Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 226858 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mindo Lupiana
"Kurang Energi dan Protein (KEP) pada bayi disebabkan beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara berat lahir, asupan makan bayi (energi dan protein), umur dan jenis kelamin bayi, imunisasi, penyakit infeksi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan jumlah anggota rumah tangga dengan keadaan KEP pada bayi.
Desain yang digunakan adalah cross sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Riskesdas 2007. Populasi adalah bayi di wilayah penelitian Provinsi Lampung dan sampel adalah bayi yang memiliki datadata yang lengkap sesuai dengan tujuan penelitian ini dan terpilih sebanyak 148 bayi. Analisis statistik yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan chi square dan untuk melihat faktor yang paling dominan digunakan uji regresi logistik. Proporsi bayi yang menderita KEP sebesar 12,2%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor paling dominan berhubungan dengan KEP pada bayi adalah penyakit infeksi (p value = 0,009) dengan nilai OR 4,265 setelah dikontrol berat lahir, asupan protein, pendidikan ibu dan jumlah anggota rumah tangga. Bayi yang pernah menderita penyakit infeksi berpeluang 4,265 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak pernah menderita infeksi.

Protein Energy Malnutrition (PEM) on infants due to several factors. This study aims to determine corelated between birth weight, nutrient intake (energy and protein), age and sex, immunisation, infectious disease, maternal education, maternal employments and the number of household members with PEM in infants in Province of Lampung Year 2007.
This study was using cross sectional design. The data use are secondary data from Riskesdas 2007. Population are infants in the research area Province of Lampung and the samples were infants who had complete data in accordance with the aims of this study and was selected as many as 148 infants. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi square and multivariate analysis with logistic regression. The proportion of infant with PEM were 12,2%.
Results showed the most dominant factor associated with PEM on infants in Province of Lampung Year 2007 is an infectious disease after being controlled by the variable of birth weight, protein intake, maternal education and number of household members. Infants with infectious disease were 4,265 times more likely to have PEM than there with no infectious disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28448
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Leonita Katarina
"Masalah Kurang Energi Protein masih merupaknn masalah gizi utama di Indonesia dan dapat ditemui pada sebagian besar wilayah Indonesia termasuk DKI Jakarta. Wilayah Jakarta Timur akan menjadi salah satu wilayah kczja World Vision Intemational dalam proram yang discbut FAST UP .(Food Aid Supporting Transformation in Urban Populations). Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan ibu dan balita di wilayah tersebut dengan berbagai intervcnsi seperti memperbaiki status gizi balita KHP (Kurang Encrgi Protein), meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan, memperkuat pelayanan kcschatan setempat dan memperbaiki fasilitas air dan sanitasi.
Penelitian ini adalah bagian dari survey yang dilaksanakan pada bulan September 2005 di Jakarta Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEP pada balita umur 6-59 bulan. Penelitian ini dilakukan di 5 kecamatan di Jakarta Timur yaim kecamaan Jatinegara, Kramat Jati, Duren Sawit, Pulo Gadung dan Matraman. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional dimana varlabel dependen adalah status gizi (KEP) balita, sedangkan umur, jenis keiamin, penyakit infeksi, status vitamin A, status imunisasi, jumlah jenis makanan, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengeluaran keluarga menjadi variabel independen Subyek dalam penelitian ini adalah balita usia 6-59 bulan yang tinggal di 5 kecamatan di Jakarta Timur. Pengambiian sampel dilakukan dengan metode klastcr 2 tahap.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi balita KEP bcrdasarkan berat badan menurut umur adalah 26,69%. Dari basil analisis bivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi (KEP) balita adalah umur balita, tingkat pendidikan ibu dan tingkat pengeluafan rumahtangga. Dari hasil analisis multivariat dengan regrcsi llogistik, faktor yang berhubungan dengan kejadian KEP adalah umur balita dan tingkat pengeluaran keluarga. Untuk pengeluaran rumah tangga, keluarga dengan tingkat pengeluaran dibawah Rp 700.000 /bulan memiliki peluang terbesar untuk memiliki anak KEP dengan nilai OR=2,50 (95% CI: 1,30-4,80). Sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian KEP adalah umur balita, khususnya balita umur 12-23 bulan dimana balita umur 12-23 bulan berpeluang untuk mengalami KEP sebesar 3,33 kali dibanding balita umur 6-ll bulan. Nilai OR -= 3,33 (95% Cl: 1,68-6,62).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah proporsi KE? balita di Jakarta Timur terrnasuk tinggi dan faktor-falctor yang berpengaruh terhadap kejadian KEP adalah umur balita dan tingkat pengeluaran rumahtangga. Faktor umur balita, klfnususnya umur 12-23 bulan adalah yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian KEP. Untuk itu disarankan agar pelaksanaan program intervensi gizi dan kesehatan difokuskan pada kelompok yang paling rentan dengan peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan instansi kesehatan setempat, pengembangan program pcrbailcan gizi yang dapat menjangkau sebanyak mungkin balita, pengembangan program prornosi kesehatan sebagai upaya pencegahan, penyalumn bantuan untuk keluarga yang memiliki_ anak KEP, peningkatan keterampilan dan program padat karya.

Malnutrition is still a major problem in Indonesia and can be found in most area in Indonesia including DKI Jakarta. World Vision lntemational (WVI) conduct a program called FAST UP (Food Aid Supporting Transformation in Urban Populations) and East Jakarta will be included in its scope of work. The objective of the program is to increase the nutritional status and the health of mother and under five children in the region, by doing some intervention such as improving nutrition status of under Eve children, improving community knowledge about nutrition and health, strengthening local health services and improving water and sanitation facility.
This research is part of the survey that has been conducted on September 2005. The objective of the research is to identify factors related to protein energy malnutrition of under five children. This research is conducted in 5 sub districts in East Jakarta: Jatinegara, Duren Sawit, Kramat Jati, Pulo Gadung and Matraman. The method used in this research is-a cross sectional, with nutrition status as dependent variable; while age, sex, infection disease, vitamin A status, immunization status, number of food consumption, mother educational level, family expenses rate as independent variable. The subject of this research is children age 6-59 months living in 5 sub districts in East Jakarta. This research use 2 stage cluster sampling method.
The result shows that the proportion of malnourished children is 26,69%. Bivariate analysis shows that factors related to nutritional status of under tive children are childrens age, mother educational level and family expsnses rate. Multivariate analysis with logistic regression shows that factors related to malnutrition are children?s age and family expenses rate. The most significant factor is children`s age, especially between 12-23 months old, which has the probability of 3.33 times to have malnutrition compared to infants age 6-11 months, OR value = 3.33 (95% CI: 1,68 - 6,62). As for the family expenses rate, children from family with the expenses below Rp.700.000/month has the biggest chance to have malnutrition, OR value = 2,50 (95% Cl: l,30-4,80).
In conclusion, the proportion of malnutrition in underiive children in East Jakarta is high, with ehildren`s age and family expenses rate as the significant factors. Children aged 12-23 month is the most dominant factor related to malnutrition. lt is recommended that the intervention program on nutrition and health is focused on the most vulnerable groups by intensifying coordination and cooperation wjith local health providers, enhancing nutrition improvement program that involve almost malnutrition children, enhancing health promotion program as prevention from malnutrition, supporting family with malnutrition children, skill improvement and mass-vocation program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Tri Susilowati
"Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 dan dampak kekeringan yang berkepanjangan telah membawa masalah baru berupa penurunan daya beli dan penurunan konsumsi pangan terutama pada keluarga miskin sehingga mempengaruhi kesehatan dan status gizi masyarakat.
Anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah golongan usia yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi, terutama masalah Kurang Energi Protein (KEP) dan hal ini merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang perlu ditanggulangi karena dapat mempengaruhi kecerdasan melalui kerusakan otak yang akan bersifat permanen.
Ibu kota propinsi Riau adalah kota Pekanbaru, memiliki 8 kecamatan dan merupakan pusat aktivitas perekonomian, pemerintahan maupun sosial kemasyarakatan. dimana berdasarkan hasil pemantauan status gizi (PSG) balita tahun 2001 didapatkan 5 (lima) kecamatan masih memiliki prevalensi gizi buruk lebih dari atau lama dengan 1% (>1%), sehingga untuk menghindari agar status gizi balita tidak jatuh kepada keadaan yang lebih buruk, dilakukan penelitian terhadap sistem tata laksana kurang energi protein (KEP) balita.
Penelitian dilakukan di kota Pekanbaru terhadap kecamatan yang memiliki balita dengan status gizi sedang dimana berdasarkan batasan kritis kesehatan masyarakat dengan berat badan menurut umur (BB/U)adalah lebih dari 15% (<-2SD). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yang dilaksanakan pada bulan februari 2003. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth Interview), observasi dan telaah dokumen terhadap variabel pengetahuan petugas, dana, sarana dan prasarana, metode, perencanaan, pengorganisasian. penggerakan, pengawasan, cakupan program dan tindak lanjut penanganan masalah. Informan dalam penelitian ini adalah pejabat pengambil keputusan, penanggung jawab operasional program gizi dan masyarakat pengguna dalam hal ini kader dan ibu balita dengan status gizi sedang.
Berdasarkan hasil penelilian terhadap penemuan Kurang Energi Protein menunjukkan bahwa kurang lengkapnya pengetahuan petugas lapangan, masih rendahnva kemampuan advokasi Dinas Kesehatan Kota kepada pihak pemerintah Kota dalam hal penyediaan dana bagi penemuan Kurang Energi Protein balita, lemahnya sistim pencatatan dan pelaporan dalam ketersediaan sarana, belum dilaksanakannya penggunaan metode penanggulangan Kurang Energi Protein balita secara optimal, masih lemahnya data dan informasi dalam penyusunan perencanaan dan evaluasi, tidak aktifnya koordinasi lintas sektoral, belum berjalannya fungsi penggerakan secara maksimal di tingkat puskesmas, belum dilaksanakannya fungsi pengawasan secara menyeluruh meliputi komponen input, proses, dan out put, dan belum terkoordinasinya sistim rujukan antara Rumah sakit dan puskesmas maka manajemen penemuan Kurang Energi Protein (KEP) di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru perlu diperkuat.
Dalam upaya penemuan Kurang Energi Protein (KEP) di Dinas kesehatan kota Pekanbaru disarankan agar pihak Dinas kesehatan bekerja sama dengan Puskesmas lebih meningkatkan perhatiannva pada kegiatan peningkatan pengetahuan petugas lapangan, advokasi yang efektif kepada pemerintah kota dan DPRD, peningkatan hubungan kerja sama lintas sektoral, peningkatan sistem manajemen data dan informasi terutama pencatatan, pelaporan dan pengolahan data, serta meningkatkan fungsi pengawasan meliputi komponen input, proses dan out put.

An Analysis of Protein Energy Malnutrition (PEM) Management System for Children Under-Five in District Health Office of Pekanbaru in 2002Economic crisis, which has started since 1997, and the effect of long dry season in Indonesia have brought about some new problems, such as the decrease of public purchasing power and food consumption especially for the poverty family. This decrease may influence public health and nutritional status.
The group of children under five is susceptible to health and nutritional problems, especially to the problem of Protein Energy Malnutrition (PEM), and this is a main nutrient problem in Indonesia that is necessary to prevent due to its bad effect to one's intelligence through permanent brain decay.
The capital city of Riau Province is Pekanbaru. It is a center of economic activities, government administration and social activities and has 8 sub districts. Data of Nutritional Assessment (NA) of children under five in 2001 show that 5 (five) sub districts remained to have bad nutrient prevalence, which is more or equivalent to 1% (> 1%). To prevent the bad nutritional status of children under five is not becoming worse, it is necessary to carry out a research about Protein Energy Malnutrition (PEM) management system for children under five.
This research was conducted in Pekanbaru City in five sub districts that have medium nutritional status, vbere its public health critical limit to the body mass based on age is more than 15% (< -2SD). The research was conducted by using qualitative method, which is conducted in February 2003. The data were collected by using in-depth interview, observation and documents review for the variables of personnel's knowledge, fund, structure and super-structure, methods, planning, organization, movement, supervision, program coverage, and follow up of problem treatment. The informants of the research were policy makers, operational coordinator of nutritional program, and communities: mother candidates or mothers of children under five with medium nutritional status.
According to the result the study of finding management system of protein energy malnutrition, there are less completeness of field personnel?s' knowledge, lack ness of City of Health Office's advocacy ability to the City Government to provide sufficient fund for protein energy malnutrition for children under five, weaknesses in recording and reporting system due to facilities availability: not optimum of using protein malnutrition energy finding method, weaknesses of data and information in plan arrangement and evaluation, inactiveness of cross sectoral coordination, not maximum of moving function in the level of Public health center, not carrying out of overall supervision function, which consists input, process, and output component, and no coordination of reference system between Hospital and Public Health Center. Therefore, Protein Energy Malnutrition (PEM) management system for children under five in the Health Office of Pekanbaru is necessary to be strengthened.
In the effort of Protein Energy Malnutrition (PEM) management system in City Health Office of Pekanbaru, it is suggested to Health Office to work together with Public Health Centers to increase their attention to the programs of field personnel's' knowledge development, to make effective advocacy to the City Government and Local House Representative, to increase cross-sectoral coordination, to improve data and information systems especially in recording, reporting, and data processing, also to increase supervision function, which consists input, process, and output component.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idawati Karjadidjaja
"Tujuan : menentukan status protein, hubungannya dengan KEK dan status usia senja pada lansia yang tinggal di komunitas di kota Semarang.
Tempat : Tujuh puskesmas kecamatan di kotamadya Semarang.
Bahan dan Cara : Studi belah lintang (cross sectional) pada lansia 60 tahun ke atas, yang dipilih secara acak sederbana pada tingkat puskesmas. Dikumpulkan data sosiodemografi, asupan nutrisi dan pola makan, antropometri, albumin dan lipid serum. Indikator protein somatik yang dikumpulkan adalah MBL (kg dan %) IMBL, LOLA, AOLA dan LB. .Kriteria KEK menggunakan kriteria WHO dan status usia senja dari studi IUNS.
Hasil : Prevalensi KEK lansia pria 35%, wanita 29%,Uji diagnosis KEK dengan manggunakan indikator protein somatik yang dibandingkan dengan nilai IMT<18,5 (nilai pembatas sebesar P30 untuk populasi total dan wanita serta P35 untuk pria) membuktikan bahwa indikator protein somatik yang terbaik adalah LB untuk populasi total (sensitivitas 73 %, spesifisitas 92 %), IMBL (sensitivitas 88 04, spesifisitas 93 %) untuk pria, IML dan ML (kg) (sensitivitas 94 %, spesifisitas 96 %). untuk wanita. Uji diagnosis KEK dengan LLA manurut Ferro-Luzzi dan James memberikan hasil sensitivitas 83 %, spesifisitas 84 % untuk lansia dengan IMT < 16. Terdapat korelasi kuat antara IMT dengan indikator massa protein somatik dan massa lemak (P<0,001).
Ditemukan korelasi positif antara albumin dan ML(kg) (r= 0,1428, P = 0,014) IML (r= 0,1534, P = 0,009); AOLA dikoreksi (r= 0,1223, P = 0,030); LOLA (r 0,1239, P = 0,028) serta LLA (r= 0,1496, P = 0,011). Skor tertinggi untuk status usia senja adalah aktivitas hidup sehari-hari (9,71) dan terrendah aktivitas sosial (2,88). Analisis kategorikal memakai nilai pembatas yang sama seperti indikator status protein dan antropometri membuktikan LB adalah indikator yang paling sensitif untuk status usia senja. Untuk status usia senja skor aktivitas sosial merupakan detenninan terbesar terhadap status protein somatik. Selain terdapat kadar kholesteroi total rendah, terdapat masalah dislipidemia pada lansia penderita KEK.
Kesimpulan. Nilai pembatas IMT, LB, IMBL dan LML dapat digunakan untuk mendiagnosa KEK pada lansia yang tinggal di komunitas. Lingkar betis merupakan indikator yang paling sensitif untuk memprediksi status usia senja dan aktivitas sosial merupakan determinan terbesar."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Bahri
"Tuntutan dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu terutama dalam penanggulangan gizi buruk merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar dan ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh mengingal banyaknya kasus gizi buruk dari tahun ke tahun. Hasil pernantauan status gizi diwilayah kerja dinas kesehatan Kabupaten Padang Pariaman tahun 2005 ditemukan kasus gizi buruk sebanyak 4,3%. Kasus gizi buruk memerlukan perawatan yang intensif balk dirumah tangga, puskesmas dan rumah sakit. Untuk memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan maka yang harus dilakukan adalah melaksanakan penanggulangan gizi buruk dengan mengikuti pedoman yang dibuat dcpkes. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kinerja tenaga pelaksana gizi (TPG) puskesmas dalam penanggulangan gizi buruk dan faktor-faktor apa yang berhubungan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan yang digunakan adalah cross sectional, dengan sampel 23 orang yang merupakan total populasi yang dilaksanakan di kabupaten Padang Pariaman pada bulan Maret sampai April 200G. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian sendiri kuesioner oleh TPG, meliputi variabel independent yaitu umur, pendidikan, pengetahuan, lama kerja, pelatihan, motivasi, sarana, beban kerja, kepemimpinan dan supervisi. Variabel dependent yaitu kinerja TPG dalam penanggulangan gizi buruk yang diperoleh dari check list dan penelusuran dokumen. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat (chi-square). Untuk pengayaan informasi dilakukan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalarn terhadap beberapa orang informan.
Hasil penelitian ini menunjukan proporsi kinerja TPG puskesmas yang baik 52,2% dan kinerja kurang 47,8%. Hasil uji bivariat menunjukan ada 7 variabel yang berhubungan secara statistik (p-value < 0,05) yaitu pendidikan, pengetahuan, pelatihan, motivasi, sarana, beban kerja dan kepemimpinan. Faktor -faktor Iainya yaitu umur, lama kerja dan supervisi tidak berhubungan dengan kinerja TPG puskesmas dalam penanggulangan gizi buruk.
Berdasarkan basil penelitian ini disarankan bagi penentu kebijakan agar menempatkan TPG dari pendidikan profesi gizi dan untuk meningkatkan pengetahuan perlu diadakan pelatihan secara berkala. Untuk pimpinan puskesmas disarankan untuk dapat memotivasi TPG agar kinerjanya lebih baik, selain itu juga diperhatikan beban kerja yang diberikan sesuai dengan kemampuan petugas.

Demand and requirement of quality health service especially in handling a severe malnutrition is a challenge which must be prepared correctly and handled primarily, directional an seriously considering cases number of severe malnutrition each year. Monitoring result of nutrition status at working area of health service in district of Padang Pariaman in 2005 found 4,3% cases of severe malnutrition. Severe malnutrition cases need a good intensive care in household, public health center and hospital. To fulfill demand of health service so it is important to implement on handling severe malnutrition by following a guidance which arc made by health department of RI. Therefore goal of this research is to know describing of nutrition workers performance of public health centre handling severe malnutrition and related factors.
Research used a cross sectional design with a quantitative approach. The number of samples is 23 respondent where they are a population total which are conducted in district of Padang Pariaman from March-April 2006. Data collected has been done with answering a questioner by nutrition workers, incIiuded independent variables, such as age education, knowledge, working duration, training, motivation, equipment, work loading, supervision and leadership. Dependent variables is nutrition workers performance of public health center in handling severe malnutrition which is obtained from check list and document research. Data analysis consist of univariate analysis and bivariate analysis (chi-square). For information enrichment, they had been done a qualitative approach by a deep interview to some informants.
The result of this research showed nutrition workers at public health center with good performance is 52,2% and with less performance is 47,8%. Bivariate analysis showed there are 7 related variables significant statistically to nutrition workers performance at public health center in handling severe malnutrition (p-value < 0,05), that is education, knowledge, training, motivation, equipment, work loading, and leadership. The other factor such age, working duration and supervision are not related to nutrition workers performance.
To suggested for policies makers in order to exercise non nutrition workers by periodical training to improve knowledge. For the leader of public health centre suggested to be able to motivate nutrition workers so their performance becomes better, besides it is important to give attention of work loading which is given according to officers ability.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyaningrum
"Keadaan gizi ibu baik sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi. Salah satu masalah gizi yang dialami oleh ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK), ibu hamil yang KEK kemungkinan akan berdampak melahirkan bayi berat lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari dan kemungkinan premature. Salah satu cara untuk mewaspadai kejadian tersebut adalah dengan melakukan pengukuran LILA pada ibu hamil. Ibu hamil yang beresiko KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23.5. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada ibu hamil di Provinsi DKI Jakarta. Alasan penulis memilih provinsi DKI Jakarta adalah berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, didapatkan DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi yang memiliki resiko KEK yang tinggi dan prevalensinya diatas angka nasional yaitu sebesar 16.6%.
Desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil Riskesdas yang merupakan salah satu wilayah yang diteliti oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Departemen Kesehatan. Penelitian tersebut dilakukan di seluruh Indonesia dan pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dimulai awal Agustus 2007 sampai dengan Januari 2008. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang menjawab lengkap kuesioner yaitu sebesar 91 ibu hamil.
Hasil penelitian didapatkan prevalensi ibu hamil KEK yang diukur dengan menggunakan LILA di provinsi DKI Jakarta tahun 2007 adalah sebesar 20.9%. Kelompok umur ibu < 20 tahun dan >35 tahun (33.0%) lebih berisiko untuk KEK. kelompok ibu yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki risiko lebih tinggi (50.0%) untuk KEK dan ibu yang memiliki penyakit infeksi lebih berisiko (30.0%) untuk mengalami risiko KEK. Pendidikan Ibu hamil dan Kepala RT yaitu SMA atau kurang lebih banyak (24.4%) mengalami risiko KEK, pengeluaran bahan pangan < 80% lebih banyak yang mengalami risiko KEK (21.1%). Selain itu ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan lebih besar (25.0%) untuk mempunyai risiko KEK."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyatni Nizar
"Status gizi kurang di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama yang belum tertanggulangi secara tuntas. Data Susenas 1999 menemukan 24,2% wanita usia subur menderita kurang energi kronis yang memberikan indikasi bahwa pada remaja putri masih terdapat gizi kurang khususnya kurang energi protein. Masalah kekurangan energi protein pada remaja khususnya remaja putri belum banyak mendapat perhatian. Dilain pihak remaja putri diharapkan dapat melahirkan generasi penerus yang sehat dan berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status gizi remaja putri dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Umum Negeri dan Madrasah Aliyah Negeri di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat. Disain penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional), yang dilakukan pada bulan Februari - Maret 2002. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling terhadap siswi dengan jumlah sampel 293 orang, yang sekaligus dijadikan sebagai responden.
Pengumpulan data status gizi dengan cara pengukuran berat dan tinggi badan dan pengukuran variabel bebas seperti persepsi terhadap ukuran tubuh, aktifitas fisik, kebiasaan makan, pengetahuan gizi, riwayat penyakit dan penghasilan keluarga dengan wawancara terstruktur sedangkan konsumsi zat gizi (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dengan "recall 24 jam". Status gizi ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh dari hasil pengukuran berat dan tinggi badan. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Kai-Kuadrat dan analisis multivariat dengan Regresi Logistik Ganda.
Hasil penelitian ini mendapatkan proporsi responden yang mempunyai status gizi kurang sebesar 30.7% dengan penyebaran 23.9% dengan status kekurangan gizi tingkat ringan (IMT 17.0 -18.5) dan 6.8% kekurangan gizi tingkat berat (IMT 17.0). Sebagian besar responden mempunyai tingkat konsumsi zat gizi kurang (74.7% tingkat konsumsi energi kurang, 56.0% tingkat konsumsi protein kurang, 68.6% tingkat konsumsi lemak kurang dan 58.4% tingkat konsumsi karbohidrat kurang), sebanyak 49.5% responden mempunyai persepsi terhadap ukuran tubuh kurang, 51.2% mempunyai aktifitas fisik tinggi, 47.1% mempunyai kebiasan makan kurang, 41.3% mempunyai pengetahuan gizi kurang, 30.0% mempunyai riwayat penyakit dan 66.3% mempunyai penghasilan tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna tingkat konsumsi energi, persepsi terhadap ukuran tubuh dan aktifitas fisik dengan status gizi responden (p<0.05). Persepsi terhadap ukuran tubuh dan tingkat konsumsi energi merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan status gizi responden.
Dari hasil penelitian tersebut disarankan agar lebih dipererat kerjasama antara Dinas Pendidikan Nasional dan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, dalam hal penyebarluasan informasi gizi dan kesehatan kepada anak didik melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah serta melakukan monitoring status gizi anak didik secara berkala. Disamping itu juga disarankan untuk memasukkan mata ajaran tentang gizi dan kesehatan dasar secara khusus sebagai muatan lokal. Penelitian tentang masalah gizi remaja perlu diperbanyak agar didapatkan informasi yang lebih banyak pula tentang masalah gizi remaja yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program gizi pada remaja.

Factors that Related to the Girl Adolescences Nutritional Status at a State Senior High School and State Islamic High School in Padang-West Sumatra Province in 2002Malnutrition in Indonesia still become a main problem in nutrient that haven't covered yet The National Social Economic Survey (1999) found that 24.2 % woman in a fertile age suffer from chronically energy malnutrition. This condition gives indication that adolescences have an undernourished especially protein energy malnutrition. Energy protein malnutrition problem in adolescences especially woman haven't get a lot of attention. In other side, they are expected to birth a quality and healthy generation.
The objective of this research was to obtain illustration about adolescences nutritional status and factors that related to it. This research was conducted in state senior high school and state Islamic senior high school in Padang-West Sumatra Province. The research design was cross sectional that done in February-March 2002. The sample taking done by using a systematic random sampling to girl students and the entire sample were 293 persons that then become a respondent.
Dependent variables of data collecting such as body size perception, physical activity, eating habit, nutrient knowledge, disease background, and family income collected by using a structural questionnaire while nutritional consumption (energy, protein, fat and carbohydrate) using a 24 hours recall. And the nutritional status determined by using calculation Body Mass Index (BMI) was taken from height and weight of each respondent. Bivariat analysis used a Chi-Square Test, and the multivariat analysis use a Multiple Logistic Regression.
The Result of the research showed that 30.7 % respondent were malnutrition with spread of 23.9% respondent were mild malnutrition (BMI 17.0-18.5) and 6.8% were severe malnutrition (BMI < 17.0) almost all respondent get an low nutritional level consumption (74.7% low energy consumption, 56.0% low protein consumption, 68.6% low fat consumption and 58.4% low carbohydrate consumption), 9.5% respondent have a low body size perception, 51.2% had high physical activity, 47.1% had low eating habit, 41.3% had low nutritional knowledge, 30.0% had a disease background and 66.3% have a high income.
The result showed that there is a significant relation between energy consumption, body size perception, and physical activity with a respondent nutrient status (p<0.05). Body size perception and energy consumption is the dominant factor that related to the respondent nutritional status.
According to the result, it suggested that the National Education Department and Health Department of West Sumatra Province should make a strong partnership in the way to spread out nutrient and health information to students through School Health Attempt and make a monitoring of students nutrient status periodically. Beside that, it also suggests to put a basic nutrient and health as a subject matter in school. We need a lot of research concern in adolescences problems in order to get more information about adolescences nutrient problems that can be considered in making a nutrient program for adolescences.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 10736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tinneke Primasari
"Salah satu tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Anak usia sekolah merupakan investasi terbesar suatu bangsa karena merupakan generasi penerus bangsa yang dapat membawa perubahan terhadap bangsanya. Kekurangan gizi pada anak usia sekolah adalah masalah kesehatan yang menyangkut masa depan dan kecerdasan serta berdampak buruk pada masa dewasa yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian ini seperti ketidakseimbangan zat gizi, keberadaan penyakit infeksi, kondisi sosial ekonomi dan lain sebagainya. Penilaian status gizi responden berdasarkan klasifikasi WHO-NCHS dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Gizi kurang terjadi karena rendahnya konsumsi makanan (energi) dibandingkan dengan kebutuhan dan terjadi dalam jangka waktu yang lama. Dimana keadaan ini diperburuk oleh faktor lingkungan yang tidak mendukung dan perilaku keluarga yang tidak membiasakan anak sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada siswa sekolah dasar di 3 kecamatan di Kabupaten Kampar tahun 2007. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian crossectional. Jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 149 siswa. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square.
Hasil penelitian menunjukjan sebanyak 16,1% responden berstatus gizi kurang, 2% berstatus gizi buruk, 81,2% berstatus gizi baik dan 0,7% lainnya berstatus gizi lebih. Proporsi responden laki-laki lebih sedikit dibandingkan responden perempuan dan lebih banyak responden dengan umur ≥ 10 tahun dibandingkan responden berumur < 10 tahun. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan gizi baik yaitu sebesar 51,7% dan sebanyak 59,1% responden tidak ikut serta dalam program PMT-AS. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara umur, riwayat kesehatan, pengetahuan gizi, kebiasaan makan pagi, kebiasaan jajan, keikutsertaan PMT-AS, pendidikan dan pekerjaan orangtua serta konsumsi zat gizi dengan status gizi siswa. Sedangkan jenis kelamin mempunyai hubungan yang bermakna (p=0,03) dengan status gizi siswa, dimana POR=2,88 yang berarti bahwa anak laki-laki mempunyai peluang 2,88 kali untuk mengalami gizi kurang dibanding anak perempuan. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak sekolah dan pelaksana program pemberian makanan tambahan agar dapat memberikan makanan tambahan kepada siswa dengan status gizi kurang sehingga tujuan program dapat tercapai, yaitu perbaikan status gizi dan kesehatan siswa."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Saputra Suyadi
"Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Keadaan ini banyak diderita oleh kelompok balita yang merupakan generasi penerus bangsa. KEP dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental anak.Anak balita dengan KEP tingkat berat akan menunjukkan tanda klinis kwasiorkor atau marasmus. Berdasarkan catatan Dinkes Depok pada tahun 2002 kasus gizi buruk di Kota Depok berjumlah 455 balita (0,45%); tahun 2003 sebanyak 602 balita (0,57%); dan tahun 2004 naik menjadi 964 balita (1,0%). Pada tahun 2005 terjadi peningkatan menjadi 1.133 balita (0,99%); tahun 2006 berjumlah 935 balita (0,81%) dan tahun 2007 menjadi 937 balita (0,84%). Sementara itu pada tahun 2003 prevalensi gizi kurang di kota Depok sebesar 9,9%; tahun 2004 sebesar 8,5%; tahun 2005 yaitu sebesar 8,3%; tahun 2006 yaitu sebesar 8,7% dan tahun 2007 sebesar 10%. Sedangkan prevalensi KEP mengalami peningkatan dari 8,98% pada tahun 2006 menjadi 10,78% pada tahun 2007. (Dinkes Kota Depok, 2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEP di wilayah kelurahan Pancoran Mas Depok tahun 2009. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunkan desain cross sectional dengan jumlah sampel 154 balita. Penelitian ini dilakukan Mei - Maret 2009 berlokasi di kelurahan Pancoran Mas Depok. Pengumpulan data untuk variabel independen terdiri atas karakteristik anak (umur, jenis kelamin, penyakit infeksi, pola asuh, pola konsumsi energi dan protein), karakteristik ibu (pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu), karakteristik ayah (pendidikan ayah, pekerjaan ayah), karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga, jumlah balita, tingkat pendapatan keluarga).
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan indeks BB/U balita yang terkena KEP yaitu sebesar 21,4%, sedangkan lainnya tidak terkena KEP yaitu sebesar 78,6%.Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna (P<0,05) antara karakteristik anak (penyakit infeksi, pola asuh, pola konsumsi energi dan protein), karakteristik ibu (pendidikan ibu, pengetahuan ibu), karakteristik ayah (pekerjaan ayah), karakteristik keluarga (jumlah balita, tingkat pendapatan keluarga). Akan tetapi tidak ada hubungan yang bermakna (P>0,05) antara karakteristik anak (umur, jenis kelamin), karakteristik ibu (pekerjaan ibu), karakteristik ayah (pendidikan ayah), karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Herlina
"ABSTRAK
Nama : Herlina PurbaNPM : 1306489205Falkultas : Ilmu Keperawatan Program Profesi NersJudul : Analisis Praktik Klinik Keperawatn Anak Kesehatan Masyarakat Perkotaan dengan Masalah Gangguan Kebutuhan Nutrisi pada Klien Gizi Kurang di RSPAD Gatot Subroto Perkotaan dengan penduduk yang memiliki pendapatan tinggi, menengah dan rendah tetap menunjukkan adanya masalah malnutrisi. Malnutrisi ini berakar pada kemiskinan dan ketidakmampuan. WHO 2010 menunjukkan 18 103 juta anak balita di Negara berkembang mengalami kurang gizi. WHO juga memperkirakan 54 kematian bayi dan anak dilatarbelakangi oleh keadaan gizi buruk, sedangkan di Indonesia masalah gizi mengakibatkan 80 kematian anak WHO, 2011 . Anak dengan gizi buruk akan mempengaruhi tumbuh kembangnya. Upaya penanganan balita dengan gizi kurang sudah dilakukan di puskesmas atau rumah sakit. Asuhan perawatan gizi anak memerlukan monitoring yang berkelanjutan mulai dari rumah sakit sampai klien pulang ke rumah. Hal inilah yang mengakibatkan perlunya edukasi pada keluarga klien agar tujuan pencapaian gizi anak dapat optimal. Edukasi adalah salah satu tugas perawat yang penting untuk meningkatkan kesehatan klien. Perawat memberikan informasi kepada klien yang membutuhkan perawatan untuk kelanjutan pelayanan kesehatan dari rumah sakit ke rumah Falvo, 2004 dalam Potter Perry, 2009 .Kata kunci : malnutrisi, anak, perkotaan

ABSTRACT
AbstractName Herlina PurbaStudy Program Ners ProgrammeTitle Analysis of clinical practice children with problem of urban community health disorder nutritional needs of the clients of malnutrition in the RSPAD Gatot SubrotoCities with a population whose income is high, medium and low fixed indicate a problem of malnutrition. Malnutrition is rooted in poverty and disability. WHO 2010 showed 18 103 million of children under five in developing countries are malnourished. WHO also estimates that 54 of deaths of infants and children is motivated by the poor nutritional status, while in Indonesia, nutritional problems resulted in 80 of childhood deaths WHO, 2011 . Children with poor nutrition will affect growth and development. The handling infants with malnutrition has been done in the clinic or hospital. Child nutrition care requires continuous monitoring ranging from hospitals to the clients home. This has resulted in the need to educate the client 39 s family for the purpose of achieving the optimal child nutrition. Education is one of the duties of nurses are critical to improve the health of the client. Nurses provide information to clients who require treatment for the continuation of health care from hospital to home Falvo, 2004 in Perry, 2009 Keywords malnutrition, child,city "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>