Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195434 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Endah Lestari
"Biomasa mempunyai potensi besar sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang, membuat, dan menguji pelet biomassa sehingga menghasilkan bahan bakar dengan performa pembakaran yang optimal didampingi dengan emisi gas berbahaya yang rendah. Biomas dibuat menjadi pelet dengan bentuk silindris. Parameter yang divariasikan pada penelitian ini adalah bahan baku biomasa yaitu sekam, jerami, kayu kamper, dan kayu karet, ukuran yaitu diameter pelet dari 10-20 mm, kandungan air pada pelet biomasa yaitu 4%-20%, dan laju alir oksigen ke dalam furnace.
Hasil penelitian menunjukkan performa pembakaran yang tinggi terjadi pada pelet dengan kadar air rendah dan diameter kecil serta diberi masukan oksigen. Nilai kalor paling tinggi dimiliki oleh pelet kayu kamper yaitu 4556 kal/g sedangkan temperatur pembakaran paling tinggi dimiliki oleh jerami dengan d = 1 cm dan mc = 4%. Densitas bulk pelet terbesar adalah pelet jerami d = 1 cm dan mc = 4%. Emisi CO2 terbesar memperbesar massa CO2 dan menaikkan temperatur pembakaran hingga 1060°C.

Biomass is a potential alternative energy replacing oil and gas. The experiment goals are designing, making, and testing pellets in order to create fuels with good combustion performance and low emission. Pellets were shaped cylindrical. The variations are pellets raw materials (husk, straw, rubber wood, kamper wood), pellets size (10 ' 20 mm in diameter), moisture content (4-20%) and oxygen purging.
Result of the experiment is that good combustion performance happen to pellets with low moisture content and small size with oxygen supply. The highest heating value is from straw pellets with d = 1 cm and mc = 4%. The same pellets also have highest densitas bulk. Highest CO2 emission happen to rubber wood pellets with d = 2 cm and mc = 11%. Purging of oxygen into furnace increases CO2 emission and also temperatur combustion until 1060°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51796
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Resiana Winata
"Kompor biomassa konvensional yang ada saat ini masih memiliki permasalahan dengan emisi gas CO yang tinggi dibandingkan kompor LPG. Pada penelitian ini, dirancang suatu kompor gas-biomassa menggunakan prinsip Top- Lit Up Draft Gasifier yang diharapkan menghasilkan emisi gas CO yang rendah dengan membakar gas pirolisis dari pelet biomassa. Kompor memiliki diameter dalam sebesar 15 cm, diameter luar 20 cm, tinggi reaktor gasifikasi 51 cm, dan tinggi keseluruhan 95 cm. Kompor menggunakan pelet biomassa dari limbah bagas yang mengandung volatile matter tinggi. Dengan memvariasikan rasio antara laju alir udara sekunder dan udara primer, didapatkan emisi gas CO ratarata terendah, 16,4 ppm (dengan emisi gas CO maksimum yang diperbolehkan adalah 25 ppm), yang terjadi pada rasio 11:1. Perbandingan antara nilai rasio tersebut menunjukkan suhu api maksimum tertinggi yang dicapai adalah 544,44°C pada rasio 6:1. Menggunakan Water Boiling Test, efisiensi termal tertinggi yang dicapai adalah 55%, dimana waktu tersingkat untuk mendidihkan 1 L air adalah 6 menit. Api kompor berwarna kuning menunjukkan pembentukan jelaga.

Nowadays conventional biomass stoves still have a problem of having high CO gas emission compared to LPG stoves. In this research, a biomass-gas stove has been designed using Top-Lit Up Draft Gasifier principle, which had been expected to have low CO gas emission by burning pyrolysis gas from biopellets. The stove has 15 cm inner diameter, 20 cm outer diameter, 51 cm gasification reactor height, and 95 cm overall height. The stove uses biopellet made of bagasse waste, which have high volatile matters content. By varying the ratio of secondary air flow to primary air flow, it was found that the lowest CO gas emission, 16,4 ppm (with maximum CO gas emission allowable is 25 ppm), occurred at the ratio of 11:1. Comparison of different values of the ratio shows that the highest maximum flame temperature achieved was 544,44oC occurring at the ratio of 6:1. Using Water Boiling Test, the highest thermal efficiency achieved was 55%, which corresponds to the shortest time to boil 1 L of water (6 minutes). The stove has yellow flame that indicates the formation of soot."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Febry Rizqiardihatno
"Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan. Biomassa dapat dijadikan bahan bakar yang antara lain: kayu, arang, kotoran hewan, dan limbah pertanian. Untuk kebutuhan domestik di Indonesia, pemakaiannya lebih sebagai bahan bakar kompor masak dengan kayu yang dibakar langsung. Permasalahan yang sering timbul yaitu efisiensi termal yang rendah sehingga menghabiskan banyak bahan bakar yang dapat memperparah deforestasi, tingginya tingkat emisi CO, hidrokarbon, dan partikulat yang dapat menyebabkan polusi udara.
Penelitian ini dilaksanakan untuk merancang, membuat, dan menguji suatu kompor biomassa berbasis bahan bakar serbuk kayu yang dipeletasi, dengan menitikberatkan pada pengambilan kembali panas yang terbuang pada cerobong asap agar menghasilkan efisiensi termal yang cukup tinggi dan emisi zat berbahaya yang rendah. Dengan tahap penelitian yang diawali perancangan, meliputi perhitungan dan desain dimensi kompor. Tahap fabrikasi, membuat kompor dengan bahan, komponen, dan ukuran sesuai rancangan.
Tahap pengujian, memvariasikan kondisi start-up, jarak garangan dan laju masuk udara untuk menguji efisiensi termal menggunakan metode Water Boiling Test, lalu melakukan uji emisi CO dengan parameter zat polutan menggunakan alat CO Detector 7701. Hasil yang didapatkan dari desain adalah kompor berdiameter dalam 300 mm dan luar 400 mm serta tinggi keseluruhan kompor 700 mm. Untuk sistem perpipaan menggunakan pipa 1.5 inci dan pipa 3 inci. Untuk kinerja kompor, efisiensi termal kompor antara 33-38 % dan emisi CO sebanyak 19-51 ppm yang lebih baik dibandingkan kompor biomassa yang sudah ada.

Biomass is one of Renewable Energy resources. Kinds of biomass which can be used as a fuel are: wood, char, dung and agricultural waste. For Indonesian domestic needs, biomass usually used as a cook stove fuel by burning the wood directly but, the thermal efficiency for direct use process is low and emission of carbon monoxide, hydrocarbon, and particulate matters is high. This research's goal are designing, fabricating and testing a pellet biomass cookstove which focus on extracting flue gas heat from exhaust chimney for giving high thermal efficiency and depositioning dangerous emission.
Step of this research start from designing step, covering calculation and designing stove dimension. Fabrication step is making the stove with material, component and dimension appropriate with the design. Testing step is varying start up condition, distance of grate, and air flow velocity to observe the influence of those parameters to thermal efficiency and CO emission.
Thermal efficiency testing was done using Water Boiling Test method and CO Detector 7701 device for CO emission testing. The results of designing step are ID = 300 mm, OD = 400 mm and total height = 700 mm. For piping system, using 1.5 inch (37.5 mm) pipe as an air inlet pipe and 3 inch (75 mm) pipe as an outlet flue gas pipe. Thermal efficiency of this cookstove is approximately 33-38% with 19-51 ppm CO emission, which better than existing biomass cookstove."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52184
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Hafitara
"Pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk di Indonesia akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan terhadap energi terus mengalami peningkatan. Pemilihan jenis bahan bakar dan teknologi yang digunukan akan berdampak pada pertambahannya emisi gas CO2 yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi menuju atmosfir dan dalam jumlah tertentu hal tersebut akan berdampak terhadap pemanasan global. Pemanfaatan energi terbarukan seperti biomass langkah pemerintah dalam konservasi bahan bakar dan mengurangi jumlah pemakaian energi fosil agar berkurangnya efek dari rumah kaca. Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan dan dapat mengurangi emisi gas CO2. Biomassa harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi. Pada proses pengolahan biomassa, pengeringan merupakan salah satu tahap yang sangat penting untuk menghasilkan kualitas bahan bakar biomassa yang baik. Penelitian ini akan menyelidiki mesin pengering rotari dengan bahan bakar pelet biomassa untuk mengeringkan limbah organik. Variabel yang dilakukan dalam pengujian alat pengering rotari ini menggunakan ukuran pelet kayu diameter 8mm dengan laju konsumsi 123 gram/menit, putaran drum pengering 1; 1.25; dan 1.5 rpm beserta laju aliran udara pengering 33435.8; 57346.1, dan 75139.8 lpm.

Economic growth and population in Indonesia will cause the fulfillment of energy needs to continue to increase. The choice of fuel and technology used will have an impact on the increase in CO2 emissions resulting from the burning of energy sources into the atmosphere and in certain amounts it will have an impact on global warming. Utilization of renewable energy such as biomass is a step of the government in conserving fuels and reducing the amount of fossil energy use so that the greenhouse effect is reduced. Biomass energy sources have several advantages including being a renewable energy source so that it can provide a sustainable energy source and can reduce CO2 gas emissions. Biomass must undergo processing before it can be used as an energy source. In the process of biomass processing, drying is one of the most important steps to produce good quality biomass fuel. This research will investigate a rotary drying machine with biomass pellet fuel to dry organic waste. The variables carried out in this rotary dryer test using a diameter of 8mm wooden pellets with a consumption rate of 123 grams / minute, a drum rotation speed of 1; 1.25; and 1.5 rpm along with a drying air flow rate of 33435.8; 57346.1; and 75139.8 lpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal
"ABSTRAK
Permasalahan konsumsi energi adalah satu masalah yang menjadi perhatian serius pemerintahan Indonesia. Pemerintah Indonesia serius memperhatikan tingkat konsumsi energi terutama konsumsi bahan bakar minyak (bbm), dikarenakan cadangan minyak yang diangkat dari seluruh kilang minyak di Indonesia (lifting bbm) masih kurang dibandingkan tingkat konsumsi yang dilakukan oleh rakyat. Pemerintah dalam hal ini berusaha mengembangkan alternative energi yang ada. Penelitian ini mencoba merekayasa bbm solar dengan menambah dengan zat luar. Zat luar yang dipakai adalah Virgin Coconut Oil (VCO) dan minyak goreng bekas (minyak jelantah). Tujuannya untuk melihat bagaimana hasil nilai kalor (heat value) dari bbm solar (High Speed Diesel) yang telah direkayasa dengan menambah dengan zat luar (Menambah secara bergantian dan terpisah antara VCO dan Minyak Jelantah). Penelitian dilakukan dengan menguji nilai panas (HV) dari bahan bakar solar, bahan bakar campuran solar dan minyak jelantah, serta bahan bakar campuran solar dan VCO. Besar campuran pada penelitian ini dibuat 1:2 atau dengan kandungan campuran zat luar sebesar 33,3 % didalam bahan bakar campuran solar dan zat luar. Hasil pengujian dan pengamatan pada penelitian ini sebagai berikut. Nilai kalor (HV) bahan bakar solar 79726 J/g, bahan bakar campuran solar dan minyak jelantah 73034 J/g, serta bahan bakar campuran solar dan VCO 61103 J/g. Penyimpangan (eror) nilai kalor bahan bakar campuran solar dan minyak jelantah terhadap nilai kalor bahan bakar solar sebesar 8,4 %, sedangkan penyimpangan (eror) nilai kalor bahan bakar campuran solar dan VCO terhadap nilai kalor bahan bakar solar sebesar 23,4 %. Analisa secara teoritis di lihat dari grafik menunjukkan bahwa bahan bakar campuran solar dan minyak jelantah cenderung proses pembakarannya lebih baik dibandingkan bahan bakar campuran solar dan VCO."
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nasruddin
"ABSTRAK

Asap cair (pyrolysis  oil) merupakan produk yang dihasilkan dari proses pirolisis dari bahan baku biomassa dapat digunakan sebagai bahan bakar, bahan pengawet dan bahan kimia dasar. Produk cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dipengaruhi oleh banyak parameter operasi dan jenis bahan baku. Proses optimum dari bahan baku lokal Indonesia dan sesuai dengan kondisi masyarakat menjadi dasar utama dalam penelitian ini. Parameter operasional  seperti temperatur optimum reaksi, laju pemanasan, temperatur uap pada zona reaksi, penyerapan kalor uap pada liquid collection system (LCS) dan jenis bahan baku menjadi kajian utama pada penelitian ini karena parameter-parameter ini menjadi penentu efisiensi proses dan produk pirolisis. Identifikasi jenis biomassa sesuai dengan karakteristiknya diperlukan pada penerapan proses yang sesuai untuk mendapatkan cairan yang maksimum.  Tujuan  penelitian untuk mendapatkan proses yang optimum dan fenomena transfer kalor pada proses pirolisis dengan menggunakan non-sweep gas fixed-bed reactor dengan bahan baku lokal Indonesia. Karakterisasi biomassa berdasarkan sifat difusivitas termalnya. Variasi temperatur reaksi dilakukan untuk mendapatkan temperatur optimum dan laju pemanasan bahan baku. Variasi temperatur pada zona reaksi untuk mendapatkan temperatur uap yang tepat berdasarkan jenis bahan baku. Beberapa jenis LCS digunakan, termasuk LCS yang menggunakan pipa kalor. Penggunaan LCS yang tepat meningkatkan efisiensi sistem secara keseluruhan.  Prediksi jumlah cairan dilakukan berdasarkan difusivitas termal bahan baku dengan menggunakan metode matrik, komposisi cairan yang dihasilkan diuji menggunakan GC/MS.  Temperatur optimum reaksi biomassa adalah 500 °C dan terjadi proses eksotermik pada bahan baku di dalam reaktor karena terjadinya self-ignition. Temperatur yang lebih tinggi cenderung menghasilkan produk gas sedangkan temperatur  yang lebih rendah menghasilkan lebih banyak zat arang.  Laju pemanasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk cair.  Temperatur uap pada zona reaksi mempengaruhi proses pirolisis dengan menggunakan Fixed-bed reactor non-sweeping gas. Temperatur optimum pada zona reaksi antara 150 °C sampai dengan 250 °C tergantung dari jenis bahan baku. Temperatur uap yang terlalu tinggi akan menghasilkan lebih banyak gas dan cairan dengan titik didih yang lebih tinggi, cairan ini mempunyai nilai bakar yang relatif lebih tinggi juga. Difusivitas termal  bahan baku yang lebih tinggi akan mengakibatkan penurunan laju pemanasan. Bahan baku dengan kondisi laju pemanasan yang rendah cenderung menghasilkan produk cair yang lebih tinggi. Bahan baku dengan tingkat gradien TGA rendah akan menghasilkan cairan yang lebih sedikit. Pipa kalor sebagai kondenser pada liquid collection system mampu menurunkan temperatur uap hingga mendekati temperatur ruangan dengan jumlah produk cair maksimum 42,5 wt% dengan bahan baku kayu merbau. Jumlah produk cair pada proses pirolisis dapat diprediksi dengan menggunakan variabel difusivitas termal bahan baku, laju pemanasan dan temperatur uap pada zona reaksi.  


ABSTRACT


Liquid smokes is a product originated from the pyrolysis process using biomass as a raw material. This product can be applied as fuel oil, preservation as the chemical base material. The liquid product from the pyrolysis process influenced by many operation parameters and feedstock materials. The optimum operation parameter and easy to apply as a base consider obtaining the maximum liquid yield.   The operational parameter such as optimum reaction temperature, heating rate, vapor temperature in the reaction zone, heat absorption in the liquid collection system and the variety of raw material as the main concern in this research. Raw material identified by its thermal characterization. This research aims to obtain optimum process and heat transfer phenomena by using a non-sweep gas fixed bed reactor with local Indonesian biomass in pyrolysis. The thermal characterization base on thermal diffusivity of raw material. The variation of the reaction temperature in the reactor and vapor temperature at the reaction zone was conducted to obtain an optimum temperature base on the type of feedstock and liquid collection system.  The use of proper LCS affects the amount of liquid yield.   The liquid yield prediction base on thermal diffusivity of biomass. The composition of liquid was analyzed using GC/MS. The optimum reaction temperature for biomass was 500 °C. The higher temperature tends to produce more gases, and the lower temperature will produce more char. The heating rate does not affect the liquid yield significantly, and vapor temperature at the reaction zone affect the liquid yield in pyrolysis using a non-sweeping gas Fixed-bed reactor. The optimum temperature at reaction zone between 150 °C - 250°C depends on the raw material. The higher vapor temperature at the reaction zone produce more gases and the liquid with the higher boiling point and has higher heating value. The higher thermal diffusivity of raw material decreases the heating rate.  The lower heating rate of raw material tends to increase liquid yield. The lowest TGA gradient tends to produce less liquid. Heat pipe was applied as a liquid collection system and able to condense pyrolysis vapor up to 42.5 wt%. The liquid yield can be predicted using thermal diffusivity of raw material, heating rate, and vapor temperature at the reaction zone.

 

"
2019
D2709
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The use of aj alcohol as a motor fuel received during the oil crises of the oil crises of the 1970 an due to its s availebul...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Inayati
"Mekanisme pembakaran pada kompor biomassa yang menyertakan pembakaran fasa padat dengan 1 blower pemasok udara masih menghasilkan CO di atas ambang batasnya, 25 ppm. Peneliti merancang kompor gas-biomassa dengan mekanisme pembakaran fasa gas saja menggunakan 2 blower pemasok udara primer dan sekunder, mengakomodasi preheating udara sekunder dan efek turbulensi. Penelitian bertujuan mendapatkan rancangan kompor biomassa dengan rasio udara terbaik sehingga dihasilkan emisi CO rendah dan warna api biru. Penelitian diawali dengan perancangan kompor lalu membakar gas pirolisis yang dihasilkan dari devolatilisasi biomassa. Kondisi terbaik kompor berdiameter dalam ruang pembakaran 15 cm dengan tinggi ruang pembakaran 58 cm adalah pada rasio aliran udara sekunder terhadap udara primer 6,29 dengan emisi CO rata-rata 14 ppm dan efisiensi termal 52,8 %.

Existing biomass stoves using combustion in solid phase with 1 blower as an air supplier produce CO well above the minimum allowable CO emission (25 ppm). In this research, combustion mechanism occurs only in gas phase, the stove uses 2 blower as primary and secondary air supplier, accommodates preheating secondary air and turbulency effect. The objective of this research was to get biomass-gas stove design with the best air ratio that produces low CO emission and blue flame. First step of this research is to design he stove and then to burn pyrolysis gas produced of biomass devolatilization. The best condition of the biomass gas stove, which has dimension 15 cm inner diameter for combustion chamber and 58 cm height of combustion chamber is that the flow ratio of secondary air to primary air is 6,29 which has average CO emission at 14 ppm and thermal efficiency at 52,8%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42561
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanani Fisafarani
"Biomassa merupakan energi alternatif yang dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi krisis energi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik sumber daya biomassa dan potensi bio-pelet yang terdapat di Indonesia, untuk mengetahui bahan baku yang dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai bio-pelet. Sumber daya biomassa yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia antara lain jerami, sekam, kayu kamper, kayu karet, serabut kelapa, tandan kosong kelapa sawit, dan bagas. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik tiap biomassa adalah analisis proksimat, ultimat, dan kandungan biopolimer. Tiap bahan baku biomassa dibentuk menjadi pelet silindris dengan diameter 0,8 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi sebesar 1238,71 juta GJ/tahun terhadap produksi bio-pelet dari limbah biomassa. Nilai kalor yang paling tinggi adalah serabut kelapa dengan nilai 4161 kal/g, sedangkan temperatur pembakaran tertinggi dimiliki oleh jerami dengan nilai 712 °C.

Biomass is an alternative energy that could become one of solution to overcome energy deficit in Indonesia. The goal of this research is to identify biomass resources characteristics and bio-pellet potency, so the best feedstock can be used optimally to made bio-pellet fuel. Biomass recources that have high potentials to be developed in Indonesia are rice straw, rice husk, kamper wood, rubber wood, coconut fiber, empty fruit bunches of palm oil, and bagasse. Type of analysis that have been done to acknowledge the characteristics of each biomass are ultimate, proximate and biopolymer analysis. Each biomass will be constructed as a cylindrical biomass pellet with d = 0,8 cm. The result of this research shows that Indonesia has 1238,71 million GJ/year potency for bio-pellet production from waste biomass. Coconut fiber have the highest heating value (4161 cal/g) and rice straw have the highest combustion's temperature (712 °C)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51688
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>