Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanes Kurniawan
"Dalam melakukan pengelasan di kapal tidak diperbolehkan sembarang tukang las untuk mengelas karena tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Setiap tukang las harus terlebih dahulu disertifikasi oleh klas agar diperbolehkan melakukan pengelasan. Jika tidak, maka orang tersebut tidak dapat melakukan pengelasan. Sertifikat seorang tukang las di kapal harus diperbaharui setiap enam bulan sekali agar dapat terus bekerja. Karena dalam sertifikat tidak dicantumkan efektifitas dan efisiensi tukang las, maka dilakukan penelitian terhadap para tukang las untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui factor penyebab yang menentukan kualitas seorang tukang las jika dilihat berdasarkan parameter kecepatan, efektifitas, dan efisiensi. Oleh karena itu, data yang diambil berupa kecepatan mengelas, sisa kawat las yang tidak terpakai, jarak pengelasan, serta hasil pengelasan. Analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan perbandingan terhadap para tukang las berdasarkan usia,objek pengelasan, dan skill. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah factor usia mempengaruhi efektifitas dan efisiensi seorang tukang las.

While welding on process at ship, it's cannot weld by general welder because it will be more difficult to weld than weld general material. Every welder have to qualified and get licensed from class to doing the job. If they did not licensed, they cannot doing the welding action. Every welder have to renew their licensed every six months. In the licensed every welder, there is no fact about their effectivity and efficiency. So , the research will be do on welder to get the effectivity and efficiency.
Therefore, the research done to know the cause which determine quality of welder if we look from the speed, effectivity and efficiency. And the value are speed of welding, long stick electrode which not used, distance of welding,and the result. Analysis that is done is by making comparisons between the welders by 3 category which are age, welding object, and skill. This done to prove if the speed influences the effectivity and efficiency welder.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52299
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The aim of this research was to study the effect of spot variations on shear strength of spot welds in an electric loop space maintainer. Stainless steel wire of 0.8 mm diameter and nickel chromium crown for lower second molar and temporary teeth were used. A loop 1 cm wide, made of 3.5 cm stainless steel wire, was welded with 3 dots on the crown using an electric spot welder. Each dot for each group took different spot variations from 1 X - 4 X. A loop space maintainer made with usual materials and techniques as applied at the IKGA FKG UI Clinic was used as a control, with a torch as heat source. Ten specimens each were prepared for shear testing and three specimens each for metallography. Universal testing machine was used for shear strength testing at a crosshead speed of 0.5 mm/min, and SEM/EDS was used for metallography and fractography. The data were statistically analyzed with one-way ANOVA at p = 0.05, and Tukey post hoc test. The results show that the shear strength of the welded loop space maintainer was higher than that of a soldered loop space maintainer, although the difference was not statistically significant with spot variation 1 X. SEM/EDS analysis suggests that a new alloy forms at the contact area of welded and soldered loop space maintainer. Fractography of the joints suggests that welds are better than soldered joints, with higher ductility and toughness, as can be seen from the dimpled pattern of the welded joint and cleavage patterns in the control joints. In concludion, the loop space maintainer is better made by welding than by soldering."
Journal of Dentistry Indonesia, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Suarjana
"Pengelasan dissimilar banyak dilakukan untuk mengoptimalkan kebutuhan aplikasi dan rekayasa dengan pertimbangan ekonomi. Sifat-sifat mekanis dan ketahanan terhadap korosi sambungan las sangat dipengaruhi oleh jenis, ukuran, orientasi dan distribusi struktur mikro sambungan las tersebut. Pengaruh dan perubahan struktur mikro akan dipelajari pada pengelasan dissimilar antara baja karbon A36 dan SS 304 untuk posisi pengelasan 1G, 2G, 3G dengan variasi ketebalan 6 mm, 8mm, 10 mm, 12 mm.
Hasil pengelasan menunjukan bahwa posisi pengelasan dan ketebalan sambungan las mempengaruhi struktur mikro baik pada HAZ maupun inti las-lasan (weld metal). Ukuran, distribusi dan orientasi struktur mikro menjadi lebih halus dan merata dengan naiknya ketebalan sambungan las-lasan. Pada HAZ baja karbon memperlihatkan struktur GB ferrite dominan untuk posisi pengelasan 1G sedangkan untuk posisi 2G dan 3G memperlihatkan adanya struktur widmanstaten ferrite, martensite dan bainit. Pada daerah dekat fusion line dan inti las terjadi perubahan komposisi kimia akibat proses agitasi, konveksi, difusi dan terjadinya makrosegregasi karena penetrasi cairan logam induk baja karbon kedalam inti las (weld metal) dan pembekuan cepat.
Hasil pengujian sifat-sifat mekanik memperlihatkan tegangan tarik putus terjadi pada sisi logam induk baja karbon, hasil test bending menunjukan tegangan yang sangat tinggi pada sambungan las hingga mencapai 887 Mpa dan pengujian kekerasan Vickers menunjukan distribusi kekerasan meningkat pada inti las dan HAZ hingga mencapai nilai HVN 296.9 yakni pada fusion line baja SS 304. Ketahanan korosi khususnya korosi micro-pitting sangat masif terjadi pada bagian inti las khususnya untuk posisi pengelasan 1G dan ketebalan 6 mm dan kurang masif pada HAZ yang secara visual dari foto mikro mengindikasikan pembentukan dan sebaran karbida yang lebih sedikit. Korosi seragam (uniform corrosion) secara galvanik terjadi sangat agresif pada bagian baja karbon.

Dissimilar metal welding was mostly done to optimize the application and engineering requirements with economic considerations. Mechanical properties and corrosion resistance of welded joints were greatly influenced by weld microstructures. Influences and changes in the microstructure will be studied in the welding of dissimilar metals between carbon steel A36 and stainless steel SS304 with variation of welding position 1G, 2G, 3G and weld thickness of 6 mm, 8 mm, 10 mm, 12 mm.
Welding results shown that welding position and thickness of the welded joints influenced the microstructure both in HAZ and weld metal. Size, distribution and orientation of microstructure were finer and more uniform with increasing of welding joint thickness. In HAZ carbon steel, GB ferrite was dominant especially for 1G welding position while for position of 2G and 3G shown other structures such as widmanstaten ferrite, martensite and bainite. In the region near the fusion line and weld metal, the chemical composition changes due to the agitation, convection, diffusion and makrosegregasi caused by penetration of liquid metal carbon steel into the weld pool and quick freezing.
The test results showed the mechanical properties of tensile breaking point occurs in the parent metal of carbon steel, bending test results showed a very high stress on the welding joint up to 887 MPa and Vickers hardness testing showed hardness distribution trend increase in the weld metal and HAZ to achieve value for HVN 296.9 at the fusion line of steel SS 304. Corrosion resistance, especially micro-pitting corrosion occurs denser in the weld metal, especially for welding positions 1G and thickness 6 mm and less dense in the HAZ which visually indicates in micro-photographs, the formation and distribution of carbides is much less. Uniform corrosion by galvanic process happens very aggressive on the carbon steel side.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31482
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cary, Howard B.
New Jersey: Prentice-Hall, 1989
R 671.521 CAR m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Saroso
Djambatan, 1980
671.522 02 SAR p (1);671.522 02 SAR p (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Churniawan
"Pengelasan basah bawah air merupakan salah satu opsi yang dapat diaplikasikan dalam mengatasi kedaruratan di bawah air. Meskipun kualitas lasannya memadai tetapi masih cukup baik untuk digunakan. Pada penelitian ini digunakan jenis material KI-A36 dan dilaksanakan pengelasan basah bawah air dengan menggunakan elektroda E7016 dan E7018. Kedua jenis elektroda tersebut merupakan kelompok elektroda low hydrogen yang banyak beredar di pasaran. Metode pengelasan 1G dengan varibel pengelasan masukan panas HI 0,8 kJ/mm, 1,5 kJ/mm dan 2,5 kJ/mm dan pengelasan dilakukan di kedalaman 1 meter, 5 meter dan 10 meter yang dikomparasi pada hasil pengelasan atmosferik.
Dari hasil pengujian lasan menunjukkan terjadinya penurunan sifat mekanis dan terlihat adanya cacat di lasan. Hal yang menarik dari hasil pengelasan baja KI-A36 dengan las basah bawah air dengan mengaplikasikan elektroda E7016 dan E7018 adalah minimnya tingkat cacat porositas las pada hasil lasan. Sehingga kedua elektroda ini dapat digunakan pada pengelasan baja KI-A36 dalam aplikasi pengelasan bawah air. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T49153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Firdaus
"Hasil proses pengelasan Busur Rendam sangat tergantung dari pemakaian jenis elektroda dan fluks, arus, tegangan listrik, kecepatan pengelasan dan lain-lain. Pemilihan besar arus dan kecepatan pengelasan yang dipakai dalam pengelasan bahan baja adalah cukup penting, karena faktor tersebut akan menentukan masukan panas (heat input) yang terjadi dan struktur mikro pada daerah las.
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh besar arus dan kecepatan pengelasan terhadap sifat mekanik (sifat kuat tank, tekuk, ketangguhan, kekerasan) dan struktur mikro dari hasil pengelasan dengan menggunakan proses pengelasan Busur Rendam, elektroda dan fluks yang sama terhadap pengelasan dari masing-masing Baja API 5L-X52 dan Baja SS 400. Tegangan listrik konstan digunakan dalam proses pengelasan ini, sehingga perubahan masukan panas yang diberikan hanya tergantung pada besar arus dan kecepatan pengelasan yang divariasikan. Sesuai standar, arus pengelasan yang digunakan sebesar 300 A, 325 A dan 350 A serta kecepatan pengelasan sebesar 8'10 mm/ menit, 830 mm/menit dan 850 mm/menit.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa pengelasan terbaik untuk masing-masing pengelasan Baja API 5L-X52 dan Baja SS 400 tersebut, jika digunakan arus pengelasan 325 A dan kecepatan pengelasan 850 mm/menit.

The result of Submerged Arc Welding (SAW} process depends on the types of electrode and flux, current, voltage, the welding speed, etc. Choosing the welding current and speed which are used on welding of steel material is very important, because of that factors will define the heat input and the micro structure at the welding area.
In this research, it is learned the influence of the welding current and speed at mechanical system (tensile strength, bending, toughness, hardness) and micro structure of the welded result using SAW process at the same electrode and flux on welding with API 5L-X52 steel and 5S 400 steel. The constant voltage is used on this welding process, so that the heat input movement is reached only depending on the various of the current and the welding speed. Based on classification, the welding current and speed are used namely: 300 A, 325 A, and 350 A. 810 mm/minute, 830 mm/minute, and 850 mm/minute.
From this research, the best welding process for APL 5L-X52 steel and SS 400 steel, use welding current of 325 A and the welding speed of 850 mm/minute.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriati Djaprie
"ABSTRAK
Tembaga pengerasan terdispersi. Cu-Alumina termasuk ke lompok material komposit hasil rekayasa yang memiliki kekuatan, konduktivitas listrik dan termal yang tinggi, serta memiliki ketahanan terhadap pemakaian di lingkungan bertemperatur dan tekanan tinggi.
Dalam rangkaian penelitian ini telah berhasil dibuat material Cu-Alumina secara metalurgi serbuk dengan meman faatkan serbuk tembaga hasil proses elektrolisis buatan dalam negeri.
Guna evaluasi kinerja Cu-Alumina sebagai elektroda las titik telah dilakukan percobaan las titik terhadap lembaran baja karhon rendah SPCC dan lembaran baja tahan karat 304 L dengan memuaskan .Sebagai pembanding digunakan elektroda paduan tembaga komersial.
Percobaan las titik terhadap lembaran baja berlapis seng kurang memuaskan karena kapasitas alat las tidak dapat memenuhi persyaratan pengelasan yang dianjurkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Paton, E.O.
Kiev: Academy of Sciences, 1967
671.521 Pat i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tuparjono
"Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) adalah salah satu pengelasan yang memiliki kelebihan dari berbagai macam proses pengelasan yang membutuhkan kepresisian dan mutu yang baik. Pengelasan TIG banyak digunakan untuk pengelasan pelat tipis karena pembentukan busur yang kecil dan area yang dipanasi menjadi minimal sehingga mengurangi masalah penggunaan energi listrik dan distorsi pada pelat. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan meletakkan solenoid magnetik di sekeliling obor las TIG. Pemanfaatan medan elektromagnetik ini dilakukan pada keadaan statis dan dinamis. Fenomena yang terbentuk akan diamati dengan menggunakan kamera sehingga diketahui pengaruhnya bagi efiensi pengelasan pada saat pencairan logam las oleh busur pada saat dipengaruhi medan elektromagnetik tersebut. Hasil dari penelitian dapat mempelajari pengaruh dari efek elektromagnetik yang memberikan dampak pada pembentukan busur yang lebih stabil dan mengecil dengan penetrasi las yang baik, menggunakan daya yang lebih rendah sehingga didapatkan efisiensi pemakaian energi listrik dan membatasi pemanasan yang lebih tinggi.

Tungsten Inert Gas (TIG) welding is one of adventageous welding process to produce precision and good quality. It is usually used to weld thin materials because of the small arc and the heating area is minimal, so that can reduce the problem of energy consumption and distortion of the plate. In this research, the experiment was conducted by using selenoid magnetic that was placed around the torch of TIG welding. The use of the electromagnetic field of selenoids was performed in the static and dynamic condition. The arc fenomena will be observed by using the camera The effect of the arc welding efficiency can be determined when the melting of the metal by the arc is influenced by the electromagnetic field. The objective of this research is to learn the effect of electromagnetics to produce arc with more stable, smaller, good penetration, and the use of lower power so that the electric consumption more efficiency and limits the heating."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29725
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>