Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78030 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cici Maemunah Umar
1983
S2196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Saut Raja Hamonangan
"PENDAHULUAN
Budaya Indonesia dalam perwujudannya menunjukkarn keanekaan yang, antara lain, tampak dalam kehidupan bahasa dan sastranya. Di samping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, terdapat pula bahasa dan sastra daerah yang merupakan sumber memerkaya budaya nasional.
Dengan tetap mempedulikan keanekaan bahasa dan sastra itu, usaha mencari dan menemukan hal-hal yang menunjukkan kesatuan dalam keanekaan juga perlu dilakukan secara berkesinambungan. Upava ke arah itu perlu ditempuh melalui penelitian budaya kita, seperti bahasa dan sastra agar dapat dikenal dan dipahami dengan baik. Selain itu, pengetahuan tentang kebahasaan dan kesastraan itu harus pula dapat diketengahkan ke dalam pergaulan antarsuku sehingga terjadi pengenalan dan pemahaman terhadap hal-hal yang sebelumnya tidak dikenal atau hanya dikenal terbatas oleh suatu masyarakat saja. Dengan cara itu, diharapkan timbul rasa menghargal dan memiliki sesuatu yang sebenarnya memang milik bersama, memahami , mencintai , dan memiliki bersama berbagai aspek budaya itu akan mengukuhkan kita sebagai suatu bangsa, yang pada saatnya diharapkan mampu melahirkari karya-karya, antara lain, dengan modal budaya hangsa sendiri (Rusyana dkk. , 1987:1-2).
Sastra lisan di Indonesia sebagai kekayaan sastra juga merunakan modal budaya bangsa. Sebagaimana dikemukakan oleh Robson (1972:91, sastra lisan - dapat menjadi alat untuk memelihara dan menurunkan buah pikiran suatu suku atau bangsa yang empunya sastra itu. Bahkan, hingga sekarang menurut Charles Winick dalam Rustiana, 1975:125), sastra lisan itu mengandung kehidupan yang terus-menerus mempunyai nilai kegunaan dan masih terdapat dalam budaya masa Wellek dan Warren (1989:48) juga menyebutkan bahwa sastra lisan erat tautannya dengan sastra tertulis. Dengan demikian, sastra lisan, dalam hal ini sastra lisan daerah, yang dewasa ini dianjurkan oleh Pemerintah perlu semakin ditingkatkan penelitiannya agar kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan.
Dalam kenyataan pada umumnya masyarakat Indonesia dewasa ini kurang memperlihatkan kepeduliannya mengenai segala sesuatu yang tidak modern, apalagi yang bersifat pribumi, termasuk sastra lisan dan sastra lama, kondisi seperti itu, menurut Ikram (1976:7-9), hendaknya tidak sampai berlarut-larut. Penggalian serta pengenalan sastra atau kekayaan tradisional itu jangan sampai ditangguhkan.
Sastra daerah Ratak Toba, sebagai salah satu di antara sastra-sastra daerah di Indonesia, perlu digali dan diselenggarakan menelitiannya secara lebih sungguh-sungguh . Penelitian sastra dalam hal ini hendaknya tidak berarti hanya melakukan inventarisasi (prescriptive), tetapi juga meliputi pengolahan dan penyebarannya. Pengolahan yang dimaksud, antara lain mencakupi usaha dan penyusunan hasil transliterasi, transkripsi, terjemahan, dan penganalisisan karya sastra itu sendiri. Dengan menganalisis struktur akan diketahui bagaimana karya sastra itu diwujudkan dan hasil analisisnya dapat digunakan untuk membantu pembaca dalam mengapresiasi. Dalam kaitan itulah, puisi rakyat Ratak Toba, khususnya umpasa (Baca uppasa) perlu digali dan dimanfaatkan. Upaya penyelamatan umpasa ini bertalian pula dengan kurangnya minat generasi muda dan langkanya penelitian yang pernah dilakukan (lihat Sarumpaet, 1988)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Padang: Kelompok Penggiat Puisi Padang, 2003
811 Bun
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Tulodong, 2013
808.81 SIR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Yayasan Puisi, Jakarta,
404 PUISI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Shobichatul Aminah
"Penelitian mengenai unsur romantisisme dalam puisi Takamura Kootaroo ini berangkat dari masalah bagaimanakah perkembangan romantisisme dalam sejarah kesusastraan Jepang dan unsur romantisisme apakah yang terdapat dalam kebanyakan puisi Takamura Kootaroo, serta makna apakah yang tersirat dalam puisi Takamura Kootaroo.
Untuk menjawab masalah tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah sastra untuk menjelaskan tentang perkembangan gerakan romantik dalam kesusastraan Jepang, serta menggunakan pendekatan ekspresif yang dikemukakan oleh Abrams, yang memandang karya sastra sebagai produk dari pikiran dan perasaan pengarang. Untuk itu dalam analisisnya karya sastra sama sekali tidak dipisahkan dengan pengarang, termasuk dengan latar belakang sosial dan budayanya.
Ada tiga fase perkembangan gerakan romantik dalam kesusastraan Jepang, yaitu Bun'gaku Kai (1893-1898), Myoojoo (1899-1908), dan Subaru (1909-1913). Sedangkan unsur romantisisme yang dapat ditemukan dalam puisi Takamura Kootaroo antara lain; puisinya menggunakan bahasa sehari-hari yang sederhana serta mengungkapkan pikiran serta perasaannya secara spontan, pemberontakannya terhadap bentuk formal yang juga merupakan pencerminan dari pemberontakannya terhadap sistem tradisional yang mapan, khususnya sistem keluarga yang berlaku pada masa pemerintahan Meeji,serta apresiasinya yang mendalam tentang alam yang membawanya pada sebuah perjalanan spiritual yang dilandasi oleh kerinduannya untuk menyatu dengan alam.
Dari makna yang tersirat dalam puisi Kootaroo juga ditemukan pesan moral untuk saling menghormati antar sesama manusia dan seluruh mahluk yang hidup di alam, serta anjurannya agar manusia dapat membaca tanda-tanda yang diberikan oleh alam agar dapat memahami kebenaran."
2001
T10884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aselih Asmawi
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Remy Sylado
Jakarta: Gramedia, 2005
808.81 SYL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Remy Sylado
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2023
808.81 SYL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Aziza Setiawan
"Stigma negatif dari masyarakat membuat orang yang mengalami kecemasan menjadi takut atau enggan mencari dukungan dari orang lain. Memiliki caranya tersendiri, Yi Sang dapat menuangkan rasa cemasnya dengan kekuatan imajinasinya melalui puisi. Berangkat dari penjelasan tersebut, penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan tanda-tanda yang menunjukkan kecemasan Yi Sang dalam puisi “Kkotnamu” berkaitan dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimana tanda-tanda kecemasan Yi Sang ditunjukkan dalam puisi “Kkotnamu”. Analisis objek penelitian dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pembacaan, perujukan, dan pemaknaan melalui pendekatan psikologi sastra ekspresif. Dalam menganalisis, penulis mengaitkan kecemasan dari puisinya dengan riwayat hidup, latar belakang historis, dan kepribadian Yi Sang. Berdasarkan hasil penelitian, puisi “Kkotnamu” mencerminkan kecemasan neurotik dan objektif Yi Sang dalam meraih keinginannya. Hasil analisis didapatkan melalui larik-larik yang diidentifikasikan sebagai tanda-tanda kecemasan Yi Sang dalam puisi “Kkotnamu”. Kecemasan ini diakibatkan oleh budaya patriarki Konfusianisme dan penyakit tuberkulosis menjadi penghambat dalam meraih keinginannya. Pada akhirnya, Yi Sang mengatasi kecemasan tersebut dengan mengambil mekanisme pertahanan penyangkalan dan regresi yang berakhir menimbulkan kepasrahan Yi Sang dalam menghadapi keadaan realitas.

The negative stigma of society makes people who suffer losses afraid or reluctant to seek support from others. Having his own way, Yi Sang can express his anxieties with the power of his imagination through poetry. Departing from this explanation, this research is aimed at explaining the signs indicating Yi Sang's anxiety in the poem "Kkotnamu" related to Sigmund Freud's theory of psychoanalysis. The question of this research is how the signs of Yi Sang's anxiety are shown in the poem "Kkotnamu". The analysis of the research object was carried out in three stages, namely reading, referencing, and interpreting through an expressive literary psychology approach. The author attributed the author to the biography, historical background, Yi Sang's personality. Based on the research results, the poem "Kkotnamu". Yi Sang's neurotic and objective anxiety in achieving his desires. The analysis results were obtained through the lines identified as signs from Yi Sang in the poem "Kkotnamu". This anxiety was caused by the Confucian patriarchal culture and tuberculosis became an obstacle to achieving his desires. In the end, Yi Sang overcomes the problem by taking defensive measures of denial and that ends in resigning Yi Sang in facing the state of reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>