Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Malhotra, Raman
Edinburgh: Elsevier, 2008
617.742 MAL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rahmah
"ABSTRAK
Nama : Siti RahmahProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Strategi Pemasaran Tindakan Operasi Katarak DenganTeknik Fakomulsifikasi Pada Era Jaminan Kesehatan NasionalDi Rumah Sakit ABC JakartaPembimbing : Puput Oktamianti, SKM., MM.Tindakan operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi adalah layananunggulan yang dimiliki oleh Rumah Sakit ABC Jakarta. Namun pemanfaatan yangbelum maksimal serta idle capacity yang besar merupakan alasan untuk dilakukan suatuanalisis strategi pemasaran yang dilakukan dengan mengeksplorasi faktor lingkunganinternal dan eksternal kemudian dilakukan formulasi tujuan dan formulasi strategisehingga didapatkan alterntif strategi pemasaran terpilih yang dapat digunakan untukmeningkatkan pemanfaatan tindakan operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi diRumah Sakit ABC Jakarta. Dengan masuknya era JKN, Rumah Sakit ABC Jakartatentunya harus menemukan cara pemasaran yang sesuai dengan kondisi yang ada.Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah metode kualitatifdengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dariwawancara mendalam, observasi dan survey, sedangkan data sekunder didapatkan daritelaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran terpilih untuktindakan operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi adalah dengan cara: 1 Optimalisasi kegiatan pemasaran, 2 Pengembangan produk tindakan operasi katarakdengan ldquo;One Stop ServiceCataract rdquo;, 3 Pengelolaan dana pemasaran dengan baik, 4 Memperbaiki physical facilities dan 5 Penguatan SDM dalam pelayanan.Kata Kunci : katarak, fakoemulsifikasi, idle capacity, faktor lingkungan internal,faktor lingkungan eksternal, analisis strategi pemasaran, era jaminankesehatan nasional, Rumah Sakit ABC Jakarta.

ABSTRACT
Name Siti RahmahStudy Program Hospital Administration StudyTitle Marketing Strategy Analysis of Cataract Surgery withPhacoemulsification Technique in National Health Insurance Era inABC Hospital JakartaCounsellor Puput Oktamianti, SKM., MM.Cataract surgery with phacoemulsification technique is an excellent service byABC Hospital Jakarta. However, lack of maximum utilization and large idle capacity isthe reason for analysis of marketing strategy that is done by exploring internal andexternal environment factors, then made the formulation of objectives and strategy so asto obtain alternatives of selected marketing strategy that can be used to improve theutilization of cataract surgery with phacoemulsification technique at ABC HospitalJakarta. Within the National Health Insurance NHI era, ABC Hospital Jakarta mustfind a way of marketing in accordance with existing conditions.The research method used in this thesis is a qualitative method by using primaryand secondary data. Primary data obtained from in depth interviews, observation andsurvey, while secondary data obtained from document review. The result of thisresearch indicates that the chosen marketing strategy for cataract surgery withphacoemulsification technique is by 1 Optimazation of marketing activities, 2 Development of cataract surgery with ldquo One Stop Service Cataract rdquo , 3 Goodmanagement of marketing fund, 4 Improve physical facilities, and 5 Strengtheningof human resources in service.Key Words cataract, phacoemulsification, idle capacity, internal environment factor,external environment factor, marketing strategy analysis, national healthinsurance era, ABC Hospital Jakarta."
2018
T49412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isfyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menilai perubahan parameter bilik mata depan BMD dan penurunan tekanan intraokular TIO pasca fakoemulsifikasi lensa intraokular LIO pada pasien katarak senilis imatur dan katarak senilis imatur dengan glaukoma primer sudut terbuka GPSTa . Penelitian ini merupakan uji klinis intervensi non-random. Sebanyak 15 mata dengan katarak senilis imatur tanpa glaukoma dan 14 mata katarak dengan GPSTa dilakukan fakoemulsifikasi. Pemeriksaan TIO dan anterior segment optical coherence tomography AS-OCT dilakukan sebelum dan 1 bulan setelah fakoemulsifikasi. Parameter yang dinilai adalah central corneal thickness CCT , lens vault LV , angle opening distance AOD dan trabecular-iris space area TISA pada jarak 500 dan 750 ?m dari scleral spur kuadran nasal dan temporal. Pasca fakoemulsifikasi terjadi penurunan TIO sebesar 2.70 mmHg pada kelompok katarak tanpa glaukoma, dan sebesar 8.05 mmHg pada kelompok katarak dengan GPSTa. Penambahan nilai parameter sudut BMD signifikan terjadi pada kedua kelompok. Kesimpulan penelitian ini adalah fakoemulsifikasi dapat menurunkan TIO pada kedua kelompok, namun penurunan TIO lebih besar pada kelompok katarak dengan GPSTa dibandingkan dengan kelompok katarak tanpa glaukoma. Tidak terdapat korelasi penurunan TIO dengan penambahan parameter BMD. Kata Kunci: katarak senilis imatur, glaukoma sudut terbuka, tekanan intraokular, sudut bilik mata depan, fakoemulsifikasi.

ABSTRACT
This study evaluated the changes in the anterior chamber AC parameters and decrease in intraocular pressure IOP after phacoemulsification intraocular lens IOL in patients with senile immature cataract and senile immature cataract with primary open angle glaucoma POAG . A total of 15 eyes with senile cataract immature without glaucoma and 14 eyes with GPSTa performed phacoemulsification. Examination of IOP and anterior segment optical coherence tomography AS OCT performed before and 1 month after phacoemulsification. The parameters assessed were central corneal thickness CCT , lens vault LV , angle opening distance AOD and trabecular iris space area TISA at distances of 500 and 750 m from the scleral spur nasal and temporal quadrants. Post phacoemulsification occurs IOP reduction of 2.70 mmHg in the group cataract without glaucoma, and by 8.05 mmHg in the group with POAG. Increasing the value of the AC angle parameter significant in both groups. As conclusion phacoemulsification can lower IOP in both groups, the decrease in IOP greater in the group cataract with GPSTa than the group without glaucoma, however, there is no correlation IOP reduction with increased AC parameters.Keywords Senile immatur cataract, Primary open angle glaucoma, intraocular pressure, anterior chamber angle, phacoemulsification."
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maulia Fitra Purnama
"Tujuan: mengetahui tingkat efisiensi dan keamanan antara teknologi Ellips FX-Peristaltik dengan Ellips FX-Venturi pada fakoemulsifikasi katarak derajat sedang-keras.
Desain: Penelitian ini merupakan uji klinis randomisasi.
Metode: sebanyak 48 pasien dilakukan randomisasi untuk dilakukan fakoemulsifikasi. Setiap subjek diukur densitas sel endotel dan ketebalan kornea sentral. Efisiensi dinilai dari effective phaco time EFX . Mesin fakoemulsifikasi yang digunakan adalah Signature Ellips FX.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk median phaco time, penurunan densitas sel endotel dan peningkatan ketebalan kornea sentral. Tidak terdapat komplikasi pada penelitian ini.
Kesimpulan: tidak ada perbedaan efisiensi dan keamanan antara sistem Ellips FX-Peristaltik dengan Ellips FX-Venturi.

Purpose: To know the level of efficiency and safety of the technology Ellips FX peristaltic with Ellips FX Ventury in phacoemulsification of moderate to hard grade cataract.
Methods: 48 outpatients were eligible selected by RCT at CM hospital in periods of January 2016 ndash June 2016. Impacts of pumps system setting difference were observed by objective measurement of endothelial cell density ECD and central corneal thickness CCT. Efficiency was recorded as effective phaco time EFX. Signature Ellips FX were used as phacoemulsification machine.
Result: The total sample that has been analyzed was 46 patients. There is no significant difference in median phaco time, a decrease in endothelial cell density and an increase in central corneal thickness. There were no complications in this study.
Conclusion: There is no difference between the efficiency and safety of Ellips FX peristaltic with Ellips FX Ventury systemKeywords peristaltic, Ventury, Ellips FX, efficiency and safety
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan mengevaluasi hasil dari beberapa teknik bedah katarak dan implantasi lensa intraokuler (LIO) pada anak, di Jakarta Eye Center, Jakarta, Indonesia. Penelitian ini merupakan studi retrospektif pada 44 penderita anak (57 mata) yang menjalani bedah katarak dan pemasangan LIO. Tiga macam teknik yang dipakai adalah: 1. Ekstraksi katarak ekstrakapsular dan pemasangan LIO dengan kapsul posterior tetap intak, yang dilakukan pada 21 mata (kelompok 1). 2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular dan pemasangan LIO dengan kapsuloreksis posterior (PCCC) dan optic capture, yang dilakukan pada 24 mata (kelompok 2). 3. Ekstraksi katarak ekstrakapsular dan pemasangan LIO dengan kapsuloreksis posterior dan vitrektomi anterior serta optic capture, yang dilakukan pada 24 mata (kelompok 3). Seluruh penderita menjalani evaluasi tindak lanjut selama lebih dari 1 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekeruhan kapsul posterior (PCO) terjadi pada 20 mata pada kelompok 1. Semua mata mempunyai aksis visual yang jernih pada kelompok 2, dan terjadi PCO hanya pada 1 mata pada kelompok 3. Kesimpulan : PCCC dengan atau tanpa vitrektomi anterior dan optic capture adalah metoda yang efektif untuk mencegah timbulnya PCO pada bayi atau anak-anak. (Med J Indones 2003; 12: 21-6)

This study evaluated the surgical outcome of various surgical technique in paediatric cataract implant surgery, at Jakarta Eye Center, Jakarta, Indonesia. This was a retrospective study of 57 eyes in 44 children who had primary cataract implants surgery. Three surgical techniques used were : 1. Extracapsular cataract extraction with intraocular lens implantation with intact posterior capsule which was performed on 21 eyes (group 1). 2. Extracapsular cataract extraction with intraocular lens implantation and posterior capsulorhexis (PCCC) and optic capture which was performed on 24 eyes (group 2). 3. Extracapsular cataract extraction with intraocular lens implantation, posterior capsulorhexis and anterior vitrectomy which was performed on 24 eyes (group 3). All patients were followed up more than one year. Our results showed that posterior capsule opacity (PCO) was developed in 20 eyes with intact capsules in group 1. All eyes had a clear visual axis in group 2. PCO developed only in one eye in group 3. In conclusion, PCCC and optic capture with or without anterior vitrectomy are effective methods in preventing PCO in infant and children. (Med J Indones 2003; 12: 21-6)"
Medical Journal of Indonesia, 12 (1) January March 2003: 21-26, 2003
MJIN-12-1-JanMar2003-21
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Satu uji klinik batu tunggal untuk membandingkan efektivitas biaya teknik pembedahan antara ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECC) dan fakomuksifikasi (PEA) telah dilakukan di hospital Universiti Kebangsaan Malaysia (HUKM) antara Maret 2000 sampai Agustus 2001."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aryanti
"Tujuan: Mengetahui prevalensi katarak senilis dan faktor-faktor risiko yang berperan pada kejadian katarak di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross-sectional, pada 2550 subyek dari 85- klaster. Semua subyek dilakukan kunjungan rumah untuk pemeriksaan visus secara kasar dengan pin-hole, pemeriksaan lensa serta segmen posterior mengunakan senter dan oftalmoskop langsung. Setelah itu dilakukan wawancara faktorfaktor risiko katarak. Faktor-faktor risiko yang berperan dicari dengan memakai analisis statistik multivariat. Hasil: Subyek yang dapat diperiksa secara lengkap sebesar 95% dari semua target, Prevalensi katarak senilis di kabupaten Kutai Kartanegara adalah 31,7%. Faktor-faktor yang berperan pada kejadian katarak antara lain faktor usia, suku dan letak geografi. Kesimpulan: Prevalensi katarak senilis di Kutai Kartanegara masih tinggi, diperlukan penanganan yang komprehensif dan Iintas sektoral. Suku Dayak dan penduduk yang tinggal di daerah pegunungan inempunyai risiko katarak lebih besar di bandingkan dengan keseluruhan pupulasi yang tinggal di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Objective: To determine the prevalence rates and contribution of risk factors cause of senile cataract in east Kalimantan. Method: An observational cross-sectional study was carried out involving 2550 subjects aged 50 years and over divided into 85 clusters. Home visits were conducted for ophthalmology examination including visual acuity evaluation with pin-hole, inspection of posterior segment and lens using flash light, and direct ophthalmoscopy. Major risk factors were analized using multivariate statistical method. Results: Ninety five percent subjects were examined completely. Prevalence of senile cataract in Kutai Kartanegara was 31,7%. The factors influent cataract prevalence were age, ethnic and geographic. Dayaknis and people living in mountain range have higher cataract risks than others population in this study. Conclusion: Prevalence of senile cataract in Kutai Kartanegara is quite high. More comprehensive cataract management is needed."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patsy Sarayar Djatikusumo
"Tujuan :untuk mendapatkan data kadar vitamin C plasma dan humor akuos penderita katarak senilis dan faktor-faktor yang berhubungan.
Tempat : Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUPN Cipto Mangunkusumo
Metodologi : suatu studi korelasi, dengan subjek 123 penderita katarak senilis yang menjalani operasi katarak, dipilih secara consecutive sampling. Data meliputi data umum, gradasi katarak, pola dan asuhan makan ditentukan dengan metode tanya ulang 2x24jam dan FFQ serta pemeriksaan kadar vitamin C plasma dan humor akuos menggunakan spektrofotometri.
Hasil : Kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin C terdapat pada 26% subjek. Pola makan dan asupan vitamin C dengan kriteria kurang pada 62,6% dan 52,9% subjek. Median kadar vitamin C plasma 0,545 (0,203 - 1,986) mgldL dan humor akuos 16,753 (3,528 - 37,505) mg/dL, Penderita katarak gradasi III mempunyai kadar vitamin C plasma yang tertinggi, sedangkan di humor akuosnya terendah. Terdapat korelasi positif antara vitamin C plasma dengan asupan zat gizi (energi, protein dan serat) dan vitamin C humor akuos. Terdapat hubungan antara pola makan, asupan zat gizi, kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin C dengan gradasi katarak. Kadar vitamin C plasma > 0,7 mg/dL (batas risiko katarak) yang diperoleh dari asupan vitamin C 140 mg/hari mempunyai hubungan dengan gradasi katarak.
Kesimpulan : Tidak( ada subjek penelitian yang menderita defisiensi vitamin C. Kadar vitamin C humor akuos pada katarak gradasi III lebih rendah dibanding gradasi lanjut kemungkinan dikarenakan sejumlah serat-serat lensa masih aktif menggunakannya. Pola makan yang baik, asupan vitamin C > 140 mg/hari dan kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin C lebih banyak ditemukan pada penderita katarak gradasi awal. Dibutuhkan asuhan vitamin C lebih tinggi dari AKG untuk menunda progresivitas katarak.

Purpose: to identify the plasma and aqueous humor level of vitamin C in senile cataract patient and related factors.
Setting: Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.
Material and Method: A correlation study of 123 consecutive samples of senile cataract patients who underwent cataract surgery. Data were collected include demographic profiles, cataract grades, assessment of dietary profile and intake by food recall 2x24 hours question and FFQ, vitamin C level in plasma and aqueous humor, analyzed by spectrophotometer method.
Result: Subject who regularly consumed vitamin C supplement was up to 26%. Poor dietary profile and vitamin C intake were found on 62.6% and 52.9% of the subject respectively. The median of vitamin C level in plasma was 0.545 (0.203-1.986) mg/dL and in aqueous humor was 16.753 (3.528-37.505) mg/dL. The highest median plasma level along with the lowest median aqueous humor level of vitamin C was found on cataract grade 3. Plasma level of vitamin C had a positive correlation with a variety of nutrient intake (energy, protein and fiber) and vitamin C level in aqueous humor. The grade of lens opacities was associated with dietary profile, intake of nutrient, vitamin C supplement consumption. Plasma level of vitamin C higher than 0.7 mg/dL during vitamin C intake of 140 mg per day was related with the grade of lens opacities.
Conclusion: None of these senile cataract patients was vitamin C deficient. The aqueous humor level of vitamin C in cataract grade 3 was lower than in other grades. It is assumed that numerous healthy lens fibers are still active utilizing the vitamin C in aqueous humor. Fine dietary profile, high vitamin C intake (>140 mg/dL) and regular consumption of vitamin C supplement were associated with grades of cataract. It is suggested to increase vitamin C intake higher than RDA in order to prevent the progression of cataract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T1414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Setiawati
"Tujuan: menilai prevalensi katarak terinduksi radiasi, serta menghubungkannya dengan dosis paparan radiasi dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi.
Metode: Studi potong lintang dan studi kasus-kontrol. Seratus delapan puluh subyek
berpartisipasi dalam penelitian. Prevalensi katarak terinduksi radiasi dinilai menggunakan analisis Scheimpflug pada alat Pentacam® Oculus. Dosis paparan radiasi kumulatif dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi pada subyek diidentifikasi melalui kuesioner dan personal dosimeter"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arcci Pradessatama
"Latar Belakang: Meningkatnya resistensi bakteri okular terhadap levofloxacin mendorong perlunya disiapkan agen alternatif untuk antibiotik intrakamera. Moxifloxacin, golongan florokuinolon generasi baru, memiliki potensi.
Metode: Desain penelitian berupa randomized controlled trial (RCT) dengan lengan perlakuan: 0.1 cc moxifloxacin 0.5% dan 0.1 cc levofloxacin 0.5% intrakamera tanpa dilusi pada akhir operasi katarak.
Luaran utama penelitian: endothelial cell density (ECD), central corneal thickness (CCT), central macular thickness (CMT), tekanan intraokular (TIO), tingkat peradangan segmen anterior, serta kejadian tidak diinginkan.
Hasil: Dari 68 subjek penelitian, tidak didapatkan perbedaan signifikan pada parameter dasar. Pada pengukuran satu hari pascaoperasi, didapatkan TIO yang signifikan lebih tinggi pada lengan moxifloxacin (p=0.004; mean diff=4.9; IK95%=1.7 – 8.2). Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada luaran utama lain pada hari pertama pascaoperasi. Hasil pengukuran satu minggu dan satu bulan tidak didapatkan perbedaan parameter yang signifikan antara kedua kelompok perlakuan.
Kesimpulan: Pada penelitian ini, didapatkan penggunaan 0.1 cc moxifloxacin intrakamera 0.5% menunjukkan profil keamanan yang mayoritas sebanding dengan levofloxacin. Namun, didapatkan parameter tekanan intraokular hari pertama pascaoperasi yang lebih tinggi secara signifikan pada kelompok yang menerima moxifloxacin. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>