Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ari Shinta Rukmi
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S2270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deasyanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Santhi Aquarini
"Pendidikan penting bagi kehidupan masyarakat. Perubahan lingkungan yang teijadi dengan cepat memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang didapat antara lain dari lembaga pendidikan. Pendidikan tinggi memungkinkan manusia mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi pula. Angka Partisipasi Kasar pendidikan tinggi di Indonesia tergolong rendah. Angkatan keija yang berpendidikan tinggi juga tergolong rendah. Menurut AS Munandar sehamsnya belajar itu dilakukan seumur hidup. Belajar seumur hidup dapat memungkinkan perkembangan manusia dalam segala bidang.
Pendidikan seumur hidup (lifelong learning) terjadi pada segala bidang, yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal. Agar individu dapat belajar mandiri seumur hidup sebaiknya menerapkan self-regttlated learning, yaitu mengatur belajamya sendiri dengan memotivasi dan mengontrol dirinya, karena mereka tahu diri mereka sendiri dan apa yang harus dikeijakan, serta strategi apa yang sesuai.dengan situasi dan kondisi belajar. Penggunaan strategi ini berguna di berbagai proses belajar.
Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1998) penggunaan strategi yang efektif dan efisien menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Strategi self-regulated learning tersebut adalah self-evaluation; organizing and transforming: goal-setting and planning: seeking information: keeping records and monitoring: environmental structuring: self-consequating: rehearsing and memorizing: seeking social assisstance; reviewing records; dan non strategic behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Diennaryati Tjokrosuprihatono
"ABSTRAK
Raudsepp (1981) dalam uraiannya mengemukakan beberapa tantangan atau masalah yang sering ditemui saat ini. Masalah yang ditemui ini menyangkut semua dimensi kehidupan manusia, sehingga tidak dapat hanya didekati dari segi ilmiah dan teknologi semata. Pemikiran-pemikiran yang mendalam juga dituntut dalam semua bidang ilmu. Olson melihat bahwa masalah yang dihadapi bukan sebagai ancaman, tetapi tantangan untuk menggunakan kreativitas demi peningkatan diri dan menentukan strategi, metode dan teknik kreatif untuk menanggulanginya.
Perguruan Tinggi sebagai salah satu wadah pendidikan memegang peranan penting dan diharapkan mampu membuahkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam berbagai bidang ilmu yang nantinya mampu menjawab tantangan pembangunan dengan bekal ilmu dan kemampuan yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan pendidikan psikologi. Sarjana Psikologi dituntut kreativitasnya dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori yang diketahuinya agar tepat dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisinya yang ada.
Sehubungan upaya memperoleh sarjana yang tangguh dan berkualitas dan mampu berprofesi dalam bidangnya, diharapkan mahasiswa yang kuliah di Fakultas Psikologi bisa menunjukkan prestasi belajar yang baik, minimal, ia harus pandai, kreatif dan memiliki pengikatan diri terhadap tugas dan jangan menjadi mahasiswa yang putus kuliah. Diharapkan mahasiswa harus memiliki kemampuan lain di samping kepandaian semata.
Faktor inteligensi yang tinggi saja tidaklah cukup untuk menjadi prediktor keberhasilan studi. Dari hasil beberapa penelitian, tampak adanya korelasi yang rendah antara inteligensi yang diukur dengan tes inteligensi konvensional dengan prestasi belajar. Nason (1958) menemukan koefisien korelasi 0.34 untuk anak laki-laki dan 0.39 untuk anak perempuan antara inteligensi dan prestasi belajar. Freudhoff (1955) mendapatkan korelasi sebesar 0.44 dengan sampel siswa kelas 8. Surya di Indonesia (1983) mengadakan penelitian terhadap sampel tingkat sekolah dasar. Dari hasil penelitiannya ia menemukan bahwa 10% dari jumlah siswa memiliki potensi yang tinggi tetapi tidak berprestasi dalam belajarnya. Dari penelitian diatas, tampak bahwa angka koefisien korelasi antara faktor inteligensi dengan prestasi belajar menunjukkan hubungan yang signifikan rendah. Hal ini memberikan petunjuk bahwa faktor inteligensi semata bukanlah prediktor terhadap keberhasilan atau prestasi belajar. Ada faktor lain di samping inteligensi yang juga merupakan prediktor prestasi belajar.
Surya {1983) sehubungan dengan gejala kurang berprestasi pada anak tingkat sekolah dasar lebih lanjut mengemukakan bahwa gejala berprestasi kurang bukanlah bukan lagi sebagai masalah intelektual akan tetapi lebih merupakan masalah non intelektual baik internal maupun eksternal. Kenyataan ini dialami juga oleh mahasiswa ditingkat perguruan tinggi.
Guilford dalam pidato pengukuhannya menyatakan keluhan terhadap lulusan pendidikan saat itu, yang dirasakan sangat tidak kreatif. Dari apa yang dikeluhkan Guilford terhadap sarjana lulusan pendidikan tinggi, serta diperkuat dengan penelitian lain mengenai hubungan inteligensi dengan prestasi belajar, tampak bahwa mencari siswa atau mahasiswa yang bisa berprestasi tidak bisa jika hanya mengandalkan faktor tingginya inteligensi semata, tetapi juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.
Getzels dan Jackson (1963) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kreativitas dan inteligensi memiliki kekuatan yang sama di dalam menentukan prestasi akademis seseorang. Olson {1980) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan alat ampuh yang sederhana yang merupakan milik manusia. Sedangkan Taylor menyebutkan bahwa kreativitas merupakan kualitas manusia yang lebih dari kualitas . kualitas lainnya dan sangat penting dalam membentuk masa depan manusia.
Renzulli (1977) dalam penelitiannya terhadap keberbakatan memberikan pendapat yang melengkapi pandangan tentang keberhasilan belajar, terutama yang disebut sebagai mampunya seseorang dianggap 'berbakat' yang berarti ia tampil mengagumkan dalam prestasi belajarnya. Menurut Renzulli, keberbakatan baru termanifestasi jika individu memiliki 3 "cluster" yang berperan dalam dirinya, yaitu: 1) Inteligensi diatas rata-rata 2) Kreativitas yang cukup tinggi 3) Pengikatan diri terhadap tugas.
Bila dihubungkan dengan prestasi belajar, pengikatan diri terhadap tugas merupakan salah satu sikap yang dibutuhkan manusia untuk mewujudkan keberhasilan belajarnya. Menurut Renzulli, inteligensi yang tinggi maupun kreativitas semata belum tentu mampu meramalkan keberhasilan belajar seseorang. Apa artinya pandai dan kreatif jika ia tidak bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas dan kewajiban-kewajibannya.
Dari kenyataan bahwa inteligensi bukanlah satu-satunya prediktor keberhasilan belajar, tetapi terdapat faktor-faktor lain yang berperan, yaitu kreativitas (berfikir kreatif dan sikap kreatif) serta pengikatan diri terhadap tugas.
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk turut memberi sumbangan pengetahuan terhadap khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kreativitas, yang mencakup baik segi kognitif atau cara berfikir kreatif maupun segi afektif dari kreativitas serta masalah pengikatan diri terhadap tugas.
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Mengetengahkan masalah kreativitas maupun pengikatan diri terhadap tugas dalam pendidikan Psikologi sebagai salah satu faktor yang bisa dipertimbangkan didalam bimbingan akademik mahasiswa sebagai upaya bimbingan agar mereka bisa mencapai prestasi optimal dan berhasil dalam studinya, disamping masalah inteligensi.
2. Menambah alat pengukuran kreativitas yang menyangkut aspek afektif yaitu pengukuran skala sikap kreatif bagi mahasiswa Psikologi.
3. Dikembangkannya skala sikap Pengikatan diri terhadap tugas yang merupakan salah satu prediktor keberhasilan studi.
4. Dengan dikembangkannya alat pengukuran afektif dari kreativitas yaitu skala sikap kreatif dan juga skala Pengikatan diri terhadap tugas bagi mahasiswa fakultas Psikologi, maka alat ini dapat digunakan untuk membantu mendeteksi salah satu kemungkinan dari masalah belajar yang dihadapi mahasiswa di fakultas Psikologi.
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Gajah Mada dan Padjadjaran.
Metode penelitian yang dipakai adalah perhitungan multiple regression, korelasi parsial, korelasi tunggal, analisa varians.
Dari hasil penelitian dilakukan berdasarkan hipotesis yang ditegakkan, ternyata ke empat variabel penelitian yang mencakup inteligensi, kreativitas (berfikir kreatif dan sikap kreatif) serta pengikatan diri terhadap tugas memiliki hubungan yang signifikan positif dengan prestasi belajar. Adapun gambaran hasil menunjukkan bahwa 13% dari varians prestasi belajar didukung oleh ke empat variabel penelitian dengan sumbangan terbesar diberikan oleh variabel pengikatan diri terhadap tugas dan diikuti oleh variabel inteligensi. Kreativitas sendiri, baik yang mencakup dimensi berfikir kreatif maupun sikap kreatif secara keseluruhan tidak memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Tetapi khususnya di Fakultas Psikologi UI, dimensi kelancaran berfikir pada cara berfikir kreatif tampaknya memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Tetapi tidak demikian halnya dengan UNPAD dan UGM.
Disamping itu beberapa variabel penelitian juga menunjukkan perbedaan pada masing-masing Fakultas Psikologi. Variabel inteligensi tampak berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD, tetapi pada Fakultas lainnya (UI & UGM), tidak signifikan. Pada variabel sikap kreatif, tampaknya pada mahasiswa Fakultas Psikologi UI menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif dengan prestasi belajar, artinya semakin memiliki sikap kreatif, prestasi belajar yang ditampilkan semakin kurang baik. Tapi tidak demikian halnya dengan mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD dan UGM."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Hastuti
"Penelitian ini bertujuan untuk inengetahui hubungan antara variahel motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, baik hubungan secara sendiri-sendiri, maupun bersama-sama.
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Borobudur Angkatan Tahun 1996/1997 . Metode penelitian ini adalah metode survai: sampel penelitian berjumlah 47 orang, yang diambil dengan menggunakan teknik acak sederhana dari 110 orang populasi.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar berupa kuesioner dengan menggunakan skala Liked, dimana masing-masing variabel memuat 18 butir pernyataan. Prestasi belajar diperoleh dari bobot nilai rata-rata selama tiga semester secara berturut turut. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan korelasi sederhana, parsial, dan ganda; regresi sederhana dan ganda.
Dari hasil analisis data mengungkapkan bahwa : Pertama, terdapat hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar dengan koefisien korelasinya (ryx1) = 0,3331, dan persamaan regresinya Y = 17,94 + 0.443 X,; kontribusi motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar sebesar 15,032 persen. Kedua , ada hubungan yang positif antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar dengan koefisien korelasinya (r, ) = 0,2998 dan persamaan regresinya Y = 23,3996 + 0,3937 X, ; kontribusi kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar sebesar 13,021 persen. Ketiga, secara bersama-sama motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar mempunyai hubungan yang positif terhadap prestasi belajar, dengan koefisien korelasi gandanya (rvx1 2) = 0,47613 dan persamaan regresi gandanya Y = 0,92473 + 0,3651 X, + 0,3105 X. Kontribusi kedua varians ini secara bersama-sama terhadap prestasi belajar sebesar 22,67 persen.
Dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama turut menentukan adanya variasi prestasi belajar mahasiswa fakultas Hukum pada universitas Borobudur, Jakarta."
1998
T 2599
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.K. Rono J.
"Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara goal orientation dengan prestasi akademis pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Goal orientation diukur dengan menggunakan alat ukur ?goal orientation? yang dikembangkan oleh Larasati (2010). Sedangkan untuk mengukur prestasi akademis dilihat dari IPK terakhir yang diraih oleh partisipan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara goal orientation dengan prestasi akademis. Lebih lanjut lagi, ditemukan adanya hubungan positif yang lemah antara learning goal orientation terhadap prestasi akademis, namun terdapat hubungan positif yang signifikan antara performance goal orientation terhadap prestasi akademis. Selain itu ditemukan bahwa mahasiswa yang menggunakan learning dan performance goal orientation yang tinggi secara bersamaan, mencapai prestasi akademis terbaik dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya menggunakan salah satu goal orientation maupun kedua goal orientation secara rendah. Berdasarkan jenis kelamin, tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara goal orientation, learning goal orientation, maupun performance goal orientation antara laki-laki dan perempuan. Namun perempuan secara signifikan lebih tinggi dalam prestasi akademis dibandingkan dengan laki-laki.

This research is proposed to find the relationship of goal orientation and academic achievement in college student in Faculty of Psychology University of Indonesia. Goal orientation was measured by measurement tools constructed by Larasati (2010). And academic achievement was measured by Grade Point Average of the subject. The result from this study is there?s a positive and significant relationship between goal orientation and academic achievement. Furthermore, it was founded that learning goal orientation has a positive but weak relationship with academic achievement, whereas performance goal orientation has a positive and significant relationship with academic achievement. Beside that, it was founded that student with high on learning and performance goal orientation achieved the highest Grade Point Average than student with only using either learning or performance goal orientation alone or neither goal orientation. By sex, there is no significant differences on goal orientation, learning goal orientation nor performance goal orientation among male and female college student. But female is significantly higher on academic achievement than male college student.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>