Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52438 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusup Irawan
"Penelitian ini bertujuan (1) mencari prototipe intonasi kalimat deklaratif dan interogatif berpola SVO, (2) mencari ambang kontras akustik intonasi kalimat deklaratif dan interogatif, dan (3) mengkaji sejauh mana variasi pola intonasi kalimat deklaratif dan interogatif berterima sebagai tuturan yang baik atau wajar. Di konstituen subjek prototipe intonasi kalimat deklaratif diawali oleh alir nada turun landai kemudian diakhiri oleh alir nada naik. Kontur di konstituen verba ditandai oleh alir nada turun di seluruh konstituen. Kontur di konstituen objek diawali oleh alir nada naik-turun kemudian diakhiri oleh naik-datar. Prototipe intonasi kalimat interogatif di konstituen subjek dikarakterisasi oleh alir nada naik landai-naik-datar. Kontur di konstituen verba ditandai oleh alir nada turun di seluruh konstituen. Kontur di konstituen objek diawali oleh alir nada turun kemudian diakhiri oleh alir nada naik-datar. Ambang kontras deklaratifinterogatif terjadi ketika rentang alir nada akhir kontur (P3 dan P4) sebesar 14,63st hingga 16,63st. Ambang kontras interogatif-deklaratif terjadi ketika rentang alir nada akhir kontur (P2 dan P3) sebesar 7,27st hingga 9,27st. Pola intonasi kalimat deklaratif yang diakhiri oleh alir nada naik, datar dan turun berterima sebagai tuturan yang wajar. Pola intonasi kalimat interogatif yang berterima wajar adalah tuturan dengan alir nada akhir naik. Intonasi kalimat deklaratif dan interogatif yang diakhiri oleh alir nada naik di akhir konstituen subjek berterima sebagai tuturan yang wajar, sedangkan alir nada datar atau cenderung datar kurang berterima sebagai tuturan yang wajar.

The research intends (1) to look for intonation prototype of declarative and interrogative sentence with the pattern SVO, (2) to look for contrastive acoustic threshold of intonation between declarative and interrogative sentence, and (3) to study intonation variations of declarative and interrogative as a normal speech. Intonation prototype of declarative at subject constituent started by gradual fall pitch movement and closed by rise pitch movement. Verb constituent characterized by fall pitch movement. Object constituent characterized by rise-fall pitch movement and ended by rise-level pitch movement. Intonation prototype of interrogative begins with gradual rise-rise-level pitch movement. Verb constituent characterized by fall pitch movement. Object constituent characterized by riselevel pitch movement. Contrastive acoustic threshold of declarative-interogative occurs when the pitch range (P3 dan P4) of the final pitch movement is 14,63st until16,63st. Contrastive acoustic threshold of interogative-declarative occurs when the pitch range (P2 and P3) of the final pitch movement is 7,27st until 9,27st. Declarative intonation pattern which is ended by rise, level, and fall is acceptable as normal speech. Interrogative intonation pattern of normal speech is ended by rise pitch movement. Declarative and interrogative intonation which ended by rise pitch movement at the end of subject constituent is acceptable as normal speech. However, level or close to level pitch movement is less acceptable as normal speech."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28702
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Saiful Mubin
"

Intonasi merupakan salah satu aspek yang perlu dikuasai seorang pemelajar bahasa asing karena jika intonasi tidak dituturkan secara tepat, hal itu akan berakibat pada kesalahpahaman (Penny, 1991). Begitu pula pemelajar Korea yang belajar bahasa Indonesia. Penelitian ini menginvestigasi bagaimana intonasi tuturan deklaratif dan interogatif bahasa Indonesia dituturkan oleh pemelajar Korea. Penelitian ini menggunakan subjek penelitian pemelajar BIPA dari Korea yang berada pada tingkat pemula, madya, dan tinggi. Data penelitian berupa tiga tuturan bahasa Indonesia yang terdiri atas dua kalimat tunggal dan satu kalimat majemuk dalam percakapan yang diperankan sebanyak tiga kali. Penelitian ini mengaplikasikan pendekatan IPO dengan tiga kegiatan utama: eksperimen produksi ujaran, analisis akustik ujaran, dan eksperimen uji persepsi ujaran. Kajian ini menunjukkan bahwa ciri akustik yang menandai ketiga tingkat pemelajar adalah kontur intonasinya. Tinggi nada tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat pemelajar. Tinggi nada secara khusus hanya menandai kontras tuturan deklaratif dan interogatif. Ciri akustik tuturan tingkat pemula dan madya masih menunjukkan adanya kesamaan dengan pola intonasi bahasa Korea, sedangkan pola intonasi tuturan tingkat tinggi tidak sama dengan bahasa Korea maupun bahasa Indonesia. Hanya kontras tinggi nada tuturan dekalaratif dan interogatif tingkat tinggi yang cenderung sama dengan bahasa Indonesia. Meskipun demikian, semua tuturan dari semua tingkat diterima dengan baik oleh orang Indonesia.

 

 


Intonation is one of the aspects that need to be mastered by a foreign language learner because if intonation is not spoken correctly, it will result in misunderstanding (Penny, 1991). The idea is applied to Korean who learns Bahasa Indonesia. This study investigates how Korean learners make use of intonation to express declarative and interrogative utterances of Bahasa Indonesia. The subject of this study is native Koreans who study BIPA at the beginner, intermediate, and advance levels. The data of this study are three utterances in Bahasa Indonesia consisting of two single sentences and one compound sentence which then each subject needed to utter for three times. IPO approach is applied with three main activities: speech production experiment, speech acoustic analysis, and speech perception test experiment. This study showed that there is a particular relation between intonation contour and the learners level of comprehension. However, it failed to prove any relationships between pitch and the level of the learners. Regardless, the study found that pitch only marks the contrast of declarative and interrogative speech. The acoustic characteristics of beginner and intermediate speech levels still show similarities with the Korean intonation patterns, while the high-level speech intonation patterns are not the same as Korean and Indonesian. Only the high contrast of high-level declarative and interrogative speech tones tends to be the same as Indonesian. Nevertheless, all speeches from all levels were well received by Indonesians.

 

Keywords: Indonesian intonation pattern; Korean intonation pattern; Indonesian language learners level; declarative sentence; interrogative sentence

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rifka Najmatullail
"Konstruksi aplikatif adalah sarana untuk mengubah unsur non-inti menjadi unsur inti dalam kalimat dengan pelibatan verba. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan oblik (unsur non-inti) menjadi objek (unsur inti). Namun, beberapa penelitian mengenai konstruksi aplikatif menunjukkan bahwa tidak semua kategori oblik dapat berubah menjadi objek. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi aplikatif Peterson (2007) dan Trask (1993) juga menerapkan teori verba turunan dalam bahasa Sunda (Coolsma, 1985). Pertanyaan dalam penelitian ini adalah (1) Oblik mana saja yang dapat berubah menjadi objek dalam konstruksi aplikatif bahasa Sunda?, (2) Apa saja jenis konstruksi aplikatif bahasa Sunda?. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori yang dapat berubah menjadi objek dalam konstruksi aplikatif, yaitu oblik tujuan, oblik lokatif, dan oblik instrumental. Selain itu, terdapat empat jenis konstruksi aplikatif bahasa Sunda, yakni konstruksi aplikatif benefaktif, aplikatif malefaktif, aplikatif lokatif, dan aplikatif instrumental.

Applicative constructions is a means to change non-core arguments into core arguments in sentences by involving verbs. The change in question is an oblique change (non-nuclear arguments) into an object (nuclear arguments). However, several studies on applicative constructions show that not all oblique categories can turn into objects. This study uses the applicative constructions theory of Peterson (2007) and Trask (1993) also applies qualitative research methods. The questions in this study are (1) which obliques can be turned into objects in the applicative construction of Sundanese? (2) What are the types of applicative constructions of Sundanese?. The results showed that there are three categories that can turn into objects in applicative constructions, namely objective oblique, locative oblique, and instrumental oblique. In addition, there are four types of applicative constructions in Sundanese, namely benefactive applicative constructions, malefactive applicative, locative applicative, and instrumental applicative."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Keraf, Gregor
"Dalam rangka udjian Sardjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia Djurusan Bahasa Indonesia, kami mendapat kepertjajaan untuk menindjau kembali persoalan Intonasi. Persoalan Intonasi tidak bisa terlepas dari persoal_an Bahasa sebagai suatu kesatuan jang kompleks. Masalah Bahasa, termasuk djuga masalah praktis dalam melajani keperluan manusia sehari-hari, dapat dikatakan ham_pir sama tuanja dangan tertjiptanja manusia2 pertama. Dalam mempertahankan eksistensinja terhadap tantangan2 sekitar, serta dalam usaha menerobos semua halangan2, mengikuti se_mua situasi jang bergerak madju dan jang berlain-lainan tjorak-ragamnja dari djaman kedjaman manusia selalu berusa_ha dengan berbagai tjara, beraksi dengan segala matjam po_tensi jang dapat dikembangkan. Bahasa, kode-kode berupa bunji2 udjaran jang tersusun rapih dalam suatu sistim jang dynamis kompleks, lahir dalam pergulatan mempertahankan ek_sistensinja itu. Bahasa itu lahir, dan bertumbuh. Bahasa itu hidup dan berkembang. la berkembang terus dari waktu kewaktu sesuai dengan persoalan2 jang dihadapi pemakai2nja. Pada mulanja manusia hanja memupuk dan mengembangkan bahasa; persoalan jang mereka hadapi hanja berkisar pada soal praktis: dapat mempergunakan bahasa itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1964
S10878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izhatullaili
"ABSTRAK
Adanya interferensi bahasa ibu menyebabkan tuturan bahasa Indonesia memiliki intonasi yang beragam. Karena itu, penelitian ini bertujuan menemukan intonasi Bahasa Indonesia yang dihasilkan penutur Batak Toba yang berada di lingkungan masyarakat berbahasa Batak Toba BTM dan penutur Batak Toba di lingkungan masyarakat berbahasa Indonesia BTJ . Penelitian fonetik eksperimental dengan pendekatan IPO digunakan untuk menganalisis data tuturan bahasa Indonesia yang dihasilkan penutur BTM dan BTJ. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat penyimpangan intonasi Bahasa Indonesia yang dihasilkan penutur BTM dan BTJ dari karakteristik Intonasi Bahasa Indonesia. Berdasarkan analisis aspek akustik, penutur BTM memiliki karakteristik akustik lebih mirip dengan karakteristik bahasa Batak Toba saat menuturkan kalimat deklaratif. Dalam tuturan interogatif, penutur BTJ memiliki karakteristik intonasi lebih mirip dengan karakteristik kalimat interogatif bahasa Batak Toba. Dalam hal durasi tuturan, saat menuturkan kalimat deklaratif, penutur BTM menghasilkan durasi yang konsisten lebih besar daripada durasi penutur BTJ dan BI. Karena itu, penutur BTM berbicara dengan tempo yang lebih lambat dibandingkan penutur BTJ dan BI dalam menuturkan kalimat deklaratif. Dalam hal kalimat interogatif, penutur Batak Toba baik BTM maupun BTJ, menghasilkan durasi yang konsisten lebih kecil daripada durasi penutur BI. Karena itu, penutur Batak Toba berbicara dengan tempo yang lebih cepat dibandingkan penutur Bahasa Indonesia saat menuturkan kalimat interogatif

ABSTRACT
The presence of language interference leads to an overwhelming intonation of Indonesian language. Therefore, this thesis is aimed at finding Indonesian intonation produced by Batak Toba speakers in the environment of the Toba Batak community BTM and Batak Toba speakers in the Indonesian language community BTJ . Experimental Phonetic research with IPO approach is used to analyze Indonesian intonation produced by BTM and BTJ speakers. The results of this study indicate that there are deviation of Indonesian intonation pattern produced by BTM and BTJ speakers from Indonesian Intonation characteristic. Based on the acoustic aspect analysis in declarative sentencence, BTM speakers have acoustic characteristics more similar to the characteristics of Toba Batak. In interrogative sentence, BTJ speakers have intonation characteristics more similar to the interrogative sentence characteristics of Toba Batak. Based on the duration of declarative sentences, BTM speakers have the higher duration than the duration of BTJ and BI speakers. Therefore, BTM speakers speak faster than BTJ and BI speakers in declarative sentence. In interrogative sentences, Batak Toba speakers BTM and BTJ have the smaller duration than BI speakers rsquo . Therefore, Toba Batak speakers BTM and BTJ speak faster than BI speakers in the interrogative sentence. Keywords declarative, interrogative, intonation, Toba Batak speaker"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T51055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Fauziah
"Penelitian ini meneliti perkembangan arek, salah satu morfem gramatikal penanda futur dalam bahasa Sunda, secara diakronis mulai dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-21 dengan meneliti fungsi-fungsi arek dalam teks wawacan Jayalalana , wawacan Barjah, wawacan Surya Mana dan buku kumpulan puisi Jaladri Tingtrim. Berdasarkan penelitian, arek memiliki fungsi yang sama mulai dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-21, yaitu sebagai 1) Verba 'Ingin', 2) Verba 'Mau' dan 3) Verba Bantu 'Akan'. Akan tetapi, frekuensi fungsi-fungsi tersebut berubah dari abad ke abad. Berdasarkan analisis, dengan menggunakan teori Gramatikalisasi, skema perkembangan arek adalah Verba 'Ingin' > Verba 'Mau' > Verba Bantu 'AKAN'.

This research studies the development of arek, one of future markers in Sundanese language diachronically from 18th century until 21st century by analyzing functions of arek that are found in wawacan Jayalana, wawacan Barjah, wawacan Surya Mana and Jaladri Tingtrim. Based on the research, arek has the same functions from 18th century until 21st century: 1) Verb 'Desire', 2) Verb 'Willing' and 3) Auxiliary 'Predict'. Nevertheless, the frequency of the functions keeps changing from one century to the next. Based on the analysis, using Grammaticalization theory, the evolution scheme: Verb 'Desire' > Verb 'Willing' > Auxiliary 'Predict'."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28705
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
"ABSTRAK
Ujaran secara garis besar dibentuk oleh dua unsur, yakni unsur segmental dan unsur supraseginental atau prosodi. Unsur suprasegmental merupakan unsur nonsegmental yang menyertai realisasi pengujaran unsur-unsur segmental itu. Hadirnya unsur nonsegmental dalam pengujaran unsur-unsur segmental itu menunjukkan bahwa unsur segmental dan unsur supraseg__nental bersama-lama membentuk makna sebuah ujaran. Intonasi sebuah ujaran_Vyang merupakan salah satu perwujudan prosodi_Vmemiliki pola-pola tertentu dalam menampilkan ""makna"" tertentu pula, antara lain menyatakan modus kalimat. Perbedaan intonasi modus-modus kalimat direalisasikan dengan perbedaan yang tipis atau sebaliknya direalisasikan dengan kontras intonasi yang sangat mencolok. Bahasa Jawa, yang merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia, kiranya merupakan objek penelitian intonasi yang sangat menarik. Penelitian intonasi bahasa Jawa ini berpeluang untuk mengambil peran dalam pengembangan penelitian fonetik bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa daerah lain di Indonesia. Tujuan pertama penelitian ini adalah menemukan pola intonasi kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif dalam ragam bahasa Jawa yang digunakan di dalam keraton Yogyakarta. Tujuan kedua penelitian ini adalah untuk menemukan ciri signifikan yang menandai kontras modus-modus kalimat itu. Penemuan ciri-ciri yang menandai kontras modus ini diharapkan memberikan gambaran yang menunjukkan bahwa sebuah pola"
2003
D1590
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>