Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123147 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rakhmad Priasmoro
"Reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam laurat dilakukan dengan katalis lipase terimmobilisasi di perforated rotating disc bioreactor untuk menghasilkan agen pengemulsi berupa dilaurin. Hasil analisis dengan tegangan permukaan menunjukkan bahwa putaran piringan optimum didapat pada 400 rpm yang mampu menurunkan tegangan permukaan air hingga 30,75 mN/m. Sedangkan laju alir optimum didapatkan pada laju alir 10 ml/min dengan nilai 30,75 mN/m. Kadar dilaurin pada sampel dengan laju alir 10 ml/min dianalisis dengan GC/MS didapatkan konsentrasi sebesar 32,28 %.

Esterification between glycerol and lauric acid performed by an immobilized lipase in perforated rotating disc bioreactor to produce emulsifier which is dilaurin. The analysis with surface tension test shows that optimum agitation rate of 400 rpm can decrease the surface tension of water until 30,75 mN/m and optimum recirculation rate at 10 ml/min can decrease the surface tension of water until 30,75 mN/m. Concentration of dilaurin at recirculation rate 10 ml/min analyzed with GC/MS. The result show that dilaurin concentration 32,28 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52233
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Wibowo
"Reaksi esterifikasi antara gliserol dan asam laurat dilakukan untuk menghasilkan agen pengemulsi berupa dilaurin menggunakan lipase Mucor meihei yang diimmobilisasi pada support hidrofobik dengan pelarut n-heksana. Hasil analisis menggunakan GC/MS menunjukkan bahwa waktu optimum reaksi adalah 25 jam dengan konsentrasi digliserida sebesar 33,23% dan perbandingan mol gliserol dan asam laurat adalah 3:3. Hasil uji tegangan permukaan memperlihatkan bahwa digliserida yang dihasilkan mampu menurunkan tegangan permukaan air hingga 31,9 mN/m. Berdasarkan uji kestabilan emulsi, produk digliserida tersebut dapat mengemulsikan campuran minyak dan air selama 292 detik.

Esterification between glycerols and lauric acid to produce emulsifier which is dilaurin performed by an immobilization Mucor meihei lipase on hydrophobic support with n-hexane as organic solvent. Based from the result of the research, optimum time reaction was 25 hours with diglyceride concentration 33,23%. The biggest digyceride concentration 50% was got in mol ratio 3:3. Surface tension test proves that dilaurin can decrease the surface tension of water until 31,9 mN/m. Based on the emulsion stability test, dilaurin is able emulsifies oil and water in 292 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52228
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Arbianti
"ABSTRAK
Laju produksi CPO di pasar dunia dalam dua dekade ini terus . mengalami peningkatan. Fenomena ini diproyeksikan akan terus terjadi hingga tahun 2020. Salah satu produk diversifikasi CPO yang bernilai ekonomi tinggi adalah lisofosfatidilkolin (LPC) yang sering disebut juga sebagai lesitin. Lesitin merupakan suatu emulsifier yang sangat dibutuhkan dalam industri makanan, farmasi, maupun kosmetika.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan senyawa fosfolipid/lesitin yang berfungsi sebagai emulsifier pada industri makanan. Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat dibuktikan bahwa fosfolipid dapat disintesis dari CPO dengan katalis enzim Mucor miehei lipase. Reaksi dilakukan dalam reaktor tumpak. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan efisiensi konversi yang lebih baik dari sintesis fosfolipid/lesitin dalam reaktor tumpak dengan biokatalis enzim Mucor miehei lipase yang diimobilisasi dalam kitin, yang kemudian diaplikasikan dalam PRD bioreaktor yang dioperasikan secara kontinyu. Enzim lipase diimobilisasi dengan tujuan supaya struktur enzim lebih stabil, sehingga enzim dapat bekerja lebih baik. Dengan adanya imobilisasi enzim ini diharapkan dapat mengatasi masalah sulitnya enzim diperoleh kembali ketika digunakan dalam skala industri.
Penelitian yang dilakukan ini menjadi sangat penting, mengingat di masa depan emulsifier makin menunjukkan keajaibannya, serta adanya penelitian di bidang makanan dan minuman berbasis emulsi yang perkembangannya semakin pesat. Perkembangan ilmu dan teknologi pangan yang pesat tersebut telah mampu menghadirkan produk olahan pangan bermutu, guna memenuhi permintaan konsumen yang semakin beragam. Hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya jenis produk makanan berbasis emulsi yang beredar baik di pasar-pasar tradisional maupun di super/hypermarket.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Handayani
"Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan komoditas pertanian yang sangat potensial sebagai penghasil minyak nabati yang dibutuhkan dalam industri kosmetik, farmasi, makanan, dan lain-lain. Saat ini kebutuhan wijen terus meningkat, hal ini dibuktikan dengan peluang wijen dalam mendominasi pasar dengan berbagai potensi yang dimilikinya. Salah satu produk diversifikasi wijen yang bernilai ekonomis adalah Phosphatidylcholine (PC) yang sering disebut lesitin atau crude lecithine. Bahan baku agen pengemulsi yang berasal dari bahan baku nabati memiliki keunggulan tersendiri bila dibandingkan dengan agen pengemulsi yang bahan bakunya berasal dari bahan baku petrokimia.
Reaksi yang terjadi dalam riset ini adalah reaksi esterifikasi-enzimatis antara gliserol dan asam laurat dengan katalis lipase dari biji wijen (Sesamum indicum L.) yang menghasilkan dilaurin. Setelah melalui reaksi esterifikasienzimatis ini, dilaurin kemudian disintesis lebih lanjut sehingga menghasilkan lesitin. Dalam reaksi sintesis lesitin, reaksi esterifikasi-enzimatis memegang peranan yang sangat penting. Pada reaksi ini dilakukan variasi perbandingan jumlah mol gliserol dan asam laurat (1:3, 2:3, 3:3, 4:3, dan 5:3), waktu reaksi esterifikasi-enzimatis (12, 15, 18, 21, dan 24 jam), dan persentase berat penambahan wijen terhadap substrat (50%, 60%, 70%, 80%, dan 90%). Dilaurin dihasilkan melalui reaksi esterifikasi-enzimatis yang digunakan sebagai bahan baku lesitin.
Kondisi operasi optimum pada reaksi esterifikasi-enzimatis ini jelas akan mempengaruhi dilaurin yang dihasilkan, dimana dilaurin itu sendiri merupakan komponen yang penting dalam agen pengemulsi lesitin. Dari hasil penelitian reaksi esterifikasi-enzimatis diperoleh kondisi operasi optimum yaitu pada perbandingan jumlah mol gliserol dan asam laurat 3:3, waktu reaksi esterifikasi-enzimatis 18 jam, dan persentase berat penambahan wijen terhadap substrat sebesar 90% dengan nilai penurunan tegangan permukaan air setelah ditambahkan agen pengemulsi sebesar 21,6 mN/m dan stabilitas emulsi minyak-air setelah ditambahkan agen pengemulsi sebesar 150,6 detik.

Sesame seed (Sesamum indicum L.) is an agricultural commodity which has potential as vegetable oil product that needed with cosmetic, farmacy, food industries, etc. In this time the sesame seed demand increased continually, this thing is proven that the opportunity of sesame seed for dominating market with many potential haven it. One of the sesame seed diversification which has economic value is Phosphatidylcholine (PC) which called by lecithine or crude lecithine. If we compared, emulsifier raw material from vegetable oil is better than petrochemical raw material.
The reaction which has occurred in this research is enzymatic esterification reaction between glycerol and lauric acid with lipase catalyzed from sesame seed (Sesamum indicum L) that produces dilaurin. Through this enzymatic esterification, and then dilaurin produce synthesized that produces lesitin. In synthesis reaction variation comparing glycerol mole and lauric acid (1:3, 2:3, 3:3, 4:3, and 5:3), enzymatic esterification reaction time (12, 15, 18, 21, and 24 hour), and the percentage added sesame seed weight to substrate (50%, 60%, 70%, 80%, and 90%). Dilaurin has produced through enzymatic esterification reaction that used a lesitin raw material.
The optimum operation condition at enzymatic esterfication was influenced. Its dilaurin is important component in lecithine emulsifier. The enzymatic esterification reaction gets optimum operation condition in comparing glycerol mole and lauric acid is 3:3, the time enzymatic esterification reaction is 18 hour, and the percentage added sesame seed weight to substrate is 90% with value the increasing water surface tension after that emulsifier added is 21,6 mN/m and the oil-water emulsion stability that has added with emulsifier is 150,6 seconds.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49647
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfaria Rizki
"Laju produksi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil / CPO) di pasar dunia dalam dua dekade ini terus mengalami peningkatan. Fenomena ini diproyeksikan akan terus terjadi hingga tahun 2020. Salah satu produk diversifikasi CPO yang bernilai ekonomi tinggi adalah fosfatidilkolin yang sering disebut juga sebagai lesitin. Lesitin merupakan suatu agen pengemulsi yang sangat dibutuhkan dalam industri makanan, farmasi, maupun kosmetika. Untuk dapat bersifat sebagai agen pengemulsi, trigliserida yang terdapat pada CPO diubah menjadi monogliserida dan digliserida. Dalam pembuatan lesitin, diperlukan digliserida yang memiliki rantai asam laurat, yang disebut dengan dilaurin atau glyceryl dilaurate melalui reaksi esterifikasi-enzimatis. Reaksi ini berlangsung antara gliserol dengan asam laurat dan katalis enzim lipase.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menentukan kondisi operasi optimum dalam reaksi esterifikasi-enzimatis gliserol dan asam laurat dengan katalis lipase. Reaksi dilakukan pada reaktor batch dengan magnetic stirrer pada tekanan atmosferik dan pada temperatur 58_C. Pada reaksi divariasikan waktu reaksi (4 ; 6 ; 9 ; 12 ; 15 ; 24 jam ), perbandingan mol gliserol dengan asam laurat ( 1:3 ; 2:3 ; 3:3 ; 4:3 ; 5:3 ), dan jumlah katalis terhadap substrat ( 0,2% ; 0,4% ; 0,6% ; 0,8% ; 1% ). Produk dianalisis menggunakan GC/MS serta dilakukan uji tegangan permukaan dan uji kestabilan emulsi. Setelah melalui reaksi esterifikasi-enzimatis ini, dilaurin kemudian disintesis lebih lanjut untuk menghasilkan lesitin. Pengetahuan mengenai kondisi operasi optimum pada reaksi esterifikasi-enzimatis jelas akan mempengaruhi dilaurin yang dihasilkan, dimana dilaurin itu sendiri merupakan komponen yang penting dalam pembuatan agen pengemulsi lesitin.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan waktu reaksi optimum ialah selama 15 jam, perbandingan mol antara gliserol dengan asam laurat optimum ialah 4:3, dan jumlah katalis optimum ialah 1% terhadap berat substrat. Dari analisis menggunakan GC/MS, dapat dibuktikan kandungan produk dilaurin didalam sampel hasil penelitian. Dari uji tegangan permukaan, produk dilaurin tersebut terbukti dapat menurunkan tegangan permukaan air hingga 47 mN/m. Dan berdasarkan uji kestabilan emulsi, produk dilaurin tersebut dapat mengemulsikan campuran minyak dan air selama waktu tertentu.

The flow production of crude palm oil in the world's market in this two decades is increasing. This phenomenon was project still happen until 2002. One of the diversification product of CPO that have economic value is phosphatidilcholine or as people knew as lecithine. Lecithine is an emulsifier that use in food industry, pharmation, or cosmetics. To be an emulsifier, triglyceride that contain in CPO has to changed as a monoglyceride and diglyceride. In lecithine synthesis, diglyceride that have lauric acid chain (called dilaurin or glyceryl dilaurate) is needed through esterificationenzymatic reaction. This reaction is between glycerol and lauric acid with lipase enzyme as a catalist.
The purpose of this research is to determine optimum operation condition in esterification-enzymatic reaction between glycerol and lauric acid with lipase catalist. This reaction is work in batch reactor using reflux and magnetic stirrer in atmospheric pressure and temperature of 58_C. The reaction was variated in time (4 ; 6 ; 9 ; 12 ; 15 ; 24 hours), mol ratio of glycerol and lauric acid ( 1:3 ; 2:3 ; 3:3 ; 4:3 ; 5:3 ), and the amounts lipase catalist of substrate ( 0,2% ; 0,4% ; 0,6% ; 0,8% ; 1% ). GC/MS, surface tension, emulsion stability was used to analize the product. After esterification-enzymatic reaction, dilaurin is used in lecithine synthesis. The knowledge about optimum operation conditions in esterification-enzymatic reaction will impact the dilaurin that produced absolutely, which dilaurin itself is an important component in lecithine emulsifier synthesis.
Based from the result of the research, optimum time reaction is 15 hours, optimum mol ratio of glycerol and lauric acid is 4:3, and optimum amounts lipase catalist of substrate is 1% (mass). GC/MS proves dilaurin product is contained in sample that produce from the reaction. Surface tension test proves that dilaurin can decrease the surface tension of water until 47 mN/m. And based from emulsion stability test, dilaurin can emulsion oil and water in time given.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eliani
"Sintesis senyawa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit maupun palmitat dapat dilakukan secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa dalam pelarut n-heksana. Reaksi esterifikasi dilakukan dengan menggunakan variasi perbandingan mmol antara asam lemak dengan gliserol 1:1; 1:2; 1:3; dan 1:4 mmol agar produk yang terbentuk mono-digliserida. Hasil FTIR ester gliserol asam lemak menunjukkan adanya puncak serapan gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1741 cm-1 pada ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit dan 1736 cm-1 ester gliserol palmitat. Ester yang dihasilkan diuji kemampuannya sebagai emulsifier menggunakan campuran minyak dan air.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit maupun palmitat dapat berperan sebagai emulsifier tipe minyak dalam air. Emulsi yang terbentuk stabil hingga 24 jam. Pada ester yang terbentuk juga dilakukan uji antimikroba menggunakan bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis maupun ester gliserol palmitat tidak memiliki aktivitas antibakteri tehadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

Synthesis of glycerol ester hydrolized palm oil fatty acid and palmitic acid was conducted enzymatically using Candida rugosa in n hexane solvent. Esterification reaction using mmol ratio between fatty acids and glycerol were varied on 1 1 1 2 1 3 and 1 4 in order for the product to be formed mono diglyceride. glycerol ester hydrolized palm oil fatty acid and palmitic acid were characterized using FT IR. The results of FT IR analysis showed absorp tion peak that were related to the stretching of C O ester group at 1741 cm 1 for glycerol ester hydrolized palm oil fatty acid and at 1736 cm 1 for glycerol ester of palmitic acid. Esters were tested for their ability as emulsifiers using a mixture of oil and water.
The test results show that glycerol ester hydrolyzed palm oil and glycerol ester of palmitic acid can act as emulsifier type oil in water. The emulsion is stable for up to 24 hours. In the esters also performed an antimicrobial test using bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. The results showed that glycerol ester hydrolyzed palm oil and glycerol ester of palmitic acid showed no antibacterial activity against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriwahyuni Madya Sakti
"Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam laurat secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa bebas dalam pelarut n-heksana. Optimasi reaksi dilakukan dengan menggunakan variasi perbandingan mol antara sukrosa dengan asam lemak 1:0,2; 1:0,4; 1:0,6; dan 1:0,8 mol. Ester sukrosa asam lemak yang dihasilkan dikharakterisasi menggunakan FT-IR. Hasil analisis FT-IR menunjukkan adanya puncak serapan gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1739 cm-1 pada ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dan 1733 cm-1 ester sukrosa asam laurat. Pada penelitian ini, dilakukan uji antimikroba terhadap ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam laurat dengan menggunakan metode kertas cakram untuk melihat apakah ester sukrosa yang disintesis dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Mikroba uji yang digunakan adalah Erchericia coli dan Staphiloccocus aureus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis maupun ester sukrosa laurat menunjukkan aktivitas antimikroba tehadap Staphylococcus aureus. Sedangkan pengujian terhadap bakteri Eschericia coli tidak menunjukan adanya aktivitas penghambatan. Pada kedua ester sukrosa yang diuji untuk semua variasi perbandingan mol memiliki daya hambat dan memiliki potensi sebagai antimikroba. Didapatkan kondisi optimum dari pengujian uji antimikroba pada kedua ester untuk variasi mol 1:0,2 dengan hasil 12 mm untuk ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dan 13 mm untuk ester sukrosa asam laurat.

In this research, synthesis of sucrose ester hydrolized coconut oil fatty acid and lauric acid was conducted enzymatically using Candida rugosa free lipase in n hexane solvent. The mol ratio between sucrose and fatty acids were varied for optimization on 1 0.2 1 0.4 1 0.6 and 1 0.8 moles. Sucrose esters of fatty acids were characterized using FT IR. The results of FT IR analysis showed absorption peak that were related to the stretching of C O ester group at 1739 cm 1 for sucrose ester hydrolized coconut oil fatty acid and at 1733 cm 1 for sucrose ester of lauric acid. Furthermore, the antimicrobial activity of sucrose ester hydrolized coconut oil fatty acid and lauric acid were tested using paper disc method to see whether synthesized sucrose esters could inhibit the growth of microbes. Microbes used are Erchericia coli and Staphiloccocus aureus.
The results showed that sucrose esters of fatty acid and ester hydrolysis of sucrose lauric show antimicrobial activity against Staphylococcus aureus, while the test against Escherichia coli showed no inhibitory activity. In both sucrose esters tested for all variations of mole ratios have inhibitory and has potential as an antimicrobial. Optimum conditions of antimicrobial activity test for both esters was obtained for ratio mole ester 1 0.2 with 12 mm results for the sucrose fatty acid ester hydrolysis of coconut oil and 13 mm for the sucrose ester of lauric acid.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66425
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Tanissa Tamara Putri
"Pada penelitian ini dilakukan sintesis enzimatik ester asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam dekanoat dengan gliserol menggunakan pelarut n-heksana dan buffer fosfat 0,05 M pH 8. Dalam reaksi ini digunakan katalis lipase Candida rugosa. Minyak kelapa dihidrolisis menggunakan KOH dalam alkohol dan asam lemak hasil hidrolisis diisolasi dan digunakan untuk reaksi esterifikasi dengan gliserol. Juga dilakukan esterifikasi asam dekanoat dengan gliserol. Perbandingan mmol antara asam lemak dengan gliserol yang digunakan pada reaksi esterifikasi berturut-turut sebesar 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Persen konversi tertinggi yang diperoleh pada perbandingan mol 1:4 yaitu 78,5 untuk ester gliserol dekanoat dan 55,4 untuk ester hidrolisat minyak kelapa.
Karakterisasi produk esterifikasi dengan FTIR menunjukkan bahwa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam dekanoat telah berhasil terbentuk, yang ditandai dengan terdapatnya gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1750-1739 cm-1. Terhadap produk ester yang dihasilkan dilakukan uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi cakram.
Hasil uji aktivitas antimikroba kedua sampel ester dan asam lemaknya menunjukkan adanya aktivitas antimikroba dengan diameter hambatan tertinggi sebesar 17 mm pada variasi perbandingan mol 1:4. Dilakukan pula uji emulsifier dengan mencampurkan minyak dan air dalam variasi volume tertentu. Hasil uji emulsifier menunjukkan kedua ester dapat menyatukan minyak dengan air. Kestabilan emulsi yang terbentuk lebih tinggi untuk penggunaan ester gliserol hidrolisat asam lemak minyak kelapa dibandingkan dengan ester gliserol dekanoat.

In this research, enzymatic synthesis of fatty acid esters obtained by hydrolysis of coconut oil and decanoic acid with glycerol using n hexane solvent and phosphate buffer 0,05 M pH 8. In this reaction was used Candida rugosa lipase catalyst. Coconut oil is hydrolyzed using KOH in alcohols and the fatty acid of the hydrolysis product is isolated and used for the esterification reaction with glycerol. The esterification of decanoic acid with glycerol was also carried out. The mmol ratio between fatty acid and glycerol used in the esterification reaction was 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4, respectively. The highest conversion percentage obtained at the mole ratio of 1 4 was 78.5 for the glycerol ester and 55.4 for the coconut oil hydrolysate ester.
The characterization of esterification product with FTIR indicates that fatty acid glycerol ester from hydrolyze of coconut oil and decanoic acid has been successfully formed, characterized by the presence of C O ester group at wave number 1750 1739 cm 1. Against the resulting ester product, antimicrobial activity was tested on the bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis by disc diffusion method.
The results of the antimicrobial activity test of both ester and fatty acid samples showed the presence of antimicrobial activity with the highest resistance diameter of 17 mm in the variation of 1 4 mole ratio. There is also an emulsifier test by mixing oil and water in certain volume variations. Emulsifier test results show that both esters can unite oil with water. The higher emulsion stability is higher for the use of ester glycerol hydrolysate fatty acid coconut oil compared to the ester of glycerol decanoic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S70130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmira Vania Denada
"Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa ester gliserol oleat serta ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak menggunakan enzim lipase Candida rugosa dalam pelarut n-heksana. Dilakukan pula optimasi reaksi melalui perbandingan mol asam lemak:gliserol, yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Persen konversi tertinggi diperoleh pada perbandingan mol asam lemak:gliserol 1:4 dengan nilai persen konversi 86,26 ester gliserol oleat dan 92,32 untuk ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak. Produk esterifikasi dikarakterisasi menggunakan instrumen FTIR.
Spektrum FTIR menunjukkan adanya gugus identik C=O ester pada bilangan gelombang 1748,25 cm-1 dan 1735,37 cm-1 berturut-turut untuk ester gliserol oleat dan ester gliserol asam lemak. Kedua ester kemudian diuji emulsifier dan antimikroba untuk membuktikan adanya sifat emulsifier dan aktivitas antimikroba.
Hasil dari uji emulsifier menunjukkan bahwa tipe emulsi dari kedua jenis ester tersebut adalah air dalam minyak. Uji aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis pada konsentrasi 80 w/w memiliki aktivitas inhibisi yang paling kuat terhadap Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis, sedangkan ester gliserol oleat tidak menunjukkan adanya aktivitas antimikroba terhadap kedua bakteri uji.

In this study, synthesis of glycerol ester oleic and glycerol ester castor oil fatty acid using lipase Candida rugosa in n hexane solvent was carried out. Optimization reaction was also carried out through mol ratio variation of fatty acid glycerol, 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4. The highest conversion percentage obtained at the mole ratio 1 4, which valued 86,26 for glycerol ester oleic and 92,32 for glycerol ester castor oil fatty acid. The esterification products were characterized by FTIR instrument.
The FTIR spectrum showed the presence of identical group of C O ester at wave number 1748,25 cm 1 and 1735,37 cm 1 for glycerol ester oleic and glycerol ester castor oil fatty acid, respectively. Both esters were then examined by emulsifier and antimicrobial test to prove the ability of emulsifying and its antibacterial activity.
The results of the emulsifier test turn that the emulsion type of both esters are oil in water. The antibacterial activity test indicate that ester glycerol castor oil fatty acid at 80 concentration w w performed strongest inhibition activity against propionibacterium acne and Staphylococcus epidermidis, while glycerol ester oleic had no activity against both bacteria.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Puti Minanga
"Ester sukrosa dengan derajat substitusi 1-3 dapat digunakan sebagai emulsifier non-ionik yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini, ester asam lemak sukrosa disintesis melalui reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa sawit menggunakan lipase Candida rugosa yang terimmobilisai pada matriks zeolit. Lipase Candida rugosa terimmobilisasi menunjukkan % aktivitas hidrolisis terbesar yaitu 11,0032 % pada perbandingan enzim dengan zeolit yaitu 2:3. Sintesis ester asam lemak sukrosa ini dilakukan pada suhu 40oC, waktu inkubasi selama 32 jam, dengan memvariasikan jumlah lipase imobil pada matriks zeolit. Produk esterifikasi dapat dihasilkan pada penggunaan lipase immobil pada matriks zeolit sebanyak 2400 mg dengan nilai % konversi asam lemak sebesar 9,750 %. Spektrum FTIR produk esterifikasi menunjukkan adanya puncak serapan pada bilangan gelombang 1742,71 cm-1 yang merupakan serapan vibrasi regangan dari gugus fungsi ester C=O. Hasil uji emulsi sederhana terhadap produk hasil esterifikasi menunjukkan bahwa emulsi memiliki ketahanan selama lebih dari 24 jam.

Sucrose fatty acid esters with substitution degree between 1-3 are used as enviroment friendly non-ionic emulsifier. In this research , sucrose fatty acid esters can be synthesized with esterification reaction between sucrose and fatty acid obtained from hydrolyzed palm oil by using immobilized Candida rugosa lipase on zeolite. Immobilized Candida rugosa lipase showed the highest immobilizing activity 11,00 % with the ratio between enzyme and zeolite 2:3. Synthesis of sucrose fatty acid ester was carried out at a temperature of 40 ° C, the incubation time for 32 hours, by varying the amount of immobilized lipase on zeolite. Esterification products was produced using 2400 mg immobilized enzymes on zeolite with fatty acid conversion value of 9.750%. FTIR spectrum of the esterification product showed absorption peak at wave numbers 1742.71 cm-1 which is the stretch vibration absorption of the ester functional group C = O. The reults of the simple emulsion test for the esterification product showed that the emulsion was stable for more than 24 hours."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>