Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148010 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Aris Munandar
"ABSTRAK
Ragam hias pra-Islam maksudnya adalah berbagai jenis ragam hias yang terdapat di candi-candi yang dibangun sebelum kedatangan agama Islam di Jawa. Dalam mengkaji ragam hias pra-Islam pada bangunan Islam di Jawa yang menjadi pokok perhatian adalah jenis ragam hias, keletakan ragam hias baik pada candi-candi masa Hindu-Buddha dan juga pada bangunan-bangunan masa awal Islam, dan juga sebab-sebab terjadinya kesinambungan penggunaan ragam hias pra-Islam tersebut pada bangunan-bangunan Islam.
Kajian ini bertujuan untuk mencari bukti-bukti adanya pertalian yang erat antara bentuk-bentuk ragam hias pra-Islam dengan ragam hias Islam yang semula terdapat pada bangunan masa Hindu-Buddha. Secara umum berupaya membuktikan adanya kesinambungan penggunaan ragam hias tersebut, hal mana sebenarnya tslah dikemukakan oleh para peneliti terdahulu.
Dalam mengkaji bermacam ragam hias yang terdapat di candi-candi masa klasik tua dan klasik muda serta bangunan-bangunan masa awal Islam dilakukan kunjungan langsung ke situsnya. Kemudian melakukan pengamatan dan menyusun suatu daftar kshadiran bermacamragam hias tersebut. Sifat penelitian ini kwalitatif, karena memperhatikan juga gaya ragam hias, dan bentuk-bentuk ragam hias yang sederhana dan raya.
Berdasarkan pengamatan terhadap berbagai ragam hias yang menjadi bahan kajian dapat diketahui adanya beberapa ragam hias yang terus bertahan penggunaannya sejak masa Hindu-Buddha hingga masa Islam. Ragam hias itu populer, karena banyak dijumpai pada berbagai bangunan misalnya, sulur daun/ikal-mursal, medalion, tumpal/simbar, dan salib Portugis. Kesinambungan penggunaan ragam hias itu terjadi harena, (1) seniman masa awal Islam masih akrab dengan bentuk-bentuk ragam hias dari masa Hindu-Buddha, dan (2) penggunaan ragam hias pra-Islam dipsrbolehkan sejauh tidak bartentangan dengan kaidah agama Islam. Sementara itu ragam hias khas kesenian Islam yang baru muncul bsrsamaan dengan perkembangan Islam di Jawa contohnya kaligrafi Arab, dan stilasi figur makhluk hidup."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan Falih
"Penelitian ini membahas pola penempatan ragam hias pada bangunan-bangunan kuna Islam di Cirebon, yaitu di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Masjid Sang Ciptarasa, Masjid Merah Panjunan, Taman Gua Sunyaragi, dan Nisan Kompleks Makam Sunan Gunung Jati. Selain itu juga dilakukan identifikasi dan klasifikasi bentuk motif-motif hias yang ada pada bangunan-bangunan tersebut. Kajian terhadap ragam hias Islam di Cirebon telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Akan tetapi kajian terhadap ragam hias di Cirebon dengan menggunakan pendekatan ruang sakral dan profan belum dilakukan oleh peneliti terdahulu. Oleh karena itu, kajian ini akan menitikberatkan pada pola penempatan ragam hias pada ruang sakral dan profan di Cirebon.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode arkeologi dengan menitikberatkan pada studi komparatif dan identifikasi jenis motif serta klasifikasi ragam hiasnya. Berdasarkan hasil analisa terhadap ragam hias pada bangunan-bangunan kuna Islam di Cirebon, maka dapat dijumpai keberadaan lima jenis ragam hias, yaitu flora, fauna, geometris, alam, dan kaligrafi. Selain itu terdapat pola penempatan motif ragam hias pada bangunan kuna Islam berdasarkan ruang sakral dan profannya. Motif hias pada ruang sakral adalah flora, geometri, alam, dan kaligrafi, sedangkan motif fauna tidak dijumpai. Sementara pada ruang profan semua motif tersebut di atas dijumpai, termasuk fauna.
This study discusses the pattern of placing decorative ornaments in ancient Islamic buildings in Cirebon, namely the Kasepuhan Palace, Kanoman Palace, Sang Ciptarasa Mosque, Merah Panjunan Mosque, Sunyaragi Cave Park, and the Tomb of the Sunan Gunung Jati Graveyard Complex. In addition, identification and classification of ornamental motifs in the buildings are also carried out. Studies of various Islamic decoration in Cirebon have been carried out by previous researchers. However, studies of ornamental variations in Cirebon using the sacred and profane space approaches have not been done by previous researchers. Therefore, this study will focus on the pattern of placement of decoration in the sacred and profane spaces in Cirebon.
The method used in this research is the archeological method with a focus on comparative studies and identification of motifs and classification of decoration. Based on the analysis of ornamental variations in Islamic ancient buildings in Cirebon, it can be found the existence of five types of ornamental diversity, namely flora, fauna, geometric, natural, and calligraphy. In addition, there are patterns in the placement of decorative motifs in Islamic ancient buildings based on sacred and profane spaces. Decorative motifs in sacred spaces are flora, geometry, nature, and calligraphy, while fauna motifs are not found. While in the profane space all the above mentioned motifs are found, including fauna."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
C. Israr
Jakarta: Pembangunan, 1955
297.6 ISR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"The spreading of islam has changed the world civilization since its early presence. It can be seen from many islamic heritages that left in the centre of several islamic countries between sixth to nineteenth centuries, when islam, almost ruled the whole of the world. Spain was known as a country or city where islam achieved its golden age. Almost all of islamic heritages in Spain were kept as its original and alhambra was one of it. Alhambra was said as a legendary palace around eleventh century and it has a big influence both west and east poetry. Not only that, alhambra was said as a great palace ever in the world at that time and inspired several monument in the west later. It shows that islamic architecture brought several impacts to the west and this article tried to reveal several impacts from the existence of the last islamic heritage in Spain, which is no others, Alhambra. "
EDISMIKA 5:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
"Kedatangan Islam di Nusantara pada awal abad ke 7 hingga terbentuknya kerajaan Islam pertama pada awal abad ke 13 telah menghasilkan tinggalan budaya yang amat kaya. Para ahli sepakat bahwa Islam datang dan berkembang melalui jalur perdagangan sehingga pada awalnya terbentuklah koloni-koloni perdagangan muslim di berbagai tempat di kota-kota pelabuhan, sebagaimana dicatat dalam berita Cina pada tahun 674, yang menyebutkan Palembang sebagai. salah satu koloni muslim.
Peninggalan yang berarti tentang adanya masyarakat muslim adalah sebuah situs di Leran yang menyimpan sebuah nisan dari seorang wanita muslim yang berangka tahun 1082 Masehi dan bukti lainnya adalah yang terdapat di situs Kota Gina (Sumatera Utara) dan kota Barus yang diperkirakan memiliki temuan-temuan keramik yang berangka thhun dari abad 10 sampai abad 12 Masehi.
Kemunduran dari kerajaan-kerajaan Indonesia Hindu diduga merupakan salah satu faktor berkembangnya Islam di bumi Nusantara, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah ditangan para pedagang Islam. Pantai utara Jawa adalah jalur perdagangan yang banyak dikunjungi para pedagang sejak lama, sehingga di wilayah ini banyak sekali ditemukan situs-situs dari masa Islam. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan oleh para ahli ,namun sangat sedikit yang mempersoalkan seni dekoratif yang dihasilkan kebudayaan islam di Nusantara. Sehingga perlu kiranya dilakukan penelitian ke arah ini.
Seperti apakah bentuk-bentuk dekoratif yang menandai masa Islam. Berbagai pernyataan telah disampaikan para ahli mengenai fungsi dan makna dekoratif pada tinggalan budaya Islam di dunia, seperti Faruqi yang menyatakan bahwa fungsi dari ornamen Islam adalah untuk mengingatkan manusia akan ke Esaan Tuhan, sehingga bentuk-bentuk yang dihasilkan adalah ornamen-ornamen yang penuh dengan abstraksi. Jabar Beg menggaris bawahi bahwa pusat daya normatif seni kaum muslim adalah Islam itu sendiri dan agama Islam tidak menggariskan bentuk-bentuk seni tertentu, tetapi sekedar memberi pagar lapangan ekspresi.
Para ahli berkebangsaan Asing yang melakukan penelitian tentang Islam di Nusantara banyak yang mengajukan pendapatnya bahwa Islam di Indonesia tidak menghasilkan apapun baik peninggalan berupa monumen maupun kemajuan dalam bentuk yang lain. Berbagai aspek dipandangnya sebagai semata-mata kelanjutan dari budaya masa Indonesia-Hindhu. Tentu saja hal ini sangat ditentang oleh para ahli Islam, seperti yang dilakukan Naguib Al- attas.
Dari penelitian yang saya lakukan terhadap situs Demak dan Kudus di pesisir utara Jawa memperlihatkan bahwa memang masih banyak ornamen yang dipakai pada masa Islam yang merupakan kelanjutan dari masa Indonesia -Hindu yaitu seperti ornamen bunga lotus, sulur-suluran, motif sinar Majapahit dan bentuk-bentuk makara yang telah distilir. Namun demikian , hasil penelitian ini masih harus dipertimbangkan lebih lanjut karena bila memperhatikan beberapa situs lainnya seperti Cirebon, Mantingan dll kita akan menemukan berbagai ornamen yang sangat dekat kaidah-kaidahnya dengan kaidah ornamen Islam.
Selain ornamen yang disebut di atas ternyata, juga diperoleh kaligrafi Islam dan berbagai bentuk perbingkaian yang sangat banyak dipakai sebagai ornamen pada kedua Situs ini. Hal ini sangat menarik dan dapat saya anggap sebagai salah satu ekspresi seniman Islam di tempat ini yang tampaknya dengan sadar membatasi diri dari keinginannya untuk mengisi bingkai-bingkai dengan hiasan-hiasan mahluk hidup seperti yang umumnya ditemukan pada bangunan candi-candi. Lebih lanjut sangat menarik untuk melihat kasus ini pada menara Kudus yang oleh banyak sarjana Belanda di anggap sebagai sisa peninggalan dari masa Indonesia-Hindhu karena bentuknya yang sangat menyerupai candi. Namun bila kita lihat seluruh ornamen yang ada hanyalah bingkai-bingkai yang polos kadang-kadang diberi hiasan keramik Cina, tentu sangat berbeda dengan kebiasaan tradisi seni Hindu. Ada hal yang sangat disukai oleh para seniman di kedua situs ini adalah menempelkan keramik Cina, Pada tembok mesjid Agung Demak ada keramik cina yang selain menggambarkan bunga-bunga terutama lotus juga banyak dijumpai penggambaran binatang seperti , anjing yang berada di atas awan, burung merak dll. Bila dilihat dari bentuk mesjid kuno, maka kehadiran keramik cina pada dinding-dinding tembok mungkin merupakan tambahan yang kemudian.
Walaupun demikian dari hasil penelitian ini sangat terasa bahwa ornamen mahluk hidup sangat dibatasi dan hal ini mengingatkan kita akan larangan dari para ulama Islam untuk menggambarkan mahluk hidup apalagi di dalam bangunan mesjid. Fungsi dari ornamen tampaknya lebih pada penanda bagian-bagian penting dari bangunan.
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan penelitian yaitu tahap pertama pengumpulan data dan selanjutnya dilakukan analisis dan interpretasi data. Pada tahap pengumpulan data dilakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Pada penelitian lapangan dilakukan pendataan berbagai bentuk omamen dengan cara membuat foto dan gambar. Pada tahap analisis dilakukan pemilahan atas dasar variabei-variabel tertentu terutama aspek bentuk serta ketetakan. Pada tahap interpretasi dipakai analog' yang dapat dipakai untuk mengungkapkan keberadaan suatu gejala-gejala tertentu."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rawung, Josephine Imelda Wiesye
"Kajian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan keletakan medalion di Percandian Panataran. Medalion adalah ragam hias berbentuk lingkaran atau oval, yang di dalamnya dipahatkan suatu obyek atau figur dalam bentuk relief. Medalion di percandian Panataran dipahatkan dalam bentuk relief tinggi dan berselang-seling dengan panil relief cerita Ramayana seperti di candi Induk serta menembus ruang dalam candi dan berselang-seling dengan arca tokoh seperti di candi Naga. Di dalam medalion tersebut dipahatkan sejumlah hewan yang terdiri dari berbagai jenis, yaitu mamalia, unggas, reptil, dan hewan mitos. Di candi Induk Panataran salah satu hewan rnitos yaitu hare dipahatkan dalam medalion yang letaknya mengapit tangga nark candi dan pada bagian awal dan akhir kisah Ramayana. Penempatan medalion berhiaskan hare tersebut selain sebagai pembatas panil relief cerita dan penunjuk awal dan akhir rangkaian relief cerita Ramayana, kemungkinan juga dimaksudkan agar orang yang membaca relief cerita tersebut untuk melakukan yoga. Pemahatan hewan-hewan dalam medalion di candi Induk Panataran sangat mungkin dimaksudkan (1) untuk menghormati dewa dan dewi yang dilambangkan dengan adanya penggambaran hewan-hewan yang berhubungan dengan dewa atau dewi, misalnya sebagai vahana atau atributnya, (2) penggambaran berbagai jenis hewan pada percandian tersebut merupakan perlambangan dewa Siva sebagai Penguasa Hewan."
1996
S11894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Purnaeni
"ABSTRAK
Penelitian mengenai ragam hias kain dilakukan berdasarkan ragam hias kain pada arca-arca batu di Museum Nasional Jakarta ( MNJ ). Tidak seluruh dari arca batu koleksi museum ini yang mempunyai ragam hias pada kainnya, hanya beberapa kain arca batu yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mempunyai ragam hias. Hal inilah yang menjadi satuan pengamatan pokok.
Dari hasil pengamatan terhadap ragam hias yang terdapat, diketahui ada beberapa tipe dan variasinya. Meskipun demikian masih dapat terlihat persamaan pada bentuk dasarnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada kaitan antara ragam hias pada kain arca dengan ragam hias batik, untuk mengetahui ragam hias apa saja yang digambarkan atau dipahatkan pada arca dan juga untuk mengetahui simbol atau lambang apa yang terkandung pada ragam hias dan kaitannya dengan status seseorang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan klasifikasi taksonomi, yang bertujuan untuk membentuk tipe dan kemudian menggunakan data kepustakaan hal ini disesuaikan dengan apa yang terdapat pada kain batik.
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ragam hias yang terdapat pada kain arca setelah disesuaikan dengan ragam hias pada kain batik ternyata mempunyai persamaan dalam penggambaran bentuk pola dasarnya.
Dari bentuknya, ragam hias ini mempunyai persamaan dengan ragam hias jenis kawung, ceplokan, swastika (banji), ragam hias pinggiran tumpal dan udan liris pada kain batik. Ragam-ragam hias ini mengandung suatu arti perlambang (simbol) yang penting, sehingga kain dengan ragam hias ini khusus dipahatkan pada arca yang merupakan perwujudan seseorang. Pemakaian kain dengan ragam hias tertentu ini disebut ragam hias larangan pada kain batik. Di mana hanya kaum ningrat saja yang boleh memakainya, karena perkembangan zaman tirnbul hal yang menyebabkan teriadinya pergeseran di mana arti perlambang tidak lagi dianggap penting sehingga siapa saja baleh memakai ragam hias tertentu tanpa ada peraturan yang melarangnya.

"
1990
S11915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jabbar, Muhammad Abdul
Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1981
704.948 97 Jab f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasr, Seyyed Hossein
Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, 1989
297.67 NAS f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur: Sally Printing Services, 1977
700.917 FIN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>