Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116421 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Li, Tji
Peking: Pustaka Bahasa Asing, 1956
895.11 LIT w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Li, Ji
Beijing: Renmin Wenxue Chubanshe, 2000
SIN 895.11 LIJ w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Satwikayanti
"Cina merupakan sebuah negara yang mempunyai perjalanan sejarah panjang. Dari dinasti-dinasti yang ada, Cina mempunyai tradisi kehidupan yang kuat dan mendalam. Tradisi kehidupan tersebut mencakup segala aspek kehidupan yang selalu berubah dan berkembang. Demikian pula halnya dalam bidang kebudayaan. Kebudayaan Cina berkembang dari masa ke masa sampai pada taraf yang tertinggi. Adapun salah satu ragam dari kebudayaan Cina yang terpenting adalah kesusastraan Cina. Kesusastraan Cina, seperti kesusastraan lainnya, mempunyai banyak macam ragamnya. Salah satu bentuk kesusastraan Cina adalah puisi. Puisi di Cina merupakan salah satu karya sastra yang sangat popular. Cina mempunyai begitu banyak puisi yang ditulis oleh para penyair, dapat dikatakan hampir seluruh cendekiawan Cina pada jaman dahulu adalah juga merupakan penyair. Mereka mengungkapkan pemikiran-pemikirannya melalui puisi, dan biasanya 50% dari karya-karya seorang cendekiawan saat itu terdiri dari puisi. Mereka terus berkarya dan tidak berhenti memperbaharuinya. Mereka membuat kesusastraan Cina sampai pada taraf yang paling tinggi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau Cina dijuluki sebagai negara puisi. Puisi bagi orang Cina adalah suatu cara untuk mengungkapkan perasaan_perasaannya akan kenikmatan-kenikmatan hidup sehingga mereka dapat melupakan kesibukan sehari-hari yang membosankan. Dengan kata lain, puisi Cina selain merupakan tulisan yang memuat ajaran-ajaran kehidupan untuk diteladani juga merupakan alat hiburan di kala senggang atau santai. Puisi mengajarkan orang Cina untuk mengapresiasi atau menikmati keadaan di sekitarnya. Dalam menciptakan puisi, para penyair menggunakan perasaannya yang halus sehingga apa yang tertuang menjadi sesuatu karya sastra yang sangat indah. Puisi Cina mempunyai hubungan yang erat dengan karya kesenian yang lain, yaitu lukisan Cina. Lukisan di Cina dianggap sebagai bunga kebudayaan Cina. Lukisan Cina - tidak seperti lukisan di negara-negara lain - banyak memperlihatkan penghematan bahan dengan banyaknya bidang-bidang kosong. Penggambaran suatu obyek pemandangan kadang juga difokuskan secara dekat, sehingga yang terlihat hanyalah penggalan dari obyek tersebut. Tetapi walaupun demikian, dalam lukisan tersebut orang akan dapat melihat suatu harmonisasi yang utuh dengan alam. Hal tersebut dapat terjadi karena, lukisan mempunyai hubungan yang erat dengan puisi. Biasanya di dalam lukisan dicantumkan sebait puisi. Di sini puisi memberikan jiwanya pada lukisan. Keduanya datang dari jiwa atau semangat yang sama. Dalam puisi dan lukisan Cina dapat terlihat bahwa jiwa pelukis adalah jiwa penyair. Pelukis Cina mengekspresikan kesan dan penekanan yang sama dengan penyair Cina atas suatu suasana yang dilihatnya, dan juga memberikan kesatuan yang sama terhadap alam, yang mana semua ini merupakan ciri yang sama pada puisi Cina. Hal tersebut menyebabkan adanya istilah Mata penyair adalah juga mata pelukis. Sehinggga tidaklah mengherankan kalau di Cina sering terjadi bahwa seorang penyair adalah sekaligus merupakan pelukis, demikian pula sebaliknya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahma Ayu
"Makalah ini akan membahas tentang korelasi antara dua puisi klasik berjudul归园田居(Guī Yuántián Jū) dan 飲酒 (Yĭn Jiŭ) karya Tao Yuanming dengan Daoisme (道教) dan konsep yang dipegang teguh oleh etnis Jawa yaitu Konsep Memayu Hayuning Bawana. Tao Yuanming adalah seorang sastrawan terkenal dan berpengaruh di Cina. Ia adalah seorang penganut ajaran Daoisme (道教) yang taat. Daoisme (道教) adalah ajaran yang mengajarkan keseimbangan antara manusia dengan alam. Sedangkan Memayu Hayuning Bawana secara harafiah adalah memperindah dan melestarikan hidup segala isi bumi.
Dalam jurnal ini akan dipaparkan Tao Yuanming, ajaran Daoisme (道教), konsep Memayu Hayuning Bawana, analisis puisi karya Tao Yuanming, dan persamaan makna antara Daoisme (道教) dengan Memayu Hayuning Bawana. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan hasil analisis puisi Tao Yuanming, serta memaparkan adanya persamaan makna antara ajaran Daoisme (道教) dengan konsep Memayu Hayuning Bawana jika dikaitkan dengan puisi karya Tao Yuanming.

This paper will explain about the correlation between classic Chinese poems归园田居(Guī Yuántián Jū) and飲酒 (Yĭn Jiŭ) which is written by Tao Yuanming, Daoism (道教) and Javanese ethnic?s concept: Memayu Hayuning Bawana. Tao Yuanming is a well ? known and influential writer in China. He was a loyal follower of the teachings of Daoism (道教). Daoism (道教) is a doctrine that teaches a balance between man and the nature. While Memayu Hayuning Bawana means beautify and preserve the lives of creatures on earth.
This paper will explain about Tao Yuanming, Daoism (道教), Memayu Hayuning Bawana, analysis about Tao Yuanming?s poems and the similarities between Daoism (道教) and Memayu Hayuning Bawana. This study aims to present the results of the analysis of Tao Yuanming?s poems, and the value similarities between Daoism (道教) with Memayu Hayuning Bawana if it is associated with Tao Yuanming?s poems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shanghai: Guji Chu ban che, 2002
SIN 495.1 LID
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Huo, Songlin
Chang Chun: hidai Wenyi Chubanche, 2001
SIN 895.11 HUO t I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadjeng Pulungsari Hadi
"ABSTRACT
Menglongshi or misty poetry (also translated as obscure poetry) is one kind of Chinese poems created by young poets who experienced the Cultural Revolution in 1970s. The emergence of a new style of poetry which is different from the previous styles marked a new era of poetry writing in China. its uniqueness lies in wordplay, metaphor, synesthesia, and symbols whose meanings cannot be easily identified. The misty poem also drew the cautious attention of the Chinese government, because the symbols and sequence of sentences were suspected to contain thoughts which are considered not in accordance with the government's policies. Bei Dao and Gu Cheng were known as two of the most important misty poets. This paper analyzes two poems by Bei Dao and two poems by Gu Cheng in terms of their intrinsic elements, such as imagery and language style in order to interpret their meaning. Furthermore, in order to provide more supporting evidence, this research also analyzes the poems extrinsic elements to identify their respective meanings in a more comprehensive way. Therefore, the explanation for the occurrence of Cultural Revolution is a very important finding in this research. This study sought to explain the important role of misty poems in explaining the Cultural Revolution by examining Bei Dao and Gu Cheng's works."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
907 PJKB 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zha, Liangzheng
Beijing: Renmin Wenxue Chubanshe, 2000
SIN 895.11 ZHA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Wulandari
"Du Fu (杜甫) merupakan salah satu penyair besar Cina dari jaman Dinasti Tang (唐) (618-907 Masehi) . Karyakaryanya
dianggap sebagai karya yang mampu menggambarkan kondisi Cina pada jamannya. Dalam jurnal ini, akan
dibahas mengenai struktur dua buah puisi karya Du Fu yaitu Balada Gadis Rupawan (丽人行Lìrén Xíng) dan Balada
Kereta Perang (兵车行Bīng Chē Xíng). Kedua puisi ini dipilih karena ditulis dalam bentuk xing dan pada periode
yang sama yakni tahun 750 M. Dengan menggunakan teori analisis struktural, jurnal ini ditujukan untuk menjelaskan
bagaimana struktur fisik dan batin dua buah puisi tersebut serta memaparkan pengaruh struktur fisik dan batin puisi
dengan makna puisi tersebut.
Du Fu (杜甫) is one of the greatest poet from Tang (唐) Dynasty of China (618-907 C). His works are considered as
works that are able to describe the condition of China in his time. In this paper, we discuss the structure of two
poems by Du Fu called Ballad of The Beautiful Lady (丽人 行Lìrén Xíng) and Ballad of The War Wagon (兵车行
Bīng Chē Xíng). Both poems have been written in the same period 750 C and in the form of xing. By using the theory
of structural analysis, this journal is intended to explain how the physical and the inner structure of these two poems
and explain how the physical and the inner structure influence the meaning of the poems.
"
[Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wu, Xionghe
Chang Chun: Shidai Wenyi Chubanshe, 2001
SIN 895.114 2 SON w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>