LPG. Pada penelitian ini, dirancang suatu kompor gas-biomassa menggunakan prinsip Top- Lit Up Draft Gasifier yang diharapkan menghasilkan emisi gas CO yang rendah dengan membakar gas pirolisis dari pelet biomassa. Kompor memiliki diameter dalam sebesar 15 cm, diameter luar 20 cm, tinggi reaktor gasifikasi 51 cm, dan tinggi keseluruhan 95 cm. Kompor menggunakan pelet biomassa dari limbah bagas yang mengandung volatile matter tinggi. Dengan memvariasikan rasio antara laju alir udara sekunder dan udara primer, didapatkan emisi gas CO ratarata terendah, 16,4 ppm (dengan emisi gas CO maksimum yang diperbolehkan adalah 25 ppm), yang terjadi pada rasio 11:1. Perbandingan antara nilai rasio tersebut menunjukkan suhu api maksimum tertinggi yang dicapai adalah 544,44°C pada rasio 6:1. Menggunakan Water Boiling Test, efisiensi termal tertinggi yang dicapai adalah 55%, dimana waktu tersingkat untuk mendidihkan 1 L air adalah 6 menit. Api kompor berwarna kuning menunjukkan pembentukan jelaga.

Nowadays conventional biomass stoves still have a problem of having high CO gas emission compared to LPG stoves. In this research, a biomass-gas stove has been designed using Top-Lit Up Draft Gasifier principle, which had been expected to have low CO gas emission by burning pyrolysis gas from biopellets. The stove has 15 cm inner diameter, 20 cm outer diameter, 51 cm gasification reactor height, and 95 cm overall height. The stove uses biopellet made of bagasse waste, which have high volatile matters content. By varying the ratio of secondary air flow to primary air flow, it was found that the lowest CO gas emission, 16,4 ppm (with maximum CO gas emission allowable is 25 ppm), occurred at the ratio of 11:1. Comparison of different values of the ratio shows that the highest maximum flame temperature achieved was 544,44oC occurring at the ratio of 6:1. Using Water Boiling Test, the highest thermal efficiency achieved was 55%, which corresponds to the shortest time to boil 1 L of water (6 minutes). The stove has yellow flame that indicates the formation of soot."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Wahyu Prasetyo
"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan gas biometan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta berdasarkan potensi sampah organik Pasar Induk Kramat Jati dan dari aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis, dengan potensi sampah organik di Pasar Induk Kramat Jati sebesar 40.763 ton/tahun, dapat dihasilkan potensi biogas sebesar 5.656.040 m3/tahun, dan potensi gas biometan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta sebesar 2.381.680 m3/tahun, dengan potensi pengurangan emisi karbon sebesar 2.927,89 tCO2/tahun. Sedangkan berdasakan analisis kelayakan keuangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 6.313.952.701,-, Payback period sebesar 7,49 tahun, dan nilai IRR sebesar 13,02%, maka dapat dikatakan pemanfaatan gas biometan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta layak untuk dilaksanakan.

This research aimed to analyze the use of biomethane gas as transjakarta bus fuel based on the organic waste potential at Pasar Induk Kramat Jati, its environment and the economy aspects. The findings demonstrate that, from 40,763 tons/year organic waste at Pasar Induk Kramat Jati, one can generate 5,656,040 m3/year biogas potential, and 2,381,680 m3/year biomethane gas that can be used as transjakarta bus fuel, with carbon emission reduction of 2.927,89 tCO2 per year. While from financial feasibility analysis, it results NPV as much as Rp. 6.313.952.701,-,with 7,49 year payback period and 13,02% IRR. It can be concluded that the use of biomethane gas as transjakarta bus fuel is highly feasible to implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27879
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Indrianto
"Keterbatasan bahan bakar minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber energi alternatif. Dan yang paling memungkinkan untuk Indonesia adalah energi bioetanol yang dapat diperoleh dari tebu, gandum, umbi dan jagung. Tanaman tersebut dapat tumbuh subur karena iklim tropis indonesia, namun masih rendahnya teknologi dan belum diproduksinya secara masal membuat produk bioetanol terkesan mahal. Olehkarenanya diperlukan teknologi sederhana yang dapat memproduksi etanol berkadar rendah (low grade ethanol) menjadi tinggi, yaitu dengan destilasi. Dalam penelitian ini memanfaatkan hasil destilasi (distillate) alkohol berkadar rendah sebagai bahan bakar tambahan pada genset berbahan bakar bensin. Digunakan injeksi distillate sebesar 10%, 20% dan 30% setelah kaburator sebelum ruang bakar, kemudian diukur prestasinya untuk dibandingkan dan dianalisa pengaruh yang terjadi.

The limited oil resource forces humans to seek for alternative energy sources. The most possible alternative for Indonesia is through the bioethanol energy from sugar canes, wheats, roots, and corns. Those plants are fertile to be grown in Indonesian tropical climate, however the low technology and absence of massal production make the high cost for bioethanol production. Therefore, it needs simple technology for producing the low grade ethanol into the high grade, such as by distillation. This research uses the distillate of low grade alcohol as additional fuel on gasoline genset. It was used the istillate injection in the amount of 10%, 20% and 30% after the carburator before the combustion chamber, then the performance was measured to be compared and analyzed on the occuring affects. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S893
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Inayati
"Mekanisme pembakaran pada kompor biomassa yang menyertakan pembakaran fasa padat dengan 1 blower pemasok udara masih menghasilkan CO di atas ambang batasnya, 25 ppm. Peneliti merancang kompor gas-biomassa dengan mekanisme pembakaran fasa gas saja menggunakan 2 blower pemasok udara primer dan sekunder, mengakomodasi preheating udara sekunder dan efek turbulensi. Penelitian bertujuan mendapatkan rancangan kompor biomassa dengan rasio udara terbaik sehingga dihasilkan emisi CO rendah dan warna api biru. Penelitian diawali dengan perancangan kompor lalu membakar gas pirolisis yang dihasilkan dari devolatilisasi biomassa. Kondisi terbaik kompor berdiameter dalam ruang pembakaran 15 cm dengan tinggi ruang pembakaran 58 cm adalah pada rasio aliran udara sekunder terhadap udara primer 6,29 dengan emisi CO rata-rata 14 ppm dan efisiensi termal 52,8 %.

Existing biomass stoves using combustion in solid phase with 1 blower as an air supplier produce CO well above the minimum allowable CO emission (25 ppm). In this research, combustion mechanism occurs only in gas phase, the stove uses 2 blower as primary and secondary air supplier, accommodates preheating secondary air and turbulency effect. The objective of this research was to get biomass-gas stove design with the best air ratio that produces low CO emission and blue flame. First step of this research is to design he stove and then to burn pyrolysis gas produced of biomass devolatilization. The best condition of the biomass gas stove, which has dimension 15 cm inner diameter for combustion chamber and 58 cm height of combustion chamber is that the flow ratio of secondary air to primary air is 6,29 which has average CO emission at 14 ppm and thermal efficiency at 52,8%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42561
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasmo Sadewo
"ABSTRAK
Dalam rangka mendukung pemanfaatan bahan bakar nabati dan menjamin
penggunaan biodiesel di Indonesia pada tahun 2008 pemerintah menerbitkan
Permen No. 32 Tahun 2008 Tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga
Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Dalam peraturan
tersebut pemerintah mewajibkan penggunaan minimal biodiesel di sektor
transportasi PSO (Public Service Obligation) dan Non PSO, industri dan komersil,
serta pembangkit listrik hingga tahun 2025. Studi ini bertujuan untuk menganalisa
implementasi kebijakan kewajiban pemanfaatan biodiesel serta mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran biodiesel di
Indonesia.
Untuk menjawab tujuan tersebut maka pendekatan yang digunakan adalah
evaluasi formal, kualitatif deskriptif, dan kuantitatif. Pendekatan evaluasi formal
dilakukan dengan menilai tercapai atau tidaknya tujuan dan sasaran yang
tercantum dalam dokumen resmi. Sedangkan penawaran biodiesel dihitung
dengan menggunakan metode regresi linier berganda (OLS). Sementara
pendekatan kualitatif deskriptif dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam
dengan pakar/ahli untuk mengetahui permintaan biodiesel.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (1) implementasi kebijakan
mandatory pemanfaatan biodiesel belum dapat mencapai target yang telah
ditetapkan, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran biodiesel di
Indonesia secara nyata adalah harga bahan baku (CPO), harga biodiesel domestik
dan penawaran biodiesel tahun sebelumnya, dan (3) faktor utama yang
mempengaruhi permintaan biodiesel di Indonesia adalah, implementasi kebijakan,
harga biodiesel dan harga bahan bakar minyak, ketersediaan infrastruktur, serta
sebaran lokasi produsen biodiesel.

ABSTRACT
In order to support the use of biofuel and to guarantee the use of biodiesel in
Indonesia, in 2008 the government issued Permen (Minister?s Regulation) No. 32
year 2008 on the Supply, Use, and Commerce of Biofuel as Alternative Fuel. In
the regulation, the government requires the minimum use of biodiesel in the PSO
(Public Service Obligation) and Non-PSO transportation sectors, industrial and
commercial, and for electricity power plant until 2025. This study aims to analyze
the policy implementation of mandatory biodiesel use and to discover the factors
influencing the demand and supply of biodiesel in Indonesia.
To respond to those objectives, the approach used is formal evaluation, qualitative
and quantitative descriptive. The formal evaluation approach was conducted by
assessing whether the objectives and targets mentioned in the official document
have been accomplished or not. Meanwhile, the biodiesel supply was estimated by
using an ordinary least square method (OLS). Moreover, the qualitative
descriptive approach was conducted in a form of in-depth interview with the main
specialists/experts to figure out the demand side of biodiesel.
The result show that (1) the policy implementation of mandatory biodiesel use has
not been able to accomplish the targets determined, (2) the factors influencing the
biodiesel supply significantly in Indonesia are raw material prices (CPO),
domestic biodiesel prices, and the previous biodiesel supply, and (3) the main
factors influencing the biodiesel demand in Indonesia are policy implementation,
biodiesel prices and fuel oil prices, the availability of infrastructure, and the
spread of biodiesel producer locations."
2012
T31078
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Hendrawan
"Penggunaan bahan bakar fosil pada saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi segala jenis kendaraan bermotor dan sudah menjadi ketergantungan bagi kendaraan bermotor tersebut. Sampai saat ini, sudah ditemukan berbagai jenis bahan bakar alternatif sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak BBM , dan salah satu bahan bakar alternatif tersebut adalah bioetanol. Bioetanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan BBM. Namun untuk penggunaannya secara komersial pada saat ini, bioetanol masih digunakan sebagai bahan bakar campuran bensin, dengan menggunakan perbandingan tertentu. Bioetanol yang biasa digunakan dalam pencampuran dengan bensin adalah bioetanol anhidrat dengan kadar air 0,1.
Pencampuran antara bietanol dengan bensin dimaksudkan agar nilai oktan dari BBM dapat meningkat dan juga menghasilkan pembakaran yang lebih bersih dikarenakan bietanol lebih kaya kandungan oksigen dibanding BBM. Selain permasalahan pada perbandingan campuran kedua bahan bakar tersebut, sifat dari masing-masing zat yang berbeda ini mengakibatkan sulitnya pencampuran kedua jenis bahan bakar ini sehingga menghasilkan nilai COV Coefficient of Variation yang lebih tinggi daripada bensin murni dan berakibat pada performa motor bakar itu sendiri. Penambahan zat aditif Oxygenate Cycloheptanol dimaksudkan agar pada kedua campuran bahan bakar tersebut akan dihasilkan nilai COV yang kecil sehingga dapat meningkatkan performa dari motor bakar.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bioetanol dengan kadar 96 bioetanol hidrat. Pencampuran bahan bakar dengan perbandingan E5h, E10h, dan E15h dengan zat aditif Oxygenate Cycloheptanol yang nantinya hasil performa akan dibandingkan dengan bahan bahan bakar bensin murni E0 dan pada campuran E5h, E10h, dan E15h non zat aditif Oxygenate Cycloheptanol. Untuk menguji performa motor, dilakukan uji statis menggunakan dynamometer test. Dari penelitian menunjukkan performa bahan bakar mengalami peningkatan dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan E5h, E10h, dan E15h non zat aditif Oxygenate Cycloheptanol.

Currently, the use of fossil fuel has become essential and dependency of all vehicles. Now it has been found various types of alternative fuel as the substitute for gasoline ndash one of them is bioethanol. Bioethanol has higher octane number than gasoline. However, bioethanol, as for commercial use right now, is still used as fuel blended gasoline with a specific comparison. The bioethanol that is commonly used is anhydrous bioethanol with 0.1 water content.
The bioethanol gasoline blend is intended to increase octane number in gasoline and produce cleaner combustion due to the high oxygen content of bioethanol. Besides the comparison problem of the blended fuel, the characteristics of each different substance result in the blending difficulty. Therefore, it produces higher COV Coefficient of Variation values than pure gasoline and effects the motor performance itself. Adding Oxygenate Cycloheptanol fuel additive is intended to could produce smaller COV values, so it could increase the motor performance.
In this study, the writer used hydrous bioethanol 96. The performance result of the mixture between ratio E5h, E10h, and E15h with Oxygenate Cycloheptanol fuel additive will be compared with pure gasoline E0 added with E5h, E10h, and E15h Oxygenate Cycloheptanol fuel non additive. The motor performance tests were measured using dynamometer test. The experimental results proved that the fuel performance has increased and the fuel consumption is less if it is compared with E5h, E10h, and E15h Oxygenate Cycloheptanol fuel non additive.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Hutama
"Pemanfaatan minyak nabati terus dikembangkan untuk mengatasi masalah energi di dunia. Bahan bakar bio memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan dan menjaga ketersediaan minyak bumi. Penelitian ini melakukan studi penggunaan model prediktif Analytical Semi Empirical Model (ASEM) dalam merepresentasikan berbagai produk bahan bakar bio dari perengkahan minyak nabati.
Penelitian ini bertujuan menentukan kondisi suhu optimum tiap produk melalui simulasi untuk menghasilkan bahan bakar bio yang ekonomis dan kualitas yang lebih baik. Representasi produksi bahan bakar bio menggunakan model prediktif berdasarkan reaksi secara perengkahan. Data eksperimen sekunder disimulasikan dengan MATLAB menggunakan metode curve fitting.
Hasil simulasi didapatkan bahwa kondisi optimum untuk memproduksi bahan bakar bio adalah sekitar 400-450°C untuk perengkahan termal dan 325-375°C untuk perengkahan katalitik bergantung dari jenis minyak nabati dan produk yang diinginkan.

Implementation vegetable oil has been developed persistently to solve world energy crisis. Biofuel's advantages are environmental friendly and maintain availability of petroleoum. This research studies using the predictive Analytical Semi Empirical Model (ASEM) in representing various biofuel?s products from cracking of vegetable oil.
This research aims determining optimum temperature condition each products through simulation producing biofuel in higher economical and quality aspect. Representing production of biofuel based on cracking reaction. Experimental seconder data of vegetable oils are simulated using MATLAB with curve fitting method.
Result of the simulation, optimum temperature conditions to produce biofuel are 400-450°C for thermal cracking and 325-375°C for catalytic cracking depend on raw material and desirable product
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1360
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Qodri Febrilian Erahman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T41144
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizatar Fario Shehriar
"Potensi limbah biomassa di Indonesia mencapai 35,6 GW dengan padi sebesar 19,41 GW. Sekam padi merupakan salah satu sumber energi terbarukan dari biomassa yang potensialnya paling besar karena Luas Lahan Baku Sawah (LBS) mencapai 7.463.948 hektare dengan produktivitas 5,7-6,1 ton/ha. Dengan menggunakan sistem gasifikasi, limbah sekam padi dapat memanfaatkan energi yang tersimpan di dalamnya. Sistem dari Mobile Biomass Gasifier Purwarupa 3 (P3) merupakan gasifier yang dapat berjalan secara kontinu dengan kapasitas reaktor 25 kg/jam. Dengan melakukan eksperimen, didapatkan nilai feeding rate yang ideal, char removal rate, profil temperatur dan mass balance saat menjalankan eksperimen dengan perlakuan sama setiap variasi. Didapatkan komposisi syngas untuk setiap variasi vibrating grate 10%, 12%, dan 14%. Komposisi syngas terbaik didapatkan pada vibrating grate sebesar 10% (24 RPM), feeding rate 6,82 kg/jam, suhu zona oksidasi (T3) rata-rata sebesar 544°C dan ER 0,28. Didapatkan komposisi syngas (%Volume) CO, CH4, H2, dan CO2 secara beurutan sebesar 14,08%; 2,09%; 3,74%; dan 1,75%, serta nilai LHV sebesar 2,93 MJ/Nm3 . Didapatkan Cold Gas Efficiency sebesar 44,17%. Pulau Nusa Tenggara Timur didasarkan pada rasio elektrifikasi terendah se-Indonesia dapat dijadikan sasaran untuk Mobile Biomass Gasifier Purwarupa 3. Diharapkan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dapat mengembangkan alat gasifier untuk bahan bakar limbah biomassa selain dari sekam padi agar potensi biomassa dapat dimaksimalkan.

The potential biomass waste in Indonesia reaches 35.6 GW, with rice husk accounting for 19.41 GW. Rice husk is one of the most significant potential renewable energy sources from biomass due to the extensive paddy field area of 7,463,948 hectares with a productivity of 5.7-6.1 tons/ha. By utilizing gasification technology, rice husk waste can harness the energy stored within it. The Mobile Biomass Gasifier Prototype 3 (P3) system is a gasifier capable of continuous operation with a reactor capacity of 25 kg/hour. Through experiments, the ideal feeding rate, char removal rate, temperature profile, and mass balance were determined under the same treatment for each variation. The composition of syngas was obtained for each vibrating grate variation of 10%, 12%, and 14%. The best syngas composition was achieved with a vibrating grate of 10% (24 RPM), feeding rate of 6.82 kg/hour, average oxidation zone temperature (T3) of 544°C, and an equivalence ratio (ER) of 0.28. The syngas composition (% volume) was found to be 14.08% CO, 2.09% CH4, 3.74% H2, and 1.75% CO2, with a lower heating value (LHV) of 2.93 MJ/Nm3. The Cold Gas Efficiency obtained was 44.17%. The East Nusa Tenggara Island, based on the lowest electrification ratio in Indonesia, can be targeted for the Mobile Biomass Gasifier Prototype 3. Further research is expected to develop gasifier devices for biomass waste fuels other than rice husk to maximize the potential of biomass.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>